Anda di halaman 1dari 31

SINKRONISASI SISTEM

PEMBIAYAAN OBAT DI
FASKES TINGKAT RUJUKAN
DAN APOTEK RUJUK BALIK

Endang Kurnia Ningsih


Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer
BPJS Kesehatan Cabang Medan

Medan, 5 April 2019


1
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN JKN-KIS
Sesuai UU no 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

• Gotong Royong
PROMOTIF
• Bersifat Wajib
• Pelayanan

KOMPREHENSIF
Kesehatan Pelayanan

RUJUK BALIK
PREVENTIF Sub Spesialistik
Perorangan

RUJUK
• Berdasarkan
kebutuhan medis Pelayanan Spesialistik
KURATIF
• Manfaat tidak
terikat iuran
• Dilakukan REHABILITATIF Pelayanan Kesehatan Dasar
berjenjang dari FKTP (Non Spesialistik)
- FKRTL

Pelayanan Kesehatan Dijamin Pada Fasilitas Kesehatan


Yang Bekerjasama → Fasilitas Kesehatan Yang
Memenuhi Persyaratan Wajib Dan Teknis
KEPESERTAAN JKN-KIS

82,64% dari total Penduduk


*Sumber data Dukcapil :
Indonesia Semester I tahun 2018 jumlah penduduk Indonesia sebanyak
263.950.794 jiwa

Sumber : BI Februari 2019 Potensi pengelolaan penyakit


38,2% peserta berusia kronis peserta yang harus dikelola
secara komprehensif
di atas 40 tahun
Faskes Kerja Sama

FKTP 23.298 FKRTL 2.455

21.763 2.268
20.780 2.068
19.969 1.847
17.492 1.681

APOTEK

1217
751

2018

2017
Penyerapan Biaya Pelkes

42 T 57 T 67 T 84 T 94T PROPORSI BIAYA PER FKTP

0.05%

7.07%

2014 2015 2016 2017 2018 Dokter Praktik Perorangan


22.19% Klinik Pratama
TOTAL BIAYA PELAYANAN KESEHATAN (2014-2018) Praktik Dokter Gigi

Rp 344 T
Puskesmas
69.62% 1.07%
RS D Pratama

DISTRIBUSI BIAYA
FKTP FKRTL
Rp 62 T Rp 282 T PROPORSI BIAYA PELKES RUJUKAN
Biaya Katastropik Januari s.d. Desember 2018 sebesar
I PROPORSI DISTRIBUSI BIAYA PELKES PER TAHUN Rp 18.466.009.009.533 atau 23,37% dari total biaya rujukan
90.00% 83.57% 81.96% THALASSAEMIA CIRRHOSIS
78.32% 79.20% 80.36%
80.00% 2% HEPATIS
70.00% STROKE GAGAL GINJAL
13% 12%
60.00%
LEUKAEMIA HAEMOPHILIA
50.00% 2%
1%
40.00%
KANKER
30.00% 21.68% 20.80% 19.64% 18.04% 16%
20.00% 16.43%

10.00%
0.00%
2014 2015 2016 2017 2018

Primer Rujukan JANTUNG


52% 5
PELAYANAN OBAT, PENYEDIAAN OBAT
DAN PENGGUNAAN OBAT BAGI
PESERTA JKN

BAB IV
PELAYANAN Daftar Obat • Formularium Nasional
KESEHATAN

Plafon Harga • E-Katalog Obat


Obat
PELAYANAN OBAT

a. Pelayanan obat untuk Peserta JKN dilakukan oleh apoteker di Instalasi


Farmasi Klinik Pratama/Ruang Farmasi di Puskesmas/apotek sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Dalam hal di Puskesmas belum memiliki apoteker maka pelayanan obat
dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan
apoteker dari Dinas Kesehatan Kab/Kota.
b. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKRTL dilakukan oleh apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit/Klinik Utama/Apotek sesuai ketentuan
perundang-undangan.
c. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada Fasilitas kesehatan mengacu
pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang
tercantum dalam e-katalog obat.
d. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan e-
katalog atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan secara
manual.
e. Dalam hal jenis obat tidak tersedia di dalam Formularium Nasional dan
harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat
menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
PENYEDIAAN OBAT

Penyediaan obat di Fasilitas Kesehatan dilaksanakan dengan mengacu


kepada Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog.
Pengadaan obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-
purchasing atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan
secara manual.
Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan harganya tidak
terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat menggunakan
mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
PENGGUNAAN OBAT DILUAR
FORMULARIUM NASIONAL
Dalam pelaksanaan pelayanan  penggunaan obat disesuaikan dengan
standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien membutuhkan
obat yang belum tercantum di Formularium Nasional, maka hal ini
dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penggunaan obat diluar Formularium Nasional di FKTP dapat
digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan
standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam
kapitasi dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.
b. Penggunaan obat diluar Formularium Nasional di FKRTL hanya
dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite
Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau
Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam
tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.
INPUT
THE REAL PRB.....
IDENTIFIKASI PESERTA

KETERSEDIAAN OBAT DAN APOTEK


YANG BERKOMITMEN

PRB KEEFEKTIFAN DAN KEAMANAN


PROGRAM OBAT YANG DIGUNAKAN DAMPAK YG
RUJUK DIHARAPKAN
BALIK

PROSES
• Rate RJTL ↓→

FAKTOR KUNCI
PEMAHAMAN PESERTA TERHADAP
Beban Kerja
PROSEDUR
FKRTL ↓
Pelayanan Kesehatan yang • Produktivitas
PEMAHAMAN PEMANGKU
diberikan kepada penderita
KEPENTINGAN TERHADAP TUPOKSI Peserta ↑
penyakit kronis dengan kondisi
stabil dan masih memerlukan • Integrasi
KEPATUHAN PESERTA UNTUK
pengobatan atau asuhan Pelayanan
MENGKONSUMSI OBAT
keperawatan jangka panjang • Kepuasan
yang dilaksanakan di Fasilitas DOKUMENTASI DATA PESERTA peserta ↑
Kesehatan Tingkat Pertama atas
rekomendasi/rujukan dari
dokter spesialis/sub spesialis
yang merawat*) OUTCOME

MINIMALISASI EFEK SAMPING &


*) Kepmenkes Nomor 524/2015 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan MONITORING TARGET
Formularium Nasional

3
CAKUPAN
PROGRAM RUJUK BALIK

A. JENIS PENYAKIT
(SESUAI DENGAN SE MENKES HK/MENKES/31/I/2014)
1. DIABETES MELLITUS 6. EPILEPSI
2. HIPERTENSI 7. SCHIZOPHRENIA
3. JANTUNG 8. STROKE
4. ASTMA 9. SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS
5. PPOK (SLE)

B. OBAT PROGRAM RUJUK BALIK


1. OBAT UTAMA, YAITU OBAT KRONIS YANG DIRESEPKAN OLEH DOKTER
SPESIALIS/SUB SPESIALIS DI FASKES TINGKAT LANJUTAN
2. OBAT TAMBAHAN, YAITU OBAT YANG MUTLAK DIBERIKAN BERSAMA OBAT
UTAMA DAN DIRESEPKAN OLEH DOKTER SPESIALIS/SUB SPESIALIS DI FASKES
TINGKAT LANJUTAN UNTUK MENGATASI PENYAKIT PENYERTA ATAU
MENGURANGI EFEK SAMPING AKIBAT OBAT UTAMA.
TUJUAN
PROGRAM RUJUK BALIK

OPTIMALISASI DOKTER LAYANAN PRIMER


1 SEBAGAI GATE KEEPER SEKALIGUS MANAGER
KESEHATAN PESERTA;

TRANSFER OF KNOWLEDGE DARI DOKTER


2 SPESIALIS/SUB SPESIALIS KE DOKTER LAYANAN
PRIMER;

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELAYANAN


3 KESEHATAN BAGI PESETA PENDERITA PENYAKIT
KRONIS.
MANFAAT
PROGRAM RUJUK BALIK

BAGI PESERTA

• MENINGKATKAN KEMUDAHAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN


• MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN YANG KOMPREHENSIF
• MENINGKATKAN HUBUNGAN DOKTER DENGAN PASIEN DLM KONTEKS PELAYANAN HOLISTIK
• MEMUDAHKAN UNTUK MENDAPATKAN OBAT YANG DIPERLUKAN

BAGI FASKES TINGKAT PERTAMA

• MENINGKATKAN FUNGSI FASKES SELAKU GATE KEEPER DARI ASPEK PELAYANAN KOMPREHENSIF
DALAM PEMBIAYAAN YANG RASIONAL
• MENINGKATKAN KOMPETENSI PENANGANAN MEDIK BERBASIS BUKTI ILMIAH TERKINI MELALUI
BIMBINGAN DOKTER SPESIALIS
• MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN PENGOBATAN

BAGI FASKES RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN

• MENGURANGI WAKTU TUNGGU PASIEN DI POLI RS


• MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN SPESIALISTIK DI RUMAH SAKIT
• MENINGKATKAN FUNGSI SPESIALIS SEBAGAI KOORDINATOR DAN KONSULTAN MANAJEMEN
PENYAKIT
ALUR PELAYANAN RUJUK BALIK

SRB
Resep 7 hari

Peserta Selesai dari Petugas PRB RS IFRS memberikan Peserta diminta ke FKTP
PoliKlinik melakukan Flagging Obat 7 hari untuk obat 23 hari
Di V-Claim

Data
Potensi
PRB
Peserta dengan riwayat 3
bulan diagnosa PRB dengan P-Care
sediaan obat yang sama Dokter FKTP menuliskan resep
atau mempersuasi potensi PRB
Alur Pelayanan untuk PRB
Alur Integrasi Data

Apotik Online PIO


Selanjutnya selama 3 bulan/selama peserta Apotek PRB memberikan Home Pharmacy Care
setuju/kondisi baik peserta mengambil obat Obat 23 hari dan MTM Meso
atau diantar dengan bantuan TeleFarma TeleFarma 24
JUMLAH OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA
PESERTA RUJUK BALIK
Sebelum Sesudah

Bulan I FKRTL 30 hari Bulan I FKRTL 7 hari


Bulan II FKTP/Apotek PRB 30 hari FKTP/Apotek PRB 23 hari
Bulan III FKTP/Apotek PRB 30 hari Bulan II FKTP/Apotek PRB 30 hari
Bulan IV FKTP/Apotek PRB 30 hari Bulan III FKTP/Apotek PRB 30 hari
Bulan V - Kembali ke FKRTL - Bulan IV FKTP/Apotek PRB 30 hari
Bulan V Dapat dilanjutkan bila
…dst masih stabil

Pertimbangan tidak diberikannya obat untuk kebutuhan 30 hari bagi peserta yang suah mendapatkan
SRB di FKRTL:
• Untuk mendorong peserta segera kembali ke FKTP.
• FKTP dan Apotek PRB lebih cepat menangkap peserta yang sudah diujuk balik
• Aspek legal:
PMK 52/2016 pasal 20:
Obat penyakit kronis di FKRTL diberikan maksimum untuk 30 (tiga puluh) hari sesuai indikasi medis.
Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk:
penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) yang belum dirujuk balik ke FKTP;
penyakit kronis lain yang menjadi kewenangan FKRTL
PEMBIAYAAN OBAT
PROGRAM RUJUK BALIK

OBAT PROGRAM RUJUK BALIK

OBAT UTAMA OBAT TAMBAHAN

OBAT NON OBAT


SIMPTOMATIS SIMPTOMATIS

DIBAYAR SECARA FFS TERMASUK DALAM


KOMPONEN KAPITASI
OLEH BPJS KESEHATAN

HARGA OBAT MENGACU PADA


HARGA YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KESEHATAN 16
RESTRIKSI DAN
PERESEPAN MAKSIMAL
Peresepan
maksimal

Restriksi
Obat
REGULASI PENDUKUNG PRB

PENJAMINAN
PENJAMINAN OBAT PENYELENGGARAAN
DILUAR E-KATALOG PELAYANAN RUJUK BALIK
BPJS Kesehatan dapat membayar tagihan obat non-kapitasi dan
obat diluar paket INA-CBG yang pengadaannya dilakukan diluar E- Peserta dengan Penyakit Kronis yang sudah stabil atau termasuk
Katalog sesuai harga dasar obat yang tertera di E-Katalog dalam diagnosa PRB tunggal tanpa komplikasi wajib dirujuk
balik
PENAGIHAN OBAT OLEH APOTEK PRB

Jumlah Apotek yang Menagihkan Obat PRB


s.d. Bupel Agustus 2018

900
776
800

700
624
600 572

500 • 49,2% dari jumlah Apotek per bulan Agustus


400
2018
340
• Rata-rata absensi klaim Apotek N-4
300
• Dipengaruhi:
200 o Masa transisi aplikasi desktop ke aplikasi
100 online
- o Periode tayang harga obat di e-katalog
2015 2016 2017 2018 (sd Agus)

• Dukungan Apotek untuk dapat menagihkan obat N-1.


• Apabila terdapat obat yang belum terdapat harga obat di e-katalog agar dapat diprioritaskan
untuk menagihkan dulu yang sudah dapat harga obat di e-katalog.

20
PENGADUAN TERKAIT PELAYANAN OBAT

DATA PENGADUAN PELAYANAN OBAT


PERIODE TH 2017 vs SEMESTER 1 TH 2018 LAPORAN KELUHAN OBAT
600 Account di-lock OLEH APOTEK Tidak melayani JKN
487
oleh distributor 3%
500 3%
Tidak memiliki
400 Harga tidak sesuai Account e
e-katalog Purchasing
300 268 233
203 26% 27%
200
Jumlah obat yang
100 dikirim tidak sesuai
53
2 dengan Surat
0 Pesanan
Iur Biaya Obat Kekosongan obat Pembedaan pemberian obat 1%
untuk pasien JKN dan Umum

2017 2018 (SEM 1)


Kosong Distributor Kosong Pabrik Pengiriman
9% terlambat
Sumber data : laporan call center 28%
3%

Sumber: Laporan Manual Depwil Agustus 2018

Ketersediaan Obat masih menjadi kendala utama


pelaksanaan PRB oleh Apotek.
21
OPTIMALISASI PRB

1 Validasi Data PRB

2 Mapping Apotek PRB


Va-MOA
3 Pemenuhan Ketersediaan Obat PRB

4 Penguatan Fungsi Apoteker


Target 2019 : > 65%

Peserta PAHAM – FKTP SIAP – Apotek KOMIT

22
POLA PERESEPAN INSULIN 2014-2017
TAHUN 2014 TAHUN 2016
No Nama Generik Jumlah Kasus Jumlah Obat Jumlah Biaya No Nama Generik Jumlah Kasus Jumlah Obat Jumlah Biaya
1 Analog Insulin Long Acting 5 9 963,900 1 Analog insulin long acting 2,440 3,736 400,152,249
2 Analog insulin long acting 464 738 79,031,232 2 Analog Insulin Long Acting 486,328 786,870 84,258,968,184
3 Analog insulin mix acting 3 9 1,202,040 3 Analog Insulin Mix Acting 311,516 988,100 136,748,194,453
4 Analog Insulin Rapid Acting 11 42 5,523,720 4 Analog insulin mix acting 1,414 5,244 696,177,510
5 Basal insulin analog 77,754 129,149 14,925,194,634 5 Analog Insulin Rapid Acting 398,472 1,255,161 138,455,940,399
6 Human Insulin 1,473 2,776 332,708,868 6 Basal insulin analog 5,339 7,771 832,340,124
7 Mix Insulin Analog 79,337 258,485 34,468,551,583 7 Human Insulin 134 221 21,896,052
8 Rapid Insulin Analog 66,648 208,557 23,996,231,945 8 Human Insulin Intermediate Acting 800 1,391 139,948,605
Grand Total 225,695 599,765 73,809,407,922 9 Human insulin mix 46 104 9,434,880
10 Human Insulin Mix Insulin 5,218 15,650 1,491,447,897
TAHUN 2015 11 Human Insulin N Acting 53 128 12,158,340
No Nama Generik Jumlah Kasus Jumlah Obat Jumlah Biaya 12 Human Insulin Short Acting 962 2,423 263,294,314
1 Analog Insulin Long Acting 235 381 40,806,000 13 Human insulin short acting 134 333 41,344,050
2 Analog insulin long acting 10,811 18,375 1,968,117,675 14 Mix Insulin Analog 1,861 4,945 653,876,294
3 Analog Insulin Mix Acting 145 484 67,083,000 15 Rapid Insulin Analog 4,813 14,264 1,519,079,506
4 Analog insulin mix acting 7,044 24,280 3,223,061,445 Grand Total 1,219,530 3,086,341 365,544,252,857
5 Analog Insulin Rapid Acting 8,479 30,625 3,272,188,163
6 Basal insulin analog 294,168 481,349 51,554,387,753
7 Human Insulin 4,293 8,995 913,439,447
8 Human Insulin Intermediate Acting 15 39 4,902,615
9 Human insulin mix 165 488 45,754,748
10 Human Insulin Short Acting 38 55 5,424,900
11 Mix Insulin Analog 229,970 720,644 95,323,164,403
12 Rapid Insulin Analog 251,525 779,354 84,784,885,539
Grand Total 806,888 2,065,069 241,203,215,688

Pembiayaan Human Insulin hanya


TAHUN
2017

0,4% dari total Pembiayaan Insulin,


sisanya Analog Insulin
Sumber data : Aplikasi BI akses tanggal 28 Feb 2019, Biaya seluruh tingkat layanan
20 BESAR OBAT PRB TERBANYAK TAHUN 2018
Data sd Desember 2018
20 BESAR OBAT PRB DENGAN BIAYA TERBESAR 20 BESAR OBAT PRB DENGAN KASUS TERBANYAK
No Nama Generik Kasus Jlh Obat Biaya No Nama Generik Kasus Jlh Obat Biaya
1 Analog Insulin Rapid Acting 195 721 79,055,416 1 Amlodipin 1,627 48,639 6,570,057

2 Analog Insulin Long Acting 298 614 65,791,500 2 Bisoprolol 1,048 27,862 15,691,022

3 Analog Insulin Mix Acting 92 337 46,708,200 3 Asam asetilsalisilat (asetosal) 358 10,734 1,789,440

4 Kandesartan 226 6,518 33,440,350 4 Metformin HCl 330 19,286 3,197,066

5 Klopidogrel 243 7,488 19,440,324 5 Glimepirid 318 10,868 4,354,058

6 Telmisartan 88 2,655 18,545,280 6 Analog Insulin Long Acting 298 614 65,791,500

7 Bisoprolol 1,048 27,862 15,691,022 7 Kaptopril 280 21,147 1,804,045

8 Valproat 45 2,720 15,463,552 8 Klopidogrel 243 7,488 19,440,324

9 Valsartan 157 4,801 12,289,284 9 Ramipril 239 7,473 5,592,614

10 Akarbose 141 10,520 10,186,637 10 Kandesartan 226 6,518 33,440,350

11 Gliseril trinitrat 92 4,320 8,426,880 11 Irbesartan 214 6,665 8,066,467

12 Kombinasi: Salmeterol 50 mcg; Flutikason propionat 250 mcg 58 57 8,168,136 12 Simvastatin 212 6,410 1,696,048

13 Irbesartan 214 6,665 8,066,467 13 Analog Insulin Rapid Acting 195 721 79,055,416

14 Nifedipin 162 4,975 7,922,752 14 Asam Asetilsalisilat (asetosal) 192 6,273 970,872

15 Fenoterol HBr 68 70 7,286,580 15 Issosorbid dinitrat 163 8,392 1,134,295

16 Glikuidon 141 5,340 6,869,760 16 Nifedipin 162 4,975 7,922,752

17 Amlodipin 1,627 48,639 6,570,057 17 Valsartan 157 4,801 12,289,284

18 Ramipril 239 7,473 5,592,614 18 Spironolakton 156 4,670 1,831,183

19 Kombinasi: Budesonide Formoterol 31 31 4,794,300 19 Akarbose 141 10,520 10,186,637

20 Glimepirid 318 10,868 4,354,058 20 Glikuidon 141 5,340 6,869,760

Sumber data : data BI bupel Jan-Desember 2018 Didominasi oleh obat Hipertensi, DM
24
ALUR PENETAPAN DAFTAR DAN
HARGA OBAT SERTA UTILISASI
stakeholder

Penetapan Pengusulan Rekomendasi Penetapan Kemenkes RI


Manfaat Obat Daftar Obat Daftar Obat Manfaat Obat Komite Fornas
Usulan Harga
 UU No 40/2004 Perkiraan Sendiri
Untuk peserta JKN-KIS dan Rencana
 Perpres 19/2015 Kebutuhan Obat

Lelang Penetapan Kontrak dengan LKPP


Penetapan
Penunjukkan Pabrikan Pabrik/Distributor E-katalog
Harga sebagai pemenang Obat Pabrik/Dist Obat

Perpres 54/2010 Pengadaan Barang/Jasa di


beserta perubahannya Faskes milik Pemerintah

Faskes
Pemesanan Pemesanan Pelayanan Penagihan
dan Utilisasi obat Obat Klaim Obat BPJS Kesehatan
Oleh Faskes Diberikan ke
pemerintah pasien JKN dan
Titik KRITIS dan Swasta* non JKN
KEKOSONGAN OBAT
PERMASALAHAN PELAYANAN OBAT

1 Aspek Regulasi dan Kebijakan


1. Belum semua obat Fornas tercantum dalam e-catalogue (merk, supplier dan harga obat). Saat ini
masih terdapat ± 30 Item Generik yang belum terdapat harga di ekatalog.
 Potensi : menghambat pengadaan obat Fornas untuk peserta JKN serta menghambat
pembayaran obat luar paket dikarenakan tidak adanya acuan harga obat.

2. Penyedia untuk setiap satu jenis obat e-catalogue hanya tersedia satu pemenang (bukan
beberapa pemenang)
 Potensi : sehingga tidak terdapat pilihan penyedia obat lainnya pada saat supplier Pemenang
tidak dapat memenuhi ketersediaan obat.

3. Harga obat per provinsi bervariasi dengan pemenang tunggal.


 Potensi akan ada penetapan minimal order dari Prinsipal
 Tidak terpenuhinya ketersediaan obat bagi propinsi yang sulit dijangkau

4. Mengacu pada Perpres Nomor 82/2016, pengadaan obat dapat dilakukan secara purchasing dan
manual mengacu e-katalog
 Kondisi : masih ada Prinsipal/PBF yang tidak mau melayani permintaan manual
 Tidak ada yang melakukan monitor/memberi teguran terhadap prinsipal/PBF yang tidak comply
dengan ketentuan untuk mendistribusikan obat

5. Regulasi membuka peluang ruang farmasi Puskesmas untuk bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dalam melayani kebutuhan obat PRB, namun belum ditunjang dengan aturan
pelaksanaan atau kebijakan daerah 26
PERMASALAHAN PELAYANAN OBAT

2 Aspek Strategic Purchasing


1. Belum ditempatkannya BPJS Kesehatan sebagai strategic purchaser dalam pelayanan obat bagi
peserta JKN sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional sebagaimana Pasal 24 ayat 3 yaitu “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem
pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas’.
2. BPJS Kesehatan tidak memiliki kewenangan dalam mengatasi ketersediaan obat  Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan Fasilitas Kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan obat
(Perpres Nomor 82/2018 Pasal 58)

3 Aspek Kepastian Akses dan Ketersediaan Obat

• Masih banyak Apotek swasta yang belum memiliki akses e-purchasing


• Perlu adanya mekanisme mendapatkan akses e-purchasing bagi Apotek yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan setelah batas waktu penyampaian RKO maupun RKO susulan.
• Perlu adanya akselerasi proses verifikasi akses e-purchasing bagi Apotek PRB
• E-catalog mampu menekan harga obat namun belum mampu memberikan kepastian
ketersediaan obat
• Service level agreement (SLA) penyelesaian keluhan kekosongan obat belum optimal dan belum
ada mekanisme untuk mengontrol penyelesaian keluhan
• Tidak ada opsi pengadaan obat jika penyedia obat e-catalog tidak menyanggupi pesanan.
27
PERMASALAHAN PELAYANAN OBAT

4 Aspek Pembiayaan Obat

1. Pembiayaan obat kronis belum optimal di FKRTL


 Ketersediaan obat tidak kontinyu sehingga mendorong FKRTL untuk melakukan fragmentasi
pelayanan obat (obat tidak diberikan untuk kebutuhan 30 hari sekaligus).

2. Adanya Keterlambatan penetapan acuan harga dasar obat (khususnya Obat Luar Paket) oleh
Kemenkes RI
Penetaan harga obat yang tidak bersamaan dengan Fornas menyebabkan Fasilitas Kesehatan
tidak dapat mengajukan klaim kepada BPJS Kesehatan dikarenakan tidak ada acuan harga dasar
obat.

5 Aspek SDM

1. Belum adanya pemahaman FKTP dalam meningkatkan perannya sebagai gatekeeper dalam
khususnya dalam mengelola Peserta penyakit kronis yang telah dirujuk balik
2. Belum optimalnya peran Farmasis/Apoteker dalam menjalankan peran farmasi klinik sesuai
dengan PMK Nomor 72 Tahun 2016, PMK Nomor 73 Tahun 2016 dan PMK Nomor 74 Tahun
2016

28
MASALAH, UPAYA DAN HARAPAN

SUBJEK DAN MASALAH UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


1. Sengaja tidak merujuk balik (Moral Hazard)  akibatnya 1. Melakukan sosialisasi secara masif tentang Program
FKRTL

: Peserta di tahan di FKRTL Rujuk Balik


2. Tidak paham/Tidak percaya kompetensi FKTP untuk 2. Membuat penilaian atas komitmen FKRTL untuk merujuk
mengelola Peserta PRB  akibatnya : Peserta tidak balik Peserta penyandang penyakit kronis stabil
diberikan SRB
3. Tidak paham terhadap jenis obat yang masuk dalam PRB
Dukungan Kementerian Kesehatan dalam
beserta restriksi akibatnya : Peserta tidak bisa di PRB- HARAPAN menetapkan kriteria stabil dan tidak stabil
kan dengan adanya obat tambahan diluar PRB (contoh :
warfarin)
1. Mendorong Apotek untuk menyampaikan RKO melalui
Tidak memiliki akses e-purchasing  akibatnya kendala aplikasi e-monev
APOTEK/RF/IF KP

1.
dalam pemesanan obat Fornas sesuai e-katalog 2. Dalam rangka perluasan kerjasama pemberi pelayanan
2. Ketidakpastian dalam mendapatkan obat sesuai e- obat PRB  Advokasi kepada Dinkes terkait pelayanan
katalog meskipun telah menyampaikan kendala kepada obat PRB di ruang farmasi Puskesmas
Kementerian Kesehatan  Akibatnya apatis terhadap 3. Mengajukan konsep Apotek pengampu/PBF pengampu
ketersediaan obat
3. Belum adanya regulasi pendukung untuk pemanfaatan • Dukungan Kementerian Kesehatan untuk
ruang farmasi Puskesmas dalam pelayanan obat PRB HARAPAN akselerasi akses e-purchasing
• Dukungan Kemenkes untuk regulasi
pendukung pemanfaatan ruang farmasi
Puskesmas untuk obat PRB

Telah disampaikan usulan penetapan harga obat luar paket


HARGA

Masih terdapat harga obat luar paket yang belum ada harga di yang belum tayang katalog pada tahun 2018
e-katalog • Adanya SLA penetapan harga melalui
HARAPAN katalog maupun SK Menkes untuk
memberikan kepastian penggantian harga
kepada Faskes
• Perlu ada kepastian ketersediaan obat
untuk obat-obat yang tidak tayang katalog
PEMETAAN MASALAH UTAMA DAN UPAYA
YANG DILAKUKAN

SUBJEK DAN MASALAH UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


1. Melakukan sosialisasi secara masif tentang Program
1. FKTP tidak paham tentang Program Rujuk Balik 
FKTP

Rujuk Balik
akibatnya FKTP tidak optimal dalam mengedukasi dan
2. Meningkatkan peran aktif FKTP sebagai gatekeeper
meningkatkan keaktifan Peserta PRB
dalam mengelola Peserta PRB
2. Peresepan obat PRB wajib diinisiasi oleh Spesialis 
akibatnya Dokter FKTP tidak memiliki kewenangan Perlu adanya batas kewenangan FKTP-FKRTL
meresepkan obat meskipun merupakan kompetensi HARAPAN dalam pengobatan Peserta PRB. Peresepan
Dokter FKTP (misal pengobatan DM, HT) sepanjang diperlukan dapat diinisiasi oleh
FKTP sepanjang sesuai kompetensi Dokter
FKTP (Misal pengobatan DM, HT)

Pertemuan dengan Prinsipal, PBF, Kementerian Kesehatan dan


PENYEDIA OBAT (PRINSIPAL

1. PKS dengan LKPP untuk kewajiban distribusi obat via e-


BPOM untuk dukungan Prinsipal, PBF dalam pelayanan obat
purchasing  akibatnya tidak mau melayani pembelian
PRB
manual
2. Terdapat beberapa prinsipal/PBF yang hanya • Adanya sinergitas kebijakan antara
mengutamakan Faskes Pemerintah  akibatnya Faskes Kementerian Kesehatan dengan LKPP
swasta tidak mendapatkan obat meskipun telah
HARAPAN untuk memantau komitmen Prinsipal/PBF
memiliki akses e-purchasing  akses e –purchasing dalam melayani obat JKN
bukan jaminan bagi Faskes swasta untuk mendapatkan • Perlu ada mekanisme yang transparan
obat dan jelas tentang tupoksi penyelesaian
3. Perkiraan kebutuhan obat belum akurat akibatnya keluhan ketersediaan obat
Prinsipal membatasi distribusi obat kecuali pada akhir • Perlu penetapan SLA untuk mengatasi
tahun keluhan ketersediaan obat
• Contigency Plan jika terjadi kendala
ketersediaan obat
Terima Kasih

Kini Semua Ada


Dalam Genggaman!

Download Aplikasi Mobile JKN

www.bpjs-kesehatan.go.id

31

Anda mungkin juga menyukai