Disusun Oleh:
Maulidina Hajar Tunsia
(136757)
(136775)
(136800)
(136808)
Shela Heryanto
(136858)
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Aktivitas Antimikroba Terpenoid dari
Sphaeranthus indicus L. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang
istiqomah dalam menegakkan risalahnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Praktikum Kimia Organik Bahan Alam. Penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan fasilitas yang diberikan oleh berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Candra Irawan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Praktikum Kimia
Organik Bahan Alam yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungannya baik secara moral dan
material kepda penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
3. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan motivasi
dan masukan kepada penulis selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan khususnya penulis dan pembaca pada umumnya
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .
Daftar Isi ..
ii
BAB I Pendahuluan ..
13
21
24
Daftar Pustaka ..
25
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Alam telah menyediakan sumber agen pengobatan sejak dahulu kala.
Pentingnya tanaman herba dalam penanganan penyakit ringan manusia tidak dapat
terlalu ditekankan. Jelas bahwa kingdom tanaman harbours adalah sumber daya
alam yang tidak ada habisnya dari bahan aktif yang tak ternilai dalam penanganan
banyak wabah sulit. Selanjutnya, komponen aktif dari pengobatan herbal memiliki
kelebihan dalam bentuk kombinasi dengan banyak bahan lainnya yang
menunjukan ketidakaktifan. Bagaimanapun juga komponen pelengkap ini
memberikan tanaman seluruh keamanan dan keefektifan yang lebih unggul dari
isolasinya dan komponen aktif murni.
Sphaerantus indicus Linn merupakan tanaman herba yang biasa dikenal
sebagai Mundi, tinggi 30cm atau 1 kaki dengan ranting menyebar, ditemukan di
seluruh daratan India, terutama daerah perbukitan, sebagai rumput liar pada lahan
padi. Seluruh bagaian tanaman ini digunakan sebagai obat. Bagian akarnya
direkomendasikan oleh Hakims sebagai stomakik dan anthelmintik dalam dosis
40 grains sehari dalam bentuk serbuk. Bijinya digunakan sebagai stomakik dan
anthelmintik. Serbuk dari akar dan bijinya diberikan dengan madu pada
pengobatan batuk. Bunganya sebagai alternatif, depuratif, berguna sebagai
pembersih darah pada penyakit kulit. Kulit akar dicampur dengan air dadih
(whey) digunakan untuk pengobatan pada pendarahan ambeien, dan juga
digunakan sebagai pasta untuk penggunaan lokal. Minyak yang diperoleh dari
akar melalui destilasi uap, dan pendidihan dalam minyak sesami (wijen),
direkomendasikan oleh Hakims sebagai aprodisiaka yang bernilai. Ini juga
digunakan untuk pembengkakan kelenjar pada leher dan juga pada penyakit
kuning. Bubuk daun keringnya digunakan dua kali sehari pada penyakit kulit
kronis sebagai anti sifilitik dan tonik nervine. Obat ini juga digunakan pada
pembehentian urethral.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti mikroba dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Sphaeranthus indiscus L.
Tumbuhan yang masuk dalam keluarga Asteraceae ini banyak tumbuh di
daratan India. Tanaman ini memiliki banyak cabang (ranting), berbau tajam,
merupakan tanaman yang tumbuh tahunan dengan tangkai bersayap dan berduri.
Berbunga pada bulan November sampai Januari pada kondisi seperti negara India.
Bunganya berbentuk bulat disertai rambut halus. Tanamna ini dikenal dengan
nama mundhi atau gundi di India dan biasa di
temukan di ladang padi sebagai rumput liar.
Tanaman ini juga tumbuh di Sri Lanka, dan
Australia.
Hampir dari seluruh bagian tanaman ini dapat
digunakan dalam pengobatan seperti bagian
daun, batang, akar, kulit batang, bunga sampai
biji. Menurut Ayuverda, tanaman herba ini memiliki rasa pahit, memiliki efek
laksativa, digestiva, obat penguat (metabolisme tubuh), penambahan nafsu makan,
antelmintik, dan alexipharmic.
Tanaman ini bisa digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis,
masalah pencernaan, bronkitis, penyakit limpha, kaki gajah (elephantiasis),
anemia, menghilangkan sakit pada vagina dan uterus, abeien, asma, leucoderma,
disentri, dan lain-lain.
Tanaman ini mengandung metil khavikol, methoxy cinnamaldehyde
sebagai komponen besar, terpinen, citral, geraniol, geranil asetat, dan spharenene
sebagai komponen kecil. Tanaman ini juga diidentifikasi mengandung minyak
assensial.
b.
Terpenoid
Jadi,
semua
CH2==C(CH3)CH==CH2
terpenoid
dan
berasal
kerangka
dari
molekul
karbonnya
isoprene
dibangun
oleh
berikutnya
ialah
fosforilasi,
eliminasi
asam
fosfat
dan
antara
atau
satu
unit
mekanisme
yang
sama pula.
c.
Esherichia coli
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin
yangmenyebabkan
beberapa
kasus
diare.
E.
coli
berasosiasi
dengan
Klebsiella pneumoniae
Klebsiella sp. pertama kali diteliti dan diberi nama oleh bacteriologist
Jerman yang bernama Edwin Jklebs (1834 1913). Klebsiella sp. merupakan
bakteri gram negatif dari famili Enterobactericeae yang dapat ditemukan di
traktus gastrointestinal dan traktus respiratori. Beberapa species Klebsiella sp.
8
Proteus mirabilis
Proteus mirabilis termasuk dalam tribe Proteae, famili Enterobacteriaceae.
Bakteri ini sering ditemukan di tanah dan air serta merupakan flora normal pada
saluran pencernaan manusia dan mamalia. Bakteri ini memiliki karakteristik
batang, gram negatif, mempunyai kemampuan swarming pada medium agar.
Proteus mirabilis merupakan salah satu penyebab terpenting infeksi saluran
kemih, karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini bersifat persisten, sulit
diterapi dan dapat berakibat fatal. Bakteri ini dapat menimbulkan komplikasi
antara lain pyelonephritis akut dan kronik, cystitis, serta pembentukan batu di
ginjal dan vesica urinaria, bakteremia dan sepsis.
Proteus mirabilis mempunyai beberapa faktor virulensi, yaitu fimbria atau
pili, hemolisin, flagella, immunoglobulin A protease, deaminase serta urease.
Untuk dapat menyebabkan infeksi, mikroorganisme melibatkan beberapa tahap,
yaitu dimulai dengan pelekatan/adhesi pada permukaan sel inang, dan selanjutnya
dapat terjadi invasi dan menyebar secara lokal atau sistemik. Kemampuan bakteri
untuk melekat pada sel inang diperantai oleh molekul adhesi yang terdapat pada
bakteri dan reseptor yang terdapat pada sel inang. Molekul adhesi pada bakteri
bisa terletak di pili atau di outer membrane protein (OMP). Pelekatan bakteri ke
sel inang ini bersifat spesifik. Spesifitas ini berhubungan dengan ketersediaan
reseptor yang sesuai dan hal ini akan menentukan bagian tubuh yang akan
diinfeksi oleh bakteri.
10
Proteus mirabilis
f.
Pseudomonas aerugenusa
Klasifikasi Pseudomonas menurut Bergey s. Edisi 9 tahun 1994 sebagai
berikut,
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Proteobacteria
Ordo
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
11
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan dari berbagai tanaman
Tanaman Sphaeranthus incidus L diambil dari lingkungan sekitar daerah
Raisen, M.P di india. Memiliki banyak cabang atau ranting, berbau tajam dan
merupakan tanaman yang tumbuh tahunan dengan tangkai bersayap dan berduri,
tulang daun sejajar, menyempit hingga ke bawah, bergerigi tajam, berrambut
halus.
Preparasi sampel dan prosedur Ekstraksi
Daun segar diangin-anginkan selama satu minggu dan dihaluskan sampai
menjadi bubuk halus dengan alat penggiling. 20 gram bubuk halus ditimbang dan
ditambahkan 250mL etanol 95% didalam erlenmeyer. Setelah itu, larutan
digoyang-goyangkan dan disaring dengan kertas saring Whatman. Filtrat diuapkan
dengan rotary evaporator (Model Type 349/2, Corning Ltd.). Diperoleh hasil
sebanyak 9,1%. Hasil ekstrak disimpan dalam temperatur ruang. Ekstrak mentah
dilarutkan dalam 30% dimetilsulfoksida dan diencerkan hingga konsentrasi 250,
200, 150, 100, dan 50 mg/ml lalu disimpan pada 150C sampai dibutuhkan.
Ekstrak mentah dipipet dan dilewatkan melalui dinding kolom tepat diatas
penyumbat kapas yang telah dialiri pelarut, hal ini bertujuan untuk mencegah agar
ekstraks tidak langsungberinteraksi dengan silica gel.Jika semua ekstrak mentah
telah diserap oleh bagian atas kolom, ruang kosong diatas akan terisi dengan
pelarut dan kolom akan berjalan, sumber pelarut dan kombinasi pelarut telah diisi
ulang dari corong pemisah. Beberapa bagian yang telah dipisahkan dimasukkan
kedalam gelas vial. Perbedaan pelarut yang digunakan berdasarkan prosedur yang
diberikan oleh Herbone. Bagian yang telah terpisahkan dari beberapa ekstrak
tanaman diuji kemurniannya dengan TLC.
13
S.No
Nama Tanaman
Pelarut
Sphaeranthus
indicus Linn.
P. eter
Aseton
Metanol
Bobot
Bubuk
(gm)
400
400
400
Volume
pelarut (ml)
500
500
500
Bobot
hasil
ekstrak
5.2
6.4
4.12
Kromatografi Kolom
Senyawa aktif biologis dipisahkan dari ekstrak mentah oleh kolom
kromatografi
Tabel 2. Menunjukkan Kolom Pemisahan Kromatografi dari Sphaeranthus
indicus L
Sistem Pelarut
n-Hexane:Chloroform
(3:2)
Fraksi
Fr. - I
Fr. II
Fr. III
Fr. IV
Fr. - V
Jumlah Fraksi
Warna Fraksi
Biru Muda
Biru Tua
Kebiru-biruan
Coklat Muda
Biru MUda
14
%Hasil
5.2
6.4
4.12
b.
telah
dimurnikan
selanjutnya
dinilai
kemurniannya pada plat TLC. plat kaca (20 x 5 cm) yang dibersihkan
secara menyeluruh sebelum digunakan. pertama dicuci dengan deterjen
dan air dan lalu dengan aseton untuk menghilangkan minyak secara
menyeluruh. Hindari menyentuh permukaan plat yang telah dibersihkan.
Plat yang telah kering disimpan dan diletakkan pada moving spreader.
Langkah pertama adalah membuat penyerap silika gel 'G' menjadi bubur
dengan penambahan air, biasanya dengan komposisi 20g gel silika dan 20
x 20cms air. Bubur itu secara menyeluruh diaduk dan dituangkan dalam
hopper persegi yang kemudian melewati plat. Hopper ini memiliki bagian
bawah dan menyebarkan bubur silica gel di permukaan plat, dapat
disesuaikan untuk mendapat lapisan bahkan hinga ketebalan 0,25 mm.
Setelah bubur tersebar seragam, plat dibiarkan kering selama 15-20 menit
dan diaktifkan dengan pemanasan dalam oven kromatografi pada 1000 oC
selama setidaknya 3-5 menit. Plat ini sudah siap untuk digunakan. Sampel
yang telah dimurnikan ditotolkan dengan bantuan pipa kapiler pada garis
start yang ditandai dengan garis 1 cm dari tepi plat. Spot dibiarkan kering
dan diletakkan dengan hati-hati dalam tabung kaca besar yang berisi
pelarut. Untuk alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid dan hidrokarbon,
pelarut yang digunakan berbeda sesuai dengan metode Herborne. spot
yang ada pada plat diperjelas dengan iodium atau UV, jarak spot dan jarak
pelarut ditandai dan diukur dengan skala sentimeter untuk menentukan
nilai Rf yang didefinisikan sebagai :
Rf =
Jarak Spot
Jarak Pelarut
Tabel 3. Menampilkan TLC pada Silica Gel G hasil ekstraksi aseton dari
Sphaeranthus indicus. L
15
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fraksi
Tampak Mata
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Kuning
Hijau Gelap
Hijau Terang
Abu-abu
Kuning pucat
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Pengamatan
dengan Iodine
Kuning
Hijau Gelap
Hijau Terang
Abu-abu
Kuning pucat
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Rf (x 100)
value
100
98,33
95
91,67
86,67
67,5
51,67
46,67
6,7
Tabel 4. Menampilkan TLC pada Silica Gel G hasil ekstraksi Petroleum eter dari
Sphaeranthus indicus. L
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
c.
Fraksi
Tampak Mata
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Kuning
Hijau Gelap
Hijau Terang
Abu-abu
Kuning pucat
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Pengamatan
dengan Iodine
Kuning
Hijau Gelap
Hijau Terang
Abu-abu
Kuning pucat
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Rf (x 100)
value
100
98,33
95
91,67
86,67
67,5
51,67
46,67
6,7
Spektroskopi Inframerah
Alat bantu dalam penentuan struktur organik dan verifikasi
melibatkan jenis radiasi elektromagnetik (EM) dengan frekuensi antara
4000 dan 400 cm-1 (bilangan gelombang). Kategori radiasi EM disebut
radiasi inframerah (IR), dan aplikasi untuk kimia organik yang dikenal
sebagai Radiasi spektroskopi IR dapat dimanfaatkan dalam penentuan
struktur organik dengan menggunakan fakta bahwa radiasi tersebut diserap
oleh ikatan antar atom dalam senyawa organik. Ikatan kimia dalam
lingkungan yang berbeda akan menyerap berbagai intensitas dan frekuensi
bervariasi. Dengan demikian spektroskopi IR melibatkan informasi
penyerapan kolektif dan menganalisisnya dalam bentuk spektrum.
Frekuensi di mana ada serapan radiasi IR ("puncak" atau "sinyal") dapat
dihubungkan langsung ke ikatan dalam senyawa tersebut.
16
17
Gugus Fungsi
Free O-H stretching
Broad inter molecular Hydrogen bonded O-H
stretch
C-H asymmetric stretch
C=C stretch
C=O stretch
C-O-H bending bond
CH2 wagging
C-O stretch
Out of plane aromatic C-H bending
18
19
21
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil dari skrining antibakteri dari beberapa konsentrasi ekstrak pada uji
isolasi telah ditampilkan. Hasil menunjukkan adanya peningkatan daerah
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Ekstrak tidak menghambat
pertumbuhan dari S. Typhi di berbagai konsentrasi yang terdaftar. Daerah tertinggi
dari penghambatan pertumbuhan pada diameter 13,5 mm yaitu konsentrasi 250
mg/ml ekstrak terhadap S. Aureus. Hanya konsentrasi 200 dan 250 mg/ml yang
memiliki efek terhadap B. Subtilis, E. Coli dan P. Aeruginosa. Daerah terendah
dari penghambatan pertumbuhan teramati pada konsentrasi ekstrak 200 mg/ml
terhadap B. Subtilis yang memberikan daerah penghambatan terukur 5.6 mm. Uji
pendahuluan skrinning fitokimia dari ekstrak metanol menunjukkan keberadaan
karbohidrat, protein, asam amino fenol, tanin, alkaloid triterpenoid, flavonoid,
minyak atsiri dan glikosida pada tanaman Sphaeranthus indicus dan turunannya.
Steroid tidak ditemukan pada ekstrak metanol. Aktivitas antibacteri dari esktrak
metanol, etanol, kloroform dan air dari Sphaeranthus indicus L yang telah diuji
terhadap organisme uropatigenik Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Proteus mirabils dan Pseudomonas aeroginosa, Acetobacter. Dari keempat
ekstrak, ekstrak metanol memiliki pengaruh aktivitas antimikroba paling tinggi
terhadap Escherichia coli. Akan tetapi terhadap Klebsiella pneumoniae ekstrak
etanol dari tanaman menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi dibandungkan
dengan ekstrak lain, seperti terhadap Proteus mirabil, ekstrak kloroform
menunjukkan daerah penghambatan yang sama dengan Kanamycin. Begitu juga
seperti Acetobacter dan Pseudomonas ekstrak metanol dan etanol menunjukkan
hal yang sama, namun lebih tinggi dari ekstrak kloroform. Konsentrasi
penghambatan minimum dari ekstrak dari uji isolasi ditunjukkan pada Tabel 6.
Konsentrasi penghambatan paling rendah (MIC) dihasilkan oleh S. Aureus dengan
konsentrasi 22,55 mg/ml ketika MIC melawan B. Subtils dengan konsentrasu
74,61 mg/ml. Ekstrak yang dimiliki MIC sebesar 58,09 dan 57,64 mg/ml.
22
24
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak tanaman Sphaeranthus
indicus memiliki potensi besar sebagai senyawa antimikroba terhadap mikroorganisme dan dapat digunakan dalam pengobatan penyakit menular yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang resisten. Resistensi antibiotik telah menjadi
perhatian global. Telah meningkatnya insiden karena beberapa resistensi mikroorganisme patogen pada manusia dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar
karena penggunaan sembarangan obat antimikroba komersial yang umum
digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi. Hal ini telah memaksa ilmuwan
untuk mencari zat antimikroba baru dari berbagai sumber seperti tanaman obat
umum untuk negara-negara tropis. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian
40 cm. Batangnya ramping dan biasanya berwarna kemerahan, ditutupi dengan
rambut / bulu kekuningan terutama di bagian yang lebih muda.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/7345628/Makalah-alkaloid-dan-terpenoid
http://ecdc.europa.eu/en/healthtopics/escherichia_coli/Pages/index.aspx
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Escherichia-coli.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43761/3/DEWIAYU_G2A009195_BAB2KTI.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-nisaakmala-5280-2bab2.pdf
26