Anda di halaman 1dari 31

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK

DAUN SIRIH (Piper


betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan herbal semakin diminati

oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan efek yang sudah dipercaya secara turun-

menurun ampuh dan efek samping yang dirasakan relatif lebih kecil. Penggunaan

bahan herbal sebagai antibakteri memiliki beberapa keuntungan berkaitan dengan

keamanan, ketersediaan, dan meminimalkan efek samping (Caburian & Osi,

2010). Bahan herbal yang sudah sering dimanfaatkan masyarakat adalah daun

sirih yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi. Daun Piper

betle L. berkhasiat sebagai antisariawan, antibakteri, antibatuk, adstringen, dan

antiseptik (Anonim, 1980).

Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.

Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi

mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan

Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi.

Spesies Streptococcus ini mampu menempel pada permukaan gigi (Pratiwi, 2008).

Daun sirih sering dimanfaatkan untuk menghilangkan bau mulut dan

menyehatkan gigi terhindar dari karies (Kumar et al, 2010) karena dapat melawan

bakteri patogen mulut penyebab karies gigi. Daun sirih diketahui mengandung

minyak atsiri yang terdiri dari hidroksikavikol, kavibetol, estargiol, eugenol,

metileugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan dan tanin (Anonim,

1
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 2
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1980). Penggunaannya dengan cara mengunyah daun sirih secara langsung dinilai

kurang praktis, sehingga untuk mempermudah pemakaian maka dikembangkan

sediaan patch mukoadhesif daun sirih.

Sediaan patch bukal mukoadesif daun sirih ditujukan untuk penggunaan

lokal sebagai obat antibakteri penyebab karies gigi (Hamida, 2013). Kadar ekstrak

daun sirih dalam formulasi sediaan sangat menentukan efikasi dari sediaan dan

faktor lain seperti daya difusi ekstrak daun sirih untuk keluar dari sediaan juga

akan sangat mempengaruhi efikasi dari sediaan patch bukal mukoadhesif.

Pembuatan suatu simplisia untuk menjadi ekstrak kering, kental, atau

basah harus melalui proses ekstraksi dengan suatu pelarut tertentu yang dapat

menarik komponen-komponen yang diinginkan. Pada penelitian Hamida (2013),

metode ekstraksi yang dipilih pada pembuatan ekstrak daun sirih adalah infundasi

menggunakan aquadest sebagai penyari. Penggunaan pelarut air dinilai lebih aman

karena sediaan ditujukan penggunaannya pada rongga mulut, tetapi penyarian

dengan metode ini menghasilkan filtrat yang tidak stabil dan mudah tercemar

oleh bakteri dan kapang karena bakteri dan kapang mudah tumbuh pada media

berair (Anonim, 2000), sehingga perlu dilakukan evaporasi untuk mengurangi

pelarut air menjadi ekstrak kental/kering.

Pengeringan pelarut dapat dilakukan dengan cara pemanasan hingga

didapatkan ekstrak kental. Pada beberapa komoditas tanaman obat, pengeringan

pada suhu tinggi dapat merusak komponen bahan aktif karena sensitif terhadap

panas (Sembiring, 2009). Metode dengan pemanasan dapat menyebabkan

hilangnya senyawa-senyawa volatil yang terdapat di dalam ekstrak. Komponen


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 3
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

didalam daun sirih yang berperan besar sebagai antibakteri adalah komponen

minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat volatil, sehingga metode pengeringan panas

dapat membuat berkurangnya jumlah komponen minyak atsiri yang terkandung

dalam ekstrak. Selain itu menurut Sembiring (2009) ekstrak yang masih kental

dapat menyulitkan dalam penentuan dosis karena kurang homogen dan

menyulitkan saat pengambilan.

Metode pengeringan lain yang dapat digunakan adalah dengan freeze

drying atau liofilisasi yaitu metode untuk melepaskan pelarut dengan dilakukan

pendinginan. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak yang lebih kering

dibandingkan dengan metode pemanasan. Diharapkan dengan metode ini maka

senyawa-senyawa volatil dan senyawa sensitif panas yang terdapat dalam ekstrak

tidak rusak atau sedikit komponen yang menguap.

Pemberian ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang semakin besar

dapat meningkatkan jumlah zat aktif dalam sediaan, sehingga mampu

meningkatkan aktivitas antibakteri patch (Hamida, 2013). Peningkatan

konsentrasi ekstrak diharapkan tidak mempengaruhi sifat patch secara signifikan

atau diharapkan dapat memperbaiki sifat patch.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah patch ekstrak daun sirih dengan basis kitosan mampu memberikan

aktivitas antibakteri?
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 4
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Bagaimana sifat patch yang dihasilkan pengaruhnya pada variasi konsentrasi

ekstrak?

C. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan sediaan

farmasi, yaitu optimasi pembuatan sediaan patch bukal mukoadhesif daun sirih

agar semakin meningkat kebermanfaatannya dalam pencegahan karies gigi,

sehingga sediaan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif obat

antibakteri yang lebih menguntungkan dan praktis dibandingkan dengan

penggunaan daun sirih secara langsung oleh masyarakat luas.

D. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Mengembangkan sediaan baru yang penggunaannya lebih praktis dan lebih

estetika untuk digunakan oleh masyarakat dan mengoptimasi sediaan tersebut

agar semakin optimum efikasinya terhadap pencegahan karies gigi.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak terhadap sifat patch yang

dihasilkan.

2. Mengetahui aktivitas antibakteri patch ekstrak daun sirih dengan kitosan

sebagai basisnya.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 5
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Sirih

1) Morfologi

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang

pohon, memiliki tinggi 5m sampai 15 m (Anonim, 1993), dan biasanya

tumbuh pada daerah yang tropis dan memiliki kelembaban tinggi. Sirih

dapat ditemukan dengan mudah pada hutan yang memiliki kelembaban

yang relatif tinggi (Dwivedi & Tripathi, 2014).

Daun sirih memiliki pemerian berupa helaian daun berbentuk bulat

telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung atau

agak bulat, sedikit berlekuk, tepi daun rata menggulung, panjang 5-18

cm, lebar 3-12 cm, warna daun hijau kecokelatan hingga cokelat,

permukaan bawah kasar, kusam, berwarna lebih muda dari permukaan

atas. Tulang daun permukaan atas agak tenggelam, permukaan bawah

menonjol, tangkai daun bulat, panjang 1,5-3 cm, bau khas, dan rasa

pedas (Anonim, 2008).

2) Klasifikasi Tanaman Sirih (Piper betle L. )

Gambar 1. Daun Piper betle L. (Caburian & Osi, 2010)


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 6
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Spesies : Piper betle L

(Pradhan et al., 2013)

3) Khasiat

Ekstrak daun sirih telah diketahui memiliki banyak efek

farmakologis seperti sebagai kardioprotektif, antiplatelet, anti inflamasi,

antioksidan, neuroprotektif, hepatoprotektif, antiulcer, antidiabetes, dan

antimutagen (Varunkumar et al, 2014). Daun sirih mengandung senyawa

antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas di dalam tubuh sehingga

dapat mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas di

dalam tubuh (Pradhan et al, 2013).

Daun sirih sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengobatan

tradisional sebagai karminatif, stimulan, antiseptik, antifungal, dan agen

antibakteri. Pada penelitian terdahulu, daun sirih, akar, dan ekstrak daun

sirih menunjukkan aktivitas antimikrobial yang kuat (Jenie, 2001).

Daun sirih mempunyai aktivitas antimikroba yang signifikan

melawan beberapa jenis mikroorganisme. Ekstrak daun sirih dapat

menghambat bakteri patogen seperti Streptococci, Lactobacilli,


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 7
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Staphylococci, Corynebacteria, dan lainnya yang memproduksi asam dan

mengubah struktur dan sifat dari enamel. Menurut Pradhan et al. (2013)

bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap efek penghambatan ekstrak

sirih karena hanya mempunyai satu lapis membran sel dibandingkan

bakteri Gram negatif yang mempunyai dua lapis membran dan lebih

kompleks.

4) Kandungan kimia

Kandungan kimia yang sudah diisolasi dari daun dan akar daun

sirih adalah hidroksikavikol, kavibetol, kadinene, allilpirokatekol, estragol,

metil eugenol, hidroksil katekol, metil piperbetol, piperol A, piperol B,

karvakol, karyophillene, eugenol, isoeugenol, piperine, β-sitosterol, β-

sitosterilpalmitat (Varunkumar et al, 2014)

Daun sirih mengandung minyak atsiri berupa safrol, alil-

pirokatekol monoasetat, isomer eugenol, terpinen-4-ol, eugenil asetat.

Fenol yang umum ditemukan dalam daun sirih adalah 1, 8 – sineol,

kadinene, kampen, caryophyllene, limonen, pinen, kavikol, alil-

pirokatekol, karvakrol, safrol, eugenol, dan kavibetol (Pradhan et al,

2013).

Komponen hidroksikavikol sudah diteliti sebagai antimikrobial,

dan menunjukkan hasil yang baik pada aplikasinya. Penggunaan

hidroksikavikol dalam Piper betle sebagai oral care agent sudah

dievaluasi dan ditemukan bahwa profil antimikrobanya sangat cocok

sebagai komponen aktif (Sharma et al, 2009)


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 8
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau basah yang diperoleh

dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari

mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti

serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Dengan diketahuinya zat aktif

yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari

dan cara penyarian yang tepat. Faktor yang mempengaruhi kecepatan

penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan - lapisan

batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut

(Anonim, 1986).

Beberapa macam metode ekstraksi, antara lain:

1) Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-

bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari

yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam

(Anonim, 1986).
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 9
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Prinsip infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada

temperatur penangas air (bejana infusa tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20

menit). Infusa diserkai melalui kain flanel selagi panas, kemudian

ditambah air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume

infus yang dikehendaki ( Anonim, 2000). Hasil infundasi umumnya

diserkai dalam keadaan panas, tetapi untuk bahan yang mengandung

minyak atsiri, diserkai dalam keadaan dingin.

2) Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat di desak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan diluar sel dan di dalam sel sempurna (Anonim, 1986).

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang menggunakan

zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat

yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, stirak, dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan

maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 10
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim,

1986). Bersama pelarut yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat dan

isinya dikocok berulang-ulang, lamanya berkisar 2-14 hari (Ansel,

1989).

3) Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam

suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,

cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai

mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan

gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya

kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986). Hasil ekstraksi

berupa bahan aktif yang tinggi, ekstraksi yang kaya ekstrak (Ansel,

1989).

4) Soxhletasi

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Anonim, 2000). Kekurangan metode ini adalah waktu

yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama sehingga kebutuhan

energinya tinggi.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 11
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Freeze Drying

Freeze drying atau dikenal juga dengan liofilisasi, merupakan

metode yang digunakan secara luas dalam pembuatan sediaan farmasi

untuk meningkatkan stabilitas. Freeze drying adalah proses dimana

awalnya bahan mengalami pembekuan dan lalu dikeringkan dari pelarut

secara sublimasi pada temperatur rendah (Oetjen, 2004). Mekanisme ini

berbeda dengan proses pengeringan biasa, dimana pengeringan biasa

terjadi melalui mekanisme penguapan (evaporasi) yang biasa terjadi pada

suhu tinggi. Proses pengeringan biasa terjadi melalui mekanisme

penguapan pada suhu panas, sehingga bahan akan mengalami perubahan

kimia yang dapat menyebabkan kerak di permukaan yang akan

memberikan hambatan bagi difusi uap ke lingkungan, sehingga

menghasilkan produk yang bagian luarnya sudah kering, tetapi bagian

tengahnya masih basah. Pada proses pengeringan beku mekanisme

pengeringannya adalah sublimasi, sehingga tidak terjadi perubahan kimia

pada bahan yang dapat menyebabkan penghambatan dfusi uap ke

lingkungan, dan produk dapat kering secara maksimal (Hariyadi, 2013).

Freeze drying atau proses pengeringan beku menurut Tang & Pikal

(2004) melalui 3 tahap yaitu:

a. Freezing

Pembekuan bahan merupakan tahap dimana solven yang berupa air

terpisah dari solut untuk membentuk padatan es. Pada proses ini solut

menjadi terpekatkan.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 12
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Pengeringan Primer

Tahap pengeringan primer disebut juga tahap sublimasi es.Tahap ini

dimulai saat tekanan pada chamber dikurangi dan temperatur

dinaikkan untuk menyediakan panas agar terjadi sublimasi es. Pada

saat pengeringan primer, tekanan chamber diatur tertentu dibawah

tekanan uap solven, dan solven ditransfer dari produk menuju

kondenser melalui proses sublimasi dan dikristalisasi pada kondenser.

Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang dan perlu

optimalisasi.

c. Pengeringan Sekunder

Pengeringan sekunder adalah tahap dimana air yang tidak membeku

dikeluarkan dari solut. Setelah tahap pengeringan primer , produk

masih mengandung sedikit air residu. Pengeringan sekunder akan

mengurangi sisa air tersebut agar solut lebih kering dengan temperatur

pengeringan yang lebih tinggi dari pengeringan primer.

Pengeringan beku (freeze drying) adalah metode pengeringan yang

mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan,

khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Keunggulan

pengeringan beku menurut Pujihastuti (2009), dibandingkan dengan

metode lainnya adalah :

1. Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan

aroma, warna, dan unsur organoleptik lain)


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 13
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan

perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil)

3. Dapat meningkatkan daya rehidrasi dan dapat kembali ke sifat fisiologis,

organoleptis, dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum

pengeringan

4. Antibakteri

Menurut Pratiwi (2008) antibiotik dapat diklasifikasikan

berdasarkan spektrum atau kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil,

cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan

mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi berikut :

1) Menghambat sinstesis dinding sel

Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan

yang menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram negatif,

contohnya penisilin. Kerusakan pada dinding sel atau penghambatan

pada formasinya akan berakibat pada lisisnya sel. Antibiotik beta

laktam dan glikopeptida merupakan salah satu kelas antibiotik yang

mengganggu biosintesis dinding sel. Penghambatan sintesis dinding sel

akan menghasilkan perubahan bentuk dan ukuran sel, menginduksi

respons stress dan lisisnya sel (Kohanski et al, 2010).

2) Merusak membran plasma

Membran plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan

transpor berbagai metabolit ke dalam dan ke luar sel. Adanya gangguan

atau kerusakan struktur pada membran plasma dapat menghambat atau


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 14
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

merusak kemampuan membran plasma sebagai barrier osmosis dan

mengganggu sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam

membran. Antibiotik yang bersifat merusak membran plasma umum

terdapat pada antibiotik golongan polipeptida yang bekerja dengan

mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri.

3) Menghambat sintesis protein

Obat yang menghambat sintesis protein dapat dibagi menjadi dua

subkelas yaitu inhibitor 50S dan inhibitor 30S. Inhibitor 50S bekerja

dengan cara memblok inisiasi dari translasi protein atau translokasi dari

peptidil tRNA yang pada nantinya akan menghambat reaksi peptidil

transferase yang memperpanjang rantai peptida. Sementara itu inhibitor

30S bekerja dengan cara memblok jalan aminoasil tRNA menuju

ribosom (Kohanski et al, 2010).

4) Menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan

terhadap transkripsi dan replikasi mikroorganisme.

5) Menghambat sintesis metabolit esensial

Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara lain

dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi yang

secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme, karena

memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal bagi enzim

metabolisme.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 15
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba menurut

Pratiwi (2008) seperti berikut :

1) Metode difusi

a. Metode disc diffusion

Metode untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.

Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media

agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi

pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya

hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen

antimikroba pada permukaan media agar.

b. E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC

(minimum inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat

minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba

untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung

agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami

mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba

yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media

agar.

c. Ditch-plate technique
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 16
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang

diletakan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media

agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur

dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen

antimikroba.

d. Cup-plate technique

Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana

dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen

antimikroba yang akan diuji. Area jernih mengindikasikan

adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen

antimikroba pada permukaan media agar.

e. Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media

agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media

agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran

kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam

posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang diatasnya.

Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering.

Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai

panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 17
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil

goresan. Faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi

keseluruhan hasil pada media padat.

2) Metode Dilusi

a. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution)

Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory

concentration) atau KHM (kadar hambat minimum) dan MBC

(minimum bactericidal concentration) atau KBM (kadar bunuh

minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri

pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang

ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba

pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikro uji ditetapkan sebagai KHM.

Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji

ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam.

Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi

ditetapkan sebagai KBM.

b. Metode dilusi padat/solid dilution test

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini

adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat

digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 18
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5. Bakteri Streptococcus mutans

Klasifikasi bakteri Streptococcus mutans adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacili

Bangsa : Lactobacillus

Suku : Streptococcaceae

Marga : Streptococcus

Jenis : Streptococcus mutans

(Gani et al,, 2009)

Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan

spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi (Pratiwi, 2008). Pada

tahun 1924, Clarke mengisolasi organisme yang berasal dari luka pada

karies gigi manusia, dan menyebutnya Streptococcus mutans karena pada

pengecatan Gram, bakteri ini berbentuk lebih oval daripada bulat, dan

menyimpulkan bahwa bakteri ini bentuk mutan dari Streptococcus

(Loesche, 1986)

Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk mensintesis

insoluble glukan yang berperan sangat agresif dalam membentuk plak dan

berkoloni pada permukaan enamel gigi (Koga et al., 1982). Streptococcus

mutans merupakan bakteri acidic, bakteri ini memproduksi asam sehingga

menciptakan suasana asam pada lapisan oral biofilm (Hamilton &

Buckley, 1991). Ekspansi pembentukan insoluble glukan oleh reaksi


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 19
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

antara sukrosa dan enzim glukosil transferase yang dihasilkan oleh bakteri

dan kondisi asam yang disebabkan oleh reaksi tersebut menyebabkan gigi

menjadi busuk, sehingga bakteri ini merupakan koloni bakteri yang paling

berperan dalam menyebabkan karies gigi (Nicolas et al, 2011).

6. Kromatografi

Kromatografi merupakan cara pemisahan yang mendasarkan partisi

cuplikan antara fasa bergerak dan fase diam. Kromatografi merupakan

teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam

bidang kimia analisis dan dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik

analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi,

lingkungan, industri, dan sebagainya. Kromatografi merupakan suatu

teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan

fase gerak (mobile phase).

1) Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar,

fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang

datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat alumunium, atau pelat

plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan

bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada

pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh

gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). Dalam

kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan

dilaksanakan setiap saat secara cepat.


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 20
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap

berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Penjerap

yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa,

sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT partisi dan

adsorpsi. Sistem fase gerak yang paling sederhana adalah campuran

kedua pelarut organik karena daya elusi campuran 2 pelarut ini dapat

mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara

optimal. Hasil bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan

bercak yang tidak berwarna sehingga untuk penentuannya dapat

dilakukan secara kimia, fisik, maupun biologi.

2) Kromatografi GC-MS

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam

suatu campuran.Kegunaan umum kromatografi gas adalah untuk

melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa

organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis

kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran.

Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-

solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi

melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan

yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada kromatografi

gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua

interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam.


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 21
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Spektrometer massa jika digunakan sebagai detektor maka akan mampu

memberikan informasi data struktur kimia senyawa yang tidak

diketahui (Gandjar dan Rohman, 2007).

7. Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang

disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang dapat menyebabkan destruksi

pada jaringan keras gigi (Brooks et al., 2007). Peristiwa awal timbulnya

karies adalah pengendapan plak. Plak gigi didefinisikan sebagai berbagai

macam populasi mikroorganisme yang ditemukan pada permukaan gigi

dalam bentuk biofilm yang melekat pada matriks ekstraseluler dari polimer

pada inang (Marsh, 2004). Biofilm adalah suatu kumpulan organisme yang

melekat pada suatu permukaan dan diselimuti oleh lapisan polisakarida.

Karies merupakan penyakit multifaktorial. Untuk terjadinya karies, maka

kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung, jika salah satu

faktor tidak ada maka karies tidak terjadi (Ruslawati, 1991).

a. Faktor agen atau mikroorganisme

Bakteri memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies

(Brooks et al., 2007). Peran bakteri dalam proses karies adalah

membentuk plak gigi.

b. Faktor substrat atau diet

Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakkan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada

pada permukaan email (Aswal, 2010).


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 22
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

c. Faktor host

Faktor host yang menentukan dalam proses terjadinya karies yaitu faktor

morfologi gigi diantaranya adalah ukuran dan bentuk gigi serta struktur

enamel (Ruslawati, 1991)

d. Faktor waktu

Karies gigi dianggap sebagai penyakit kronis yang berkembang dalam

beberapa bulan atau tahun., lama waktu yang dibutuhkan karies untuk

berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48

bulan (Pintauli, 2009).

8. Sediaan Patch Mukoadhesif Oral

Bioadhesif merupakan istilah yang menggambarkan interaksi

adhesif/perekat dengan bahan biologis yang berasal dari manapun, dan

ketika interaksi adhesif terbentuk dengan melibatkan mukus atau membran

mukosa, maka fenomena tersebut dikatakan mukoadhesif (Mathiowitz,

1999).

Mukoadhesi dapat meningkatkan intensitas dan durasi kontak

antara polimer yang mengandung obat dan permukaan mukus. Selain itu

dipercaya bahwa aplikasi obat secara mukoadhesif dapat meningkatkan

lama keberadaan obat di dalam tubuh. Bioavaibilitas obat meningkat

karena kombinasi efek absorpsi obat secara langsung dan penurunan laju

ekskresi sehingga dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan

frekuensi administrasi obat untuk mencapai outcome berupa efek terapi

yang diinginkan (Kaul et al, 2011).


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 23
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Mekanisme mukoadhesif terbagi menjadi dua tahap, yaitu the

contact stage dan the consolidation stage. Pada tahap the contact stage

terjadi kontak antara mukoadhesif dan membran mukosa, dengan

penyebaran dan pembengkakan dari sediaan yang dapat menginisiasi

kontak dengan lapisan mukus. Pada tahap the consolidation stage, material

mukoadhesif diaktivasi oleh adanya kelembaban. Kelembaban akan

membuat sistem menjadi bersifat plastic, memungkinkan molekul

mukoadhesif untuk membebaskan diri dan berikatan (Carvalho et al,

2010).

Keuntungan sistem penghantaran mukoadhesif adalah 1) obat

mudah diadminisrasikan dan dapat digunakan dalam kondisi gawat

darurat, 2) obat dapat diberikan pada pasien yang trauma dan pasien yang

tidak sadar, 3) terhindar dari first pass metabolism sehingga dapat

meningkatkan bioavaibilitas, 4) dapat digunakan untuk obat yang tidak

stabil pada lingkungan lambung, 5) fleksibel dalam keadaan fisik, bentuk

fisik, ukuran, dan permukaan, 6) onset cepat (Raghavendra et al., 2013).

Patch bukal digambarkan sebagai suatu lapisan yang terdiri dari

impermeable backing layer, drug reservoir layer yang mengandung bahan

obat akan melepaskan obat secara terkontrol, dan suatu permukaan

bioadhesif untuk melekatkan pada mukosa. Dua metode dalam pembuatan

patch bukal, yaitu solvent casting dan direct milling.

Pada metode direct miling, komponen formula dicampur hingga

homogen dan kemudian dikempa sesuai dengan ketebalan yang diinginkan


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 24
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan patch dengan ukuran dan bentuk tertentu dipotong atau ditekan keluar.

Sedangkan pada metode solvent casting, patch dibuat dengan cara

mencampur larutan obat dengan polimer kemudian dituangkan ke dalam

cetakan, dan pelarut dibiarkan menguap.

Backing layer dapat ditambahkan untuk mengontrol arah pelepasan

obat, meminimalkan kehilangan obat, dan meminimalkan deformasi dan

disintegrasi sediaan selama sediaan diaplikasikan (Kaur et al., 2012).

9. Monografi Bahan

1) Kitosan

Nama resmi : Kitosan hidroklorida

Sinonim : 2-amino-deoksi-(1,4)-β-D-glukopiran, deasetil

kitin, β-1,4-poli-D-glukosamin

Gambar 2. Rumus Struktur Kitosan (Rowe et al, 2009)

Kitosan diproduksi secara komersial dari cangkang udang dan

kepiting. Kitosan sering dimanfaatkan sebagai coating agent,

disintegran, agen pembentuk film, mukoadhesif, pengikat, dan agen

untuk meningkatkan viskositas. Kitosan banyak digunakan pada


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 25
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sediaan kosmetik dan beberapa formulasi sediaan farmasi dengan

pengawasan.

Kitosan adalah suatu poliamin kationik dengan densitas muatan

yang tinggi pada pH < 6,5 dan dapat mengkelat logam. Kitosan

merupakan polielektrolit linear dengan gugus hidroksil yang reaktif

dan gugus amino (Rowe et al, 2009).

2) Asam asetat glasial

Nama resmi : Asam asetat glasial

Sinonim : asam etanoat, asam metana karboksilat, asam

etanolik

Rumus molekul : C2H402

Rumus struktur :

Gambar 3. Rumus Struktur Asam Asetat (Rowe et al, 2009)

Asam asetat glasial secara luas digunakan sebagai agen

acidifying dalam formulasi sediaan farmasi dan preparasi makanan.

Asam asetat digunakan sebagai buffer dalam sediaan farmasi saat

dikombinasikan dengan garamnya seperti natrium asetat. Larut

dalam etanol, eter, gliserin, air, dan minyak volatil. Asam asetat

diklaim mempunyai sifat antibakteri dan antifungal. Asam asetat

memiliki harga pKa 4,76 dan asam asetat glasial yang mengandung

lebih dari 50% w/w asam asetat dalam air atau pelarut organik dapat
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 26
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bersifat korosif dan mengiritasi. Asam asetat harus disimpan pada

tempat yang sejuk dan kering dalam wadah tertutup rapat (Rowe et

al, 2009).

3) Aquadest

Nama resmi : Purifed Water (air murni)

Sinonim : Aqua, aqua purificata

Rumus molekul : H2O

Air murni memiliki pemerian jernih, tidak berwarna, dan

tidak berbau. Aquadest adalah air yang dimurnikan yang diperoleh

dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmotic

balik, atau proses lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan

lain. Kegunaannya adalah sebagai pelarut. Aquadest disimpan dalam

wadah tertutup rapat (Anonim, 1995)

4) Etil selulosa

Nama resmi : Etil selulosa

Rumus struktur :

Gambar 4. Rumus Struktur Etil Selulosa (Rowe et al, 2009)

Etil selulosa secara luas digunakan dalam formulasi sediaan

oral dan topikal. Etil selulosa berfungsi sebagai coated agent,

flavoring agent, pengikat tablet, pengisi tablet, dan agen peningkat


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 27
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

viskositas. Manfaat utama etil selulosa dalam sediaan oral adalah

sebagai hidrofobik coating agent untuk tablet dan granul untuk

memodifikasi pelepasan obat, menutupi rasa kurang enak, atau untuk

meningkatkan stabilitas dari formulasi.

Etil selulosa yang dilarutkan dalam pelarut organik atau

campuran solven dapat membentuk lapisan film tidak larut air.

Etilselulosa dengan viskositas tinggi cenderung membentuk lapisan

film yang lebih kuat dan lapisan ini dapat dimodifikasi untuk

mengubah kelarutannya dengan penambahan plasticizer.

Etil selulosa stabil dan sedikit bersifat higroskopis. Etil

selulosa harus disimpan pada suhu tidak lebih dari 32oC pada tempat

yang kering dan terhindar dari sumber panas, dan terhindar dari agen

peroksida atau agen oksida lainnya. Etil selulosa umumnya bersifat

tidak toksik, tidak menyebabkan alergi, dan tidak mengiritasi (Rowe

et al, 2009).

5) Kloroform

Nama resmi : Kloroform

Sinonim : Triklorometana

Rumus molekul : CHCl3

Berat molekul : 119, 38 g/mol

Kloroform mempunyai titik didih pada suhu 61oC dan

mempunyai bau yang khas. Kloroform dapat larut pada alkohol,

benzena, petroleum eter, karbon tetraklorida, karbon disulfida, dan


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 28
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

minyak. Kloroform dapat terdekomposisi secara perlahan karena

pengaruh cahaya, air, tekanan panas, dan nyala api.

Kloroform dimanfaatkan sebagai pelarut ekstraksi dan

purifikasi senyawa antibiotik, alkaloid, vitamin, dan flavour. Selain

itu, kloroform juga sering dimanfaatkan pelarut organik bahan kimia,

obat, dan pestisida. Pada saat ini, penggunaan kloroform semakin

digantikan dengan pelarut yang lebih tidak toksik (Anonim, 2014).

6) Propilen Glikol

Nama resmi : Propilen Glikol

Sinonim : 1,2-dihidroksipropana, 2-hidroksipopanol, metil

etilen gikol

Rumus molekul : C3H8O2

Rumus struktur :

Gambar 5. Rumus Struktur Propilen Glikol (Rowe et al, 2009)

Propilen glikol berfungsi sebagai preservatif antimikroba,

desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen penstabil, dan

cosolvent larut air. Propilen glikol secara luas digunakan sebagai

solven, penyari, dan preservatif dalam berbagai formulasi sediaan

parenteral dan non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut

luas yang lebih baik dari gliserin dan dapat melarutkan banyak
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 29
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

material, seperti kortikosteroid, fenol, obat golongan sulfa,

barbiturat, vitamin, sebagian alkaloid, dan anestasi lokal.

Propilen glikol kebanyakan digunakan sebagai plasticizer

dalam formula aquueous film-coating. Selain itu juga digunakan

dalam kosmetik dan industri makanan sebagai pembawa untuk

emulsifier. Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan

pada wadah yang tertutup rapat pada tempat sejuk dan kering

(Rowe et al, 2009).

F. LANDASAN TEORI

Daun sirih mempunyai aktivitas antimikroba yang signifikan melawan

beberapa jenis mikroorganisme yaitu bakteri patogen seperti Streptococci,

Lactobacilli, Staphylococci, Corynebacteria, dan lainnya yang memproduksi

asam dan mengubah struktur dan sifat dari enamel (Pradhan et al, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Desphande & Kadam (2013),

konsentrasi hambat minimum terhadap bakteri Streptococcus mutans, ekstrak air

daun sirih adalah sebesar 10 mg/mL dan ekstrak etanol daun sirih adalah sebesar 5

mg/mL. Selain itu, pada penelitian Nalina & Rahim (2007), ekstrak daun sirih

menyebabkan terjadinya kerusakan membran plasma sel bakteri dan koagulasi

nukleoid diamati menggunakan transmission electron microscopy dan ekstrak

daun sirih juga mengurangi suasana asam yang diproduksi oleh bakteri yang

berperan dalam mekanisme pembentukan plak.

Kandungan utama dalam daun sirih yang diketahui memiliki aktivitas

antibakteri adalah hidroksikavikol (Jesonbabu et al., 2011) dan eugenol


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 30
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

(Gaysinsky et al, 2005). Minyak atsiri eugenol merupakan komponen utama yang

terdapat pada daun sirih (Dwivedi & Tripathi, 2014) yang bersifat volatil.

Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri dalam

menghambat pertumbuhan bakteri adalah konsentrasi dan frekuensi pemaparan.

Semakin tinggi konsentrasi antibakteri maka aktivitas antibakterinya akan

semakin besar. (Cappucino & Sherman, 2002).

Cream dan salep kurang sesuai untuk penggunaan rongga mulut karena

kurang melekat dan kemungkinan terbilas oleh saliva, sehingga penggunaan

sediaan patch dinilai lebih menguntungkan. Penambahan bahan pengembang dan

plasticizer dapat meningkatkan persentase swelling dari patch karena memiliki

sifat yang mudah menyerap air dan mempengaruhi sifat elastisitas patch (Patel et

al., 2007), penambahan jumlah ekstrak tanpa disertai bahan pengembang pada

penelitian tidak akan berpengaruh terhadap sifat patch secara signifikan.

Pengeringan beku (freeze drying) adalah metode pengeringan/penguapan

yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan,

khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas (Pujihastuti, 2009),

sehingga kerusakan senyawa yang tidak tahan panas pada ekstrak daun sirih akan

lebih kecil dibandingkan dengan metode penguapan dengan menggunakan

pemanasan.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Streptococcus mutans) PATCH BUKAL MUKOADHESIF EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper 31
betle L. )
DEWI MARIA S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

G. HIPOTESIS

1. Penambahan variasi konsentrasi ekstrak daun sirih tidak mempengaruhi sifat

fisik dan kimia patch yaitu keseragaman bobot, folding endurance, swelling

index, dan surface pH secara signifikan.

2. Sediaan patch bukal mukoadhesif ekstrak daun sirih mampu memberikan

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans.

Anda mungkin juga menyukai