Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL TUGAS AKHIR

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Ten.) steenis) TERHADAP BAKTERI

Bacillus subtillis DENGAN METODE

DILUSI PADAT

Disusun oleh:

Nama : Anggun Lufitasari

NIM : E16025

Program studi : D3 Farmasi

POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA

2019
PERSETUJUAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

Proposal tugas akhir ini telah disetujui oleh dosen pembimbing pada :

Hari : Jum’at
Tanggal : 19 Juli 2019
Judul Tugas Akhir : Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong

(Anredera cordifolia(Ten.) steeins) terhadap

Bakteri Bacillus subtillis dengan Metode Dilusi

Padat

Surakarta, 19 Juli 2019

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Umi Nafisah, M.M, M.Sc., Apt Aptika Oktaviana T D , M.Si


NIDN. 0604068302 NIDN. 0619108803

Mengetahui:
Ketua Program Studi D3 Farmasi

Umi Nafisah, M.M, M.Sc., Apt


NIDN. 0604068302

ii
PROPOSAL TUGAS AKHIR

A. Judul Proposal

Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.)

steenis) terhadap Bakteri Bacillus Subtillis dengan Metode Dilusi Padat

B. Latar Belakang Masalah

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat yang

digunakan dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Dalam

pengunaan tanaman obat bisa dengan cara diminum, ditempel, untuk

mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep

kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan (Darma,

2015). Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah binahong.

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah

tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai penyakit. Di Negara

Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana

belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat

sebagai obat telah diakui. Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya

dapat dimanfaatkan mulai dari batang, akar, bunga, dan daun, tetapi yang

sering dimanfaatkan untuk kesehatan atau sebagai obat herbal adalah bagian

daun (Darma, 2009).

Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) menyimpan

banyak khasiat alami sebagai obat untuk segala macam penyakit. Penyakit

yang dapat disembuhkan dengan menggunakan daun binahong ini diantaranya

1
adalah mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, setelah melahirkan,

khitan, bermacam luka dalam, luka luar dan radang usus, melancarkan,

menormalkan peredaran dan tekanan darah, mencegah stroke, maag dan asam

urat, menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh, wasir

(ambeien), melancarkan buang air kecil dan buang air besar, dan diabetes.

Berdasarkan manfaat dan efek farmakologisnya jika dikonsumsi, binahong

diduga memiliki kandungan antioksidan dan antibakteri (Darma, 2015).

Dalam hal ini bakteri penyebab infeksi biasanya dapat dibunuh

menggunakan obat-obatan yang mengandung antibiotik sintesis. Terapi infeksi

dengan antibiotik sintesis dapat membawa masalah tersendiri, yaitu adanya

resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dan gejala-gejala yang

menunjukkan adanya efek samping dengan antibiotik. Upaya mencari alternatif

lain dalam pengobatan infeksi adalah dengan penggunaan obat tradisional

(Jawetz dkk, 2010). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah

bakteri Bacillus subtillis.

Bacillus subtillis merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong

bakteri gram positif menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas,

bersifat aerob, katalase positif, dan oksidasi bervariasi. Tiap spesies berbeda

dalam penggunaan gula, sebagian melakukan fermentasi dan sebagian tidak.

Media perantara pertumbuhan Bacillus subtillis antara lain adalah tanah, air,

udara, Bacillus subtillis juga ditemukan pada produk makanan karena produk-

produk makanan tersebut menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan

Bacillus subtillis. Bacillus subtillis dapat menyebabkan kerusakan pada

2
makanan kaleng yang juga dapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia

yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu makanan yang disimpan dalam waktu

lama perlu dilakukan pengawetan agar tidak membahayakan konsumen

(Barrow, 1993).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Dewi Peti (2015),

mengenai daya hambat ekstrak etanol daun binahong (Anredera

cordifolia(Ten.) Steenis) menggunakan metode Kirby-Bauer terhadap bakteri

Streptococus pyogenes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya hambat

ekstrak etanol daun binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang

ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih. Diameter zona hambat terbesar

ditunjukkan pada konsentrasi 100% yaitu sebesar 15,15 mm. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa ekstrak daun binahong dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococus pyogenes.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang uji daya hambat ekstrak daun binahong terhadap bakteri Bacillus

subtillis. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pelestarian penggunaan obat tradisional dimasyarakat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu

bagaimana daya hambat antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) steeins) terhadap bakteri Bacillus subtillis.

3
D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan di atas, maka peneliti membuat pembatasan masalah

sebagai berikut:

1. Ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) diperoleh

dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.

2. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus subtillis

3. Pengujian daya hambat antibakteri menggunakan metode dilusi padat.

4. Pengambilan data dilakukan dengan zona hambat kekeruhan dan kejernihan.

5. Variasi konsentrasi yang digunakan 20%, 40%, 60%, 80%, 100%.

E. Tujuan Tugas Akhir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak

etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) terhadap bakteri

Bacillus subtillis menggunakan metode dilusi padat.

F. Manfaat Tugas Akhir

Manfaat yang diperoleh dalam tugas akhir adalah sebagai berikut

1. Bagi Penulis

a. Menerapkan hasil belajar (pengetahuan dan keterampilan) yang telah

diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Politeknik Indonusa

b. Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian ilmiah sederhana.

c. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan

Program Studi Diploma III Farmasi di Politeknik Indonusa Surakarta.

4
2. Bagi Instansi

Tugas akhir ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi

baru di perpustakaan Politeknik Indonusa Surakarta.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun binahong

sebagai antibakteri.

G. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Metode Eksperimen

Eksperimen merupakan penelitian yang mempelajari hubungan yang

mengandung fenomena sebab akibat yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemberian suatu perlakuan terhadap subyek penelitian

(Sugiyono, 2013).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013).

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan mencari

informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku refrensi dan bahan-bahan

publikasi lain yang tersedia di perpustakaan (Sugiyono, 2013).

5
H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang penguraian latar belakang masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan tugas akhir, manfaat penulisan , pengumpulan

data, sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Penulisan menjabarkan teori dasar dari berbagai sumber yang digunakan

sebagai acuan penyusunan proposal tugas akhir, meliputi tanaman binahong,

ekstraksi, bakteri Bacillus subtillis, jurnal pembanding.

BAB III. TINJAUAN UMUM

Bab ini menguraikan tentang waktu penelitian, jenis penelitian, variabel

penelitian, alat dan bahan, prosedur penelitian, teknik analisis data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian mulai dari

langkah-langkah serta hasil yang diperoleh dalam pengujian antibakteri ekstrak

daun binahong terhadap bakteri Bacillus subtillis

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang didasari dari perumusan masalah dan saran

yang diajukan penulis sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya.

6
I. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis)

a. Klasifikasi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Klasifikasi tanaman binahong menurut Darma (2015) adalah sebagai

berikut:

Kerajaan : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Hammamelidae

Bangsa : Caryophyllales

Suku : Basellaceae

Marga : Anredera

Jenis : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis )

b. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan menjalar, berumur panjang, bisa mencapai panjang lebih

dari 6m, batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian

dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang

melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar

(Susetya, 2015). Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun

berseling, berwarna hijau, bentuk jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7cm,

helaian daun lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan

7
licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang

muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah

lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1cm, berbau harum.

Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak (Tandi Harbie, 2015).

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018


Gambar 1. Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) steenis)

c. Kandungan Kimia

Daun binahong menyimpan banyak khasiat alami sebagai obat

untuk segala macam penyakit disinyalir binahong memiliki efek

farmakologis yang mengandung antioksidan dan antibakteri yang cukup

tinggi. Daun binahong memiliki kandungan metabolik sekunder seperti

alkaloid, saponin, flavonoid, kuinon, steroid, monoterpenoid, sedangkan

rhizomanya mengandung flavonoid, polifenol, tanin, dan steroid (Darma,

2015).

8
d. Khasiat Tanaman

Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) menyimpan

banyak khasiat alami sebagai obat untuk segala macam penyakit. Penyakit

yang dapat disembuhkan dengan menggunakan daun binahong ini

diantaranya adalah mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi,

setelah melahirkan, khitan, bermacam luka dalam, luka luar dan radang

usus, melancarkan , menormalkan peredaran dan tekanan darah, mencegah

stroke, maag dan asam urat, menambah dan mengembalikan vitalitas daya

tahan tubuh, wasir (ambeien), melancarkan buang air kecil dan buang air

besar, dan diabetes (Darma, 2015).

2. Ekstraksi

a. Pengertian

Ekstraksi adalah suatu penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam

bagian tanaman obat tersebut. Beberapa metode ekstraksi yaitu

maserasi, perkolasi, digesti, refluks, dan sokletasi (Riza, 2016). Tujuan

dari penyarian ini adalah menarik senyawa aktif yang terdapat dalam

bahan alam tersebut.

9
b. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan

simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya

terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan

pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari

cahaya matahari langsung (mencegah reaksi dikatalisis cahaya atau

perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi

berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari.

Menurut pengalaman, 5 hari telah memadai (Rudolf, 1995).

Maserasi dilakukan menurut cara yang tertera pada suling atau

uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50°C

hingga konsistensi yang diinginkan (Depkes RI, 1979).

c. Pelarut

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%.

Etanol 70% dipilih karena bersifat polar. Etanol hanya dapat menarik zat-

zat tertentu, tidak sebanyak air dalam melarutkan berbagai jenis zat

(Syamsuni, 2006). Pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

sangat dipengaruhi oleh kepolaran dari pelarut itu sendiri. Senyawa

dengan kepolaran yang sama akan lebih mudah larut dalam pelarut yang

memiliki tingkat kepolaran yang sama pula atau like dissolves like (Riza,

2006).

10
3. Antibakteri

Antibakteri adalah suatu metabolit yang diperoleh atau dibentuk oleh

berbagai jenis mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu

menghambat mikroorganisme lain. Antibakteri memegang peranan

penting dalam mengontrol populasi mikroba di dalam tanah, air, limbah

dan lingkungan (Maksum, 2010).

Beberapa macam metode pengujian antibakteri:

a. Metode difusi

1) Metode disc diffusion atau tes Kirby & Baurer untuk menentukkan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba

diletakkan pada media agar tersebut. Area jernih mengidentifikasi

adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen

antimikroba pada permukaan media agar (Sylvia, 2008).

2) E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum

Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum),

yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini

digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari

kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan

media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan

dilakukan pada area jernih yang menunjukkan agen antimikroba

11
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media

agar (Sylvia, 2008).

3) Ditch-plate technique

Pada metode ini, sampel uji berupa agen antimikroba yang

diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media

agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan

mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan ke arah parit yang

berisi agen antimikroba (Sylvia, 2008).

4) Cup-plate-technique

Metode ini serupa dengan metode disc diffusscion, dimana

dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen

antimikroba yang akan di uji (Sylvia, 2008).

5) Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar

secara teoritis bervariasi. Media agar dicairkan dan larutan uji

ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan

petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua

kemudian dituang di atasnya, plate diinkubasi selama 24 jam

untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan

permukaan media mongering. Mikroba uji (maksimal 6 macam)

digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah.

Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan

12
mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan

dengan panjang pertumbuhan hasil goresan (Sylvia, 2008).

b. Metode dilusi

Metode dilusi padat adalah adanya seri kadar sampel uji aktivitas

antibakteri yang disuspensikan dalam media uji padat (tambah agar)

dan mikroba uji digoreskan di permukaan media. Metode dilusi

dibedakan menjadi dua:

1) Metode dilusi cair (broth dilusion test)

Metode ini mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan

Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang digunakan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen mikroba pada medium

cair yang ditambahkan dengan mikroba uji, kemudian diikubasi

pada suhu 37°C selama 18-24 jam dan diamati kekeruhan pada

tabung. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang

terlihat mulai tampak jernih dan tanpa adanya pertumbuhan

mikroba uji ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang

pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen

antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang

tetap terlihat jernih setelah diinkubasi sitetapkan sebagai KHM

(Silvya, 2008).

13
2) Metode dilusi padat (solid dilution test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (Solid). Keuntungan metode ini

adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang dituju dapat

digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Silvya, 2008).

4. Bacillus subtillis

a. Klasifikasi

Klasifikasi bakteri Bacillus subtillis menurut Jawetz (2010), sebagai

berikut:

Kerajaan : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Bangsa : Bacillales

Suku : Bacilaceae

Jenis : Bacillus

Spesies : B. Subtillis

b. Habitat

Bakteri Bacillus subtillis bakteri ini termasuk dalam spesies

yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus

menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan

selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan. Jenis

14
Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima

produk probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah

dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan

aktivitas antimikrobanya (Duc dkk, 2004).

c. Morfologi dan Identifikasi

Bacillus Subtillis merupakan bakteri gram positif, berbentuk

batang, dan tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan

terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegrasi karbohidrat (Barrow,

1993).

Sumber: Jawetz, 2010


Gambar 2, Bakteri Bacillus subtillis

d. Patogenesis

Bacillus Subtilis tidak dianggap sebagai patogen karena dapat

mencemari makanan tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan.

Spora dapat hidup dalam pemanasan. Konsistensi yang disebabkan oleh

bakteri produksi panjang rantai polysaccharides.

15
Bacillus Subtilis dapat membagi simetris, dan memproduksi

sebuah endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas,

asam, dan garam yang dapat berada dalam lingkungan dalam jangka

panjang. Endospore adalah yang dibentuk pada gizi stres,

memungkinkan organisme untuik berada dalam lingkungan sampai

kodisi menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri

melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.

Bacillus Subtilis terbukti untuk manipulasi genetik, karena itu

telah menjadi banyak diadopsi sebagai model organisme untuk

penelitian laboratorium, terutama dari sporulation, yang merupakan

contoh sederhana dari diferensiasi selular. Hal ini juga sangat

flagellated, yang memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak

sangat cepat. Bacillus Subtilis memiliki sekitar 4.100 gen. Dari jumlah

tersebut, hanya 192 yang ditampilkan. Mayoritas gen yang penting

dalam kategori domain relatif sedikit dari metabolisme sel, dengan

sekitar separuh yang terlibat dalam pengolahan informasi, satu-kelima

yang terlibat dalam sintesis dari sel amplop dan penentuan bentuk dan

divisi sel, dan satu-kesepuluh yang berkaitan dengan sel energetika.

Aplikasi bakteri ini dalam industri cukup banyak. Bacillus Subtilis

merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk produksi

enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi

amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu,

aplikasinya banyak sekali. Enzymes diproduksi oleh B. subtilis dan

16
B.licheniformis secara luas digunakan sebagai tambahan dalam laundry

deterjen. Kemudian bakteri ini dapat memainkan peran dalam

pengamanan limbah radionuclide (misalnya Thorium (IV) dan

Plutonium (IV) pembuangan dengan mengikat proton properti dari

permukaan.

5. Jurnal pembanding

Jurnal yang pertama menurut penelitian yang dilakukan oleh Noor

Fajeriyati, Andika (2017) yang berjudul “ Uji Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Etanol Rimpang kencur(Kaemferia galangal L.) pada bakteri

Bacillus subtillis dan Escherichia coli “metode yang digunakan adalah

difusi cakram mengunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak kencur memiliki daya

hambat terhadap bakteri Bacillus subtiliis dan Escherichia coli yaitu

dengan terbentuknya zona bening disekitar kertas cakram. Pengukuran

diameter zona hambat diukur mengunakan penggaris, Konsentrasi

tertinggi yang memiliki zona hambat yaitu 100% dengan zona hambat

rata-rata 29 mm pada pertumbuhan bakteri Bacillus subtillis, pada bakteri

Escherichia coli dengan zona hambat rata-rata 27 mm.

Jurnal yang kedua, menurut penelitian yang dilakukan oleh Oleh

Dewi Peti Virgianti dan Dinar Maulani Purwati (2015) yang berjudul

“Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia(Ten.)

Steenis Terhadap pertumbuhan Bakteri Streptococus pyogenes Secara In

17
Vintro” ekstraksi daun binahong menggunakan penyari etanol 70%

dengan metode maserasi dan uji antibakterinya dengan zona hambat

dengan seri konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%,

90%, dan 100% dengan kepadatan 0,5 mc Farland, menggunakan metode

Kirby-Bauer. Hasil penenlitian menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak

etanol daun binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang

ditunjukan dengan terbentuknya zona jernih, Diameter zona hambat

terbesar ditunjukan pada konsentrasi 100% yaitu sebesar 15,15 mm. pada

uji in-vitro daya hambat ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis terhadap pertumbuhan Streptococus pyogenes pada media Muller-

Hinton, dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak daun binahong dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococus pyogenes.

18
J. Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan penulisan tugas akhir dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, maka penulis membuat rencana pelaksanaan penyusunan

laporan tugas akhir sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal kegiatan Tugas Akhir


No Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kegiatan
1 Pengajuan Judul √
2 Penyusunan Proposal √

3 Konsultasi Proposal √ √ √ √ √ √ √
4 Seminar Proposal √
5 Pelaksanaan Penelitian √ √ √
6 Penulisan Laporan TA √
7 Ujan TA √
8 Revisi laporan tugas √ √
akhir
9 Penggandaan laporan √
tugas akhir

DAFTAR PUSTAKA

19
Barrow, G.I., and R. K. A. Feltham. Cowan and Steel’s Manual for the
Identification of Medical Bacteria Third Edition, Syndicate of the
University of Cambridge: United Kingdom 1993.

Darma Susetya, Khasiat dan Pemanfaatan Daun Ajaib Binahong, Pustaka Baru
Press, Yogyakarta, 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, jilid III,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 1979.

. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, jilid III,


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 1979.

Duc et al. Characterization of Bacillus Probiotic Available For Human use.


APpl Environ Microbiol 70 (4): 2161-2171 2004.

Didik Gunawan dan Sri Mulyani, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1,
Bogor: Swadaya 2004.

Endang Hanani, Analisis Fitokimia,Jakarta: EGC 2014.

Harborne, J. B., Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Penerjemah: K Padmawinata dan I. Soediro, terbitan ke-2,
penerbit ITB, Bandung 1987

Harborne, J. B., Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Penerjemah: K Padmawinata dan I. Soediro, terbitan ke-2,
penerbit ITB, Bandung 1996.

Jawetz, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M.., Brooks Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E.,
Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan
Alimsardjono, L. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2010.
Maksum Radji, Buku Ajar Mikrobiologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2010.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo. Dasar-Dasar
Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press, Jakarta 1986

Riza Marjoni, Dasar-Dasar fitokimia, CF, Trans Info Media, Jakarta timur, 2016
Rudolf voigth, Buku Pelajaran Teknologi farmasi, edisi Universitas Gadjah
Mada press, Yogyakarta, 1995. Rudolf Foigth, Buku Pelajaran
Teknologi farmasi, Universitas Gadjah Mada press, Yogyakarta, 1995.

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ALFABETA,
Bandung, 2013
Syamsuni, Ilmu Resep, Buku Kedokteran EGC Jakarta, 2006.
Sylvia, T, Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, 2008.
Tandie Herbie, Kitab Tanaman Berkhasiat Obat, Edisi 1, Octopus Publishing
House, Yogyakarta 2013.
Yuli Widiyastuti dkk, 100 Top Tanaman Obat Indonesia, Kementerian
Kesehatan RI, Litbang, 2011.

Dewi Peti Virgianti dan Dinar Maulani Purwati yang berjudul Daya Hambat
Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis
Terhadap pertumbuhan Bakteri Streptococus pyogenes Secara In
Vintro jurnal STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Vol.13, No.1,
2015.
Fadel Abima, Meiskha Bahar, Aulia Chairani yang berjudul Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia(Ten.)
Steenis Terhadap Isolat Bakteri Escherichia coli Jajanan Cilok
Secara In Vitro Dengan Metode Difusi, Jurnal Fakultas Kedokteran
UPN Veteran, ISSN:0216-3438, Vol. 11, No.1, 2017.
Noor Fajeriyati, Andika Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang
Kencur( Kaemferia galanga L.) pada bakteri Bacillus subtillis dan
Eacherichia coli, Fakultas Farmasi, jurnal Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin, ISNN:2598-2095 Vol.1, N0.1, 2017.

Widya Selawa, Max Revolta Jhon Runtuwene, Gayatri Citraningtyas Kandungan


Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun
Binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis, Jurnal FMIPA UNSRAT
Manado, ISNN:2302-2493, Vol. 2, No. 01, 2013.

21
BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1 Waktu tempat penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian “Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera

Cordifolia (Ten.) Steenis.) terhadap Bakteri Bacillus Subtillis dengan Metode

Dilusi Padat” dilakukan mulai bulan Mei 2019 – Agustus 2019.

3.1.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi dan Laboratorium

Kimia Farmasi Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif eksperimental. Eksperimental

yaitu dilakukan dengan cara melakukan penelitian dari proses penelitian sampai

dengan hasil penelitian.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian/segala sesuatu yang menjadi kegiatan

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dapat dipelajari, sehingga pada akhirnya

dapat ditarik suatu kesimpulan. Variabel penelitian dari variabel bebas dan

terikat.

22
3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan. Pada

penelitian kali ini yang menjadi variabel bebas adalah konsentrasi ekstrak daun

binahong.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diamati oleh peneliti dalam sebuah

penelitian untuk menemukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah daya hambat antibakteri daun

binahong terhadap bakteri Bacillus subtillis.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf, alumunium foil, botol

kaca, corong, cawan petri, gelas kimia, gelas ukur, incubator, lemari pendingin,

kertas saring, mikro pipet, oven, pipet volume, sendok tanduk, rak tabung

timbangan analitik, tabung reaksi, penjepit kayu.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah simplisia binahong, etanol 70%,

media agar, akuades, bakteri gram positif Bacillus subtillis.

23
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.2 Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh kepastian bahwa

tanaman yang digunakan berasal dari tanaman yang dimaksudkan, sehingga

kemungkinan akan terhindar dari kesalahan dalam pengumpulan bahan penelitian.

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 14 Desember 2018 sampai tanggal 21

Desember 2018

3.4.3 Pembuatan Simplisia

Sampel yang digunakan adalah daun binahong dari daerah soko, kenep,

sukoharjo. Daun binahong sebelumnya dilakukan sortasi basah untuk pemilihan

tanaman yang masih dalam kondisi segar. Kegiatan sortasi ini dilakukan terhadap

kerikil, rumput-rumputan, tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan.

Setelah disortasi maka tanaman tersebut harus dicuci dengan air yang mengalir

supaya bersih dan terjaga kondisinya. Kemudian ditimbang sebanyak 3,5 kg,

dilakukan perajangan, pengeringan dengan cara dipanaskan dengan oven pada

suhu 60ºC, setelah dikeringkan tanaman dilakukan sortasi kering untuk pemilihan

bahan-bahan yang rusak ataupun bahan yang terlalu gosong, ditimbang lagi untuk

maserasi.

24
3.4.4 Ekstraksi

Simplisia yang telah dikeringkan, ditimbang sebanyak 300 gram lalu diremas

kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 3L selama 5 hari,

sambil sesekali diaduk, simpan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya

matahari. Maserat dipisahkan dengan menggunakan kertas saring, filtrat diuapkan

di atas penangas air pada suhu 60°C hingga diperoleh ekstrak kental. Hasil

ekstrak kental disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan dalam lemari

pendingin, dilakukan pengocokan sebelum penelitian lebih lanjut.

3.4.5 Skrining Fitokimia

3.4.5.1 Uji Flavonoid

Ekstrak daun binahong sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 10 ml etanol 70%,

dipanaskan. Larutan diambil sebanyak 2 ml didalam tabung reaksi, ditambahkan

pita magnesium (Mg) 1 cm dan di tambahkan Hcl pekat 5 tetes. Terbentuknya

larutan berwarna kuning pucat, kuning kehijauan hingga merah bata

menunjukkan adanya flavonoid (Harborne, 1996).

3.4.5.2 Uji Saponin

Ekstrak daun binahong sebanyak 0,5 g dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Kemudian ditambahkan 10 ml akuades panas, dinginkan kemudian dikocok kuat

selama 10 detik. Jika terbentuknya busa setinggi 1-10 cm selama tidak kurang

dari 10 menit, jika busanya tidak hilang ditambahkan HCL 2N. Apabila masih

terdapat busa yang konstan maka menunjukkan hasil positif mengandung saponin

(Depkes, 1995).

25
3.4.5.3 Uji Alkaloid

Ektrak daun binahong sebanyak 0,5 g ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9

ml air suling dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan

disaring. Filtrat yang di peroleh di pakai untuk uji alkaloid, diambil 3 tabung

reaksi, lalu kedalamannya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Masing-masing tabung

reaksi ditambahkan pereaksi yang berbeda.

1. Tabung reaksi 1: ditambahkan 2 tetes perealksi mayer

2. Tabung reaksi 2: ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat

3. Tabung reaksi 3: ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit dua

dan tiga percobaan diatas (Depkes RI, 1995).

3.4.5.4 Uji Triterpenoid

Ekstrak daun binahong sebanyak 1 g sampel uji di maserasi selama 2 jam dengan

20 ml n-hesan, lalu disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa

ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchad. Timbulnya merah,

merah muda, ungu menunjukan adanya (Harbrone, 1987).

3.4.5.5 Uji Tanin

Ekstrak diambil sebanyak 1 g didihkan selama 3 menit dalam 100 ml air suling

didingkan disaring. Larutan diambil 2 ml ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III)

klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin (Depkes

RI, 1995).

26
3.4.6 Sterilisasi Alat

Seluruh alat yang digunakan untuk uji daya hambat antibakteri disterilisasi di

dalam oven pada suhu 180ºC selama 2 jam dan bahan yang akan digunakan

disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC (kecuali ekstrak)

3.4.7 Pembuatan Media

3.4.7.1 Media NA (Nutrient agar) miring

Media NA 0,2 gram dilarutkan dalam akuades sampai 10 ml, dan dipanaskan

hingga larut, dituang ke dalam tabung reaksi steril sebanyak 5ml, dan ditutup

dengan kapas dan alumunium foil. Media NA disterilkan menggunakan autoklaf

selama 15 menit dengan suhu 121ºC kemudian diamkan pada suhu ruangan ,

posisi mPiring sampai media memadat. Media NA miring digunakan untuk

inokulasi bakteri.

3.4.7.2 Pembuatan Media NB

Media NB ditimbang sebanyak 0,08 gram, dilarutkan dalam 10 ml akuades

dipanaskan hingga larut, dituang kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml ditutup

dengan kapas beralumunium foil, disterilkan menggunakan autoklaf selama 15

menit dengan suhu 121ºC.

3.4.7.3 Media perbenihan

Media NA 7,2 gram dilarutkan dalam akuades sampai volume 360 mL, dan

dipanaskan hingga larut. Media NA disterilkan menggunakan autoklaf selama 15

menit dengan suhu 121ºC, dituang ke dalam cawan petri, diamkan sampai

memadat. Pembuatan media pembenihan dilakukan secara aseptis.

27
3.4.8 Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri yang di tanam dalam media NA miring diambil dengan ose dan

disuspensikan dalam media NB, di inkubasi dalam suhu 30ºC selama 24 jam.

Sampai media NB keruh.

3.4.9 Pembuatan Stok dan Seri Konsentrasi Ektrak

Ekstrak etanol daun binahong, dibuat 5 konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan

100% dilarutkan dalam DMSO 10%.

3.4.10 Pembuatan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

Kontrol positif yang digunakan kloramfenikol murni 250 mg dilarutkan dalam

DMSO 10% sebanyak 250 ml. Kontrol negatif yang digunakan ialah DMSO.

3.4.11 Pengukuran Daya Hambat Bakteri

Suspensi bakteri diambil 50 mikron, dimasukkan kedalam cawan petri yang telah

berisi media dan diratakan menggunakan batang penyebar. Setiap 1 cawan berisi

1 konsentrasi sehingga membutuhkan 15 cawan petri untuk 3 kali replikasi

dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% , 2 cawan petri digunakan untuk

kontrol positif dan negatif, 1 cawan berisi kontrol media, Kemudian masing-

masing di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Untuk mengetahui zona

hambatnya dapat diketahui dengan mengamati kekeruhan dan kejernihan dari isi

cawan petri tersebut.

28
3.5 Teknik Pengolahan Data

3.5.1 Perhitungan Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Rendemen (%) = x 100%

3.5.2 Perhitungan LOD (Lost On Drying)

Perhitungan LOD (Lost On Drying) menggunakan rumus sebagai berikut:

LOD =

3.5.3 Perhitungan Kadar Air

Perhitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut:

% Kadar air =

3.5.4 Daya Hambat Bakteri

Daya hambat yang menunjukkan daerah zona jernih dan zona kekeruhan.

3.5.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kali ini menggunakan deskriptif kuantitatif

dikarenakan data yang diperoleh yaitu data primer, yang didapatkan dari hasil

pengamatan dan zona hambat ekstraksi flavonoid daun binahong terhadap bakteri

Bacillus subtillis, selanjutnya Data yang diperoleh akan dianalisis dengan tabel

atau diagram.

29

Anda mungkin juga menyukai