Anda di halaman 1dari 43

TUGAS PHARMACEUTICAL CARE

RANGKUMAN

Disusun oleh

Farhan Tri Ramadhana (2019000026)

Kelas : A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2019
 Definisi PC menurut Hepler dan Strand:

PC adalah pemberian terapi obat yang bertanggung jawab atas tujuan tercapainya
peningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil-hasil ini adalah:

1. Obat penyakit
2. Penghapusan atau pengurangan simptomatologi pasien
3. Menangkap atau memperlambat proses penyakit
4. Mencegah penyakit atau simptomatologi

PC proses yang melibatkan seorang apoteker bekerja sama dengan pasien dan
profesional lainnya dalam merancang, menerapkan, dan memantau hasil terapeutik
untuk pasien. Gilirannya ini melibatkan 3 fungsi utama:

1. Identifikasi masalah potensial dan aktual terkait obat


2. Mengatasi masalah terkait obat yang sebenarnya, dan
3. Mencegah potensi masalah terkait obat.

PC adalah elemen penting dalam perawatan kesehatan, dan harus diintegrasikan


dengan elemen lain. PC, bagaimanapun, memberikan manfaat langsung kepada pasien,
dan apoteker bertanggung jawab langsung kepada pasien untuk kualitas perawatan itu.
Hubungan mendasar dalam PC adalah pertukaran yang saling menguntungkan di mana
pasien memberikan otoritas kepada penyedia dan penyedia memberikan kompetensi
dan komitmen (menerima tanggung jawab) kepada pasien.
Tujuan mendasar, proses, dan hubungan PC ada terlepas dari pengaturan praktik.

Memberikan pharmaceutical care berarti mengadopsi filosofi dari praktik dimana


apoteker memikul tanggung jawab untuk terakhir memilih dari pilihan pada halaman
sebelumnya. Apoteker menganggapnya sebagai tugas mereka untuk memastikan
bahwa semuanya terjadi demi kepentingan terbaik pasien. Apoteker seharusnya tidak
hanya merangkul filosofi ini untuk menyediakan pharmaceutical care, tapi harusnya
juga membentuk lingkungan kerja yang memungkinannya.

Ketika apoteker menyediakan pharmaceutical care mereka menggunakan


seluruh pengetahuan dan kemampuan mereka untuk menguntungkan pasien, dan
mereka memberikan perhatian ini kepada pasien selama waktu tertentu.. beberapa
dasar keyakinan yang penting bagi praktisi pharmaceutical care adalah:

 Pasien membutuhkan dan berhak mendapatkan jenis perawatan ini


 Mereka, sebagai apoteker, memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan kepada
pasien daripada pemberian obat yang aman - mereka memiliki kemampuan
untuk membantu memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan pasien.

Tingkat kepedulian dan bekerja dengan pasien ini jauh melampaui interaksi apoteker-
pasien tradisional. Ini mencapai melampaui pelatihan yang diterima di sekolah farmasi
untuk semua kecuali beberapa lulusan farmasi terbaru. Perawatan farmasi berjalan
seiring dengan "re-profesionalisasi" dari apoteker dan dapat dianggap sebagai puncak
dari apa yang apoteker tawarkan kepada pasien dalam sistem perawatan kesehatan.

 Dari Produk Untuk Orang

Dalam editorial tahun 1986 berjudul Drugs Don’t Have Doses—People Have Doses!
(Obat Tidak Punya Dosis - Orang Punya Dosis!) Robert Cipolle mendefinisikan peran
apoteker sebagai "pemecah masalah klinis" dan berbicara langsung untuk mengubah
filosofi praktik dari profesi yang berorientasi produk ke profesi yang berorientasi
pasien. Pada tahun 1990, Charles Hepler dan Linda Strand memberikan definisi kerja
pharmaceutical care saat ini: "Penyediaan terapi obat yang bertanggung jawab untuk
tujuan mencapai hasil yang pasti yang meningkatkan kualitas hidup pasien. Konsep
yang mereka kemukakan sejak itu telah dianut oleh American Pharmaceutical
Association (APhA) dan Perhimpunan Apoteker Sistem Kesehatan Amerika (ASHP)
sebagai inti dari Prinsip Praktek untuk Perawatan Farmasi dan Pernyataan tentang
Perawatan Farmasi masing-masing. Pernyataan ASHP mendefinisikan misi apoteker
sebagai menyediakan PC, yaitu "... penyediaan perawatan yang berhubungan langsung
dengan obat-obatan untuk tujuan mencapai hasil yang pasti yang meningkatkan
kualitas hidup pasien."

Prinsip APhA menjabarkan lima karakteristik PC:


1. Hubungan profesional harus dibangun dan dipelihara
2. Informasi medis khusus pasien harus dikumpulkan, diorganisir, direkam, dan
dipelihara.
3. Informasi medis spesifik pasien harus dievaluasi dan rencana terapi obat
dikembangkan bersama dengan pasien.
4. Apoteker harus memastikan bahwa pasien memiliki semua persediaan,
informasi, dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana
terapi obat.
5. Apoteker harus meninjau, memantau, dan memodifikasi rencana terapi
sebagaimana diperlukan dan sesuai, bersama dengan pasien dan tim perawatan
kesehatan.

Konsep yang dikemukakan oleh Hepler dan Strand, APhA, dan ASHP membentuk
dasar untuk pendekatan yang dijelaskan dalam buku ini dan, kami percaya, prasyarat
untuk memberikan layanan perawatan pasien di apotek. Tanpa mengadopsi filosofi ini,
kemampuan seorang apoteker untuk melakukan sumber daya dan upaya yang
diperlukan untuk memberikan perawatan berkualitas berkurang. "Komit" adalah kata
kunci, karena tanpa komitmen, perawatan menjadi pengiriman layanan terisolasi
secara sporadis yang tidak terorganisir kepada pelanggan yang tidak terlibat dengan
apoteker mereka.

 Siklus Pelayanan Kefarmasian

Di dalam Siklus Pelayanan, apoteker pada awalnya akan bertanya pada diri
sendiri bagaimana dia harus bertindak-apakah pasien mempunyai masalah terapi obat?
Jika jawabannya iya, maka apoteker harus segera bertindak. Langkah selanjutnya yaitu
untuk mendeterminasikan apa yang akan dia lakukan berikutnya, yang melibatkan
pada tujuan terapetik untuk pasien. Kemudian, dia harus memutuskan bagaiman cara
yang terbaik untuk mencapai tujuan. Pada poin ini, apoteker mengembangkan dan
mengimplementasikan rencana pelayanan. Setelah menetapkan rencana, langkah
terakhir yaitu menunjukkan tindak lanjut yang memadai pada pasien dan monitoring
untuk menetapkan apakah tujuan terapetik sudah tercapai.
Jika tujuan telah tercapai, siklus akan berhenti sampai waktu berikutnya ketika
apoteker mempunyai alasan untuk mengevaluasi pasien. Jika tujuan belum tercapai,
atau jika kemudian pasien mengembangkan masalah terapi obat, siklus pelayanan akan
dimulai kembali. Setiap apoteker mendeteksi terjadinya masalah terapi obat, hal
tersebut merupakan petunjuk untuk segera bertindak.

Gambar 1. Siklus Pelayanan

Mengapa dilakukan?
(mengidentifikasi masalah)

Bagaimana cara untuk Apa yang akan dilakukan?


memastikan bahwa itu berjalan? (membuat rencana
(memonitor dan follow-up) terapi)

Bagaimana cara melakukannya?


(mengembangkan rencana
pengobatan)

 Masalah Terapi Obat, Bukanlah Masalah Medis.

Diagnosis dari masalah kesehatan adalah tanggung jawab seorang dokter, sedangkan
cakupan praktik seorang apoteker harus dibatasi hanya untuk masalah terapi obat.
Setelah apoteker memberikan pelayanan kefarmasian pada beberapa pasien, apoteker
akan segera membedakan antara dua macam masalah tersebut. Akan tetapi, sampai
saat itu seorang praktisi kesehatan dalam hal ini apoteker harus menggunakan
perhatian tinggi untuk memastikan bahwa mereka tidak dengan sengaja mencoba
untuk mendiagnosis keadaaan medis-yang mana hal tersebut merupakan sangat jelas
adalah tugas seorang dokter. Mereka juga harus tidak memperbolehkan diri mereka
untuk ikut dalam diskusi tentang diagnosis pengobatan ketika pasien menanyakan
pendapat apoteker tentang keadaan penyakit mereka.

 Menemukan Masalah Terapi Obat

Dalam praktek pharmaceutical care, apoteker menunjukan maksud untuk mencari


masalah yang tidak mau atau tidak bisa mereka identifikasikan. Dengan
mempertimbangkan beberapa contoh. Apoteker mengisi resep kapsul amoxicillin 250
mg yang diberikan 3 kali sehari selama 10 hari. Ketika menunjukan review rutin dari
profil medis pasien, apoteker menyadari bahwa pasien juga menggunakan kontrasepsi
oral. Apoteker mengidentifikasikan dengan benarinteraski obat potensial dan
mengkonsultasikan kepada pasien sebagai kebutuhan alternatif lain untuk pengontrol
kelahiran/ kontrasepsi untuk bulan ke depan. Dalam skenario lainnya, apoteker yang
sama mendapatkan dan mengerjakan resep yang sama dan melakukan review profil
yang sama, tetapi tidak menemukan kemungkinan adanya interaksi obat potensial atau
apapun untuk diberikan kepada pasien sebagai obat kontrasepsi oral. Pasien
mendapatkan konseling standar mengenai pengobatannya. Kemudian dia hamil yang
tidak diinginkan karena amoxicillin yang diminumnya mempengaruhi keefektifan obat
kontrasepsi yang dia dapatkan dari sampel dokter- yang mana apoteker tidak
mengetahui bahwa dia sedang meminum itu. Tanpa pengetahuan yang spesifik
terhadap pasien, apoteker tidak dapat mengidentifikasi interaksi obat potensial.

Jadi, jawaban dari apakah apoteker yang menemukan masalah telah


memberikan pharmaceutical care, hal tersebut akan muncul pada banyak praktisi yang
sebagiannya yaitu memberi pelayanan pharmaceutical care. Tetapi, tanpa pengertian
yang lebih resmi tentang masalah terapi obat dan bagaimana menemukan hal tersebut
agar konsisten, logis, dan terorganisir dengan baik, apoteker tidak dapat
mengidentifikasikan semua permasalahan dan memberikan pelayanan dalam level
yang pasien butuhkan.
 Lebih Dari Konseling

AphA Principles of Practice For Pharmaceutical Care mendeskripsikan lima


langkah bagi proses pharmaceutical care (ada di dalam kotak). Sebagai seorang
apoteker memberikan semua aktivitas yang diperlukan untuk menyajikan setiap dari
langkah-langkah tersebut, maka dia telah mempraktekan pharmaceutical care.

Lima langkah dalam proses pharmaceutical care


1. Hubungan profesional harus diciptakan bersama pasien.
2. Informasi medis pasien yang spesifik harus dikumpulkan, diorganisasikan, dicatat dan
dijaga
3. Informasi medis pasien yang spesifik harus dievaluasi dan masalah terapi obat harus
direncanakan pengembangannya bersama dengan pasien.
4. Apoteker harus memastikan bahwa pasien telah mendapatkan semua kebutuhan, informasi,
dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendapatkan rencana terapi obat.
5. Apoteker harus mereview, memonitor, dan memodifikasikan rancana terapeutik yang
dibutuhkan dan yang sesuai dalam kaitannya dengan pasien dan tim pelayanan kesehatan
lainnya.

Masalah terapi obat dapat diidentifikasikan dalam langkah 2 dan 3, karena pada bagian
tersebut apoteker mengumpulkan data spesifik pasien dan dengan serius menguji
untuk menentukan apakah ada masalah. Hal yang tersirat dalam lima langkah ini
adalah kenyataan bahwa memberikan pharmaceuitical care membutuhkan
keselurahan fokus kerja dari praktek apoteker, daripada hanya fokus pada produk,
apoteker harus menerima level tanggung jawab yang baru. Dahulu, praktek
pencampuran obat tradisional, apoteker hanya bertanggung jawab untuk resep racikan
secara benar sesuai dengan resep. Ketika akhirnya Kongres mengeluarkan hukum pada
tahun 1990 membutuhkan bahwa apoteker harus memberikan konseling pengobatan
tentang resep mereka (diketahui sebagai “OBRA 90”) dan kemudian merubah praktek
kefarmasian mereka yaitu yang membutuhkan konseling untuk seluruh pasien dalam
resep pengobatan mereka, apoteker bertanggungjawab dalam memastikan bahwa
pasien paham aspek-aspek kunci dari penggunaan pengobatan. Dalam menyajikan
pharmaceutical care, apoteker melangkah lebih maju untuk bertanggung jawab pada
semua kebutuhan terkait obat pada pasien. Kebutuhan-kebutuhan ini dirangkum dalam
kotak yang ada di bawah.

Lima kunci terkait kebutuhan obat pada pasien


Apoteker yang memberikan pelayanan kefarmasian harus memastikan bahwa ia memenuhi
kebutuhan sebagai berikut :
1. Pasien mendapatkan indikasi yang secukupnya untuk setiap obat yang mereka terima
2. Terapi obat pada pasien efektif
3. Terapi obat pada pasien aman
4. Pasien dapat mematuhi terapi obat dan aspek lainnya dalam renacana emeliharaan
kesehatan
5. Pasien mendapatkan semua terapi obat yang diperlukan untuk mengatasi beberapa
indikasi

Seperti yang ada di dalam daftar, apoteker harus yakin bahwa setiap pengobatan yang
diberikan adalah untuk tujuan yang logis dan bahwa obat memenuhi tujuan terapeutik-
tanpa tidak semestinya memberikan efek merugikan ataupun interaksi obat. Apoteker
juga harus memastikan bahwa pasien mampu untuk melaksanakan rejimen obat seperti
yang telah diinstruksikan dan bahwa pasien tidak mempunyai kondisi yang tidak
ditangani yang akan mempengaruhi penambahan terapi obat. Lima kebutuhan terkait
obat berhubungan dengan 7 macam masalah terapi obat (lihat Tabel 1). Hanya setelah
setiap dari lima kebutuhan sudah dievaluasi dan apoteker merasa percaya diri bahwa
dari setiap hal tersebut telah terpenuhi dan memberikan cara optimal dapat
disimpulkan bahwa pasien tidak mempunyai masalah terapi obat.
Tabel 1. Masalah yang Timbul Dari Tidak Bertemunya Kebutuhan Terkait Obat

Kebutuhan Terkait Obat Masalah Terapi Obat


Indikasi yang tepat 1. Terapi obat yang tidak dibutuhkan
Efektivitas 2. Salah obat
3. Dosis terlalu rendah
Keamanan 4. Reaksi obat yang merugikan
5. Dosis terlalu tinggi
Kepatuhan 6. Kepatuhan tidak sesuai
Indikasi yang tidak diobati 7. Membutuhkan terapi obat tambahan

 Penyebab Masalah Terapi Obat

Apoteker mengumpulkan data riwayat pasien, mengevaluasi data, dan


mengidentifikasikan masalah terapi obat, mereka juga harus menentukan penyebab
dari setiap masalah. Penting untuk mengetahui penyebabnya karena hal tersebut akan
mempengaruhi rencana pengobatan potensial yang akan diterapkan untuk
memecahkan masalah. Beberapa menit tambahan dalam menentukan penyebab dapat
mencegah apoteker dalam mengembangkan rencana yang pada akhirnya tidak
dibutuhkan pasien. Setiap masalah terapi obat pada Tabel 1 mempunyai penyebab
yang terbatas, dan akan ditunjukkan pada Tabel 2.

Kedua tabel menyajikan bukti yang kuat bahwa metode memcahkan masalah
pada saat ini tidak sesuai. Walaupun metodenya secara umum sering digunakan dalam
praktek kefarmasian yang memungkinkan apoteker untuk mengidentifikasikan
masalah sewaktu-waktu dengan resep berhubungan dengan kepatuhan, alergi,
interaksi obat, dan lainnya. Tidak semua masalah dan penyebab dapat
diidentifikasikan tanpa data lebih lanjut. Sebagai contoh, akan sangat tidak mungkin
bagi seorang apoteker untuk menentukan apakah terapi obat tambahan diperlukan
kecuali apoteker mengetahui kondisi medis pasien sekarang ini.
Tabel 2. Penyebab Dari Masalah Terapi Obat
Masalah Terapi Obat Penyebab
Terapi obat yang tidak dibutuhkan Tidak ada indikasi medis
Adiksi/ penggunaan obat untuk tujuan kesenangan
Terapi tanpa obat lebih tepat
Duplikasi terapi
Pengobatan untuk mecegah terjadi efek samping
Salah obat Bentuk sediaan obat tidak tepat
Ditemukan adanya kontraindikasi
Kondisi sukar disembuhkan dengan obat
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi tersebut
Tersedianya banyak obat lain yang lebih efektif
Dosis Terlalu Rendah Dosis tidak tepat
Frekuensi tidak tepat
Durasi tidak tepat
Penyimpanan tidak tepat
Pemberian tidak tepat
Interaksi obat
Reaksi Obat merugikan Obat tidak aman untuk pasien
Reaksi alergi
Rute pemberian tidak tepat
Interaksi obat
Dosis meningkat atau menurun dengan cepat
Efek yang tidak diharapkan
Dosis terlalu tinggi Dosis tidak tepat
Frekuensi tidak tepat
Durasi tidak tepat
Interaksi obat
Kegagalan penggunaan obat Produk obat tidak tersedia
Pasien tidak dapat menerima produk obat
Tidak dapat menelan obat atau dengan cara lain
Pasien tidak paham petunjuk terapi
Pasien memilih untuk tidak meminum obat
Butuh terapi obat tambahan Adanya kondisi lain yang tidak diobati
Terapi sinergis
Terapi profilaksis

Pendekatan pharmaceutical care untuk menerapkan apa yang dibutuhkan


untuk mampu mengidentifikasi masalah pada pasien daripada masalah dalam resep.
Tanpa pendekatan ini, hanya sedikit masalah tearapi obat yang akan ditemukan dan
diatasi. Dan apabila jika masalah diidentifikasikan tanpa data yang cukup akan sulit
utuk menentukan timbulnya penyebab masalah. Dalam beberapa kasus, sedikit
apoteker dapat melakukan tapi memberikan konseling pasien lebih lanjut dan
menekankan kepatuhan pasien. Praktisi pharmaceutical care dapat menentukan jika
pasien tidak patuh, karena dia memberikan efek meragukan, tidak mampu menebus
obat, atau tidak percaya pada obat. Jika masalah telah diketahui, memberikan
intervensi edukasi yang sesuai akan lebih cocok.

 Masalah Terapi Obat “Aktual dan Potensial”

Masalah terapi obat dapat berupa aktual atau potensial. Perbedaan antar
keduanya sangat penting, tapi tidak selalu muncul dalam prakteknya. Masalah aktual
adalah masalah yang telah terjadi, dan apoteker harus mencoba untuk mengatasinya.
Masalah potensial adalah masalah yang diperkirakan akan terjadi-suatu hal yang
beresiko untuk terjadi pada pasien- jika apoteker tidak segera membuat keputusan.
Ketika terjadi masalah terapi obat aktual, apoteker harus segera mengambil langkah
aksi. Jika terdapat masalah terapi obat potensial, apoteker harus segara mengambil
langkah yang diperlukan untuk mencegahnya.

Konsep dari masalah aktual dan potensial dapat menjadi isu yang melekat dalm
hubungan apoteker-dokter. Dalam praktek kefarmasian yang biasanya, kebanyakan
intervensi yang apoteker coba untuk buat dengan dokter adalah terkait dengan masalah
potensial. Seringkali, dokter tidak mempertimbangkan masalah potensial seperti yang
dilakukan apoteker. Sebagai contoh yang paling umum adalah interaksi obat-obat.
Kecuali pasien sedang menderita akibat toksisitas atau kurangnya efek klinis karena
interaksi obat-obat, hal tersebut merupakan DRP potensial. Terlalu sering, apoteker
menginformasikan kepada dokter bahwa masalah DRP potensial hanya untuk
menemukan bahwa dokter akan melanjutkan terapi seperti yang biasanya. Pada banyak
dokter, kecuali masalah potensial tersebut sangat mematikan, seperti interaksi yang
melibatkan warfarin, masalah potensial baru dianggap benar-benar potensial.
Konsekuensinya dari masalah potensial harus secara sering sangat membahayakan
barulah seorang dokter tergerak untuk melakukannya.

Walaupun menemukan dan mengatasi masalah terapi obat membutuhkan


proses pemikiran yang baru, hal tersebut tidaklah jauh dari proses berfikir apoteker
sebelumnya. Apoteker telah dilatih untuk menentukan resep dan mengidentifikasikan
masalah potensial, pharmaceutical care akan memberikan proses ini selangkah lebih
maju untuk pasien. Aspek yang paling menantang dari memberikan pelayanan
kefarmasian adalah belajar untuk fokus kepada pasien, tanyakan pertanyaan yang
tepat, dan kembangkan kemampuan penyelidikan dan yang baik pada pasien.

 Data objektif
Merupakan data yang dapat diukur, dapat diobservasi dan tidak dipengaruhi
oleh emosi dan peerasaan. Data objektif kebanyakan merupakan angka-angka.
Contohnya seperti tanda vital dan hasil laboratorium seperti hasil lab glukosa
darah dan kolesterol

 Data subjektif
Merupakan data yang tidak dapat diukur secara langsung dan tidak terlalu
akurat. Seringkali diberikan/ dirasakn langsung oleh pasien contohnya seperti
riwayat kesehatan pasien, riwayat penyakit, status kesehatan, status social
pasien. Apoteker memiliki keterbatasan untuk mengkonfirmasi apakah data
yang diberikan pasien itu benar.

 Tujuan dilakukannya wawancara antara apoteker dengan pasien :


1. Memberikan informasi penting dari pasien kepada apoteker
2. Memudahkan apoteker dalam memutuskan terapi obat yang tepat
3. Mengembangkan rencana terapi kedepan

 3 prime question :
1. Apa yang dokter katakana mengenai obat yang diberikan?
2. Apa yang dokter katakana mengenai penggunaan obat anda?
3. Apa harapan yang akan dicapai pasien tentang pengobatan yang
dilakukan?
 Screening question :
1. Lokasi : dimana maslaah/gejalanya?
2. Kualitas : seperti apa gejala tersebut?
3. Kuantitas: seberapa parah gejala tersebut muncul?
4. Waktu : berapa lama/sering gejala tersebut muncul?
5. Setting : bagaiamana gejala tersebut terjadi?
6. Faktor modifikasi : apa yang membuat gejala tersebut membaik atau
bertambah parah?
7. Gejala terkait : gejala lain apa yang anda rasakan?

 Langkah-langkah wawancara yang baik :


1. Sapa pasien, senyum, buat perkenalan dan buat kontak mata yang baik
2. Jelaskan fungsi proses wawancara saat sdang berkomunikasi dengan
hangat dan ramah
3. Arahkan pasien keruang konsultasi
4. Jelaskan proses wawancara secara detail, termasuk mengapa informasi
pasien dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut disimpan dan bagaimana
informasi tersebut digunakan untuk tujuan pengobatan
5. Perkiraan seberapa lama proses wawancara akan berlangsung dan pastikan
pasien memiliki waktu
6. Gunakan bahasa dan sikap yang mneunjukkan apoteker seorang yang
professional
7. Perhatikan bahasa tubuh selama wawancara, seperti kontak mata, ekpresi
wajah dan posisi tubuh
8. Gunakan pertanyaan yang open ended, dimulai dari pertanyaan umm
kemudian spesifik
9. Berikan pasien cukup waktu untuk merespon
10. Menjadi pendengar yang baik
11. Untuk menghindari terlihat berpikir tentang apa yang akan dibicarakan,
gunaan daftar pertanyaan untuk lebih cepat
12. Tanyakan pada pasien apakah ada informasi yang belum jelas
 Wawancara pasien :
1. Informasi demografis, termasuk keadaan finansial dan status asuransi
pasien
2. Status kesehatan dan aktivitas, termasuk diet, olahraga dan informasi social
3. Riwayat pengobatan
4. Riwayat medis
5. Riwayat penyakit penyerta
6. Perasaan dan persepsi pasien terkait kondisi dan penyakitnya
 Pendekatan sistematis adalah kunci
Mengikuti metode yang sistematik, Apoteker mampu untuk melihat apa yang
dibutuhkan dan masalah apa yang sebernya merupakan masalah terapi obat,
mengidentifikasi masalah potensial, atau temukan jika mereka harus mengumpulkan
lebih banyak informasi. Meskipun masuk akal untuk mengasumsikan bahwa praktisi
perawatan farmasi menggunakan serangkaian pertanyaan standar untuk memeriksa
setiap kebutuhan pasien, mereka tidak mendekati evaluasi data dengan cara ini.
sebagai gantinya, metode tipikal --- dikosongkan dalam bab ini ---- berfokus pada obat
dan penyakit pasien sebagai cara untuk menilai kebutuhan dan mengidentifikasi
masalah. untuk daftar singkat dari pmasalah terapi obat yang terkait dengan kebutuhan
terkait obat spesifik, yang dibahas bab ini, lihat bab, tabel 1 (halaman 20)

 Membandingkan masalah dengan pengobatan

Setelah menentukan semua kondisi medis pasien, gejala, dan terapi obat, apoteker
harus dapat membandingkan masalah kesehatan yang dialami pasien dengan daftar
obatnya. Apoteker perlu menjawab dua pertanyaan dasar, yaitu:

1. Apakah semua kondisi pasien sudah teratasi?


2. Apakah obat yang diberikan sudah dapat mengatasi kondisi pasien?

Pertama, apoteker harus dapat menentukan apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi setiap kondisi medis pasien beriut gejalanya. Dalam kebanyakan kasus,
pasien akan menerima satu atau lebih obat untuk setiap kondisi, tetapi penting untuk
dicatat bahwa beberapa kondisi dapat diatasi dengan cara lain selain terapi obat.

Diantara terapi non obat yang umum adalah diet, olah raga dan operasi. Diet
dan olah raga terutama adalah andalan terapeutik untuk pasien dengan diabetes,
hipertensi, dan kondisi kronis lainnya. Terapi non obat tambahan yang dikenal sebagai
“watchful waiting” adalah bentuk pemantauan pasien intensif. Dokter biasanya
menggunakannya ketika manfaat dari memulai terapi obat mungkin tidak melebihi
resikonya. Pasien dengan disritmia jantung tertentu seperti kontraksi ventrikel
prematur atau pasien yang mungkin mengalami hipertensi, sering ditangani dnegan
cara ini. Sampai penyakit yang cukup berat untuk menempatkan pasien pada resiko,
dokter mungkin hanya memilih untuk mengevaluasi kembali pasien pada interval yang
sering. Setelah penyakit telah berkembang ke titik dimana resiko terapi obat dapat
diterima, dibandingkan dengan resiko penyakit yang tidak diobati, obat yang tepat
dapat diresepkan. “Watchful waiting” tidak sama dengan tidak melakukan apa-apa.
Tujuannya adalah untuk memantau pasien dengan seksama.

 Indikasi yang tidak diobati


Ketika apoteker menemukan bahwa ada penyakit yang tidak diatasi dengan
pengobatan atau terapi tanpa obat, apoteker dapat menyimpulkan bahwa pasien
menerima DRP yaitu adanya indikasi yang tidak diobati. Namun, jika terdapat satu
atau lebih gejala yang belum diobati, apoteker tidak dapat langsung menyimpulkan
bahwa pasien mendapatkan DRP. Hanya setelah gejala tersebut dievaluasi dan dinilai
bahwa gejala tersebut bukan disebabkan oleh obat, maka apoteker dapat mengatakan
dengan aman bahwa terapi tambahan mungkin dibutuhkan dan pasien mendapatkan
DRP.

 Indikasi untuk setiap obat

Setelah apoteker puas bahwa setiap kondisi sedang dirawat (kelayakan perawatan akan
dipertimbangkan kemudian), langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa setiap
obat berkorelasi dengan kondisi medis. Jika apoteker tidak dapat mengatakan dengan
pasti mengapa seorang pasien menggunakan obat, terapi obat mungkin tidak
diperlukan. Namun, sebelum kesimpulan ini diambil secara otomatis, apoteker harus
terlebih dahulu memikirkan apakah lebih banyak data diperlukan. Kadang-kadang
pasien tidak tahu indikasi untuk pengobatan mereka, itulah sebabnya mengapa
apoteker harus mengkonfirmasi indikasi kepada dokter atau anggota keluarga.
Jika seorang pasien menggunakan terapi ganda tanpa penyebab yang cukup, ini juga
merupakan masalah terapi obat. Di masa lalu, masalah seperti itu biasanya telah
diidentifikasi oleh program skrining komputer. Karena program-program ini tidak
menggunakan data khusus pasien, beberapa masalah yang disebut telah muncul
sebagai penggunaan dua obat yang disengaja dan rasional. Menggunakan model
perawatan farmasi. Apoteker dapat memutuskan apakah terapi ganda adalah
farmakoterapi rasional.
Terapi umum tanpa obat :
 Diet
 Olahraga
 Operasi
 Menunggu dengan waspada : Pemantauan pasien intensif.
Masalah terakhir dengan kecukupan indikasi adalah penggunaan obat yang tidak perlu
untuk mengobati efek samping dari obat kedua. Pasien yang menggunakan berbagai
macam obat, termasuk orang lanjut usia, memiliki risiko khusus untuk masalah ini,
yang dapat ditemukan oleh apoteker ketika meninjau indikasi obat pasien. Jika pasien
tidak memerlukan obat yang menyebabkan efek samping, atau jika dapat dengan aman
beralih ke obat lain tanpa profil efek samping yang sama, maka itu jelas merupakan
efek samping yang dapat dihindari. Di sisi lain, jika obat yang menyebabkan efek
buruk tidak dapat diubah atau dihentikan. maka efek buruknya tidak dapat dihindarkan
dan mungkin perlu ditangani.
Setelah menyelesaikan pendidikan pasien sebelumnya, apoteker telah memastikan
bahwa setiap obat memiliki indikasi dan setiap indikasi memiliki obat - atau setidaknya
terapi - miliki. Dengan cara ini, apoteker sekarang dapat menilai apakah kebutuhan
pasien terpenuhi setelah indikasi yang tepat dan indikasi yang tidak diobati. Selain itu,
apoteker harus dapat mengidentifikasi masalah perawatan medis yang terkait dengan
kebutuhan ini. Jika apoteker belum bisa membuat penilaian itu, dia harus
mengumpulkan data lebih lanjut dan mengulangi evaluasi.

 Keamanan, efikasi dan kepatuhan


Masalah terapi obat berhubungan dengan keamanan dan efikasi yang merupakan salah
satu bidang yang paling umum untuk konflik antara apoteker-dokter. Cara terbaik
untuk menghindari konflik adalah apoteker harus memiliki bukti yang cukup bahwa
pasien menunjukkan, atau berisiko untuk bahaya dari masalah terapi obat. Bukti
seperti itu mutlak membutuhkan data spesifik pasien.
Pertama apoteker harus meninjau dosis, interval dosis, durasi terapi, dan
bentuk sediaan untuk setiap obat pada daftar obat pasien. Karena praktik ini
mengharuskan apoteker untuk meninjau ulang antara obat itu sendiri dan respon pasien
terhadapnya, itu memberikan bukti seberapa baik kebutuhan obat pasien untuk
keamanan dan efikasi terpenuhi.

 Ketepatan Dosis

Ketepatan dosis adalah dosis dari masing-masing obat yang tepat, apakah terlalu
tinggi, atau terlalu rendah. Hal ini merupakan masalah pertama bagi apoteker dalam
melakukan evaluasi yang sistematis. Penilaian terhadap ketepatan dosis obat harus
sebisa mungkin dilakukan menggunakan data spesifik pasien seperti umur, berat
badan, obat yang digunakan bersamaan dan penyakit, ibu hamil atau ibu yang sedang
menyusui, dll.
Untuk mengevaluasi secara pasti ketepatan dosis obat, perlu dilakukan
penilaian respons pasien terhadap pengobatan. Jika dosis dibiarkan terlalu rendah
tetapi data subjektif dan/data objektif menunjukkan bahwa pasien memberikan respon
terhadap obat, maka sulit untuk memastikan apakah pasien tersebut memiliki masalah
terapi obat yang aktual terkait dosis yang terlalu rendah.
Disamping itu, masalah terapi obat yang potensial seringkali diidentifikasi
hanya dengan menetapkan resiko dari pasien yang bersangkutan. Ukuran seberapa
besar resiko tersebut biasanya dapat diperkirakan menggunakan informasi dari
literatur.

 Frekuensi Pemberian Obat


Apakah waktu pemberian obat tepat, terlalu sering, atau tidak terlalu sering?
Pertanyaan ini terkait dengan kebutuhan pasien akan keamanan dan khasiat dari terapi
obat dan untuk mengetahui apakah dosis terlalu tinggi atau terlalu rendah? Interval
(frekuensi) dosis dievaluasi sama halnya dengan kekuatan obat; respon klinis pasien
dan toksisitasnya harus diperiksa. Jika tidak ada gejala yang tidak diinginkan, pasien
tidak memiliki masalah terapi obat yang aktual.

 Durasi Terapi
Apakah durasi terapi setiap obat yang tepat, terlalu panjang atau terlalu
pendek? Masalah yang sama belaku juga untuk kekuatan dan interval dosis. Data
spesifik pasien harus dievaluasi, jika memungkinkan, sebelum apoteker
menyimpulkan bahwa adanya masalah, literatur dapat digunakan untuk membenarkan
adanya potensi masalah.

 Bentuk Obat
Masalah bentuk sediaan memiliki perhatian khusus. Tidak ada pelayanan
kesehatan lain yang memiliki pelatihan dalam bentuk sediaan yang dimiliki oleh
Apoteker. Bahkan, pengetahuan mengenai bentuk sediaan adalah salah satu bakat unik
Apoteker. Tenaga kefarmasian menempatkan pengetahuan ini untuk digunakan
mengevaluasi setiap bentuk sediaan untuk pasien mereka.
Masalah bentuk sediaan yang paling sering ditemukan yaitu dengan obat hirup,
Apoteker mengidentifikasi dengan teknik memeriksa pasien dengan dosis terukur atau
inhaler lainnya. Namun, ada masalah bentuk sediaan dengan rute administrasi lainnya
juga. Teknik injeksi dan ketepatan rute parenteral harus dievaluasi untuk pasien obat
suntik sendiri saat dirumah.
Tergantung pada bentuk sediaan yang dipertimbangkan, Apoteker harus
bertanya pada diri sendiri dengan berbagai pertanyaan:
1. Apakah pasien memiliki ketajaman visual dan ketangkasan manual untuk
menyiapkan dosis secara akurat?
2. Akankah bentuk sediaan topikal, tetes telinga, ophtalmik, atau rektal disimpan
dan digunakan dengan benar?
3. Apakah pekerjaan dan kegiatan sekolah pasien dapat mencegahnya dari
menggunakan bentuk sediaan dengan benar?
4. Jika pasien menggunakan patch, apakah dia mengerti bagaimana
menerapkannya dan seberapa sering mengubahnya?
5. Apakah pasien menelan semua bentuk sediaan oral atau apakah dia
menghancurkannya?
6. Apakah sediaan sustained release digunakan dengan benar?
7. Bentuk sediaan cair diukur secara akurat sebelum diberikan? Apakah sediaan
cair tersebut disimpan dengan benar dan dikocok sebelum digunakan?
8. Apakah sediaan sublingual digunakan dengan benar?

 Obat yang benar atau salah


Setelah mengevaluasi bentuk sediaan, Apoteker harus memastikan bahwa
setiap obat yang dipakai pasien adalah yang tepat untuk kondisi tersebut.
Argumen "obat yang tepat" adalah farmasi klinis lama dan secara historis
merupakan daerah ketegangan yang signifikan antara apoteker dan dokter. Seperti
yang dijelaskan dalam Bab 2, menyatakan bahwa pasien menderita masalah terapi obat
"salah obat" secara tidak sengaja menyinggung dokter. Hubungan apoteker-dokter
sering memainkan peran penting dalam bagaimana masalah yang terkait dengan
pilihan terapi obat dievaluasi dan dipecahkan. Meskipun masing-masing fungsi
profesional dengan menggunakan keterampilan dan nilai-nilai unik untuk profesinya,
sudut pandang mereka biasanya sangat berbeda. Secara historis, pertimbangan utama
dokter adalah pasien, sedangkan untuk terapi obat atau setidaknya itu muncul ke
dokter.
 Kontraindikasi
Jika seorang pasien memiliki kontraindikasi yang jelas terhadap obat, itu juga
merupakan pilihan obat yang salah. Dokter umumnya cenderung untuk menerima
rekomendasi apoteker dalam kasus seperti itu karena memberi obat kontraindikasi
yang jelas membuka mereka untuk gugatan. Jauh lebih sering, bagaimanapun,
kontraindikasi itu relatif, tidak mutlak. Kontraindikasi relatif adalah masalah
penilaian, dimana apoteker dan dokter tidak akan selalu setuju tentang betapa
pentingnya kontraindikasi yang relatif. Sebanyak mungkin mengajarkan pasien-
sespesifik mungkin, dan pengetahuan yang baik tentang literatur, adalah alat kunci
apoteker untuk menangani pertanyaan kontraindikasi yang mungkin.

 Kondisi yang sulit diatasi atau terapi yang lebih efektif


Alasan lain untuk memutuskan obat itu "salah" adalah bahwa kondisi pasien yang sulit
diatasi terhadap terapi. Hal ini dapat dilihat, misalnya, pada pasien dengan terapi
hipoglikemik oral yang belum merespon dosis maksimal dari beberapa obat. Pada
pasien yang diabetesnya mungkin menjadi sulit diatasi terhadap sulfonilurea, peran
insulin perlu dieksplorasi. atau, mungkin pasien tidak merespons terapi karena obat
yang digunakan tidak diindikasikan untuk kondisi tersebut. Akhirnya, mungkin ada
terapi obat yang lebih efektif tersedia dari pada obat yang saat ini telah dijelaskan
sebelumnya. Ini semua adalah panggilan penilaian. Apakah suatu kondisi telah
menjadi refraktor hanya dapat ditentukan jika ada bukti yang meyakinkan, baik
subjektif atau obyektif, bahwa pasien tidak lagi menanggapi terapi. Karena kesimpulan
ini melibatkan keputusan tentang patofisiologi dan bagaimana keadaan penyakit
berkembang, dokter dapat melihat keterlibatan apoteker sebagai upaya untuk
mendiagnosis atau mengevaluasi keadaan penyakit.

 Masalah kepatuhan
Selanjutnya, apoteker membahas kebutuhan pasien untuk kepatuhan terhadap terapi
obat. Apakah pasien sesuai atau tidak? Karena sebagian besar apoteker telah
menghabiskan karir mereka untuk membantu pasien dengan masalah kepatuhan.
Namun, dalam praktik perawatan farmasi, mengidentifikasi masalah kepatuhan
hanyalah langkah pertama; Apoteker juga harus mencari tahu penyebab
ketidakpatuhan pasien.

 Efek samping dan interaksi obat

Evaluasi efek samping dan interaksi obat dibahas terakhir, karena tanggapan pasien
terhadap terapi obat di bagian sebelumnya dari evaluasi mengungkapkan masalah
utama jenis ini tanpa secara khusus. Efek samping yang berkaitan dengan obat-obatan
yang tidak aman bagi pasien harus ditemukan ketika menentukan apakah pasien
menggunakan obat yang tepat. Demikian pula, efek samping yang disebabkan oleh
perubahan cepat dalam bentuk dosis dan dosis harus tidak tepat pemberian obat ketika
dosis dan bentuk sediaan dievaluasi. Satu jenis efek samping yang perlu diidentifikasi
secara terpisah berhubungan dengan alergi obat. Ketika seorang apoteker menilai
pasien, dia harus mempertimbangkan apakah salah satu kondisi pasien dapat
dijelaskan oleh reaksi alergi terhadap obat.

Rencana perawatan adalah serangkaian tindakan untuk membantu pasien


mencapai tujuan yang berhubungan dengan kesehatan tertentu. Rencana perawatan
sebuh "produk" yang diberikan oleh praktisi farmasi yang merupakan sebuah proses
konkert untuk mengoptimalkan kesehatan dan kesejahteraan pasien
Untuk membuat rencana perawatan, farmasis/apoteker bekerja sama dengan
pasien dan penyediaan perawatan kesehatan lainnya seperti untuk
mengidentifikasikan, evaluasi dan memilih metode untuk memastikan terapi obat
yang efektif dan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan

 Pengaturan Tujuan Terapi


Langkah pertama dalam mengembangkan rencana perawatan adalah menentukan hasil
yang diharapkan apoteker untuk meringankan atau, dengan kata, membentuk tujuan
terapeutik dan membuat pasien menemukan bahwa pasien dan apoteker tidak memiliki
tujuan yang sama, pasien tidak mungkin mematuhi rencana perawatan yang dirancang
untuk mengarsipkannya.
Kadang-kadang tujuan yang ada dalam benak pasien tidak realistis, yang
berarti apoteker harus memberikan pendidikan yang signifikan untuk membuat pasien
menyadari batas-batas apa yang mungkin dicapai
Apoteker harus menjelaskan secara hati-hati dan lengkap untuk meningkatkan
kepatuhan pasien merupkan unsur-unsur penting dari rencana perawatan farmasi.
Apoteker harus memastikan bahwa tujuan mereka dapat dicapai, dapat diukur, dan
konsisten dengan tanggung jawab profesional apoteker.

 Arti Sebuah Tujuan


Beberapa kali apoteker mengembangkan tujuan khusus pasien, mereka cenderung
tidak jelas. Untuk menghindari jebakan ini, apoteker harus memastikan bahwa tujuan
mereka dapat dicapai, dapat diukur, dan konsisten dengan tanggung jawab profesional
mereka. Tujuan mereka dapat dicapai, terukur, dan konsisten. Tujuan harus ditentukan
secara jelas. Karena apoteker tidak secara eksplisit mendefinisikan sasarannya untuk
pasien, tidak ada cara untuk menentukan apakah mereka telah tercapai dan dengan
demikian mereka tidak dapat dicapai

 Metode yang Membingungkan Tujuan


Perangkap terjadi pada apoteker ketika menetapkan tujuan terapi adalah mengacaukan
tujuan dengan metode pelaksanaannya: yaitu, salah mendefinisikan tujuan rencana
perawatan. Misalnya, apoteker mengevaluasi pasien mengetahui bahwa anggur merah
adalah pemicu yang untuk sakit migrennya. Tujuan terapi bukanlah untuk mendidik
pasien dan meyakinkan dia untuk berhenti minum anggur merah. Itulah rencananya.
Tujuannya adalah agar pasien tidak lagi mengeluh migraine. Meskipun perbedaan
antara tujuan dan rencana mungkin tampak jelas dalam retrospeksi, dalam praktek
apoteker ini sangat membingungkan

 Memprioritaskan Masalah
Setelah apoteker mengidentifikasi pasien hingga tujuan terjangkau, dapat terukur,
tanggung jawab secara professional dan tidak membingungkan dengan rencana
perawatan. Kemudian memprioritaskan tujuan berdasarkan kepentingan pelayanan
pasien. Kriteria yang tercantum harus dipertimbangkan, sebagai berikut :
 Kriteria yang tercantum dalam memprioritaskan masalah pasien dengan 1
penyakit adalah :
Memahami masalah
Kesungguhan dalam masalah
Persepsi pasien dalam kesungguhan dan masalah yang mendesak
Kesanggupan dalam memperbaiki masalah
Kepatutan apoteker dalam menangani masalah
 Kriteria memprioritaskan pasien dengan 2 masalah terapi obat yaitu :
Dia membutuhkan terapi tambahan untuk kankernya.
Dia mengalami efek samping konstipasi disebabkan karena obat
narkotik.
Kunci pertanyaan dapat dipertimbangkan dengan masalah oleh apoteker dengan
menggunakan alat kefarmasian. Masing-masing tenaga kesehatan profesional harus
bekerja dalam suatu masalah yang setara, dengan tujuan yang umum atau memecahkan
masalah terapi obat dan masalah kesehatan lainnya.

 Perencanaan Perawatan
Saat membuat rencana perawatan, apoteker harus mengintegrasikan semua aspek
seperti : riwayat pasien, patofisiologi, faktor sosial atau ekonomi yang berhubungan
dengan kesehatan, dan obat-obatan (termasuk farmakologi, terapi, kimiawi obat, dan
bentuk sediaan).
Ketika mempertimbangkan pilihan, apoteker harus mengevaluasi pengobataan
alternatif pada pasien dan, bila perlu, penyedia layanan kesehatan lain untuk memilih
yang terbaik. Hindari terburu-buru agar dapat menerima solusi yang muncul, karena
biasanya setidaknya ada dua pilihan untuk masalah terapi obat.
Jika terapi obat harus dimodifikasi, apoteker harus menyelidiki terapi alternatif
untuk menyelaraskan keampuhan, keamanan dan biaya. Biaya terapi dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien, seperti juga aspek psikososial penyakit atau
preferensi pasien tertentu.
 Perawatan Yang Buruk
Pertanyaan Pada Diri Anda Sebagai Apoteker
1. Mengingat semua hal saya ketahui tentang pasien, sistem perawatan, dan terapi obat
apa yang mungkin bisa saya lakukan
2. Dari semua pilihan ini, apa hal terbaik yang harus saya lakukan?
Saat apoteker menyusun rencana perawatan, perawatan yang buruk didapatkan
karena mereka tidak memikirkan semua hal yang harus mereka ketahui dan memeriksa
alternative perawatan. Mereka menerapkan metode yang tampaknya paling masuk
akal untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien, dan hal ini menjadi rencana
perawatan. Perlu diingat bahwa intervensi yang paling jelas mungkin bukan yang
terbaik. Untuk contoh, pada pasien dengan struktur esofagus yang memiliki kesulitan
menelan obat bentuk sediaan padat, rencana yang paling jelas akan beralih ke bentuk
sediaan cair. Tetapi karena bentuk sediaan cair lebih mahal daripada dosis tablet atau
kapsul, rencana perawatan ini "jelas" bukan yang terbaik pada pasien dengan
penghasilan terbatas dan tanpa asuransi resep. Rencana perawatan lain membuat
pasien meremukkan tablet dan meminumnya dengan jelly. Tidak masuk akal ketika
berhadapan dengan obat pelepasan lambat yang tidak boleh dihancurkan.

 Penelitian
Pada saat melakukan rencana perawatan apoteker perlu melakukan penelitian yaitu :
Penyakit pasien
Konsekuensi terhadap pasien dari program terapi obat tertentu
Terapi farmakologi dan terapi non farmakologi
Dosis, efek samping, dan interaksi terapi

Setelah melakukan penelitian, apoteker harus mempertimbangkan bagaimana


kombinasi karakteristik pasien sesuai dengan "gambaran" dari keadaan penyakit dan
kondisi yang diderita pasien. Apoteker mungkin perlu meninjau bagaimana
manajemen pasien tertentu berbeda tergantung pada karakteristik individual. Pilihan
obat, interval dosis, atau durasi terapi mungkin berbeda untuk pasien yang berbeda,
walau memiliki infeksi yang sama.

 Intervensi yang berfokus pada pasien


Intervensi yang berfokus pada pasien di antaranya yaitu membantu pasien dalam
masalah kepatuhan, memberikan edukasi kepada pasien, memantau pasien, atau
menerapkan terapi non-obat seperti program pengendalian berat badan. . Intervensi
yang berfokus pada pasien biasanya tidak memerlukan izin dokter untuk
melaksanakannya.
Program manajemen penyakit yang dirancang dengan baik mencakup
spesifikasi pendidikan atau intervensi pemantauan pasien bahwa apoteker akan
melaksanakannya secara konsisten dan mode sistematis. Pada program asma, sebagai
contoh: apoteker dapat mengajarkan kepada pasien tentang cara mengontrol debu,
hewan peliharaan, pemicu asma, berhenti merokok, pemantauan aliran udara,
intervensi teknik inhaler, hal tersebut sepenuhnya bersifat mengedukasi dan tidak
berhubungan dengan obat.

 Intervensi yang berfokus pada obat


Intervensi yang berfokus pada obat memerlukan beberapa jenis perubahan dalam
terapi obat pasien. Perubahan potensial seperti menambahkan, menghentikan, atau
mengubah obat, mengubah dosis, interval sediaan, atau bentuk sediaan.
Rekomendasi obat yang diberikan kepada dokter harus jelas dan spesifik.
membuat saran yang tidak spesifik memungkinkan bahwa dokter bisa memilih terapi
yang dapat menghasilkan masalah terkait obat baru.

 Intervensi ‘tidak melakukan apa-apa’


Secara historis, karena apoteker tidak mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
terapi obat dengan cara yang konsisten, "tidak melakukan apa-apa" pada dasarnya
adalah tindakan yang tidak mereka sadari bahwa segala sesuatu harus dilakukan.
 Langkah Terakhir
Salah satu langkah terakhir dalam mengembangkan rencana terapi adalah membuat
strategi untuk mewujudkan keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian strategi
tersebut harus memberikan informasi yang obyektif dan subyektif. Pada akhirnya
apoteker harus mengkaji kembali rencana terapi terhadap pasien,, pengobatan yang
benar dapat mencapai suatu keberhasilan dari terapi obat tersebut.

 Implementasi Rencana Terapi


Ketika memberikan Asuhan kefarmasian , penting untuk apoteker memastikan bahwa
pasien mematuhi rencana terapi tersebut. Dengan kata lain, apoteker harus memastikan
bahwa pasien memiliki persediaan obat yang cukup dan informasi yang diberikan
dimengerti oleh si pasien tersebut.. Jika pemeriksaan ini tidak dilakukan dan rencana
terapi tidak dilaksanakan dengan benar. Maka tujuan yang diinginkan untuk terapi
tidak akan tercapai.

 Fokus ke pelayanan terapi pasien.


Melakukan rencana terapi yang berfokus ke pasien tidak terlalu rumit, terutama jika
apoteker telah membangun suatu hubungan terapeutik dengan pasien yang telah
menyetujui untuk mengikuti terapi tersebut. Dan apoteker hanya pelu melakukan :
1. Rencana pemeriksaan pasien
2. Kontrol pasien Apakah perlu persediaan obat
3. Buat pasien agar mengikuti apa yang kita suruh lakukan
4. Buat pasien agar mengikuti semua evaluasi penyakitnya.

 Pastikan pemahaman
Selama melakukan asuhan kefarmasian pasien seharusnya dapat menjelaskan kepada
apoteker seberapa banyak mereka memahami apa obatnya, bagaimana cara
memakainya, dan apa yang diharapkan setelah pengobatan ini selesai, selama
wawancara pasien, apoteker mengetahui bahwa pasien memahami atau tidak
memahami terapi pengobatan dia sendiri, kemudian memperbaiki Kesalahan
pengetahuan menjadi langkah dalam menerapkan rencana terapi..
 Perubahan terhadap gaya hidup
Rencana Terapi pengobatan yang berhubungan dengan gaya hidup adalah masalah
yang paling umum. karena hampir semua orang setuju dengan kebijaksanaan
menurunkan berat badan, berhenti merokok, makan dengan benar dan mendapatkan
kualitas tidur yang baik dan berolahraga. Namun, ini adalah salah satu intervensi yang
paling sulit bagi apoteker untuk diterapkan dan agar pasien patuh. Intervensi terfokus
pada pasien yang melibatkan perubahan gaya hidup memerlukan edukasi yang dalam
terhadap pasien.

 Mekanisme Pemantauan
Mekanisme pemantauan dilaksanakan untuk membantu pasien mengerti menggunakan
obat atau mengetahui perkembangan kondisi penyakit yang dideritanya. Apoteker
dapat memberitahu dan mempratekkan bersama pasien kinerja dari alat-alat
laboratorium. Apoteker juga harus mempertimbangkan status keuangan dari pasien
untuk tidak menghambat mekanisme pemantauan tersebut.

 Kasus yang Rumit


Pada pasien yang mengalami penyakit dan perawatan yang rumit, apoteker mungkin
harus mengedukasi pasien dengan langkah-langkah yang dapat dikerjakan secara
bersamaan. Apoteker juga harus memastikan alat yang digunakan saat perawatan di
rumah aman.

 Pemeriksaan terakhir
Pemeriksaan terakhir untuk memastikan seluruh kegiatan pasien sudah terkoordinasi,
apoteker harus memverifikasi;
1. Pasien telah memiliki hubungan timbal balik dengan dokter mereka
2. Pasien mengetahui kapan dan dimana mereka melapor untuk pamantauan
laboratorium lebih lanjut
3. Waktu dan mekanisme yang telah ditetapkan untuk tindak lanjut dari apoteker
 Rencana perawatan berorientasi obat
Dengan pengecualian bahwa terdapat rencana perawatan dengan obat yang tidak
diresepkan, rencana perawatan yang berorientasi obat biasanya memerlukan kerjasama
dengan dokter. Akibatnya hal tersebut lebih kompleks untuk diterapkan. Langkah
pertama adalah memastikan bahwa pasien memahami dan telah menyetujui perubahan
terapi obat yang telah diajukan oleh apoteker. Kemudian apoteker dapat menghubungi
dokter untuk mengajukan perubahan. Saran-saran yang digunakan harus sespesifik
mungkin. Apoteker harus menguraikan rekomendasi mereka kepada dokter pada
bidang narkoba, dosis, bentuk dosis, durasi terapi, parameter pemantauan yang tepat,
siapa yang akan melakukan pemantauan dan kapan.

 Pasien yang memberikan rencana perawatan


Terdapat kemungkinan pasien menemui dokter untuk mendiskusikan rencana
perawatan yang digunakan. Hal tersebut mungkin dari masalah yang kurang mendesak
atau jadwal bertemu dokter yang datang segera. Apoteker harus menghormati
preferensi pasien tersebut. Namun hal tersebut berisiko bahwa informasi yang
disampaikan pasien kepada dokter salah, tidak lengkap, atau pada tempat penekanan
yang salah. Apoteker harus membuat rencana perawatan di atas kertas dan meminta
pasien membawa salinan ke kantor dokter

 Usulan solusi untuk mengembangkan hubungan professional dengan


dokter
Hubungan yang saling menghormati antara dokter dan apoteker sangat diperlukan.
Namun hal tersebut tidak ditemukan di beberapa hubungan apoteker dengan dokter.
Masalah utamanya adalah komunikasi yang mungkin salah tangkap dari kedua belah
pihak. Oleh karenanya harus diperlukan langkah-langkah yang lebih cerdas untuk
mengubah dinamika hubungan antara apoteker dan dokter, diantaranya dengan
bertemu langsung menyampaikan maksud dari perubahan praktik apoteker untuk
memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien, menjelaskan tupoksi apoteker
untuk dapat mengefisienkan waktu perawatan, dan menunjukan kepada dokter secara
konsisten bahwa perubahan ini semata-mata untuk memberikan pelayanan kepada
pasien yang lebih baik. Untuk apoteker yang mungkin kurang aktif berhubungan
dengan dokter, dapat secara langsung mendiskusikan solusi yang tepat daripada hanya
menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah perawatan.

 Mendiskusikan Rencana Melalui Telepon


Ketika melibatkan dokter melalui telepon, sangat penting bagi apoteker:
 Tahu apa yang ingin mereka katakan sebelum melakukan panggilan.
 Memiliki setidaknya satu solusi untuk setiap masalah terapi obat yang dibahas.
 Pertimbangkan sebelumnya bagaimana panggilan terdengar bagi seorang dokter
yang tidak menyadari bahwa ada masalah.

Berbicara melalui telepon,


sangat langka

Apoteker Dokter
Hanya yang sudah dekat dan
waktu menelponnya pas yang bisa
Metode yang
baik melalui

Media faks atau surat

Kelebihannya yaitu:
1. Itu memungkinkan apoteker untuk memikirkan rencana perawatan secara
menyeluruh, karena itu harus dituliskan. mereka dapat mempertimbangkan dengan
tepat apa yang ingin mereka katakan kepada dokter dan cara terbaik untuk
mengatakannya.
2. Dokter dapat mengontemplasikan saran apoteker secara panjang lebar tanpa harus
segera bereaksi dalam menanggapi panggilan telepon.
3. Yang terakhir berfungsi sebagai bentuk dokumentasi yang dapat disimpan oleh
apoteker dan dokter dalam bagan pasien sebagai catatan aktivitas mereka
 Tip Komunikasi: Ketahui Apa Yang Ingin Anda Katakan
Mengembangkan rencana perawatan yang berfokus pada obat terkadang lebih mudah
daripada menggunakan keterampilan komunikasi yang diperlukan untuk
menerapkannya. Terlalu sering, apoteker menelepon kantor dokter sebelum mereka
menyelesaikan semua yang ingin mereka katakan. Bahkan ketika mereka telah
membuat rencana perawatan yang dapat dipertahankan, mereka mungkin lalai untuk
menyakinkan ke dokter dengan tepat. Sebagai contoh, ketika ada pasien datang ingin
menebus obat, akan tetapi dikarenakan masalah ekonomi, pasien tersebut hanya akan
membelinya ketika gejala sudah parah saja. Kemudian apoteker pun menyarankan
kepada dokter untuk mengganti rencana perawatan lain. Tetapi dokter tersebut
menolak. Hal ini karena apoteker tidak menjelaskan masalah dengan jelas dan tidak
dapat mempertahankan rencana perawatannya tersebut. Jadi sebaiknya, apoteker harus
memastikan bahwa kata-katanya jelas dan ringkas, namun menyeluruh; bahwa
masalahnya sudah jelas; bahwa suatu solusi diusulkan; dan bahwa tidak ada apa pun
dalam surat itu yang secara tidak sengaja tersinggung. Karena berlangsung lambat,
media fax/surat ini tidak disarankan untuk masalah mendesak yang memerlukan
perhatian segera.
Jika hasil yang diinginkan tidak terpenuhi, atau jika masalah baru telah
terjadi, apoteker, dokter, dan pasien mungkin perlu mendiskusikan kemungkinan
perubahan dalam rencana terapi obat. Perubahan dapat dibenarkan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keamanan atau efektivitas terapi obat, atau untuk
meminimalkan biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan.
Apoteker harus menentukan kapan tepatnya untuk menindak lanjuti
kemajuan pasien. Kriteria yang perlu dipertimbangkan termasuk:
1. Tentu saja waktu yang diharapkan sebelum efek terapeutik terlihat,
2. Tentu saja waktu yang diharapkan sebelum efek buruk terlihat
3. Waktu untuk memulai interaksi obat yang mungkin,
4. Perjalanan penyakit alami,
5. Lama terapi obat akan dibutuhkan,
6. Kemungkinan masalah terapi obat tambahan dan kepentingannya.
Dalam menetapkan waktu untuk menindaklanjuti pasien, jenis penyakit dan
faktor risiko spesifik pasien harus ditimbang berat. Pasien yang memakai obat untuk
kondisi kronis biasanya perlu dihubungi beberapa kali:
1. Lima hingga sepuluh hari setelah memulai terapi,
2. Satu bulan setelah tindak lanjut awal,
3. Setiap tiga hingga enam bulan selama terapi berlangsung.

 Kapan Harus Tindak Lanjut


a. Pada saat efek terapeutik belum terlihat
b. Pada saat efek samping terlihat
c. kemungkinan terjadinya interaksi obat
d. perjalanan riwayat penyakit
e. lama terapi obat yang dibutuhkan
f. kemungkinan masalah terapi obat tambahan dan kepentingannya

untuk kondisi akut dapat dihubungi dalam beberapa jam atau setelah beberapa hari,
tergantung pada lama dan tujuan terapi obat.
untuk kondisi kronis biasanya perlu dihubungi beberapa kali:
1. lima hingga sepuluh hari setelah memulai terapi
2. satu bulan setelah tindak lanjut awal
3. setiap tiga hingga enam bulan selama terapi berlangsung

 Pendekatan Tindak Lanjut


a. panggilan telepon
Ketika panggilan telepon akan digunakan, apoteker harus memastikan bahwa
catatan pasien termasuk nomor telepon yang sesuai (rumah atau tempat kerja) dan
waktu terbaik untuk menelepon.
b. kunjungan berulang ke apotek
Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah disepakati.
Untuk memastikan bahwa apoteker tahu pasien akan datang dan telah menyisihkan
waktu untuk melakukan tindak lanjut. Lebih baik untuk memanggil pasien sehari
sebelum pengangkatan untuk mengingatkan mereka.
Apoteker hanya harus menanyakan secara singkat perkembangan pasien dengan
menanyakan satu atau dua pertanyaan terbuka, seperti "apakah obat yang anda
gunakan bekerja?" Dan "apa masalah atau kekhawatiran baru apa yang bisa saya
bantu? ”jika obat-obatan tampaknya berfungsi dan pasien tidak merasakan adanya
keluhan baru, maka penilaian tindak lanjut lengkap dapat dilakukan sesuai waktu
yang dijadwalkan. Jika pasien menunjukkan bahwa ada masalah terapi obat baru,
apoteker dapat segera mengatasinya atau memajukan jadwal dari yang telah
dijanjikan

 Pelacakan atau Janji Temu


1. Kalender dinding atau kalender meja dapat digunakan untuk menuliskan nama dan
nomor telepon pasien yang akan dihubungi.
2. Setiap pagi, apoteker dapat memeriksa jadwalnya dan mempersiapkan kegiatan hari
itu.
3. Sehari sebelumnya teknisi farmasi harus mengumpulkan file dari semua pasien
yang akan dilihat besok dan memurnikan file yang diperbarui pasien yang terlihat
kemarin.
4. Dalam praktek yang lebih sibuk, apoteker cenderung menggunakan program
komputer untuk mendokumentasikan perawatan, beberapa di antaranya memiliki
fungsi kalender bawaan yang menetapkan tanggal tindak lanjut untuk pasien dan
memberikan jadwal tertulis dari kegiatan tindak lanjut setiap hari. Teknisi dapat
mencetak informasi yang sesuai sebelum kunjungan pasien, atau apoteker dapat
Pertanyaan
meninjau yang perlu
informasi dipertimbangkan selama pemantauan
di layar.
1. Obat efektif. Apa tanda-tanda bahwa obat ini bekerja efektif?
2. Efek yang merugikan. Apa tanda-tanda efek samping obat ini?
3. Interaksi obat. Apa simtomatologi interaksi obat ini dengan obat lain?
4. Kepatuhan. Apa saja tanda dan gejala ketidakpatuhan terhadap terapi?
Tip komunikasi:
Gunakan kata yang tepat
Apoteker harus tegas tetapi tidak agresif.
Untuk menghindari memicu pembelaan diri dalam prescriber ketika membuat
saran terapi, jangan gunakan kata-kata “Anda”, yang menyiratkan kesalahan dan
niat buruk.
Fokus pada pasien yang berkepentingan dengan dokter dan apoteker.
Jika apoteker mengupayakan yang terbaik, preskriber menolak untuk mengubah
terapi, bersikap dengan sopan.
Hindari percakapan menggunakan kata "benar" atau "salah" agar tidak ada
kekeliruan pada saat menjawab.
Biarkan saluran komunikasi tetap terbuka agar tidak menghambat interaksi
dengan preskriber di masa depan.
Jelaskan situasinya kepada pasien dengan cara yang tidak merusak hubungan
dokter-pasien.

 Informasi Untuk Dikumpulkan Selama Masa Tindak Lanjut


Informasi yang dibutuhkan apoteker untuk menilai efektivitas terapi selama
kunjungan/visite termasuk:
 Kemanjuran terapeutik dari terapi obat
 Keamanan dari terapi obat
 Interaksi obat
 Kepatuhan pasien
 Masalah baru dari pasien
 Kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi

Rencana perawatan bekerja untuk mencapai tujuan terapeutik yang ditetapkan


sebelumnya dengan mengindikasi jika terapi obat disebabkan beberapa efek samping
atau interaksi obat atau jika pasien tidak mematuhi rencana perwatan. Apoteker akan
mengumpulkan data subjektif dan objektif dan mengevaluasinya. Apoteker akan
memulai dengan open ended questions dan kemudian mempersempit ruang lingkup
dengan dengan close-ended questions, pertanyaan akan lebih fokus pada obat-obatan
dan penyakit yang tercakup oleh rencana perawatan.
Jika apoteker menetapkan bahwa pasien belum memperoleh kemajuan klinis
atau masalah terapi obat baru muncul, dia harus bekerja sama dengan pasien dan dokter
untuk menentukan apakah rencana awal harus dilanjutkan atau dimodifikasi.
Diteruskan dengan rencana perawatan awal mungkin merupakan pilihan baik ketika
terdapat masalah mengenai kepatuhan atau ketika waktu tambahan dapat
menghasilkan perbaikan. Jika rencana perawatan tidak berkerja atau jika terdapat efek
samping atau interaksi obat terjadi, terapi harus dimodifikasi.
Jika pada wawancara awal menunjukkan penyakit pasien dan obat pasien tidak
menyebabkan masalah, kunjungan tindak lanjut hanya perlu menegaskan bahwa tidak
ada masalah baru yang muncul dengan penyakit dan obat-obatan tersebut.
Hanya data baru yang terbatas yang harus dikumpulkan selama sesi tindak lanjut.
Apoteker harus menentukan apakah pasien telah mengembangkan kondisi medis baru
atau telah mengalami perubahan dalam terapi obat mereka sejak kunjungan terakhir.
jika ada, wawancara fokus harus dilakukan untuk menentukan apakah penyakit baru
atau perubahan dalam terapi obat telah menyebabkan masalah terapi obat baru. setiap
kali masalah terapi obat baru ditemukan, siklus perawatan dimulai lagi.

 Kemajuan menuju tujuan


Memantau kemajuan pasien menuju tujuan terapeutik dengan membandingkan
informasi pasien dengan parameter pemantauan obyektif dan subyektif. Kemajuan
pasien harus didokumentasikan dalam grafik. Ketika tujuan terpenuhi, apoteker harus
memberikan penguatan positif kepada pasien. ini bisa menjadi bentuk dorongan
menyenangkan/ceria atau menunjuk dan memberi selamat kepada pasien dengan
peningkatan yang nyata.

 Studi kasus
Pekerjaan Apoteker sekarang adalah mengembangkan dan menerapkan rencana
perawatan untuk setiap masalah terapi obat Mary Blythe. masalah ini adalah:
1. Ketidak patuhan dengan Aprin Nasal Spray dan Vancenase AQ
2. Efek samping dari Afrin dan Serzone, menyebabkan hidung tersumbat dan
hipotensi
3. Dosis terlalu besar dengan Benadryl
4. Durasi terapi terlalu panjang dengan Benadryl
Hal pertama yang harus dilakukan apoteker adalah menetapkan tujuan yang dapat
dicapai, terukur, dan bertanggung jawab secara profesional untuk setiap masalah. pada
titik ini, tujuan-tujuan ini tidak perlu dituliskan, tetapi apoteker dan yang lain harus
dapat menyimpulkan tujuan ketika meninjau dokumentasi sesi perawatan (lihat bab 6).
Apoteker Mary, bekerja dengannya, merencanakan tiga sasaran berikut untuk terapi:
1. Mary tidak akan memiliki keluhan mengenai tanda dan gejala alergi dan hidung
tersumbat
2. Mary akan menghilangkan gejala depresi tanpa memperoleh efek obat yang
merugikan, yang baru dan mengganggu
3. Gejala insomnia mary akan dikendalikan untuk kepuasannya dengan obat-obatan
yang seminimal mungkin.

Kini setelah Mary dan apoteker menyetujui tujuan terapi, mereka bekerja sama untuk
memprioritaskan masalah Mary. meskipun tidak terlalu serius atau mendesak,
masalah-masalahnya dengan kepatuhan dan efek samping merupakan masalah yang
serius dan dengan demikian merupakan masalah-masalah nyata seperti yang
didefinisikan dalam Bab 2. dosis dan durasi terapi Benadryl dianggap masalah
potensial, karena saat ini tidak ada bukti bahaya. Mary juga sangat cemas untuk
menyembuhkan hidungnya tersumbatnya. Oleh karena itu, ia dan apoteker memilih
untuk mengembangkan rencana pengobatan saat ini yang akan menghasilkan
kepatuhan yang sesuai dengan Afrin dan Vancenase AQ dan mengurangi hidung
tersumbat yang disebabkan oleh Afrin dan Serzone. Meskipun tekanan darah Mary
mengkhawatirkan, tapi tetap merespon dengan baik ke Serezone dan dia ingin tetap
seperti itu jika memungkinkan. Apoteker sependapat, tetapi menyarankan kepada
Mary bahwa mereka memberi tahu dokternya tentang temuan apoteker itu. Mary setuju
dengan pendekatan ini.
Seperti untuk masalah Mary dengan Benadryl, dia meminta apoteker untuk
mengembangkan rencana perawatan yang akan dilaksanakan hanya setelah dia melihat
seberapa baik hidung tersumbatnya menanggapi perubahan di Afrin dan Vancenase
AQ. Sampai masalah dengan Benadryl menjadi potensial, masalah ini masih dapat
diterima.
Bagaimana untuk mencapai tujuan
apoteker sekarang harus memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal pertama yang dia lakukan adalah aturan itu keluar
“melakukan apa-apa” pilihan. Masalah Mary yang menyebabkan dia bernafas troble
signifikan dan ada alasan yang baik untuk percaya bahwa manfaat dari intervensi aktif
lebih besar daripada risiko. Apoteker kemudian mempertimbangkan berbagai cara
tujuan terapi dapat dicapai.
Dalam kasus kepatuhan yang tidak pantas dan efek samping yang disebabkan oleh
Afrin. Apoteker hanya bisa merekomendasikan bahwa stop mary mengambil Afrin.
Mengingat keadaan saat napasnya dan timbulnya lambat Vancenase AQ,
bagaimanapun, Mary akan kemungkinan beberapa hari gejala tidak dapat diterima dan
akhirnya berhenti dengan rencana perawatan. Apoteker bisa merekomendasikan
dekongestan oral seperti pseudeoephedrine. Ini, bagaimanapun, akan mengakibatkan
biaya terapi obat tambahan dan bisa mengganggu evaluasi yang tepat dari
kemungkinan masalah tekanan darah Maria. Sebaliknya, apoteker memutuskan bahwa
perlahan meruncing Mary off Afrin Semprot adalah pendekatan yang terbaik. Dia wiil
menyarankan bahwa, untuk minggu pertama, Mary menggunakan Afrin nya tidak
lebih dari dua kali sehari dan lubang hidung alternatif untuk setiap dosis. Minggu
kedua, Maria akan terus lubang hidung alternatif, tetapi menggunakan Afrin hanya
sekali sehari. Pada minggu ketiga, Vancenase AQ harus sepenuhnya efektif dan Mary
tidak perlu Afrin sama sekali. Jika dia masih memiliki kemacetan, dia akan
menggunakan Afrin hanya sekali sehari dalam satu lubang hidung dan tidak lebih dari
tiga hari. Jika ini tidak efektif, apoteker akan merujuk Maria untuk dokternya untuk
evaluasi medis.
Adapun kepatuhan miskin Mary dengan Vancenanse AQ, pharnacist juga
mempertimbangkan beberapa pilihan. Mengubah ke steroid nasal lain atau kromolin
tidak diindikasikan karena, mengingat masalah kepatuhan, Tidak mungkin untuk
mengetahui apakah Vancenanse AQ telah efektif. Merekomendasikan steroid oral
akan berlebihan berisiko pada saat ini. Apoteker memilih untuk mengembangkan
kalender pengingat dosis untuk mary dan untuk mendidik dirinya pada penggunaan
yang tepat dari inhaler hidung nya.
Sejak Mary lebih memilih untuk melanjutkan Serzone nya untuk saat ini, apoteker
merasa bahwa pendekatan terbaik adalah dengan menulis dokter Mary untuk
menceritakan apa apoteker telah belajar. Alternatif tidak menulis presciber tersebut
dikesampingkan karena apoteker merasa bahwa tekanan darah Maria berpotensi cukup
serius untuk menjamin intervensi medis dan selanjutnya apoteker ingin
mempertahankan hubungan yang positif, kolegial dengan dokter.
Meskipun Maria tidak ingin mengubah nya Benadryl digunakan pada saat ini, apoteker
memilih untuk menyusun rencana perawatan yang dapat diimplementasikan ketika
Mary lebih terbuka untuk perubahan lebih lanjut. Beberapa pilihan dianggap. Cukup
menghentikan Benadryl dikesampingkan karena mary telah di itu selama beberapa
bulan berturut-turut:-nya juga membantu untuk mengontrol alergi dan membantu
tidur. Mengubah ke agen lain, seperti doxylamine, tidak menawarkan keuntungan jelas
lebih Benadryl 25 mg pada waktu pada interval mingguan. Setelah Mary telah
meruncing off Benadryl, dia tidak mengambil lebih dari 50 mg pada waktu tidur ketika
alergi nya bermasalah. Seperti untuk insomnia nya, apoteker akan mendidik Mary pada
kesehatan tidur dan memasok nya dengan satu set kaset relaksasi yang dia dapat
mendengarkan di tempat tidur untuk membantunya tertidur
Implementasi
Setelah mengembangkan rencana perawatan untuk setiap masalah, apoteker sekarang
harus menerapkannya . Rencana perawatan yang berkaitan dengan Afrin, Vancenance
AQ dan Benadryl semua intervensi berfokus pada pasien. Menurut, apoteker hanya
perlu untuk mendidik Maria dengan informasi yang diperlukan dan tidak perlu
menghubungi dokter sebelum melanjutkan. Apoteker menginformasikan Mary tentang
bagaimana decongestans hidung benar-benar dapat membuat hidung tersumbat parah.
Apoteker menguraikan Afrin meruncing jadwal yang telah dikembangkan, termasuk
bolak lubang hidung, dan memastikan bahwa Mary setuju untuk itu. Berikutnya,
apoteker meminta mary menunjukkan pemahamannya tentang penggunaan Afrin
sesuai dengan mengulangi rencana perawatan kembali kepadanya, yang dia mampu
lakukan.
Untuk vancenase AQ, apoteker menunjukkan penggunaan yang tepat dari inhaler dan
meminta Mary untuk menunjukkan hal itu juga. Dia kemudian memberikan
pendidikan tentang bagaimana steroid hidung mencegah daripada mengobati gejala
alergi dan menjelaskan mengapa penggunaan biasa penting. Maria muncul untuk
memahami mengapa kepatuhan yang tepat adalah penting dan agress untuk mengikuti
jadwal diuraikan pada kalender dosis dan untuk memeriksa off setiap kali dia
menggunakannya. Meskipun apoteker tahu bahwa Maria tidak akan saat membuat
perubahan dalam dirinya penggunaan Benadryl, ia sempat menjelaskan saran, yang dia
setuju untuk mengambil di bawah nasihat. Sementara itu, apoteker mengajarkan Mary
tentang kebersihan tidur yang baik dan dia setuju untuk membeli kaset relaksasi
apoteker merekomendasikan.
Akhirnya, apoteker menginformasikan Mary tentang pentingnya sesi tindak lanjut
untuk memantau hasil nya. Mereka setuju bahwa apoteker akan menelepon Maria di
rumah dalam seminggu, karena kepatuhan terhadap Vancenase AQ harus memberinya
beberapa bantuan setelah digunakan konsisten satu minggu. Pada saat itu, apoteker
akan menanyakan tentang respon klinis mary' kemacetan, berapa banyak Afrin dia
menggunakan dan kepatuhan nya yang Vancenase AQ. Apoteker juga akan
mengevaluasi apakah peningkatan penggunaan Vancenanse AQ menyebabkan
masalah, seperti hidung kekeringan. Apoteker kemudian akan menyelidiki Mary
Benadryl digunakan untuk melihat apakah dia sekarang bersedia untuk
mempertimbangkan perubahan dosis, dan akan menilai apakah kaset relaksasi
membantu dengan tidurnya. Akhirnya, apoteker akan melihat ke dalam Mary masalah
presure darah. Jika masih mengeluh gejala yang konsisten dengan hipertensi, apoteker
akan meminta Mary untuk kembali apotek untuk pemeriksaan tekanan darah.
Tergantung pada hasil th, ia kemudian dapat merujuk Maria untuk dokternya. Dengan
berjalannya waktu, apoteker juga akan memverifikasi bahwa kepatuhan Mary' dengan
Vancenase AQ adalah memenuhi tujuan target untuk kepatuhan dan bahwa
penggunaan nya Afrin diterima.
Menginformasikan The Dokter
Tugas terakhir adalah untuk apoteker untuk menginformasikan dokter tentang
kemungkinan efek samping Mary dengan Serzone. Sejak apoteker sudah menulis surat
tentang Serzone, ia memilih untuk menjaga dokter informasi tentang jumlah rencana
perawatan farmasi mary.
Untuk memberikan asuhan kefarmasian, apoteker harus memperoleh,
menggunakan, dan memberikan informasi obat khusus pada pasien dan harus memiliki
akses informasi terkini yang akurat tentang obat-obatan, penyakit, dan perkembangan
dalam praktik profesional. Menurut pedoman dari American Society of Health System
Pharmacists, "penyediaan informasi obat adalah salah satu tanggung jawab profesional
yang mendasar dari apoteker dalam sistem kesehatan." Pedoman ini
merekomendasikan pendekatan sistematis untuk memberikan informasi obat. Mereka
juga menyatakan bahwa "informasi pengobatan spesifik pada pasien, sebagai bagian
integral dari perawatan farmasi, atau berbasis populasi, untuk membantu dalam
membuat keputusan dan mengevaluasi penggunaan obat untuk kelompok pasien.
Tujuan menyediakan bukti yang didukung secara hati-hati, yang didukung oleh
literatur untuk membenarkan praktik penggunaan obat harus meningkatkan kualitas
asuhan kefarmasian dan meningkatkan hasil pasien.”
Sebuah dokumen konsensus yang dikembangkan pada konferensi 1991 dari
pendidik dan praktisi tentang informasi obat-obatan yang diselenggarakan di
Albuquerque, New Mexico, menekankan bahwa sebagai bagian integral dari asuhan
kefarmasian, apoteker harus menggunakan pendekatan sistematis untuk menerapkan
data dari literatur yang diterbitkan untuk asuhan kefarmasian. Sebagian besar
perguruan tinggi farmasi di Amerika Serikat telah mengadopsi tujuan pendidikan
informasi obat yang disepakati pada konferensi untuk digunakan dalam kurikulum
mereka. Dokumen ini juga berfungsi sebagai alat yang berguna untuk merancang
program pengembangan keterampilan informasi obat atau melanjutkan program
pendidikan bagi para praktisi.

 Merumuskan Pertanyaan
Terlepas dari bagaimana kebutuhan informasi obat dibuat - langsung oleh
apoteker atau sebagai pertanyaan dari penyedia layanan kesehatan lain, pasien, atau
keluarga pasien - proses pemberian respons hampir selalu sama. Langkah pertama
adalah merumuskan pertanyaan yang jelas, akurat, dan dapat dijawab. Mendefinisikan
pertanyaan, serupa dengan menghasilkan hipotesis untuk penelitian, mempersiapkan
penyedia informasi untuk langkah berikutnya: mencari bukti yang relevan. Pencarian
literatur yang terorganisir dengan baik biasanya akan mencakup semua atau setidaknya
bagian dari empat elemen yang membentuk pertanyaan klinis dengan bentuk yang
baik:
1. Penjelasan yang merinci masalah pasien saat ini dan semua faktor yang mungkin
relevan dengan terapi obat (sebanding dengan kriteria inklusi / eksklusi dalam uji klinis
berkualitas tinggi)
2. Identifikasi intervensi potensial (misalnya, menambahkan obat baru, menghentikan
obat, mengubah dosis)
3. Alternatif yang mungkin untuk intervensi potensial (misalnya, obat alternatif, terapi
tidak menggunakan obat, atau tidak ada terapi)
4. Hasil spesifik yang diinginkan (misalnya, menghilangkan gejala depresi,
menyembuhkan infeksi, menghindari efek samping mengantuk akibat obat-obatan)

 Langkah Kunci Dalam Memberikan Informasi Pengobatan


1. Kaji kebutuhan informasi pengobatan pasien, keluarga, dan profesional perawatan
kesehatan
2. Lakukan wawancara dan kumpulkan data untuk merumuskan pertanyaan yang dapat
dijawab spesifik terkait dengan perawatan pasien
3. Lakukan pencarian bukti terbaik yang tersedia yang berlaku untuk pertanyaan itu
4. Evaluasilah bukti
5. Buat sintesis bukti dan kembangkan rencana respons terapi
6. Sampaikan tanggapan atau rekomendasi
7. Rekomendasi dan dokumentasi
8. Tindak lanjut untuk mengevaluasi keberhasilan rekomendasi, respons terapeutik,
dan kebutuhan potensial untuk informasi tambahan

 Latar Belakang Sejarah Untuk Pertanyaan


Ketika apoteker telah selesai mengambil sejarah dalam persiapan untuk menjawab
pertanyaan informasi obat, mereka harus mencatat beberapa rincian. Dalam proses
merumuskan pertanyaan apoteker akan mengklasifikasikannya dua cara. oleh
pemohon (dengan mempertimbangkan latar belakang orang itu, tingkat pemahaman,
dan rencana untuk menggunakan informasi) dan oleh informasi yang diminta (dosis,
interaksi obat, reaksi obat yang merugikan, ketersediaan produk, pemilihan obat atau
dll. Mengklasifikasikan pertanyaan itu membantu apoteker merumuskan hipotesis
awal ketika mereka menjawab pertanyaan dan mempertimbangkan kemungkinan
dalam solusi, dan itu membantu mereka memusatkan jawaban mereka.

Seorang apoteker mungkin ingin menggunakan formulir pengumpulan data


terstruktur untuk mengatur riwayat pasien dan informasi latar belakang yang relevan
terkait dengan permintaan informasi obat spesifik pasien, dan untuk
mendokumentasikan informasi dan rekomendasi yang diberikan.

Praktisi yang tidak berpengalaman biasanya terburu-buru melalui proses pengambilan


riwayat dan membuat asumsi tentang situasi pasien atau mengapa informasi tertentu
diminta selama konsultasi terapi obat. Orang yang meminta informasi dapat
meninggalkan poin penting dengan asumsi bahwa hanya rincian tertentu yang relevan.
Jika diabaikan dalam tahap awal, asumsi palsu terakumulasi menjadi hambatan
berbahaya untuk komunikasi yang jelas. Contoh detail latar belakang umum dan
khusus untuk memperoleh, berdasarkan jenis informasi yang diminta, disediakan di
akhir bab ini.

 Perawatan Kesehatan Berbasis Bukti

Konsep dalam bab ini terkait dengan filosofi perawatan kesehatan berbasis bukti.
Perawatan kesehatan berbasis bukti dapat didefinisikan sebagai penggunaan bukti
yang teliti dan bijaksana dari bukti terbaik dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan setiap pasien.

Dalam praktek perawatan kesehatan berbasis bukti (juga disebut sebagai "obat
berbasis bukti) mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis eksternal
terbaik yang tersedia dari penelitian sistematis. Perawatan kesehatan berbasis bukti
sering disalahartikan, atau dikurangi menjadi, hanya satu dari beberapa komponennya
- penilaian kritis dari literatur Namun, perawatan kesehatan berbasis bukti memerlukan
keahlian klinis dan pengetahuan yang mendalam tentang situasi, keyakinan, pioritas,
dan nilai pasien. Keahlian klinis menentukan apakah bukti eksternal dapat diterapkan
untuk seorang pasien, dan jika demikian, bagaimana seharusnya digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pasien dan oleh penyedia layanan kesehatan.

 Rincian Untuk Merekam Sebelum Menjawab Pertanyaan Informasi


Obat
1. Tanggal dan waktu permintaan,
2. Bagaimana permintaan diterima (telepon, faks, e-mail, secara langsung)
3. Siapa yang meminta informasi, Latar belakang pemohon (pasien, dokter,
apoteker, perawat, dll).
4. Bagaimana cara menghubungi requestcr untuk memberikan informasi dan
tindak lanjut,
5. Informasi apa yang mereka minta,
6. Bagaimana informasi itu digunakan,
7. Mengapa mereka meminta informasi,
8. Latar belakang apa yang relevan (spesifik pasien atau rincian lain di balik
pertanyaan),
9. Deskripsi apoteker pertanyaan spesifik yang dapat dijawab,
10. Kapan informasi diperlukan. Kekuatan

Sebuah pertanyaan yang melibatkan reaksi merugikan yang potensial membutuhkan


informasi rinci untuk solusi yang tepat untuk masalah terapi obat yang sebenarnya.
Spesifik dari gejala pasien, penyebab potensial dari gejala dan banyak rincian klinis
lainnya adalah relevan. Seorang pasien mungkin mengalami efek samping yang khas,
minor, efek yang akan berkurang dalam waktu singkat, atau mungkin mengambil obat
lain yang menyebabkan interaksi yang berpotensi berbahaya. Pasien mungkin
memiliki hipersensitivitas terhadap obat, mungkin memiliki reaksi terhadap obat lain
sepenuhnya, atau mungkin menunjukan gejala-gejala kondisi medis baru yang tidak
terdiagnosis. Tanpa mengetahui informasi latar belakang yang relevan, semua
kemungkinan ini mungkin tidak terdeteksi oleh apoteker. Karena respon yang tepat
untuk masing-masing situasi ini mungkin sangat berbeda, apoteker harus selalu
menentukan mengapa pertanyaan awal ditanyakan. Bahkan jika keputusan pemohon
untuk mengurangi dosis ternyata merupakan tindakan yang benar, masih mungkin
bahwa pertanyaan itu tidak didefinisikan dan dijawab secara optimal.

 Mencari Informasi

Agar efektif, para profesional kesehatan harus menjaga kompetensi akan terapi
paling efektif untuk mencegah atau mengobati penyakit. Keterampilan untuk secara
efisien mencari literatur untuk bukti terbaik untuk mendukung keputusan terapi obat
sangat penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan komoleks yang spesifik.
Sumber informasi obat dan medis semuanya dapat diklasifikasikan menjadi satu dari
tiga kategori besar: literatur primer, sekunder, dan tersier.

1. Literatur primer adalah penelitian biomedis asli yang diterbitkan sebagai artikel
jurnal. Ini berisi informasi terkini dan terinci untuk menentukan apakah
kesimpulan mungkin bisa diterapkan pada seorang pasien. Kerugian dari
literatur primer adalah bahwa sulit untuk menemukan informasi yang
dibutuhkan, dan bahwa pengalaman dan keterampilan diperlukan untuk
mengevaluasi dan menafsirkannya dengan tepat.
2. Literatur sekunder termasuk layanan pengindeksan yang mengatur jutaan
artikel yang dimuat dalam literatur primer. Database literatur sekunder yang
digunakan oleh sebagain besar apoteker termasuk medline (dari National
Library of Medicine), International Pharmaceutical Abstracts( dari American
Society of Health System Pharmacist) dan Lowa Drug Information Service(
dari University of Lowa College of Pharmacy). Strategi untuk menggunakan
sumber sekunder dirinci pada halaman 177-178 dan 179. Keuntungan sumber
sekunder termasuk kemudahan penggunaan dan kelengkapan informasi.
Kerugian utama adalah bahwa database mungkin hanya berisi abstrak dan
mungkin memakan waktu atau mahal untuk mendapatkan artikel teks lengkap.
Banyak apoteker membutuhkan pelatihan tambahan untuk menggunakan
sumber sekunder dengan baik. Teknologi dan jaringan bary mengurangi
hambatan untuk mengakses dan menggunakan basis data yang kuat ini.

Anda mungkin juga menyukai