Disusun oleh :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : Kompas.com
Tanaman sirih dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam nama
yakni Suruh, Seda (Jawa); Seureh (Sunda); Base (Bali); Donile, Parigi (Sulawesi);
dan Bido, Gies (Maluku) (Utami,2008).
Klasifikasi tanaman (Piper betle L.) menurut Gunawan (2010, dalam Robinson
1991) adalah sebagai berikut :
Ordo : Piperales
Genus : Piper
2 Flavonoid +
3 Saponin +
4 Tanin +
5 Steroid/ triterpenoid +
6 Minyak atsiri +
7 Kuinon -
Sumber: Prasetya,2009
Keterangan : (+) = Terdapat senyawa pada ekstrak daun sirih
2.1.5 Bakteri
a. Staphylococcus epidermidis
Divisi : Eukariota
Kelas : Schizomycetes
Marga : Staphylococcus
2.2 Ekstraksi
2.2.1 Definisi
Ekstraksi adalah kegiatan memisahkan senyawa yang terkandung di dalam
tumbuhan dengan menggunakan cairan penyari yang cocok. Cairan penyari digunakan
air, etanol, atau campuran air dan etanol. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan penyari yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua penyari
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2015). Ekstraksi juga merupakan
proses memisahkan bahan dari campurannya menggunakan penyari yang tepat.
Ekstraksi dihentikan saat dicapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
penyari dengan konsentrasi dalam sel tanaman (Mukhriani, 2014).
1) Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena
pemanasan (Depkes RI, 2000).
b) Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
c) Infusa
adalah ekstraksi dengan penyari air pada temperatur penangas air mendidih,
temperatur terukur 96°C-98 "C selama waktu tertentu (15-20 menit).
d) Sokhletasi
Sokletasi ialah ekstraksi dengan menggunakan penyari yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah penyari relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
e) Dekok
Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.3 Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas pertama yang digunakan untuk
menghentikan pertumbuhan berbagai bakteri gram positif dan gram negatif. Obat ini
digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi termasuk jerawat vulgaris, aktinomikosis,
antraks, bronkitis, dan infeksi sistemik termasuk infeksi saluran kemih (Kamienski Mary,
2015) Tetrasiklin dikonsentrasikan oleh bakteri yang sensitif, kemudian menghambat sintesis
protein dengan menghambat pengikatan aminoasil-tRNA ke unit 30S ribosom bakteri. Bakteri
yang resisten tidak mengonsentrasikan obat.
Mekasisme resistensi tadi dikendalikan oleh plasmid yang dapat di transfer. Tetrasiklin
merupakan agen yang terutama bersifat bakteriostatik Mereka menghambat pertumbuhan
bakteri gram-positif dan gram negatif (dihambat pada konsentrasi 0,1- 10 ug/mL) dan
merupakan obat pilihan pada infeksi yang disebabkan oleh riketsia, chlamydia, dan
Mycoplasma pneumoniae. Organisme yang sensitif terhadap tetrasiklin juga dianggap sensitif
terhadapdo sisiklin dan minosiklin. Namun, resistensi terhadap tetrasiklin tidak dapat
digunakan untuk memprediksi resistensi terhadap obat- obat lain (Jawetz dan Adelberg's,
2010).
2.4 Uji Efektivitas Antibakteri (Pratiwi, 2008)
Pengujian efektivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi
atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme. Penanaman
mikroba biasanya juga disebut inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk metode
pengujian antibakteri suatu zat, metode yang sering digunakan diantaranya metode difusi.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan disk atau sumuran yang kedalamnya
dimasukan antimikroba dalam gelas tertentu dan di tempatkan dalam media padat yang telah
diinokulasi dengan bakteri indikator setelah diinkubasi akan terjadi daerah jenuh disekitar
sumuran atau disk dan diameter hambatan merupakan ukuran kekuatan hambatan dari
subtansi antimikroba terdapat bakteri yang digunakan. Lebarnya zona yang terbentuk, yang
juga ditentukan oleh konsentrasi senyawa efektif yang digunakan merupakan dasar pengujian
kuantitatif, hal ini mengindikasikan bahwa senyawa tersebut bisa bebas berdifusi
keseluruhmedium. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni.
mikroorganisme yaitu:
a. Metode Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini dilakukkan dengan menggoreskan bakteri pada media agar dan
paper disk yang sudah diberikan sampel diletakkandi atas media agar.
b. Metode Mangkuk
Setetes inokulasi diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan dan
dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril.
c. Metode Cakram
Paper disk yang berisi antibiotik atau disuntikan dengan sampel diletakan pada media
agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi dengan media agar
tesebut.
d. Metode Tuang
Metode ini menggunakan media cair dengan cara pengenceran, adalah penurunan
jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam
cawan petri.
e. Metode Sumur atau Tusuk
Metode ini dengan cara meneteskan atau menususkan ujung Jarum Ose yang di
dalamnya terdapat inokulum, kemudian di masukkan kedalam media. Jarum Ose
sendiri adalah untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikroba ke media
yang akan digunakan kembali
Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila terbentuk daya hambat berupa zona
bening disekeliling kertas cakram. Bagian yang dihitung dengan jangka sorong adalah
diameter daya hambat yang terbentuk (Pratiwi, 2008).
Menurut Suryawiria (1978) dalam Zahro dan Agustini (2013). berdasarkan daya hambat
yang terbentuk maka efektivitas antibakteri dapat digolongkan menjadi beberapa golongan
berdasarkan respon daya hambatnya yaitu lemah (5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (10-20
mm), dan sangat kuat (≥20 mm).
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada
No Nama alat
1 Alat penghalus ( blander )
2 Aluminium foil
3 Autoklaf
4 Batang pengaduk
5 Beaker gelas
6 Cawan penguap
7 Cawan petri
8 Corong
9 Erlemeyer
10 Gelas ukur
11 Haotplate and magnetic stirrer
12 Inkubator
13 Jangka sorong
14 Jarum atau kawat
15 Kertas saring whatman no 1
16 LAF (laminar air flow ) cabinet
17 Mikropipet
18 Oven
19 Paper disk (kertas cakram )
20 Pinset tetes
21 Timbangan analitik
22 Vortex
23 Wadah untuk maserasi ( toples )
24 Wadah penyimpanan maserat ( botol )
25 Water bath
2) Pembuatan medium
a) Medium Nutrien Agar (NA)
(1) Menimbang Agar sebanyak 15 g dan dilarutkan ke dalam 1000 ml.
Nutrien Broth diaduk menggunakan hotplate and magnetic stirrer
lalia. disterilkan dengan autoklaf suhu 121°C selama 20 menit
(2) pH diperiksa apakah 7,2 dan disesuaikan jika perlu.
(3) Menyiapkan kerta saring Whatman No. I terlebih dahulu dengan
merendam dua lembar kertas saring Whatman No. 1 berukuran
besar (46 x 57 cm) dalam air, ditumbuk sampai berbentuk bubur,
lalu dipanaskan hingga mendidih dalam beaker gelas dan kemudian
dituangkan ke dalam corong Ini akan menghasilkan lapisan pada
corong.
(4) Bubur kertas disaring panas-panas kemudian dituang secara merata
di atas dasar corong, ini juga akan menghangatkan corong terlebih
dahulu.
(5) Setelah itu segera menempatkan corong di atas tabung yang akan
digunakan untuk mengumpulkan medium, lalu disterilkan NA
dengan autoklafpada suhu 121°C selama 20 menit, atau waktu
relevan lainnya (Harrigan, 1998).
Dewi, L. K., Sarosa, A. H., Kartikowati, C. W., Hayati, N., Parasu, R., & Amalia, E. (2021).
Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Daya Antibakteri Hasil Ekstraksi Daun Sirih Hijau
(Piper Betle L.) pada Aktivitas Staphylococcus Epidermidis. Journal of Innovation
and Applied Technology, 7(1), 1161-1165.
Primadiamanti, A., Marcellia, S., & Sukmawan, S. (2021). AKTIVITAS ANTIBAKTERI
SEDIAAN GEL ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG KEPOK
MENTAH (Musa paradisiaca L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
DAN Staphylococcus epidermidis. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 8(2).
RI, Kemenkes., 2013. pedoman penggunaan antibiotik. jakarta : bakti husada .
Inayatullah, S. (2012). Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus.
Shu, melisa. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif Triloksan 0,5% dan 1%.
Universitas Surabaya Vol.2 No.1. 2013.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, 107,
118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif, Program Studi
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin, Jurnal kesehatan, Makassar.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Kartasapoetra, 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.
Jawetz, Melnick., & Adelberg’s., 2010, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi I, diterjemahkan oleh
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 224, 279, Salemba
Medika, Jakarta.
Kamienski, Mary & Keogh, James 2015, Farmakologi DeMYSTiFieD, Rapha Publishing,
Jakarta.Pratiwi, S., 2008. Mikrobiologi Farmasi, Jakarta: Airlangga.
Septi Permatasari, verica. Pengaruh Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai Geling Agent Terhadap
Sifat Fisis
Block, S. 2001. Disinfection, Sterilization and Preservation. 4th. Edition. Williams and Wilkins.
P.
Gennaro, A.R. 1995. Remington: The Science and Practice of Pharmacy, Vol. II. Mack
Publishing Company, Pennsylvanis. P. 1263 –1270.
Dryer, D. L., et al., 1998, Testing a New Alcohol Free Had Sanitizer to Combat Infection,
AORN Journal, Vol. 68, No. 4, p. 239 – 251.
Jones,R. D., 2000, Moisturizing Alcohol Hand Gels for Surgical Hand Preparation, AORN
Journal, Vol.71, p. 584-599.
Harrigan, W.F. 1998. Laboratory Methods in Food Microbiology. Third Ed.
Academib Press. New York. Hal 262, 343-346.