Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMASETIKA SEDIAAN STERIL

“SEDIAAN INJEKSI BUPIVACAINE 0,5%”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Steril

KELOMPOK : 8
FARMASI D

Deajeng Febby Ayu 201810410311191


Anggun Citra K.P 201810410311192
Mutoharoh 201810410311195
Zamzam Alkausar 201810410311201
Nurfaida Dwigusti S 201810410311204
Dita Ayu Novitasari 201810410311209

DOSEN PEMBIMBING :
Apt. DYAH RAHMASARI, M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum farmasetika sediaan steril dengan judul
“Laporan Akhir Praktikum Sediaan Injeksi Bupicavaine 0,5%”. Kami berharap
Laporan praktikum ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Formulasi dan Evaluasi sediaan injeksi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan praktikum yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan praktikum ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan praktikum
ini di waktu yang akan datang.

Malang, 01 Januari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata
dan irigasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk
obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh. Oleh karena itu, sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang
terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah fisik, kimia, atau
mikrobiologis (Lachman hal 1992).

Salah satu contoh sediaan steril yaitu injeksi. Wadah yang digunakan untuk
produk injeksi, salah satunya adalah vial. Vial adalah wadah gelas yang
umumnya digunakan untuk dosis ganda, dengan kapasitas 5 ml, 10 ml, dan
seterusnya. Pelarut yang digunakan aqua, non aqua (minyak/ non minyak).
Wadah dosis ganda adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya
beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian
sisa zat dalam wadah tersebut. Wadah dosis ganda dilengkapi dengan penutup
karet dan plastik untuk memungkinkan penusukkan jarum suntik tanpa
membuka atau merusak tutup. Bila jarum ditarik kembali melindungi isi dari
kontaminan luar (Ansel, 2005).

Bupivacaine adalah agen anstesi lokal yang banyak digunakan, merupakan


anestesi lokal tipe amida yang bekerja lama. Bupivicaine secara reversibel
berikatan dengan kanal ion natrium spesifik dalam membran neuronal,
menghasilkan penurunan permeabilitas membran yang bergantung pada
tegangan terhadap ion natrium dan stabilisasi membran; penghambatan
depolarisasi dan konduksi impuls saraf; dan hilangnya sensasi yang bisa
dibalikkan. Bupivacaine hidroklorida (anhidrat) adalah rasemat yang terdiri dari
jumlah ekivalen dextrobupivacaine hidroklorida dan levobupivacaine
hidroklorida. Bentuk monohidrat umumnya digunakan sebagai anestesi lokal. Ini
memiliki peran sebagai antagonis adrenergik, amphiphile, penghambat EC
3.1.1.8 (cholinesterase), penghambat EC 3.6.3.8 (Ca(2+)-mengangkut ATPase)
dan anestesi lokal. Mengandung levobupivacaine hydrochloride (anhydrous),
dextrobupivacaine hydrochloride (anhydrous) dan bupivacaine (1+)
(Martindale, p.1855-1856).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui studi pustaka dari sediaan injeksi Bupivakain 0,5%
2. Mengetahui spesifikasi produk dan rancangan formulasi sediaan
injeksi bupivakain 0,5%?
3. Mengetahui evaluasi mutu sediaan injeksi Bupivakain 0,5%
BAB II

PRAFORMULASI

2.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

Bupivakain hidroklorida adalah anestesi lokal dari jenis amida. Bupivakain


hidroklorida memiliki onset yang lambat dan durasi aksi yang panjang.
Kecepatan awitan dan durasi kerja meningkat dengan penambahan
vasokonstriktor dan absorpsi ke dalam sirkulasi dari tempat penyuntikan
berkurang. Akumulasi lambat terjadi dengan dosis berulang. Bupivakain
hidroklorida digunakan terutama untuk anestesi infiltrasi dan blok saraf regional
terutama blok epidural. Tapi dikontraindikasikan untuk blok paraservikal
obstetrik dan untuk digunakan dalam anestesi regional intravena (Martindale
edisi 36 hal. 1855).

Bupivacaine adalah anestesi lokal tipe amida long-acting dengan efek


anestesi dan analgesik. Pada dosis tinggi menghasilkan anestesi bedah,
sedangkan pada dosis rendah menghasilkan blok sensorik (analgesia) dengan
blok motorik yang kurang menonjol (Bupivacaine Hydrochloride Injection,
USP, 2019). Bupivakain secara reversibel mengikat saluran ion natrium spesifik
di membran saraf, menghasilkan penurunan permeabilitas membran yang
bergantung pada tegangan terhadap ion natrium dan stabilisasi membran,
penghambatan depolarisasi, konduksi impuls saraf, dan hilangnya sensasi
reversibel (Pubcem).

Bupivakain memiliki mekanisme aksi dengan menstabilkan membran saraf


dan mengkonduksi impuls saraf, sehingga mengerahkan tindakan anestesi lokal.
Seperti anestesi lokal lainnya, bupivakain menyebabkan blokade reversibel dari
propagasi impuls di sepanjang serabut saraf dengan mencegah pergerakan ion
natrium yang masuk ke dalam melalui membran sel serabut saraf. Saluran
natrium dari membran saraf dianggap sebagai reseptor untuk molekul anestesi
local (Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP, 2019).
Injeksi Bupivakain hidroklorida memiliki onset yang lambat dan efek
anestesi tahan lama. Durasi kerja anestesi lokal tergantung pada sejumlah faktor
termasuk tempat injeksi, rute pemberian, konsentrasi dan volume. Kehadiran
epinefrin dapat memperpanjang durasi kerja untuk infiltrasi dan blok saraf
perifer tetapi memiliki efek yang kurang nyata pada blok epidural. Injeksi
Bupivakain hidroklorida 0,5% memiliki durasi kerja yang lama 2-5 jam setelah
injeksi epidural tunggal dan hingga 12 jam setelah blok saraf perifer. Onset
blokade lebih lambat dibandingkan dengan lidokain, terutama saat membius
saraf besar. Bila digunakan dalam konsentrasi rendah, yaitu 0,25%, ada sedikit
efek pada serabut saraf motorik dan durasi kerjanya lebih pendek (Bupivacaine
Hydrochloride Injection, USP, 2019).

Dalam dosis yang direkomendasikan bupivakain menghasilkan blokade


sensorik lengkap tetapi konsentrasi larutan bupivakain yang digunakan
mempengaruhi tingkat blokade motorik yang dicapai. Larutan 0,25% umumnya
menghasilkan blok motorik yang tidak lengkap. larutan 0,5% biasanya akan
menghasilkan blok motorik dan beberapa relaksasi otot. Blok motorik lengkap
dan relaksasi otot dapat dicapai dengan larutan 0,75% (Martindale edisi 36 hal.
1855).

Di Inggris, dosis tunggal maksimum bupivakain hidroklorida yang


disarankan adalah 150 mg dengan atau tanpa adrenalin diikuti jika perlu dengan
dosis hingga 50 mg setiap 2 jam. Di Amerika Serikat dosis tunggal maksimum
yang direkomendasikan adalah 175 mg dari sediaan biasa atau 225 mg bila
diberikan dengan adrenalin; dosis dapat diulang dengan interval tidak kurang
dari 3 jam tetapi total dosis harian tidak boleh melebihi 400 mg. Dosis harus
dikurangi pada orang tua, pada anak-anak, pada pasien yang lemah, dan pada
penyakit jantung atau hati (Martindale edisi 36 hal. 1856).

Sekitar 95% bupivakain terikat pada protein plasma. Bupivakain memiliki


waktu paruh 1,5-5,5 jam pada orang dewasa dan sekitar 8 jam pada neonatus.
Bupivakain dimetabolisme di hati dan diekskresikan dalam urin terutama
sebagai metabolit dengan hanya 5-6% sebagai obat yang tidak berubah.
Bupivakain didistribusikan ke dalam ASI dalam jumlah kecil. Bupivakain
melintasi plasenta tetapi rasio konsentrasi janin terhadap konsentrasi ibu relatif
rendah. Bupivakain juga berdifusi ke dalam CSF (Martindale edisi 36 hal.
1855).

2.2 Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat

1) Rumus Molekul : C18H28B2.HCL.H2O Bobot Molekul : 342,90


Rumus Bangun :

(FDA, 2009)
2) Pemerian
Bupivacaine hidroklorida berwarna putih, tidak berbau, seperti kristal bubuk
(Martindale, p. 1854)
3) Data Kelarutan dalam berbagai pelarut
Bupivacaine hidroklorida dapat larut bebas dalam 95% etanol, larut dalam
air, dan sedikit larut dalam klorofom atau aseton (FDA, 2009). Larut bebas
dalam air dan alkohol; sedikit larut dalam aseton dan kloroform.
(Martindale, p.1854)
4) Data Stabilitas
pH untuk bupivacaine hidroklorida yaitu, 4,5 sampai 6,0 (Martindale,
p.1854). Rasa sakit yang terkait dengan infiltrasi anestesi lokal dapat
dikurangi dengan menyangga larutan pH fisiologis dengan natrium
bikarbonat. 1,2 Meskipun buffering itu sendiri tampaknya tidak
mengganggu kemanjuran anestesi, 2 alkalinisasi larutan dapat mengurangi
kelarutan anestesi lokal dan menyebabkan pengendapan.2-4 Untuk
meningkatkan stabilitas larutan anestesi lokal biasanya disiapkan pada pH
asam dan oleh karena itu dianjurkan jika solusi dalam buffer, mereka harus
segera digunakan (Larutan yang mengandung adrenalin membutuhkan pH
asam) (Martindale, p.1852). Disimpan pada suhu 20° C-25 ° C. Terlindung
dari cahaya (FDA, 2009). Buang bagian yang tidak terpakai. Jangan
dibekukan. Jangan gunakan produk jika larutan menunjukkan kekaburan,
materi partikulat, perubahan warna, atau kebocoran (Product Monograph
Bupivacaine Hydrochloride Injection,USP. 2004)
5) Inkompatibilitas
sebagai tindakan pencegahan jauhkan dari pengoksidasi kuat
(Pfizer_MSDS, 2012).
6) Data Lain
Bupivakain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak
lebih dari 101,5% C18H28N2O.HCl, dihitung sebagai zat anhidrat.
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; melebur pada lebih kurang
2480 disertai peruraian (Farmakope Indonesia V, hal 254).

2.3 Spesifikasi Produk

NAMA Spesifikasi No. 01


PERUSAHAAN
Injeksi Bupivacaine 0,5 %.
Kode Produk 191021 Tanggal berlaku
PT. 19/10/2021
Departemen Seksi
FARMAEIGHT
Pengawasan
Mutu

Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Mengganti


PT. UMM FARMA Nurfaida Dita Ayu No. 0201
Dwigusti Syafira Novitasari
Tanggal 11/10/2021
Tanggal Tanggal
19/10/2021 19/10/2021

Bentuk Sediaan Injeksi (Vial)

Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, melebur pada lebih


kurang 248º disertai peruraian (FI VI hal.332)

Bahan Aktif Obat 0,5% (Injeksi bupivakain hidroklorida mengandung


Tiap ml bupivakain hidroklorida tidak kurang dari 93,0% dan
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket) (FI VI hal.333)
Rujukan Farmakope Indonesia VI
Karakteristik Bentuk sediaan: Larutan Steril
Fisis/Kimiawi Kadar : Injeksi bupivakain hidroklorida mengandung
bupivakain hidroklorida tidak kurang dari 93,0% dan
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket (FI VI hal. 333)
Volume : 10 ml
Massa molekul : 342,9 g/mol
pH : 4,0–6,5
Titik lebur : lebih kurang 248°C
Spesifikasi Lain pH : 4,0 dan 6,5 (FI VI hal. 334)
Stabilitas : Disimpan pada suhu 15°C-30°C

Spesifikasi Kemasan Kode Produk : 191021


dan penandaan

Penyimpanan Simpan pada suhu 15°C-30°C. Buang bagian yang tidak


terpakai. Jangan membeku. Jangan gunakan produk jika
larutan menunjukkan kekaburan, partikel, perubahan
warna, atau kebocoran (Bupivacaine Hydrochloride
Injection, USP, 2019). Dalam wadah dosis tunggal atau
ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. Injeksi yang
mengandung bupivakain hidroklorida 0,5% atau kurang
dapat dikemas dalam wadah dosis ganda 50 mL (FI VI
hal. 334).

Masa Simpanan 2 hari

2.4 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian


▪ Bentuk Sediaan : Bupivacain injeksi (vial)
▪ Dosis : 0,5% (5mg/ml)
▪ pH : 4,0 – 6,5
▪ Warna : Tidak berwarna / jernih
▪ Bau : Tidak berbau
▪ Cara pemberian : Secara parenteral sesuai dengan indikasi
(Product Monograph Bupivacain Injection BP, 2016 dan
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile
Products Volume 6, 2004).
A. PERMASALAHAN FORMULASI
▪ Sediaan dapat menunjukkan perubahan warna, kekaburan atau kebocoran.
▪ Pembuatan sediaan untuk dosis ganda dapat meningkatkan resiko
terkontaminsi dengan mikroba
▪ Memiliki rentang pH yang sempit yaitu 4,0 – 6,5 (Martindale 36th ed. p.
1854)
▪ Larutan hidroklorida bupivacaine yang tidak mengandung epinefrin dapat
di autoklaf
(Product Monograph of Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP, 2019)
B. PENGATASAN YANG DILAKUKAN
▪ Sediaan di simpan pada suhu 15oC - 30oC, jangan sampai beku
▪ Dapat ditambahkan antimikroba atau pengawet
▪ Diberikan dapar untuk meng-adjust pH [Natrium Hidroksida atau Asam
Klorida]
▪ Autoklaf pada tekanan 15 pon, 121oC (250oF) selama 15 menit
(Product Monograph of Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP, 2019)
2.5 Formulasi
A. MACAM-MACAM FORMULASI
a. Bupivacaine Hydrochloride Injection 0,25%
Bill of Materials (Batch Size 1 L)
Scale/mL Item Material Quantity UOM
2.50 mg 1 Bupivacaine Hydrochloride use 2.64 g
Bupivacaine HCL, USP,
Monohydrate
1.00 mg 2 Methyl Paraben NF (Aseptoform 1.00 g
M) Powder
8.55 mg 3 Sodium Chloride, USP 8.55 g
QS mg 4 Sodium Hydroxide, Reagent-Grade QS mg
Pelletsa
QS mL 5 Acid Hydrochloric, Reagent-Grade QS mL
Bottlesa
QS mL 6 Water for Injection QS to 1.00 L
(Hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products
volume 6)
b. Bupivacaine Hidroklorida Injeksi
Konsentrasi Bupivacaine Hidroklorida Sodium Chloride
mg/mL mg/mL
0.25% 2.5 8.6
0.5% 5 8.1
0.75% 7.5 7.6
(Product Monograph Bupivacain Injection USP, 2019)
B. FORMULA YANG DIRENCANAKAN
Fungsi Presentase Jumlah
No Nama Bahan
Pemakaian (g/66mL)
1 Bupivakain HCL Bahan Aktif 0.5% 0,33
2 Benzalkonium Preservative 0,0066
0,01%
klorida
3 Natrium Klorida Pengisotonis 0.9% 0,594
6 WFI (Water for Pelarut
Ad 66 ml Ad 66 ml
Injection)

Cara
Nama Bahan Fungsi Kelarutan pH Stabil
Sterilisasi
Bupivacaine Bahan Aktif Mudah larut 4.5 – 6.0 Sterilkan
Hydrochloride dalam air (FI VI hal. pada
dan dalam 332) autoclave
etanol; sukar uap pada
larut dalam suhu 115°C
kloroform
dan dalam
aseton (FI
VI hal 332)
Benzalkonium Preservative Serbuk 4 – 10 -
klorida amorf putih (Siswandono
atau putih &Soekardjo,
kekuningan, 2011)
higroskopis,
dan
memiliki
bau
aromatik
ringan dan
rasa sangat
pahit. (HPE
Ed.6th p.
56)
Natrium Pengisotonis Mudah larut 6.7 - 7.3 Autoclaving
Klorida dalam air, (HPE Ed.6th (HPE 6th,
larut dalam hal 637) 639)
gliserin,
sukar larut
dalam etanol
(FI VI hal
1225)
Water for Pelarut Cairan - -
injection jernih, tidak
berwarna,
tidak berbau
(FI VI hlm.
71)
CARA STERILISASI SEDIAAN: Sterilisasikan pada autoclave uap pada suhu
115°C.
2.6 Praformulasi Eksipien
a) Benzalkonium klorida (preservative)
Nama Bahan Benzalkonium Chloride
Pemerian Gel kental atau potongan seperti
gelatin, putih atau kekuningan.
Biasanya berbau aromatik lemah.
Larutan dalam air berasa pahit, jika
dikocok sangat berbusa dan
biasanya sedikit alkali. (FI VI
hlm.270)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan
dalam etanol; bentuk anhidrat
mudah larut dalam benzen dan agak
sukar larut dalam eter. (FI VI hlm.
270)
b) Natrium klorida (pengisotonis)
Nama Bahan Sodium Chloride
Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak
berwarna atau serbuk hablur putih;
rasa asin (FI VI hlm. 1225)
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
gliserin; sukar larut dalam etanol
(FI VI hlm. 1225)
Stabilitas: Stabil dalam panas
• panas
Cara sterilisasi Autoclaving (HPE 6th, 639)
c) Water for Injection (pelarut)
Nama Bahan Water for Injection
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau (FI VI hlm. 71)
Kemasan Simpan dalam wadah tertutup rapat
dalam lemari pendingin, terlindung
dari cahaya
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Prosedur Kerja


a. Preparasi
1) Dikalibrasi beakerglass 66 ml
2) Dilarutkan bupivakain dengan WFI sebanyak 5 ml
3) Dilarutkan NaCl dengan Benzalkonium klorida
4) Larutan bupivakain dimasukkan ke dalam larutan NaCl, lalu diaduk ad
homogen
5) Cek pH sediaan menggunakan pH indicator hingga di peroleh pH 6 , jika
belum sesuai atur pH dengan larutan NaOH atau HCl
6) Ditambahkan WFI ad 66 ml
7) Dilakukan klarifikasi untuk menghilangkan partikel

b. Pengisian Sediaan dalam Botol


a) Masukkan sediaan ke dalam vial yang kering dan bersih dengan
menggunakan spuit 10 ml. Pasang penutup vial dan beri segel
b) Sterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 115℃ selama 8-18
menit. Suhu harus terjaga agar tetap stabil.
3.2 Alat dan Wadah yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya
Nama Cara
No. Ukuran Jumlah Suhu Waktu
Wadah Sterilisasi
1. Autoklaf - 1 buah - 1150C 8-18 menit
2. Vial coklat 5 ml 1 buah Oven 1210C 30 menit
3. pH meter - 1 buah -
Membrane
4. 0,22 um 1 buah -
filter
1340C -
5. Water spray - 1 buah Autoklaf 5 menit
1380C
Tangka
6. stainless - 1 buah
still
Batang
7. 30 cm 1 buah Oven 1600C 120 menit
Pengaduk
8. Pipet tetes 11 cm 2 buah Oven 1600C 120 menit
Beaker
9. 5 ml 1 buah Oven 1600C 120 menit
glass
10. Corong 100 mm 1 buah Oven 1600C 120 menit
Filter 0,45
10. 1 buah -
Cartdrige mm
1340C –
11. Tutup Karet - 1 buah Autoklaf 30 menit
1380C
BAB IV

HASIL DAN PERHITUNGAN

4.1 Perhitungan
o Bupivacain 0,5% = 0,5/100 x 66 ml = 0,33 g
o Benzalkonium Chlorid 0,1% = 0,01/100 x 66 ml = 0,0066 g
• Di lab tersedia benzalkonium klorida 0,1%
V1 x N1 = V2 x N2
66 ml x 0,01 = V2 x 0,1 -- V2 = 6,6 ml
o NaCl 0,9% = 0,9/100 x 66 ml = 0,594 g
o Perhitungan tonisitas
1𝑔 0,33 𝑔
▪ Bupivakain 0,17 𝑥 = 0,0561 g
𝑥
1𝑔 0,0066 𝑔
▪ Benzalkonium Chlorid 0,18 𝑥 = 0,001188 g
𝑥

▪ NaCl 0,594 g – (0,0561 g + 0,001188)


= 0,5367 g
▪ WFI 66 ml – (0,33 + 6,6 + 0,5367)
= 58,53 ml
4.2 Hasil

BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan steril. Produk steril
merupakan sediaan yang memenuhi persyaratan fisika-kimia dan juga
persyaratan steril yang bebas dari mikroorganisme baik vegetative atau
bentuk spora pathogen maupun non-pathogen. Pada praktikum ini dibuat
sediaan steril injeksi bupivacaine hydroklorida 0,5%. Injeksi adalah sediaan
steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Bupivakain
hydroklorida tersedia dalam bentuk sediaan injeksi steril, hal ini dikarenakan
bupivakain diindikasikan untuk anastesi local yang membutuhkan efek yang
cepat sehingga apabila dibuat dalam sediaan per oral maka akan
menimbulkan efek yang lama.
Pembuatan sediaan injeksi bupivacaine hidroklorida menggunakan
sterilisasi dengan metode panas basah autoclave dan dikerjakan dengan
teknik aseptic. Teknik aseptik merupakan teknik kerja yang meminimalisir
kontaminan mikroorganisme dan mengurangi risiko paparan terhadap
praktikan. Pada proses pembuatan sediaan injeksi dilakukan pada ruang
kelas B. Sediaan injeksi bupivakain hidroklorida dapat menunjukkan
perubahan warna, materi patikukat, kekaburan atau kebocoran selama masa
penyimpanan sehingga sediaan injeksi bupivakain harus di simpan pada suhu
15°C-30°C, dan dijaga jangan sampai beku. Injeksi bupivakain stabil pada
ph ≥ 6,5 sehingga dalam pembuatan ditambahkan dapar. Pada praktikum ini
pH injeksi bupivakain dibuat pH 6 dikarenakan sediaan injeksi bupivakain
harus bersifat isohidris dan bupivakain dapat stabil pada pH 6. Meskipun
penambahan dapar itu sendiri tampaknya tidak mengganggu kemanjuran
anestesi, namun alkalinisasi larutan dapat mengurangi kelarutan anestesi
lokal dan menyebabkan pengendapan. Untuk meningkatkan stabilitas larutan
anestesi lokal biasanya disiapkan pada pH asam dan oleh karena itu
dianjurkan jika larutan dalam buffer, maka harus segera digunakan (Larutan
yang mengandung adrenalin membutuhkan pH asam).
Larutan bupivakain hidroklorida yang tidak mengandung epinefrin dapat
di autoklaf maka autoklaf pada tekanan 15 pon, 121°C selama 15 menit.
Sebelum dilakukan proses sterilisasi, larutan bupivakain 0,5% terlebih
dahulu dilakukan klarifikasi dengan kertas saring untuk menghilangkan
partikel. Pada praktikum ini sediaan injeksi bupivakain 0,5% disterilisasi
dengan panas basah menggunakan autoklaf pada suhu 115°C selama 15
menit.
Pada pembuatan sediaan injeksi bupivakain ini menggunakan pelarut
water for injection (WFI) dikarenakan bupivakain dapat larut pada pelarut
air, selain itu menggunakan WFI karena semua pelarut atau bahan yang
digunakan harus steril, dan WFI ini adalah salah satu pelarut air yang telah
disterilisasi. Injeksi bupivakain hidroklorida harus bersifat isotonis. Isotonis
artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa
darah dancairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan osmosa
larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isototnis
kedalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila
larutan yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih
kecil) terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk kedalam sel-sel
tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan
larutan yang hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar)
terhadap cairan-cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang
mengakibatkan mengerutnya sel. Umumnya larutan yang hipertonis dapat
ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis.
Bupivakain HCl adalah agen anestesi lokal yang banyak
digunakan,merupakan anestesi lokal tipe amida yang bekerja lama.
Bupivicaine secara reversibel berikatan dengan kanal ion natrium spesifik
dalam membran neuronal, menghasilkan penurunan permeabilitas membran
yang bergantung pada tegangan terhadap ion natrium dan stabilisasi
membran; penghambatan depolarisasi dan konduksi impuls saraf; dan
hilangnya sensasi yang bisa dibalikkan. Bupivakain hidroklorida (anhidrat)
adalah rasemat yang terdiri dari jumlah ekivalen dextrobupivakain
hidroklorida dan levobupivakain hidroklorida.
5.2 Kesimpulan
1. Pada proses pembuatan sediaan injeksi dilakukan pada ruang kelas B
2. Pembuatan sediaan injeksi bupivakain hidroklorida menggunakan sterilisasi
dengan metode panas basah autoclave pada suhu 115°C selama 15 menit
dan dikerjakan dengan teknik aseptic
3. Injeksi bupivakain hidroklorida harus bersifat isotonis sehingga untuk
mengatur agar sediaan isotonis adanya penambahan NaCl 0,9%
4. Sediaan injeksi bupivakain hidroklorida dapat menunjukkan perubahan
warna, materi patikukat, kekaburan atau kebocoran selama masa
penyimpanan sehingga sediaan injeksi bupivakain harus di simpan pada
suhu 15°C - 30°C, dan dijaga jangan sampai beku
5. Injeksi bupivakain 0,5% dibuat sediaan dengan pH 6 karena sediaan injeksi
harus bersifat isohidris dan bupivakain dapat stabil pada pH tersebut.

BAB VI
KEMASAN DAN BROSUR

6.1 Kemasan
• Kemasan Primer

Tiap mL Injeksi mengandung:


Bupivacaine HCL 5 mg
BUJENVICTIS®

Tgl produksi: Oct 2021


No. Batch : OKT3007
Injeksi Bupivacain 0,5% Indikasi

Exp. Date: Oct 2025


Obat bius local atau hanya area
tubuh tertentu yang digunakan
Netto 10 mL pada saat Tindakan medis,
persalinan atau operasi
Diproduksi oleh:
PT. Farmaeight SIMPAN DI BAWAH SUHU 25°C
Malang-Indonesia TERLINDUNG DARI CAHAYA

• Kemasan Sekunder

Injeksi Bupivacain 0,5%


BUJENVICTIS®

Indikasi
Tiap ml Injeksi
mengandung:
Obat bius local atau hanya
Bupivacain HCL 5 mg
area tubuh tertentu yang
digunakan pada saat
BUJENVICTIS® Tindakan medis, persalinan BUJENVICTIS®
atau operasi
Injeksi Bupivacain 0,5% Injeksi Bupivacain 0,5%
Simpan Di Bawah Suhu
Perhatian 25°C Terlindung Dari
Cahaya
Hati-hati pada penderita HARUS DENGAN RESEP
penyakit kardiovaskular, Netto 10 mL DOKTER
Netto 10 mL
epilepsy, hipertensi,
gangguan konduksi jantung Diproduksi oleh:
Diproduksi oleh:
dan lansia PT. Farmaeight
PT. Farmaeight No. Batch : OKT3007
Malang-Indonesia Malang-Indonesia No. reg :
DTL2135416746A1
Diproduksi oleh:
Tgl produksi: Oct 2021
PT. Farmaeight Exp. Date : Oct 2025
Malang-Indonesia

BUJENVICTIS®
Injeksi Bupivacain 0,5%

6.2 Brosur
BUJENVICTIS®
Injeksi Bupivacain 0,5%

Komposisi
Bupivacaine HCL 5 mg

Indikasi
Obat bius local atau hanya area tubuh tertentu yang digunakan pada saat
tindakan medis, persalinan atau operasi

Kontraindikasi
• Hipersensitivitas terhadap anestetik lokal tipe amida atau natrium
metabis ulfit dalam larutan yang mengandung adrenalin.
• Anestesi epidural dan spinal dikontraindikasikan pada pasien dengan
hipotensi yang tidak terkoreksi.
• Teknik anestesi lokal tidak boleh digunakan ketikan ada infeksi di
wilayah injeksi yang ingin digunakan dan/atau bila terdapat
septikemia.
• Bupivacaine dikontraindikasikan pada blok obstetri paraservikal,
anestesi regional intravena (blok Bier) dan semua infus intravena.

Dosis Dan Cara Pemberian


Seperti semua anestesi lokal, dosis bervariasi dan tergantung ppada area
yang akan dibius, vaskularisasi jaringan, jumlah segmen saraf yang akan
diblokir, kedalaman anestesi dan derajat relaksasi otor yang diperlukan,
toleransi individu, teknik anestesi, dan kondisi fisik pasien.

Efek Samping
Bupivacaine memiliki efek samping pusing, kantuk, perasaan mabuk,
kejaang, aritmia. Apabila terjadi efek samping yang berlebihan segera
hubungi dokter

Perhatian
Hati-hati pada penderita penyakit kardiovaskular, epilepsy, hipertensi,
gangguan konduksi jantung dan lansia

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
UI Press. Hal. 50.

Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP Product Monograph , 2019.

Farmakologi dan Terapi UI Edisi 5. 2012

Farmakope Indonesia Ed V

Farmakope Indonesia Ed VI

FDA (Food And Drug Administration) 2009

Hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products vol. 6

HPE Ed 6th

Liebermann, H.A., L. Lachman dan J.B. Schwartz, 1992, Pharmaceutical Dosage


Forms, Marcel Dekker Inc, New York, 68-69.

Martindale, p.1854

Product Monograph Bupivacaine Hydrochloride Injection,USP. 2004

Pfizer_MSDS, 2012

Product Monograph of Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP, 2019

Resiana, Zulkifli, Harimin, K., & Theodorus. (2016). Efektivitas Penambahan 2,5
µG Sufentanil pada 12,5 mg Bupivakain 0,5% Hiperbarik terhadap Mula dan
Lama Kerja Blokade Sensorik-Motorik Anestesi Spinal pada Operasi
Herniorafi. 12(2).

Anda mungkin juga menyukai