Anda di halaman 1dari 10

Laporan Hasil Telaah Resep Rawat Inap

OKTOBER
2019

RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG


TERAKREDITASI PARIPURNA
Jalan Nusakambangan No. 56
Telp. (0341) 362017 , 366033, 361507, Fax. 354068
Malang-65117
(email : rkz.sawahan@pantiwaluya.org
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung


dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit [ CITATION Dep09 \l 1057 ] . Pasien sebagai pengguna
pelayanan kesehatan berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit [ CITATION Dep09 \l 1057 ].
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang
terkait di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Lima aspek keselamatan tersebut penting untuk
dilaksanakan, namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien. Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang
berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien menjadi prioritas
utama dalam layanan kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama untuk
memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit
[ CITATION Kem15 \l 1057 ].
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak
alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan insiden
keselamatan pasien (IKP) [ CITATION Kem15 \l 1057 ].
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara
manfaat dan risiko. Tujuan pengkajian farmakoterapi adalah mendapatkan luaran klinik
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
risiko minimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya perubahan paradigma
pelayanan kefarmasian yang menuju kearah pharmaceutical care. Fokus pelayanan
kefarmasian bergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented) menuju pelayanan
optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented). Untuk
mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal pada pasien dan petugas
kesehatan perlu penerapan manajemen risiko.
Penelitian Bates [ CITATION Bat95 \l 1057 ] menunjukkan bahwa peringkat paling
tinggi kesalahan pengobatan (medication error) pada tahap ordering (49%),
diikuti tahap administration management (26%), pharmacy management (14%),
transcribing (11%). Laporan tersebut telah menggerakkan sistem kesehatan dunia
untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient
safety). Gerakan ini berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui
pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004.
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien
(Kongres PERSI Sep 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki
peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Jika disimak lebih
lanjut, dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing,
dispensing dan administering, dispensing menduduki peringkat pertama. Badan
akreditasi dunia The Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO) mensyaratkan tentang kegiatan keselamatan pasien berupa identifikasi dan
evaluasi hendaknya dilakukan untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada
pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri. Berdasarkan
analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian, kejadian obat yang
merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi
obat yang merugikan (adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama
dalam keselamatan pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola,
mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara ”kesalahan merupakan hal yang
manusiawi” (to err is human) dan proses farmakoterapi yang sangat
kompleks[ CITATION Dir08 \l 1057 ]. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya risiko
obat tersebut adalah multifaktor dan multiprofesi yang kompleks; jenis pelayanan
medik, banyaknya jenis dan jumlah obat per pasien, faktor lingkungan, beban kerja,
kompetensi karyawan, kepemimpinan dan sebagainya[ CITATION Dir08 \l 1057 ].
Pengkajian dan pelayanan resep adalah salah satu bagian dari pelayanan farmasi
klinik. Farmasis melakukan pengkajian terhadap resep yang diterima meliputi
pengkajian secara administrasi atau kelengkapan resep, farmasetik dan klinis. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat atau
medication error. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat
dicegah [ CITATION Kem16 \l 1057 ].
BAB II
DATA dan PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian pada bab I maka dilakukan analisa pengkajian resep yang
telah dilakukan pada resep pasien rawat inap pada bulan Oktober 2019. Permasalahan
yang disoroti pada laporan ini adalah mengenai jumlah resep dengan tulisan yang tidak
jelas.

TELAAH
ADMINISTRASI
RESEP TIDAK
RESEP KETERANGAN LENGKAP
BULAN JML RESEP
LENGKAP ALERGI
ID DOKTER ID PASIEN
OKTOBER 4191 83.32% 59.01% 2.89% 13.79%

KELENGKAPAN ADMINISTRASI RESEP PASIEN R. INAP


85.80%

83.32%

SEPTEMBER OKTOBER

TELAAH FARMASETIS

TIDAK LENGKAP
JML RESEP
BULAN TULISAN TTD/
RESEP LENGKAP WAKT
TIDAK DOSIS OBAT RUTE PARA
U
JELAS F
OKTOBE
4191 96.35% 0.19% 0.33% 0.00% 0.00% 0.00% 3.05%
R
RESEP DENGAN TULISAN TIDAK JELAS
PASIEN R. INAP
0.73%

0.19%

SEPTEMBER OCTOBER

Dari dua data diatas tampak adanya peningkatan jumlah resep yang tidak jelas pada bulan
Oktober namun terdapat penurunan jumlah resep yang tidak jelas pada bulan Oktober.
Peningkatan dan penurunan jumlah resep dengan tulisan yang tidak jelas tersebut dapat
berpengaruh pada tingkat kejadian medication error yang dapat mempengaruhi keselamatan
pasien. Peningkatan jumlah resep dengan tulisan yang tidak jelas dapat meningkatkan resiko
kejadian medication error.

KETIDAKLENGKAPAN ADMINISTRASI RESEP


PASIEN R. INAP
ID dr ID Px

13.79%
12.09%

2.11% 2.89%

SEPTEMBER OKTOBER

Berdasarkan data telaah resep diatas ditunjukkan bahwa ada penurunan jumlah resep
yang lengkap secara administratif pada bulan Oktober 2019 dan ada peningkatan jumlah
resep yang tidak lengkap secara farmasetis bulan Oktober 2019.
TELAAH KLINIS
RESEP DENGAN PERMASALAHAN
JML KLINIS
RESEP TIDAK ADA
BULAN RESE KONTRA
PERMASALAHAN KLINIS INTERAKSI
P INDIKAS DUPLIKASI
OBAT
I
OKTOBE
527 96.77% 0.00% 0.00% 3.23%
R

RESEP TANPA PERMASALAHAN KLINIS


PASIEN R. INAP
96.77%

96.02%

SEPTEMBER OCTOBER

RESEP DENGAN PERMASALAHAN KLINIS


PASIEN R. INAP
4.50%
4.00%
3.50% KONTRA INDIKASI
3.00% DUPLIKASI
2.50% INTERAKSI OBAT
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
SEPTEMBER OCTOBER

Berdasarkan data diatas ditunjukkan adanya penurunan jumlah resep dengan


permasalahan klinis pada bulan Oktober 2019.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari data yang didapatkan tampak adanya peningkatan jumlah resep yang tidak
lengkap secara farmasetis, administratif namun terdapat penurunan pada permasalahan
klinis pada bulan Oktober 2019 dengan jumlah persen yang lengkap secara farmasetis
sebanyak 96,35%, secara administrative 83,32%, dan tidak ada permasalahan secara klinis
96,77%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya peningkatan jumlah dan penurunan
jumlah resep yang tidak lengkap secara farmasetis, resep yang tidak lengkap secara
administratif, dan resep yang memiliki permasalahan klinis adalah:
1. Sistem
a Komunikasi antar profesi
b Panduan penulisan resep (tulisan yang jelas, dosis dan aturan pakai)
c Pemesanan resep obat dari ruangan
2. SDM
a. Kurang kompeten dalam membaca resep
b. Tenaga perawat belum terlatih dalam pemesanan resep obat pasien
3. FASILITAS
a. E-Prescribing

B. USULAN DAN TIDAK LANJUT


Dari beberapa faktor penyebab peningkatan dan penurunan jumlah resep yang tidak
lengkap secara farmasetis, resep yang tidak lengkap secara administratif, dan resep yang
memiliki permasalahan klinis yang telah disebutkan terdapat beberapa solusi yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Perbaikan dan/atau sosialisasi ulang SPO pengerjaan resep bagi petugas farmasi (SPO
Pengkajian resep untuk pasien rawat inap, SPO Telaah obat).
2. Perlu peningkatan komunikasi efektif antar profesi (sosialisasi kembali SPO
Konfirmasi penggantian obat yang tidak tersedia atau stok kosong di instalasi farmasi
dan SPO Konfirmasi resep yang tidak terbaca dan duplikasi).
C. PENUTUP
Demikian laporan Telaah Resep Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang tahun 2019. Laporan ini dapat digunakan untuk evaluasi penulisan
resep untuk perbaikan dikemudian hari.

Malang, 10 November 2019

Mengetahui,

Kepala Bidang Penunjang Medis Kepala Instalasi Farmasi

drg. Baptita Ika Dian P Claudia Febe Rhemalia, S.Farm.,Apt

Anda mungkin juga menyukai