Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL TUGAS AKHIR

A. Judul

Uji Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera

cordifolia (Ten. )Steenis Terhadap Bakteri Bacillus subtillis dengan metode

dilusi padat

B. Latar Belakang

Bakteri merupakan kelompok organisme hidup yang bersel tunggal

dan bersifat mikroskopik. Dalam kehidupan manusia, bakteri mempunyai dua

peranan yaitu bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang merugikan bagi

manusia. Salah satu bakteri yang merugikan bagi manusia adalah bakteri

Bacillus Subtilis (Jawet at el, 2010)

Bakteri Bacillus subtillis adalah bakteri yang termasuk dalam famili

Bacillaceae yang hidup dalam saluran pencernaan manusia dan mempunyai

sifat patogen. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif yang berbentuk batang

dan sering ditemukan di tanah, air, udara dan tumbuh-tumbuhan.

Tanaman binahong Anredera cordifolia (Ten. )Steenis merupakan

tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai penyakit. Hampir

semua bagian dari tanaman Binahong dapat dimanfaatkan mulai dari batang,

akar, bunga, dan daunnya. Tanaman ini paling sering dimanfaatkan sebagai

obat herbal terutama pada daunnya (Susetya, 2015).

1
2

Tanaman Binahong merupakan tanaman yang mengandung banyak

sekali khasiat, diantaranya adalah (1) untuk mempercepat penyembuhan luka

pasca operasi, pasca melahirkan, khitan, dan berbagai macam luka dalam, luka

luar dan radang usus, (2)melancarkan menormalkan peredaran dan tekanan

darah, (3) mencegah stroke, maag dan asam urat, (4) menambah dan

mengembalikan vitalitas daya than tubuh, (5) wasir (ambeien), (6)

melancarkan buang air kecil dan buang air besar, dan diabetes (Darma, 2015).

Metode dilusi padat untuk mengukur kadar hambat minimum dan

kadar bakterisidal minimum. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

agen antimikroba yang di uji bisa digunakan untuk menguji beberapa mikroba

uji (Pratiwi, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Bintari dan Rahmawati (2014) tentang

“aktivitas antibakteri sari daun binahong Anredera cordifolia (Ten. )Steenis

terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus cereus dan bakteri salmonella

enteritidis” dengan hasil bahwa sari daun binahong mampu menghambat

pertumbuhan baktreri Gram positif yaitu Bacillus cereus dan bakteri gram

negatif yaitu Salmonella enteridis.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan meneliti tentang “Uji

Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia

(Ten. )Steenis Terhadap Bakteri Bacillus Subtillis Metode Dilusi Padat”


3

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah

sebagai berkut:

1. Bagaimana uji daya hambat antibakteri Bacillus subtillus terhadap

ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten. )Steenis ?

2. Bagaimana pengaruh metode dilusi padat terhadap daya hambat

antibakteri Bacillus Subtillis ?

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan diatas, maka peneliti membuat pembatasan masalah

sebagai berikut:

1. Mengamati seberapa efektif daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis dalam menghambat bakteri Bacillus subtillis

2. Ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)Steenis diperoleh

dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.

3. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus subtillis

4. pengujian daya hambat antibakteri menggunakan metode dilusi padat.

5. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran daya hambat.


4

E. Tujuan Tugas Akhir

Dari perumusan masalah diatas, maka dapat dibuat tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pada pemberian ekstrak etanol daun binahong

Anredera cordifolia (Ten.)steenis terhadap bakteri Bacillus subtillis

menggunakan metode dilusi padat.

2. Tugas akhir ialah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi

Diploma III Farmasi di Politeknik Indonusa Surakarta

F. Manfaat Tugas Akhir

1. Bagi Penulis

a. Sebagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama

menempuh studi di Politeknik Indonusa Surakarta serta dapat

menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya di dalam ilmu

mikrobiologi.

b. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi diploma III

Farmasi

2. Bagi Politeknik Indonusa

Penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

referensi baru di perpustakaan Politeknik Indonusa Surakarta.

3. Bagi Masyarakat

a. Menambah wawasan di bidang kesehatan serta memberikan informasi

dalam pemilihan pengobatan terhadap infeksi bakteri Bacillus Subtillis.


5

b. untuk menambah wawasan dan memberikan informasi tentang

pemanfaatan ektrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten. )Steenis

dalam memberantas pertumbuhan bakteri Bacillus Subtillis

G. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, ataupun karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbetuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories),biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk gambar

misalnya foto, gambar hidup, sketsa. Dokumen berbentuk karya misalnya

karya seni yang berupa gambar, patung, film dan lain-lain (Sugiyono,

2010).

2. Metode Studi Pustaka

Metode pengumpulan data dengan mencari informasi lewat buku, majalah,

koran dan literatur lainnya yang bertujuan untuk membentuk sebuah

landasan teori (Arikunto, 2010)

3. Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang digunaan dalam penelitian ini adalah metode

pengamatan observasi eksperimental (pengamatan terkendali). Yaitu


6

kondisi dan situasi yang diciptakan sedemikian rupa sehingga gela atau

perilaku yang akan dicari atau diamati akan timbul (Notoatmodjo, 2010).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang penguraian Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

Pembatasan Masalah, Tujuan Tugas Akhir, Manfaat Penulisan , Pengumpulan

Data, Sistematika Penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Penulisan menjabarkan teori dasar yang berhubungan dengan kasus atau

masalah yang akan di bahas dalam proposal tugas akhir, meliputi: Morfologi

tanaman binahong Anredera cordifolia(Ten.)Steinss Metode Dilusi padat.

BAB III. TINAJUAN UMUM

Bab ini menguraikan tentang waktu penelitian, jenis penelitian , variable

penelitian, alat dan bahan, prosedur penelitian, teknik analisis data, metode

yang digunakan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian pemberian

ekstrak etanol daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)Steinsspada bakteri

bacillus subtillis.
7

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang kumpulan yang menjawab dari perumusan masalah dan saran

yang diajukan penulis sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian

yang dihasilkan.
BAB II

1. Tinjauan Pustaka

a. Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten. )Steenis

Tanaman Binahong merupakan tanaman asli yang berasal dari

Amerika Selatan yang disebut juga Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis.

Binahong merupakan tumbuhan menjalar yang berumur pangjang

(perenial dan panjangnya ± 5 m.tanaman ini tumbuh baik di cuaca tropis

dan sub tropis (Susetya, 2015).

Binahong termasuk tumbuhan berakar berbentuk rimpoanng dan

berdaging lunak. Batangnya lunak, silindris, saling membelit, berwarna

merah, bagian dalam solid, permukaan halus dan kadang berbentuik

semacam umbi yang melekat diketiak daun dan bentuknya tidak beraturan

dan bertekstur kasar.

a. Klasifikasi Tanaman Binahong

Gambar 1. Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.)Steenis

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

8
9

Dunia : Plantae

Sub Dunia : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Hamamelidae

Bangsa : Caryophyllales

Suku : Basellaceae

Marga : Anredera

Jenis : Anredera cordifolia (Ten.)steenis

(Susetya, 2015)

b. Morfologi Tanaman Binahong

1) Daun

Daun binahong ada yang berbentuk tunggal, bertangkai pendek

(subsessile), susunannya berseling, berwarna hijau, berbentuk

jantung (cordota), panjangnya 5-10 cm, lebar 3-7 helaian daunnya

tipis lemas, ujung meruncing, pangkal berlekuk (emerginatus), tep

rata, permukaan licin dan bisa dimakan.

2) Batang

Batang tanaman binahong lunak, berbentuk silindris, saling

membelit, permukaan halus dan berwarna merah.


10

3) Bunga

Bunga tanaman Binahong berbetuk memuk rimpang, bertangkai

panjang, mucul diketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-

putihan berjumlah 5 helai tidak berlekatan dan panjang helai

mhkota 0.5-1 cm dan berbau harum

4) Akar

Akar Tanaman Binahong berbentuk rimpang dan dagingnya lunak.

c. Manfaat Tanaman Binahong

Manfaat tanaman daun binahong Anredera cordifolia (Ten.

)Steenis dalam dunia kesehatan diantaranya dapat menyembuhkan

berbagai penyakit. Tanaman binahong yang dimanfaatkan sebagai obat

diantaranya akar, batang, daun, bunga dan umbinya. Tanaman ini juga

biasa disebut sebagai tanaman Madeira Vine yang dipercaya memliki

kandungan antioksidan yang tinggi dan bisa digunakan sebagai

antivirus. Pada penelitian yang dilakukan pada tikus yang disuntikkan

dengan ekstrak dari binahong dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan agresivitas tikus dan tikus menjadi tidak mudah sakit.

Dari berbagai peneltian juga didapatkan hasil bahwa tanaman

binahong juga bisa menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya

kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah,

tifus, stroke. Wasir. Rhematik, untuk mempercepat pemulihan pasca

operasi, mempercepat pemulihan pasca melahirkan, untuk

menyembuhkan segala luka dan khitan, radang usus, melancarkan dan


11

menormalkan peredaran dan tekanan darah, melancarkan buang air

besar (Sembelit), sesak napas, sariawan berat, pusing-pusing, penurun

panas, sakit perut, menyuburkan kandungan, maag, keputihan, asam

urat, pembengkakan dihati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan

tubuh (Monai, 2009).

d. Kandungan Kimia Binahong

1) Flavonoid

Digunakan sebagai anti-inflamasi, analgesi, antioksidan.

Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada

jalur metabolisme asam arakhidona, pembentukan prostaglandin,

pelepasan histamin pada radang.

2) Alkoloid

alkaloid merupakan golongan zat tumbuh sekunder

terbesar.alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang

mengandung satu atau lebih nitrogen, biasanya dalam gabungan,

sebagai bagian dari siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi

manusia dan mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol ,jadi

digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya

tak berwana, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk

Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)

pada suhu kamar. Polifenol merupakan senyawa dengan inti

benzene lebih dari satu. Polifenol mudah larut dalam air karena

bersifat polar. Polifenol dapat dideteksi dengan penambahan besi


12

(III) klorida dan uji daya reduksi,yaitu dengan penambahan fehling

A dan fehling B pada ekstrak sehingga membentuk endapan merah

bata (Robinson,T. 1995)

3) Saponin

Saponin dapat mencegah miselisasi kolesterol selama

pencernaan diusus halus, sehingga dapat mengurangi tersediannya

kolesterol untuk penyerapan ke enterosit. Saponin utuk

menghambat penyerapan kolesterol dari misel dan juga dapat

menghambat penyerapan kembali asam empedu dan sintesis

kolesterol kerenma interaksi saponin dengan asam empedu

membentuk misel campuran yang besar yang tidak larut sehingga

tidak dapat diserap diusus dan dibuang melalui feses.

Penghambatan penyerapan kembali asam empedu dari usus

memacu metabolisme kolesterol pada hati kemudian

mengkonversinya menjadi asam empedu (Bogoriani, 2015)

b. Simplisia

1) Pengertian Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan berupa bahan yang

telah dikeringkan.simplisia digolongkan menjadi simplisia nabati,

hewani dan mineral. Simplisia nabati merupakan simplisia yang

berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan

(Depkes RI, 2000)


13

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia

murni (Depkes, 2004).

2) Proses Pembuatan Simplisia.

Proses pembuatan simplisia melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a) Pengumpulan bahan baku: kualitas bahan baku simplisia sangat

dipengaruhi beberapa faktor, anatara lain: umur tumbuhan pada

waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan

tempat tumbuhnya tumbuhan

1. Biji

pengambilan dapat dilakukan padaa saat mulai mengeringnya

buah atau sebelum semuanya pecah.

2. Buah

Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan

kandungan aktifnya.panen buah bisa dilakukan saat menjelang

masak,setelah benar-benar masak,atau dengan cara melihat

perubahan warna/bentuk dari buah tersebut.

3. Bunga

Pemanenan Bungan tergantung dari tujuan pemanfaatan

kandungan zat aktifnya.panen dapat dilakukan pada saat

menjelang penyerbukkan,saat bunga masih kuncup(seperti


14

pada melati) atau saat bunga sudah mulai mekar ( seperti pada

mawar).

4. Daun

Panen daunatau herba dilakukan pada saat proses fotodintesis

berlangsung maksimal,yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman

mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan

pucuk daun, dianjurkan dipungur pada saat warna pucuk daun

berubah menjadi daun tua.

5. Kulit batang

Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang

sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal

musim kemarau.

6. Umbi lapis

Umbi lapis dilakukan pemanenan pada saat akhir musim

kemarau.

7. Rimpang

Rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

8. Akar

Pada akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti

atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan

terhadap akar umunya akan mematikan tanaman yang

bersangkurtan.
15

b) Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-

kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan

perajagan

c) Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan

dengan air bersih.

d) Perajangan

e) Pengeringan: untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga bisa disimpandalam waktu yang lama. Dengan

mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia

f) Sortasi kering: untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran

lain yang masih ada dan tertinggal dalam simplisia kering.

g) Pengepakan

h) Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Didik gunawan, 2004)

c. Ekstraksi

1) Pengertian

Simplisia ialah istilah yang di pakai dalam bahan-bahan obat

alam yang masih berda dalam wujud aslinya atau belum mengalami

perubahan bentuk. Menurut Departemen Kesehatan RI simplisia

adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami

perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakkan lain umumnya


16

berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasrkan hal itu maka

simplisia dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: simplisia nabati,

simplisia hewani, dan simplisia pelican/mineral. (Didik gunawan,

2004).

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan atau

senyawa dari campuranya atau simplisia ada berbagai cara ekstraksi

yang telah diketahui masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan

dan kekurangan. Pemilihan metode dilakukan dengan memperhatikan

antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan alat, alcohol

merupakan salah satu pelarut yang paling banyak di paka di untuk

menyari secara total. Beberapa metode ekstraksi yang umumnya

diguanakan antaralain: maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet, infusa, dan

destilasi. (Endang Hanani, 2017).

Maserasi adalah metode ekstraksi yang paling sederhana yang

sering digunakan. Metode ini dilakukan dengan cara bahan simplisia

yang sudah dihaluskan atau yang sudah berupa serbuk kasar kemudian

disatukan dengan bahan pengekstraksi yang kemudian disimpan

ditempat yang terhindar dari sinar matahari langsung untuk mencegah

reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok

kembali. Lama Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-

alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama

mikroorganisme termasuk bentuk sporanya, dalam bidang bakteriologi,

sterilisasi penting untuk isolasi kuman dan mempertahankan culture


17

kuman dan mempertahankan culture kuman yang murni (Bambang

Suryono, 1995).

Autoclave ialah alat esensial pemanasan dengan uap jenuh

dengan tekanan tinggi sehingga mencapai suhu diatas 100°C mencapai

121° C untuk steril perlu waktu 15-45 menit (Michael J. Pelczar,

2008).

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

nutrisis/nutrient zat makanan yang dipaksa untuk menumbuhkan

mikroba (Bambang Suryono, 1995).

2) Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)

Kadar hambat minimum suatu antibiotik adalah konsentrasi

antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan

mikroba tertentu. Kadar Bunuh Minimum (KBM) suatu antibiotik

adalah konsentrasi antibiotik terendah yang dapat membunuh mikroba

tertentu.

3) Pelarut

a) Etanol

Etanol atau sering disebut alkohol adalah senyawa

hidrokarbon yang berupa gugus hydroksil (-OH) dengan 2 atom

karbon (C). Spesies alkohol yang sering digunakan adalah

CH3CH2OH yang disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang

diberi nama etil alkohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut

isopropil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia perdaganagn


18

yang sering disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau

metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH (Rama, 2008).

Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia

C2H5OH atau H3CH2OH dengan titik didihnya 78,4° C. Etanol

memiliki sifat tidak berwarna, olatil dan dapat bercampur dengan

air (Kartika dkk., 1997). Ada 2 jenis etanol menurut Rama (2008),

etanol sintetik sering disebut metanol atau metil alkohol atau

alkohol kayu, terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi

atau batu bara. Bahan ini diperoleh dari sintesis kimia yang disebut

hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman)

melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi).

Mengingat pemanfaatan bioetanol/ etanol beraneka ragam,

sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya. Untuk etanol yang mempunyai grade 90-

96,5% dapat digunakan pada industri, sedangkan etanol yang

mempunyai grade 96-99,5% dapat digunakan sebagai campuran

untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade

etanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk

kendaraan sebesar 99,5-100%. Perbedaan besarnya grade akan

berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula

(glukosa) larut air (Indyah, 2007).


19

b) DMSO

Dimethyl sulfoxide (DMSO) yang juga dikenal dengan

nama methylsulfinylmethane atau sulfinyl-bis-methane tersusun

dari atom sulfur pada pusatnya, sedangkan dua buah gugus metil,

atom oksigen, dan sebuah pasangan elektron bebeas terletak pada

sudutnya (Gambar 5). Konstanta dielektrik DMSO sangat tinggi,

yaitu mencapai nilai 47. Hal ini mengakibatkan DMSO menjadi

pelarut universal yang unik (Jacob dan de la Torre, 2015). DMSO

adalah salah satu pelarut organik paling kuat yang dapat

melarutkan berbagai bahan organik dan polimer secara efektif

(Gaylord Chemical Company, 2007). DMSO larut dalam air dan

berbagai cairan organik lainnya, seperti alkohol, ester, keton,

pelarut terklorinasi, dan hidrokarbon aromatik (Jacob dan de la

Torre, 2015).

Berbeda dengan air, DMSO merupakan pelarut aprotik

dipolar, yaitu pelarut yang bukan berperan sebagai pendonor

proton melainkan lebih cenderung menerima proton. DMSO juga

merupakan senyawa ampifilik, senyawa yang memiliki

karakteristik baik hidrofilik maupun hidrofobik. Oleh karena itu,

DMSO juga dikenal sebagai surfaktan (surface-active molecules)

yang dapat berperan sebagai interface antara air dan minyak.

Namun, tidak seperti surfaktan lainnya, DMSO bersifat netral.


20

DMSO tidak bersifat asam 25 atau basa karena pelarut tersebut

tergolong sebagai pelarut aprotik (Jacob dan de la Torre, 2015).

Sebagai pelarut netral yang juga berperan sebagai surfaktan,

DMSO banyak digunakan sebagai pelarut ekstrak pada berbagai

penelitian terkait uji antimikrobia ekstrak tanaman. Onyegbule dkk.

(2011) telah menggunakan DMSO sebagai pelarut ekstrak etil

asetat Napoleoneae imperalis dan sebagai kontrol negatif dalam

prosedur uji luas zona hambatnya terhadap Escherichia coli,

Bacillus subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa. Selain itu, Abale

dkk. (2014) juga telah menggunakan DMSO sebagai pelarut

ekstrak heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol daun Cassia tora

dan kontrol negatif dalam pengujian luas zona hambatnya terhadap

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Bacillus

subtilis. DMSO juga telah digunakan sebagai pelarut ekstrak

heksan, etil asetat dan metanol buah parijoto serta sebagai kontrol

negatif dalam pengujian antibakteri terhadap Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus yang telah dilakukan oleh Niswah (2014).

c) Cloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum luas

yang aktif terhadap organisme-organisme aerobik dan anaerobik gram

positif maupun gram negatif. Sebagian besar bakteri gram positif

dihambat pada konsentrasi 1-10µg/mL, sementara kebanyakan bakteri

gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,2-5µg/mL.


21

Pemeriaan: hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang,

putih sampai kelabu atau putih kekuningan, tidak berbau, rasa sangat

pahit.

Kelarutan: larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian

etanol (96%) p dan dalam 7 bagian propilenglikol p: sukar larut dalam

kloroform p dan dalam eter p

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Pengunaan: antibiotik (farmakope edisi III, 1979)

d. Bakteri Bacillus Subtillis

Gambar 2 Bakteri Bacillus Subtillis

1) Klasifikasi

Domain : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Bacilaceae

Genus : Bacillus

Spesies : B. Subtillis

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis)
22

2) Habitat

Bakteri bacillus secara alami terdapat dimana, bakteri ini

termasuk dalam spesiae yang hidup bebas atau bersifat patogen.

Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti

protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan

dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus

(B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk

probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi

dan berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan aktivitas

antimikrobanya (Duc et al., 2004).

3) Morfologi dan Identifikasi

Bacillus merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dan

tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap

panas (suhu tinggi), mampu mendegrasi Xylandan Karbohidrat

(Cowandan Stell’s, 1993)

4) Patogenesis

Bacillus Subtilis tidak dianggap sebagai manusia pathogen;

dapat mencemari makanan etapi jarang menyebabkan keracunan

makanan. Bacillus Subtilisproduces the proteolytic enzyme subtilisin.

Bacillus Subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin.

Bacillus Subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang

sering digunakan untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab

untuk menyebabkan kekentalanyang lengket, membenang konsistensi


23

yang disebabkan oelh bakteri produksi panjang rantai polysaccharides

dan manja dalam adonan roti.

Bacillus Subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi

sebuah endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas,

asam, dan garam yang dapat berada dalam lingkungan dalam jangka

panjang. Endospore adalah yang dibentuk pada gizi stres,

memungkinkan organisme untuik berada dalam lingkungan sampai

kodisi menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri

melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.

Bacillus Subtilis terbukti untuk manipulasi genetik, karena itu

telah menjadi banyak diadopsi sebagai model organisme untuk

penelitian laboratorium, terutama dari sporulation, yang merupakan

contoh sederhana dari diferensiasi selular. Hal ini juga sangat

flagellated, yang memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak

sangat cepat. Bacillus Subtilis memiliki sekitar 4.100 gen. Dari jumlah

tersebut, hanya 192 yang ditampilkan. Mayoritas gen yang penting

dalam kategori domain relatif sedikit dari metabolisme sel, dengan

sekitar separuh yang terlibat dalam pengolahan informasi, satu-kelima

yang terlibat dalam sintesis dari sel amplop dan penentuan bentuk dan

divisi sel, dan satu-kesepuluh yang berkaitan dengan sel energetika.

Aplikasi bakteri ini dalam industry cukup banyak. Bacillus Subtilis

merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk produksi

enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi


24

amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu,

aplikasinya banyak sekali. Enzymes diproduksi oleh B. subtilis dan

B.licheniformis secara luas digunakan sebagai tambahan dalam

laundry deterjen. Kemudian bakteri ini dapat memainkan peran dalam

pengamanan limbah radionuclide [misalnya Thorium (IV) dan

Plutonium (IV)] pembuangan dengan mengikat proton properti dari

permukaan.

e. Metode Uji Aktifitas Bakteri

1) Dilusi

Secara umum terdapat dua jenis pengujian terhadap aktivitas baklteri,

antara lain:

a) Metode Difusi

Metode Difusi dibedakan menjadi 3 antara lain sebagai berikut:

(1) Cara Kirby Baueur

(2) Cara Sumuran

(3) Cara Pour Plate

b) Metode Dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi:

(1) Metode Dilusi Cair (Broth Dilution Test)

Metode ini mengukur kadar hambat minuman (KHM)

dan kadar bunuh minuman (KBM). Cara yang digunakan

adalah dengan membuat seri pengenceran agen mikroba pada

medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji, kemudian


25

diikubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam dan diamati

kekeruhan pada tabung. Larutan uji agen antimikroba pada

kadar terkecil yang terlihat mulai tampak jernih dan tanpa

adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM

tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa

penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan

diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat

jernih setelah diinkubasi sitetapkan sebagai KHM (Pratiwi,

2011)

(2) Metode Dilusi Padat (Solid Dilution Test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (Solid). Keuntungan metode ini

adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang dituju dapat

digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (pratiwi, 2011)

2. Rangkuman jurnal pembanding.

Beberpa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai

pembanding dengan penelitian ini antara lain:

Tabel 2.1 Rangkuman Jurnal Pembanding


Judul Peneliti Variabel Metode Hasil
Studi Aktivitas Fahmi Variabel Secara in vitro Hasil uji
Antibakteri sari Rahmawati Dependen: menggunakan ekstraksi daun
daun binahong dan Siti Bakteri metode difusi binahong
(anredera Harnia Bacilllus ketras cakram (anredera
cordifolia) Bintari cereus dan Kirby-Bauer cordifolia)
terhadap Salmonella dengan analogi dengan
pertumbuhan enteritidis pengukuran konsentrasi
Bakteri Variabel diameter zona 25%, 50%,
26

Bacilllus cereus Independen: hambat. Data zona 75% dan


dan Salmonella Bakteri hambat dianalisis 100% dengan
enteritidis Bacilllus dengan antibiotik
cereus dan menggunakan Cotrimoksazol
Salmonella analisis one way dan kontrol
enteritidis Anova dengan uji negatif
lanjut uji LSD. DMSO
didapatkan
hasil bahwa
sari binahong
pada
konsentrasi
100% dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Bacilllus
cereus dan
Salmonella
enteritidis
masing-
masing
sebesar 9.64
mm dan 6.86
mm.
Konsentrasi
hambat
minimum
yaitu pada
konsentrasi
25% dengan
zona hambat
2.54 mm pada
bakteri
Bacilllus
cereus dan
2.52 mm pada
bakteri
Salmonella
enteritidis.
27

Aktivitas Angga Variabel Metode dilusi cair Hasil uji


antibakteri Dwi Dependen: dengan ekstraksi
ekstrak etonal Prasetyo bakteri menentukan KBM etanol 70%
70% daun dan Hadi Bacillus dan KHM dengan daun kersen
kersen Sasongko. subtilis dan melihat tumbuh (Muntingia
(Muntingia Shigella tidaknya koloni calabura L.)
calabura L) dysenteriae bakteri pada terhadap
terhadap bakteri Variabel media agar. bakteri
Bacillus subtilis Independen: Bacillus
dan Shigella ekstrak subtilis
dysenteriae etonal 70% dengan
sebagai materi daun kersen konsentrasi
pembelajaran (Muntingia 25%, 12.5%,
Biologi SMA calabura L) 6.25%,
Kelas X untuk 3.125% dan
mencapai Kd 1.56%. KBM
3.4 pada pada Bacillus
kurikulum subtilis
2013. terdapat pada
konsentrasi
6.26% dan
KBM pada
Shigella
dysenteriae
terdapat pada
konsentrasi
3.125 %.
BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian terkait “Uji Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

Binahong Anredera Cordifolia (Ten.)Steenis Terhadap Bakteri Bacillus

Subtillis Metode Dilusi Padat” dilakukan mulai bulan April 2019 – Juni 2019

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dilakukan bersifat deskriptif eksperimental. Deskriptif

eksperimental yaitu dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menjabarkan

mulai dari proses penelitian sampai dengan hasil penelitian.

3.3 Tempat Penelitian.

Penelitian terkait ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

dan Laboratorium kimia Farmasi Program Studi D3 Farmasi Politeknik

Indonusa Surakarta.

3.4 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah daun binahong Anredera cordifolia

(Ten.)steenis yang diperoleh dari Sukoharjo pada bulan April 2019 yang

diambil ekstraknya dengan metode maserasi. Masersai ( Macerase yang

artinya mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang paling sederhana.

Cara maserasi adalah dengan mencampurkan bahan simplisia yang sudah

dipotong-potong atau berupa serbuk kasar dengan bahan pengekstraksi,

28
29

kemudian bahan yang sudah dicampur tadi dismipan dan tidak boleh terkena

sinar matahari langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau

perubahan warna. Waktu maserasi berkisar4-10 hari. (Rudolf Voigt, 2004).

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Bacillus

subtillis didapatkan dari Sub laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

UMS.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel

terikat (dependen) sehingga variabel ini sering disebut variabel yang

mempengaruhi (Riwidikdo, 2012). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.)

steenis.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel independen (Riwidikdo, 2012). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah daya hambat antibakteri daun binahong Anredera

cordifolia (Ten.)Steenis terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus

subtillis metode dilusi padat.


30

3.6 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlemeyer, Pipet Tetes,

Penjempit Kayu, Rak Tabung, Tabung Reaksi, Kain Fanel / Kertas Saring,

Waterbatch, Biaker Glass, Cawan Porselin, Timbangan, Sendok Tanduk,

Baskom, Autoclave, lemari pendingin, incubator, timbangan analitik, oven,

botol kaca, mikro pipet, pipet volume, allumunium foil, cawan petri, beker

gelas, gelas ukur, corong, lampu Bunsen.

3.7 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia binahong

Anredera cordifolia (Ten.)Steenis, etanol 70%, media agar, DMSO 10%,

media agar, kloramfenikol, DMSO 10%, Biakan Bakteri Bacillus suntillis.

3.8 Prosedur Penelitian

1. Determinasi

Determinasi dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh kepastian

bahwa tanaman yang digunakan berasal dari tanaman yang dimaksudkan,

sehingga kemungkinan akan terhindar dari kesalahan dalam pengumpulan

bahan penelitian. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium FMIPA

Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 13 Desember 2018

sampai tanggal 22 February 2019.

2. Pengumpulan Bahan Baku

Proses pemanenan daun binahong dilakukan pada saat proses

fotosintesis bermaksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai


31

berbunga atau buah mulai masak.Untuk pengambilan pucuk daun,

dianjurkan pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua, waktu

panen dilakukan pada waktu tanaman masuk fase pertumbuhan generatif

kurang lebih berumur 90 hari setelah tanam.

3. Menyiapkan Bahan

a. Pembuatan Serbuk daun Binahong

Daun Binahong dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan

dibawah sinar matahari ditutupi dengan kain selama satu hari.

Kemudian dilanjutkan dikeringkan dalam oven 500C selama satu hari

(sehingga mudah dihancurkan dengan meremasnya), dan diayak

dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk yang lembut dengan

menggunakan ayakan mesh no.65.

b. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Binahong

Serbuk daun binahong sebanyak 500 gram diekstraksi secara maserasi

menggunakan 2500 ml etanol 70% ditempat yang gelap dan terlindung

dari cahaya proses maserasi didiamkan selama 2-3 hari. Selama dalam

proses maserasi dilakukan pengocokan/ pengadukan setiap 24 jam

sekali untuk meratakan penyairan lama proses maserasi yaitu 5 hari.

Setelah dimaserasi filtrat dipisahkan dengan corong yang dilapiskan

dengan kertas saring (Badan POM RI, 2010). Fitrat yang pekat tersebut

dikumpulkan pada cawan porselen dan diuapkan diatas waterbath suhu

50ºC untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak yang kental kemudian


32

ditimbang dengan bobot tetap untuk memastikan pelarut benar-benar

hilang.

Kemudian untuk mendapatkan hasil ekstrak kental tersebut, dapat

dihitung rendemennya:

bobot ekstrak total yang diperoleh


% Rendemen : 𝑥 100%
bobot sebuk simplisia yang di ekstraksi

1) Rumus Penentuan Kadar Air

Keterangan:

A : Berat Sampel sebelum dipanaskan

B : Berat sampel setelah dipanaskan

(Sudarmadji, 2003)

4. Uji Skrining Fitokimia daun Binahong

a. Uji Pendahuluan

Serbuk simplisia masing-masing dilarutkan didalam aquades dan

etanol, kemudian dipanaskan diatas hot plate pada suhu 500C selama

15 menit dan disaring. Larutan fitrat masing-masing 1mL lalu

dimasukkan ditabung reaksi untuk diuji kandungan metabolit

sekunder.

b. Uji Flavonoid

1) Alkail test, fitrat ditambah beberapa test larutan NaOH 4%,

Ekstrak positif mengandung flavonioid jika larutan berwarna

kuning intens dan warna akan meudar jika ditambah asam lemah.
33

2) Pengujian dengan timbal asetat, larutan ditambah dengan beberapa

tetes larutan timbal asetat, apabila terbentuk endapan kuning

menunjukkan adanya senyawa flavoid.

5. Uji daya hambat Antibakteri

a. Membuat seri pengenceran/variasi konsentrasi larutan antibiotik dalam

DMSO. Menentukan seri pengenceran dengan metode dilusi padat.

b. Menyiapkan media NA Apabila media dalam keadaan memadat, maka

harus dicairkan terlebih dahulu dengan pemanas sampa menjadi cair

dengan suhu ± 45-500C, sehingga siap untuk diuji dengan bakteri

Bacillus subtillis.

c. Membuat suspensi bakteri Bacillus subtillis dengan kepadatan yang

setara dengan standar Maca Farland II.

d. Membuat kontrol kontaminasi media

1) Mengambil 15 ml media NA dan menuangkan ke media petri steril

secara pour plate. Dan membiarkannya sampai memadat.

2) Memberi label pada dasar petri dan diinkubasi selama 24 jam,

kemudian dibandingkan dengan perlakuan uji.

e. Membuat kontrol pertumbuhan bakteri uji

1) Mengambil 15 ml media NA dalam tabung. Memasukkan 1 ml

suspensi bakteri Bacillus subtillis ke dalam tabung.

2) Menuangkan dalam petri steril secara pour plate. Dan dibiarkan

memadat. Memberi label pada dasar petri. Diinkubasi selama 24

jam, kemudian dibandingkan dengan perlakuan uji.


34

f. Pembuatan kontrol negatif (pengujian potensi antibakteri pelarut)

1) Mengabil 15 l media NA dalam tabung. Memasukkan 1 ml

suspensi bakteri Bacillus subtillis dan 1 ml DMSO pelarut senyawa

antibiotik kedalam tabung

2) Menuangkan dalam petri steril secara pour plate dan dibiarkan

memadat. Memberi label pada dasar petri dan hasilnya

dibandingkan dengan perlakuan uji.

g. Pengujian potensi antibiotik secara dilusi padat

1) Mengambil 3 tabung yang masing-masing berisi media NA suhu

45-500C, dan ditambahkan 1 ml suspensi bakteri Bacillus subtillis

pada masing-masing tabung reaksi. Menambahkan larutan

antibiotik dengan konsentrasi yang sudah ditetapkan.

2) Menyiapkan 3 petri steril untuk menuang ketiga preparat diatas

secara pour plate dan dibiarkan memadat dan diberi label pada

dasar petri.

3) Inkubasi selama 24 jam./ diamatio dan dibandingkan kekeruhannya

dari masing-masing petri. Kemudian dibadingkan antara kontrol

dan perlakuan.

h. Pembacaan Hasil

1) Setelah masa inkubasi, kekeruhan media menunjukkan kepadatan

pertumbuhan bakteri Bacillus subtillis dan diberi penilaian

menggunakan tanda (+) untuk media yang tampak keruh dan tanda
35

(-) apabila tidak ada tanda kekeruhan yang membuktikan tidak ada

pertumbuhan bakteri didalam media agar tersebut.

2) Hasil pengamatan kemudian dianalis untuk mendapatkan

konsentrasi atau kadar hambat minimum senyawa antibiotik. Kadar

hambat minimum (KMH) adalah konsentrasi minimum senyawa

antibiotik yang menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan

bakteri Bacillus subtillis.

i. Penegasan Hasil

1) Dari hasil pengamatan kekeruhan, kita pilih-pilih dan antara

tingkat kekeruhan (-) dan tingkat kekeruhan (+).

2) Dengan menggunakan jarum ose, mengambil 1 ose dari tabung

perlakuan dan ditanam diatas permukaan cawan agar dengan

menggunakan metode goresan sederhana.

3) Dari hasil goresan pada cawan agar tersebut. Kita menentukan

harga KHM (kadar hambat minimum) dan KBM (Kadar Bunuh

Maksimum). Kadar antibiotik terendah menunjukkan pertumbuhan

ketika ditanam dalam cawan agar dengan menggunakan metode

gores. Kadar bunuh maksimum, kadar antibiotik terendah yang

sama sekali tidak menunjukkan pertumbuhan ketika ditanam dalam

cawan agar dengan metode gores.


36

3.9 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Uji Instrumen

Uji instrumen dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan

dan pengukuran KHM ektrak daun Anredera cordifolia) terhadap Bakteri

Bacillus subtillis metode dilusi padat.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui data

dalam penelitian normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data

mempunyai varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Levene’s test.

4. Uji Pengaruh

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ektrak daun binahong

Anredera Cordifolia (Ten.)Steenis terhadap bakteri Bacillus Subtillis. Uji

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Way Anova yang

dilanjutkan dengan uji post hock pabila data berdistribusi normal dan

bersifat homogen. Daan menggunkan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney apabila data berdistribusi tidak normal dan

bersifat tidak homogen.


37

3.10 Waktu Pelaksanaan

Agar penyusunan proposal tugas akhir ini dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, maka peulis membuat rencana pelaksanaan laporan tugas akhir ini

sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul √

Penyusunan
2
√ √ √ √ √ √ √
Proposal

3 Ujian Proposal √

4 Revisi Proposan
√ √
Pengumpulan
5 √
Bahan

6 Penelitian
√ √ √ √
Pengolahan data
7

dan Analisa data

Penyusunan Tugas
8
√ √
Akhir

9 Ujian Tugas Akhir √

Revisi Tugas
10
√ √
Akhir
38

DAFTAR PUSTAKA

Mayasari dkk. 2012. Foodborne Disease Salmonella Enteriditis. Tugas


Mikrobiologi Pangan. Universitas Diponegoro.
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2010. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E.,
Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan
Alimsardjono, L. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pratiwi, 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Erlangga
Susetya, Darma. 2015. Khasiat dan Pemanfaatan Daun Ajaib Binahong.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
www.wikepedia.com
Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia. Bandung: ITB
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Bintari HS dan Rahmawati F. 2014. Aktivitas Antibakteri daun Binahong
(Anredera cordifolia) terhadap pertumbuhan Bacillus cereus dan
Salmonella enteritidis.Unnes Journal of life Science, ISSN 2252-6277.
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sasongko, H dan Prasetyo AD. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70%
Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Bakteri Bacillus Subtilis
dan Shigella dysenteriae sebagai materi pembelajaran Biologi SMA
Kelas X untuk mencapai kd 3.4 pada kurikulum 2013. JUPEMASI-
PBIO.1 tahun2014, ISSN: 2047-1269.
Bogoriani,I. W., 2015. Saponin Daun Andong (Cordyline Terminalis Kunth)
Menurunkan Kolesterol Plasma Dengan Meningkatkan
Ekskresi Kolesterol Dan Asam Empedu Feses Pada Tikus Wistar Serta
Membentuk Kompleks Dengan Kolesterol Secara In Vitro,
Denpasar:DesertasiUniversitas Udayana.
Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia penuntun cara modern Menganalisis
Tumbuhan, Diterjemahan oleh Kokasih Padmawinata dan Imam Sudiro,
Edisi II. Bandung: ITB
Torre at el. 2015. Dimethyl Sulfoxide (DMSO) in Trauma and Disease. Edisi I.
CRC Press
39

Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai