Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara beriklim tropis yang terkenal akan
kekayaan alamnya, salah satunya adalah tumbuhan yang hidup di Indonesia
sangat beragam, dan banyak diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Di Indonesia penggunaan obat tradisional sebagai pengobatan masih banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat luas, hal ini dikarenakan bahan baku obat
tradisional masih mudah diperoleh dan dibudidayakan sendiri di pekarangan
warga. Selain itu kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to
nature) serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli
masyarakat, membuat semakin meningkatnya penggunaan bahan alam, baik
sebagai obat maupun tujuan lain. Obat tradisional dan tanaman obat banyak
digunakan masyarakat menengah ke bawah. Sementara ini banyak orang
beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif
lebih aman dibandingkan obat sintesis (Sampurno, 2007).
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanaman keras
dan berbatu. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit
naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai
ketinggian1.000 mdpl (Dalimartha setiawan, 2008)
Perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 m, kadang-kadang lebih.
Percabangan banyak, berusuk halus, berambut lembut. Daun bertangkai
pendek, letak berseling, helaian daun bulat telur sungsang, ujung bulat
melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5 – 9 cm, lebar 1 – 5,5 cm,
warnanya hijau terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai
rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang – cabang perbungaan
banyak sekali, bunga bentuk bonggol bergagang atau duduk, warnanya putih
kekuningan sampai ungu. Buah longkah agak bentuk gangsing kecil, keras,
cokelat dengan sudut – sudut putih, lokos. Biji kecil, cokelat keputih –
putihan. Perbanyakan dengan setek batang yang cukup tua. (dalimartha
setiawan, 2008)

1
2

Daun beluntas (Pluchae indica. L) merupakan tanaman, mengandung


senyawa yang berguna bagi tubuh seperti flavonoid, vitamin A dan C
merupakan antioksidan yang dapat menghambat kerja radikal bebas sehingga
menghasilkan protein yang lebih tinggi (Rukmiasih, 2011)
Daun beluntas biasa digunakan sebagai tanaman pagar oleh
masyarakat, serta dimanfaatkan sebagai lalapan dan obat tradisional.
Pengunaan secara tradisional daun beluntas berbau khas aromatis dan
rasanya getir, berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomatik),
penurun demam (antipiretik), peluruh keringat (diaforetik), penyegar, TBC
kelenjar, nyeri rematik dan keputihan (Dwi kusuma wahyu, at all 2016)
Kandungan kimia daun beluntas yaitu alkaloida (0,316%), flavonoid
(4,18%), tannin (2,351%), minyak atsiri 4,47%, phenolic, asal khlorogenik,
natrium, kalsium, magnesium dan fosfor. Daun beluntas mengandung
protein sebesar (17.78-19.02%), vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g, dan
karoten sebesar 2.55 g/100 g (Rukmiasih 2011).Penelitian telah dilakukan
dan menunjukkan bahwa daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri karena
adanya senyawa flavonoid (Purnomo, 2001).

Tanaman obat yang mengandung flavonoid memiliki aktivitas sebagai


antioksidan alami, anti bakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan
antikanker (Neldawati, 2013). Flavonoid sangat efektif untuk digunakan
sebagai antioksidan. Identifikasi senyawa flavonoid akan dilakukan dengan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi Lapis
Tipis adalah suatu metode pemisahan komponen menggunakan fase diam.
Metode Kromatografi Lapis Tipis di pilih karena merupakan metode yang
tepat dan sistematis, selain itu ketepatan penentuan kadar akan lebih baik
karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak
bergerak. (Made Astawan, 2008).
Ekstraksi senyawa flavonoid daun pada beluntas menggunakan
metode remaserasi dengan pelarut etanol 70%. Pemilihan metode remaserasi
ini karena sederhana, ekonomis, dan tanpa pemanasan yang bisa saja merusak
senyawa yang tidak tahan terhadap panas. Pemilihan etanol 70% sebagai
pelarut karena merupakan pelarut polar yang dapat mengikat senyawa
3

flavonoid yang terdapat pada daun beluntas, selain itu etanol tidak berbahaya
dan tidak beracun. Setelah proses ekstraksi selesai, filtrat yang didapat
dipekatkan dengan alat rotavapor. Isolasi senyawa flavonoid dilakukan
dengan cara fraksinasi dengan pelarut n-heksan sebanyak 3 kali pengulangan,
lalu di fraksinasi kembali dengan eter sebanyak tiga kali pengulangan, lalu di
fraksinasi kembali dengan pelarut etil asetat. Fraksi etil asetat yang diperoleh
dipekatkan dengan alat rotavapor, fraksi etil asetat yang didapat kemudian
dilakukan uji warna untuk membuktikan adanya senyawa flavonoid
(Mukhriani, 2014).
Pengumpulan dan pengeringan bahan daun beluntas di dapat dari desa
ngumpak dalem kecamatan dander. Identifikasi golongan senyawa dengan
metode kromatografi lapis tipis untuk mengetahui kandungan golongan
senyawa flavonoid dengan menggunakan fase diam silika gel GF254, fase
gerak asam asetat 15%, pereaksi semprot ferri klorida, reaksi positif bila
terjadi warna kuning pada lampu UV254 nm (Markham,1982).
Menurut penelitian koirewoa at all, bahwa daun beluntas mengandung
flavonoid golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang
gelombangnya yaitu antara 250-280 nm (pita II) dan 350-385 nm (pita I)
dengan metode spektro UV-VIS.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui senyawa
flavonoid pada daun beluntas (Pluchae indica. L) dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Pemilihan metode kromatografi lapis tipis
(KLT) untuk penetapan senyawa flavonoid ini karena sederhana, cepat,
ekonomis dan akurat serta senyawa flavonoid dapat terbaca pada panjang
gelombang tertentu. Selain itu, dalam Karya Tulis Ilmiah ini saya ingin
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun daun beluntas
(Pluchae indica. L) bukan hanya bermanfaat untuk masakan saja, tetapi juga
memiliki banyak manfaat sebagai obat karena terdapat senyawa flavonoid.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun
beluntas (Pluchea Indica L.).
4

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar flavonoid total
yang terkandung dalam daun beluntas (Pluchea Indica L.).
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang senyawa flavonoid pada
daun beluntas (Pluchea Indica L.)

2. Sebagai sumber data ilmiah bagi peneliti lanjutan, penelitian lainnya dan
mahasiswa tentang identifikasi senyawa flavonoid daun beluntas (Plucea
Indica L.) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

3. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kandungan


flavonoid pada daun beluntas (Plucea Indica L.) yang mempunyai banyak
manfaat sebagai obat.

Anda mungkin juga menyukai