Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Sirih / Piper betle L.

2.1.1. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi lengkap tanaman sirih menurut Koesmiati (1996) dalam


Dwiyanti

(1996) adalah sebagai berikut :

Devisio : Spermatopyta

Subdevisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper Gambar 1. daun sirih

Species : P. betle Linn

2.1.2. Gambaran Umum

Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat dengan tinggi

tanaman 5 sampai 15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur

lonjong (Gambar 1). Pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar,

tulang daun bagian bawah gundul atau berbulu sangat pendek, tebal berwarna

putih, panjang 5–18 cm, dan lebar 2,5–10,5 cm. Daun pelindung berbentuk

lingkaran, bundar telur sungsang, atau lonjong dengan panjang kira-kira 1 mm

Perbungaan berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan

daun. Bulir bunga jantan memiliki panjang gagang 1,5–3 cm dengan benang sari

yang sangat pendek. Bulir bunga betina mempunyai panjang gagang 2,5–6 cm dan
panjang kepala putik 3–5 cm. Buah buni, bulat dengan ujung gundul. Bulir yang

masak berbulu kelabu, rapat, dengan tebal 1–1,5 cm. Biji berbentuk bulat

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah

minyak atsiri. Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun

sirih adalah vitamin, asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati, dan

karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol, turunan fenol

propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai 42,5 %), karvakrol,

chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat, sinoel,

estragol, eugenol, metileter, p-simen, karyofilen, kadinen, dan senyawa

seskuiterpen (Darwis, 1992).

Menurut Hidayat (1968) dalam Dwiyanti (1996), di dalam 100 g daun sirih

segar mengandung komposisi sebagai berikut: kadar air 85,4 g, protein 3,1 g,

lemak 0,8 g, karbohidrat sebanyak 6,1 g, serat 2,3 g, bahan mineral 2,3 g, kalsium

230 mg, fosfor 40 mg, besi 7,0 mg, besi ion 3,5 g, karoten (dalam bentuk vitamin

A) 9600 IU, tiamin70 ug, riboflavin 30 ug, asam nikotianat 0,7 mg, dan vitamin C

5 mg. Sedangkan, menurut Tampubolon (1981) dalam Dwiyanti (1996), daun

sirih mengandung senyawa tanin, gula, vitamin, dan minyak atsiri. Minyak atsiri

daun sirih yang berwarna kuning kecokelatan mempunyai rasa getir, berbau wangi

dan larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform, serta tidak

larut dalam air (Soemarno, 1987 dalam Dwiyanti, 1996).

2.1.3. Manfaat Daun Sirih

Semua bagian tanaman, akar, daun dan bijinya digunakan untuk obat tetapi
daunnya lebih banyak digunakan dan dikenal daripada buahnya. Cukup banyak

jenis bahan kimia yang terdapat pada sirih dan pemakaiannya sebagai obat

tradisional sudah lama dikenal. Khasiat dari daun sirih ini selain sebagai styptic

(penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada kulit) juga berdaya antioksida,

antiseptic, fungisida dan bahkan sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh

Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih

mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif

(Darwis, 1991).

Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk

menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh

darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih yang masih segar dapat dipergunakan

untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit kulit, wasir, keringat bau,

sakit gigi, asma dan produksi air susu ibu yang berlebihan dapat dicegah dan

disembuhkan dengan daun sirih (Dharma, 1985 dalam Dwiyanti, 1996).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Percoaan

Percobaan ini berlangsung selama 2 hari, yaitu Hari Sabtu-Minggu pada tanggal

24 November 2018 di Bengo-Bengo (Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin)

dan tanggal 25 November 2018 di Laboratorium organik FMIPA UNHAS.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada penelitian percobaan ini yaitu Tabung reaksi, pipet

tetes, gelas kimia.

3.3 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada penelitian percobaan ini yaitu reagen mayer, reagen

feri klorida, MgCl2, AlCl2, kloroform, asam sulfat pekat, anhidrida, aquades,

FeCl3, dan asam asetat glasial.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Identifikasi Alkaloid

Ekstrak sampel ditambahkan dengan beberapa tetes reagen mayer, (1,36 gram

HgCl2 dalam 50 mL akuades + 5 gram Kl dalam 100 mL aakuades).

Terbentuknya endapan kuning menunjukan adanya alkaloid pada sampel tersebut.

3.4.2 Identifikasi Phenol

Ekstrak sampel ditambahkan dengan beberapa tetes reagen feri klorida (5 gram

FeCl3 + 2 mL HCl pekat dalam 100 mL akuades). Hasil positif ditandai dengan

berubahnya warna ekstrak menjadi hijau ungu.


3.4.3 Identifikasi Flavonoid

3.4.3.1 Uji MgCl2

Ekstrak sampel ditambahkan dengan beberapa tetes reagen MgCl2(1 gram bubuk

Mg + 2 mL HCl pekat + 42 mL etanol). Hasil positif ditandai dengan berubahnya

warna ekstrak dari kemerahan menjadi merah bata atau dari jingga menjadi

merah.

3.4.3.2 Uji AlCl3

Ekstrak sampel ditambahkan dengan beberapa tetes reagen AlCl3 (1 gram

AlCl3 1 % dalam 100 mL etanol). Hasil positif ditandai dengan berubahnya warna

ekstrak menjadi biru hijau.

3.4.4 Identifikasi Steroids dan Triterpenoid

Ekstrak sampel ditambahkan dengan beberapa tetes Kloroform (jika ekstak

berubah menjadi keruh maka ditambahkan sedikit karbon aktif) lalu ditambahkan

asam sulfat pekat dan anhidrida asetat. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya

warna hijau biru pada sampel.

3.4.5 Identifikasi Tannin

1 mL filtrat sampel diencerkan dengan akuades sebanyak 1 mL dan ditambahkan

2 tetes larutan FeCl3. Perubahan warna dari hijau menjadi kehitam-hitaman

menandakan adanya kandungan tannin.

3.4.6 Identifikasi Anthaqinones

0,5 mL ekstrak ditambahkan dengan 1 mL asam asetat glasial lalu ditambahkan 2

tetes FeCl3 dan 1 mL asam sulfat pekat sehingga akan tebentuk dua lapisan.

Berubahnya warna lapisan atas menjadi biru hijau menandakan adanya glikosida

pada sampel tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Syamsuhidayat., dan Hutapea, J.R., 1991 Inventaris Tanaman Obat


Indonesia,Departemen Kesehatan Republik Indoneesia, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Darwis., 1992, Potensi sirih (Piper betle Linn.) sebagai tanaman obat, Warta
Tumbuhan Obat Indonesia, Vol. 1 (1) : 9 – 11.

Dwiyanti, R.R., 1996, Mempelajari ketahanan panas ekstrak antioksida daun sirih
(Piper betle Linn.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor,
78 hal.

Hidayat, H.M., 1999, Isolasi dan identifikasi senyawa aktif ekstrak air batang
sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. 19 hal.

Anda mungkin juga menyukai