TUGAS 3
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDA
(Ekstrak Elephantopus scaber)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia
KELOMPOK : 8
KELAS : F
DOSEN PEMBIMBING :
Siti Rofida, S.Si, M.Farm., Apt.
Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.
B. Latar Belakang
Sebuah survei rumah tangga nasional di tahun 2013 di Indonesia menjumpai
bahwa 30,4% memanfaatkan perawatan kesehatan berbasis tradisional. Dalam survei
sebelumnya, di antara responden yang telah berkonsultasi dengan fasilitas kesehatan
dalam empat minggu terakhir, 38,3% pada tahun 2007 dan 15,2% pada tahun 2000
menggunakan obat tradisional untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi (Pengpid &
Peltzer (2018).
Tanaman obat atau biasa diesbut herbal medicine telah digunakan secara luas
sebagai sumber alamiah utama untuk formulasi dan salah satu solusi penyembuhan
penyakit pada manusia. Metabolit sekunder termasuk salah satu berkat yang diberikan
oleh alam. Bermacam-macam produk alamiah telah dibuat dan digunakan dari hari ke
hari (Kharat & Mendhulkar 2016). Tumbuhan di hutan Asia Tenggara dikenal sebagai
sumber penting produk alamiah. Utilitas medis dan sehari-hari ini berasal dari
pengetahuan pribumi terkait yang telah diamati secara luas dari generasi ke generasi.
Produk-produk ini telah menyediakan solusi untuk industri kesehatan, khususnya dalam
dekade terakhir.
Gambar 1. Tanaman Tapak Liman Elephantopus scaber (Hiradeve & Rangari, 2014)
Gambar 2. Contoh kandungan senyawa kimia pada Elephantopus scaber (Hiradeve &
Rangari, 2014).
Banyak penggunaan etnomedis ini telah divalidasi secara ilmiah oleh hasil
studi aktivitas biologis. Sekitar selusin aktivitas beraneka ragam mulai dari
antikanker, antibakteri, antijamur, hepatoprotektif, antidiabetes, antioksidan,
antiinflamasi, analgesik, antiplatelet, antiasthamatic, dan nefroprotektif hingga
aktivitas penyembuhan luka (Hiradeve & Rangari, 2014).
iii. Ekstraksi
Tanaman ini adalah tanaman obat dan memiliki kandungan kimia yang
meliputi flavonoid (ekstrak metanol - daun), fenol (ekstrak metanol - daun dan
rimpang), saponin (ekstrak metanol, rimpang), steroid (metanol dan ekstrak
kloroform - rimpang) ), tanin (ekstrak kloroform - daun), terpene (ekstrak metanol
dan kloroform - daun), triterpenoid, sesquiterpen lakton, elephantopin, triterpen, dan
termasuk epifriedelinol, lupeol, stigmasterol, lupeolacetate, deoxyelephantopin,
isodeoxyelephantopin dan luteolin-7-glucoside, yang berfungsi sebagai antimikroba
(Yuliani et al, 2018).
Berdasarkan keberadaan trikoma pada E. scaber, sangat sulit untuk
menjadikan E. scaber sebagai sumber eksplan meskipun kandungan metabolit
sekundernya cukup kaya. Oleh karena itu berbagai sumber eksplan yang cocok untuk
kultur jaringan untuk menghasilkan kalus yang baik diuji. Sumber eksplan yang
digunakan adalah bilah daun, selubung daun, dan tulang daun (Yuliani et al, 2018).
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat aktif suatu bahan dengan
menggunakan pelarut selektif dalam prosedur ekstraksi standar. Semakin halus
ukuran zat, tentu proses ekstraksi akan lebih optimal. Jenis pelarut yang digunakan
dalam ekstraksi terkait dengan polaritas pelarut. Pelarut polar (air, metanol, etanol,
asam asetat) cocok untuk mengekstrak senyawa polar dari tanaman (Pasaribu et al,
2014).
Ketika bahan tanaman kering digunakan, umumnya ditumbuk menjadi
bubuk. Untuk ekstraksi, pelarut dipilih sebagai fungsi dari jenis flavonoid yang
diperlukan. Polaritas adalah pertimbangan penting di sini. Flavonoid polar yang lebih
sedikit (misalnya pada Isoflavon, flavanon, flavon teretilasi, dan flavonol) diekstraksi
dengan kloroform, diklorometana, dietil eter, atau etil asetat, sedangkan glikosida
flavonoid dan lebih banyak glikosida polar diekstraksi dengan alkohol atau campuran
air alkohol (Andersen & Markham, 2005).
Keterangan :
S : Simplisia daun tapak liman
P : Pembanding isodeoksielefantopin
Rf pembanding isodeoksielefantopin 0,68
Rf l : 0,06
Rf 2 : 0,12
Rf 3 : 0,37
Rf 4 : 0,43
Rf 5 : 0,68
B. Flavonoid
Kata 'flavonoid' berasal dari kata Latin flavus yang berarti kuning dan banyak
flavonoid memang berwarna kuning. Namun, banyak lainnya berwarna putih dan
anthocyanin terkait flavonoid khusus berwarna merah, biru atau ungu (Bone & Mills,
2013).
Flavonoid adalah kelompok metabolisme tanaman yang luar biasa. Tidak ada
kelas lain dari metabolit sekunder yang dikreditkan dengan beragam fungsi kunci dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Flavonoid memegang peran sangat penting
untuk bertahan hidup, seperti tarik vektor hewan untuk penyerbukan dan penyebaran
benih, stimulasi bakteri Rhizobium untuk fiksasi nitrogen, promosi pertumbuhan tabung
polen, dan penyerapan nutrisi mineral dari daun tua (Andersen & Markham, 2005).
Gambar 4. Struktur Flavon, Flavanon, dan Flavanol (Bone & Mills, 2013).
C. Metode Identifikasi
i. Reaksi Warna
Untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid dilakukan uji Bate-Smith dan
uji Metcalf serta Uji Wilstater. Larutan sampel dalam metanol (0,3 mg) dikocok
dengan 3 ml n-heksana berulang kali sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna atau
jernih. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 10 ml etanol kemudian disaring
(Lestari et al, 2015).
Menurut Marliana dan Suryanti (2015) dan Lestari dkk (2015), uji flavonoid dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Uji bate-Smith dan Metcalf
Pada filtrat ditambahkan 0,5 mL asam klorida pekat kemudian dipanaskan diatas
penangas air, jikaterjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan
hasil yang positif.
b. Uji Wilstater
Pada ekstrak ditambahkan 0,5 mL HCl pekat dan 5 buah plat magnesium
mengamati perubahan warna, kemudian menambahkan air suling dan
menambahkan 1 ml n butanol. Warna merah hingga jingga diberikan oleh
senyawa yang mengandung flavon, warna merah tua menunjukkan adanya
flavonol atau flavonon, sedangkan warna hijau sampai biru diberikan oleh
aglikon atau glikosida.
Kompleks yang berwarna merah dihasilkan dari koordinasi ikatan kovalen antara
ion magnesium dengan gugus flavonoid gugus OH fenolik.
Uji Wilstater seacara umum digunakan untuk mendeteksi senyawa yang
mempunyai inti α-benzopyron. Terbentuknya garam flavilium pada reaksi ini
menyeybabkan warna orange terbentuk pada uji Bate Smith-Mertcalf dan warna
merah pada uji Wilstater.
B. Bagan Alir
i. Preparasi Sampel
Pada larutan IIIC (+) 0,5 ml HCl pekat dan 4 potong magnesium.
Masukkan plat KLT kedalam bejana yang telah berisi fase gerak n-
Heksan P:etil asetat P:metanol P (5:5: I)
Hitung nilai Rf
VI. HASIL
1. Reaksi warna
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, sampel Ekstrak Elephantopus scaber
mengandung leukoantosianin pada uji Bate-Smith dan Metcalf, positif flavon pada uji
Wilstater, dan dengan uji KLT diperoleh noda dengan nilai Rf 0,53 dan 0,70 yang
merupakan flavonoid ditandai dengan terbentunya warna kuning setelah pemberian
penampak noda asam sulfat 10% dalam etanol.
IX. DAFTAR PUSTAKA