Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

UJI ANTIDEPRESAN METODE RODA PUTAR CELUP (WATER WHEEL)




OLEH:
KELOMPOK 3
1. ADDINA ZULFAH (170)
2. SANNIA RESTIA SARI (172)
3. MUHAMAD ISKANDAR (174)
4. RIRIN PUSPITA (175)
5. MUSTIKA SRI .H (176)
6. RANI EMILIA (177)
7. FIFI SOFIA L (181)
8. DESY NORWAHYU S (182)
9. EVY FEBRY F (183)

PROGRAM PENDIDIKAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

I. Tujuan Intruksional Khusus
1. Mengetahui gejala depresi pada mencit dalam air
2. Mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik mencit terhadap obat-obat
antidepresan pada alat water wheel.
II. Tinjauan Pustaka
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu
disebut sebagai suatu gangguan depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan
sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu
penyebab utama kejadian bunuh diri.
Macam-macam depresi
Gangguan depresi (major depressive disorder) adalah nama internasional yang dewasa ini
digunakan untuk keadaan murung yang setelah 2-3 minggu masih juga bertahan atau bahkan
memperburuk. Criteria untuk depresi sedang/hebat yang kini berlaku menurut DSM IV
adalah terdapatnya minimal lima gejala dari daftar berikut hamper setiap hari selama minimal
2 mingguSuasana jiwa murung hampir sepanjang hari.
Klasifikasi depresi menurut DSM IV :
Hamilton depression rating scale (HDRS)
Tediri dari 3 gejala :
a. Depresi manis (mania) bercirikan bipolar, artinya terdiri dari dua fase, masa
depresi dan masa manis
b. Depresi vital adalah suatu depresi berat , yang memiliki cirri sebagai berikut
(DSM IV) :
- Gangguan tidur khas
- Bervariasinya suasanan sepanjang hari
- Hilangnya perhatian dan kegembiraan dalam semua aktivitas
c. Depresi musim dingin (Seasonal Affective Disorder, SAD) adalah suatu bentuk
depresi yang spesifik terjadi pada musim dingin di Negara-negara Utara akibat
kekurangan sinar matahari
Depresi postnatal menghinggapi K.I. 10% dari wanita nifas selama 6 minggu sesudah
persalinan (depresi postpartal). Dipresi ini disebabkan oleh turunnya kadar
progesterone akibat berkurangnya absorpsi hormon ini oleh reseptornya. Begitu pula
pada wanita sesudah berhentinya haid (depresi postmenopausal)
Depresi eksogen (reaktif) dapat dianggap sebagai efek samping obat, misalnya
antihipersensitiva, kortikosteroid, pil antihamil dan benzodiazepine long-acting.
Penyebab lain adalah penyakit hebat seperti penyakit auto-imun atau defisiensi
piridoksin.
Depresi endogen (biologis) sering kali terjadi mendadak sontak tanpa adanya suatu
penyebab nyata.
Gangguan panic bercirikan serangan mendadak dari perasaan takut hebat, misalnya
takut menjadi gila atau takut mati
Neurose paksaan (Obsessive Compulsive Disorder, OCD) bercirikan perbuatan
(compulsio) atau pikiran paksaan (obesissio)

Patogenesis Depresi
Sampai saat ini penyebab pasti depresi belum diketahui. Factor yang diduga menjadi
penyebab depresi secara garis besar dibedakan menjadi factor biologis dan factor psikososial.
Factor tersebut berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh factor psikososial dapat
mempengaruhi factor biologis (contoh, konsentrasi neurotransmitter tertentu). Factor biologis
dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap stressor psikososial. Selain kedua factor
tersebut factor genetic diduga memiliki peran, namun belum sepenuhnya didukung bukti
yang cukup.
Faktor Biologis
Terdapat dua hal penting terjadinya depresi yaitu disregulasi biogenic amin dan
disregulasi neuroendokrin. Abnormalitas metabolit biogenic-amin yang sering dijumpai pada
depresi yaitu 5-hydroxy indoleacitic acid (5-HLAA), homovanillic acid (HVA), 3-methoxy 4-
hydroxyphenylglycol (MHPG). Sebagian besar penelitian melaporkan bahwa penderita
gangguan depresi menunjukkan berbagai macam abnormalitas metabolic biogenic-amin pada
darah, urin dan cairan serebrospinalis. Keadaan tersebut mendukung hipotesis gangguan
depresi berhubungan dengan disregulasi biogenic-amin, serotonin dan noreepinefrin
merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi depresi.
Serotonin merupakan neurotransmitter biogenic-amin yang paling sering dihubungkan
dan dapat mencetuskan depresi. Penelitian biologi pada orang-orang yang mencoba bunuh
diri dan yang sudah bunuh diri, didapatkan konsentrasi serotonin dan metabolitnya yaitu 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HLAA) yang rendah dalam cairan serebrospinalis. Pada otak
penderita depresi yang sudah bunuh diri didapatkan peningkatan jumlah reseptor serotonin
post sinaptik 5-hydroxytryptamine type 2 (5-HT
2)
pada korteks prefrontal. Selain norepinefrin
dan serotonin, dopamine juga diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Penemuan baru
subtype reseptor dopamine dan meningkatnya pengertian tentang regulasi presinaptik dan
postsinaptik fungsi dopamine telah semakin memperkaya penilitian tentang hubungan antara
dopamine dan gangguan mood. Factor neurokimiawi lain seperti neurotransmitter asam
amino khususnya gamma aminobutyric acid (GABA) dan peptide neuroaktif (khususnya
vasopressin dan opiate endogen) juga terlibat pada patofisiologi gangguan mood.
Hipotalamus merupakan pusat pengatur aksis neuroendokrin. Beberapa penelitian
menunjukkan hubungan antara aksis HPA (aksis hipotalamus-pituitari-adrenal) dengan
depresi. Norepinfrin mempunyai fek inhibisi terhadap aktivitas aksis HPA, walaupun
beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan positif yang bermakna antara kortisol dan
kadar metabolit norepinefrin.
Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress dapat bersifat akut atau kronik. Tidak
ada ciri-ciri kepribadian khas yang diduga mendasari terjadinya depresi. Semua individu
dapat menderita depresi bila berhadapan dengan kondisi yang memang bias menimbulkan
atau mencetuskan depresi.
Berdasarkan teori psikoanalitik dan psikodinamik oleh Sigmund Freud, dinyatakan
bahwa kehilangan obyek yang dicintai dapat mencetuskan depresi. Ketidak berdayaan yang
dipelajari (learned helplessness) didalam percobaan dimana binatang secara berulang
dipaparkan dengna kejutan listrik yang tifak dapat dihindarinya, binatang akhirnya menyerah
dan tidak melakukan usaha sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka
belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia uang terdepresi, kita dapat menemukan
keadaan ketidakberdayaan yang mirip.
Peristiwa kehidupan yang meyebabkan stress lebih sering mendahului episode
pertama depresi daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk
pasien gangguan depresi berat dengan suatu teori bahwa stress episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan yang bertahan lama tersebut dapat
menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberi
sinyal intraneuronal. Akibat dari perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada
pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode depresi selanjutnya, bahkan tanpa
adanya stressor eksternal.
Gejala Depresi Pada Manusia
Keadaan murung. Setiap orang yang mengalami suatu kekecawaan hebat (kematian,
perceraian, kepailitan) atau kehilangan pribadi (kematian kekasih) dengan sendirinya menjadi
murung. Jiwanya tertekan dengan gejala perasaan sedih, putus asa dan hilangnya
kegembiraan, rasa lelah dan letih, tidak nafsu makan dan sukar tidur. Mentalnya juga
terganggu: sering termenung dengan pikiran khayal, konsentrasi berkurang, bimbang dan
sukar mengambil keputusan.
Pada umumnya orang, murung demikian lambat laun mampu mengatasi sendiri
keadaan sendunya tanpa obat atau mungkin hanya dengan bantuan obat pereda. Gejala hilang
dengan sendirinya sesudah dua atau tiga minggu. Berikut gejala-gejala depresi :
a. Hilangnya perasaan gembira dan perhatian untuk hampir semua aktivitas
b. Perasaan bersalah dan tak berharga
c. Pikiran atau percobaan bunuh diri
d. Tak dapat mengambil keputusan atau timbul problema konsentrasi
e. Agitasi (perasaan dikejar, cepat tersinggung) atau penghambatan (segala sesuatu
terkesan berlangsung lebih lama)
f. Lelah dan hilangnya energy
g. Perubahan nafsu makan atau berat badan
Patofisiologi Depresi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Serotonin berfungsi sebagai
neurotransmitter pada komunikasi antara neuron-neuron otak. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi
depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah
neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan
dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh
karena itu teori depresi dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps.
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis
yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective
Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem
neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala
depresi. Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan
dan pengembangan obat-obat anti depresa.
Obat Antidepresiva
Lazimnya obat-obat antidepresi dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Antidpresiva klasik : obat-obat ini menghambat reapsorpsi kembali dari serotonin dan
nore adrenalin dari celah sinaps diujung-ujung saraf. Kecuali pada desipramin yang
menghambat re-uptake NA secara lebih selektif. Oleh karena itu obat ini bekerja
mengaktifkan dengan timbulnya resiko bunuh diri selama minggu-minggu pertama
terapi:
a. Zat trisiklik (ATC) : Amitriptilin, doksepin, dosulepin, imipramin, desipramin,
dan klomipramin
b. Zat tetrasiklis : maprotilin, mianserin (dan mirtazepin). Maprotilin dan desipramin
menghambat secara selektif re-uptake dari NA (selective NA Re-uptake Inhibitor),
begitu pula mianserin
2. Obat generasi ke-2 dengan struktur kimiawi lain, yang menimbulkan lebih sedikit
efek samping, khususnya berkurangnya efek jantung dan kerja antikolinergis, maka
lebih aman pada overdose dan bagi pasien lansia. Tetapi obat modern ini tidak
terbukti lebih unggu daripada obat klasik.
a. SSRIa (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors) : fluvoxamin (Luvox, Fevarin),
fluexetin, paroxetin, sertralin dan citalopram. Trazodon (trazolan) juga
menghambat re-uptake serotonin, tetapi juga bekerja anto-serotonin.
b. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Anti-depressants): mitrazapin dan venlafaxin
(Efexor). Obat ini tidak selektif, menghambat re-uptake baik dari serotonin
maupun dari noradrenalin. Obat ini lebih efektif dari obat SSRI
3. MAO-Blockers: fenelzin dan tranyclypromin (parnate). Obat ini menghambat enzim
mono-amin-oksidase (MAO), yang menguraikan zat-zat monoamine setelah selesai
aktivitasnya. Enzim ini terdapat dalam dua bentuk: MAO-A dan MAO-B. Kedua obat
diatas menghambat kedua bentuk secara irreversible dan hanya digunakan bila obat-
obat lain tidak ampuh lagi.
4. Lainnya: tryptofan, okstriptan dan piridoksin
Dalam praktikum kali ini, digunakan obat-obat sebagai berikut :
1. Imipramin HCL (Tofranil)
Mekanisme kerja antidepresivum trisiklis pertama ini menghambat re-uptake dari NA
dan 5-HT, juga berkhasiat anti adrenergis, anti kolinergis dan anti histamin agak kuat. Zat ini
memiliki efek sedatif cukup baik, tetapi pada umumnya jangan diberikan pada pasien yang
mudah teransang dan agresif. Imipramin digunakan pada depresi dengan ciri-ciri vital, pada
gangguan panikdan ngompol malam pada anak-anak diatas 5 tahun.
Absorbsinya pada usus cepat dan lengkap, Presentase proteinnya 86%, plasma waktu
paruhnya bervariasi antara 6-34 jam. Didalam hati zat ini didemetilisasi menjadi metabolit
aktif desipramin dengan t 12-76 jam. Eksresinya terutama melalui kemih.
Dosis pada depresi oral 3dd 25 mg garam HCL, bila perlu dinaikkan berangsur-angsur
sampai maksimum 300mg pada gangguan panik; 10-25 mg sehari; pada enuresis anak-anak
5-8 tahun: 20-30 mg a.n; pada nyeri kronis: 25-150 mg sehari.
2. Amitriptilin ( Tryptizol, Laroxyl, Mutabon-D)
Mekanisme kerja berdaya menghambat re-uptake dari noradrenalin dan serotonin di
otak. Berkhasiat antihistamin dan antikolinergis, juga sedatif kuat, maka layak diberikan pada
pasien agresif. Absorbsinya pada usus cepat, dengan kesetaraan biologis 40%, presentase
proteinnya diatas 90%. Plasma t rata-rata 15 jam. Dalam hati sebagian besar zat
didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan daya sedatif, t rata-rata 36 jam.
Ekskresinya berlangsung terutama lewat kemih.
Dosis pada depresi 3 dd 25 mg garam HCL atau 50-100 mg a.n., bila perlu dinaikkan
berangsur-angsur sampai 150-300 mg I.m/ i.v 4 dd 20-30 mg. Lansia; 1dd 25 mg maks. 150
mg sehari.


III. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Bahan dan Alat
Imipramin HCL
Amitriptilin
Mencit umur 2-3 bulan dengan bobot badan 25-30 g
Water wheel
Stop watch
Timbangan
Spuit injeksi
Sonde


Prosedur Kerja
1. Mula-mula mencit dipuasakan 6-8 jam.
2. Masing-masing mencit diberikan bahan uji. Kelompok I diberikan imipramin HCL
menggunakan sonde oral, kelompok II diberikan amitriptilin, sedangkan mencit
kelompok control diberikan air suling.
3. Setelah ditunggu - 1 jam, mencit dimasukkan ke dalam alat roda putar (water
wheel) yang telah berisi air dan dicatat durasi mobilitasnya dengan menggunakan stop
watch. Durasi mobilitas adalah periode waktu yang diperlukan mencit untuk
melakukan aktivitas motorik.

Durasi mobilitas dapat ditentukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Pada saat mencit dimasukkan kedalam air hingga terjadi awal gerak motorik. Hewan
dianggap normal bila durasi mobilitasnya tidak lebih dari 60 detik.
b. Durasi yang diperlukan hewan untuk bergerak mencapai roda putar.
c. Jumlah putaran roda dalam waktu tertentu yang ditetapkan. Setelah hewan bergerak
dalam air menuju roda putar, maka jumlah putaran roda umumnya dicatat pada
interval waktu 15 menit, 30 menit, 1 jam dan seterusnya, hingga diperoleh data
putaran maksimum.
Perhitungan Dosis :
Tikus 1
BB : 26 gram
Imipramin HCL = 20mg/kg BB
Sediaan : 25mg/10 ml
20 mg 1000 gram
X 26 gram
X 0,52 mg ~ 0,00052 gram
Sediaan : 25 mg 10 ml
0,52 mg X
X 0,208 ml
Tikus 2
BB : 23 gram
Amitriptilin = 20mg/kg BB
Sediaan : 25mg/10 ml
20 mg 1000 gram
X 23 gram
X 0,46 mg ~ 0,00046 gram
Sediaan : 25 mg 10 ml
0,46 mg X
X 0,184 ml
Tikus 3
BB : 11 gram
Aquadest = 0,208 ml



Hasil Pengamatan
Perlakuan Waktu Aktivitas awal tikus
dicelupkan ke air
(detik)
Durasi renang
mencapai roda
putar (detik)
Jumlah
putaran roda
per-3 menit
Tikus II :
kontrol
aquadest
0 2 24 18
15 3 14 11
30 2 18 1
45 1 - 0
60 2 - 1
Tikus I:
Imipramin
HCL
0 1 4 39
15 6 8 18
30 2 18 31
45 1 5 29
60 1 9 23
Tikus III:
Amitriptilin
0 1 13 19
15 1 28 11
30 1 85 5
45 1 120 0
60 1 47 3


IV. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Mencit I Pada mencit ini diberikan obat impremin Hcl yang diketahui memiliki
efek anti depresi. Pada mencit ini didapatkan hasil bahwa selama pengamatan mencit
tidak mengalami depresi atau depresinya jauh lebi kecil apabila dibandingkan dengan
kontrol negatif. Hal ini dibuktikan dengan aktifitas motorik mencit yang stabil, mencit
juga dapat mencapai roda putar sendiri dalam waktu yang relatif cepat. Bahkan
mencit pada menit-menit terakhir pun masih mampu melakukan putaran dengan
selisih yang tidak jauh dari menit-menit awal.
Mencit II Sebagai kontrol negatif (-), mencit ini diberikan aquadest yang mana
tidak akan memberikan efek apa pun ketika mencit mengalami depresi akibat
dimasukkan kedalam air. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan mencit yang
menunjukkan penurunan aktivitas motorik dan jumlah putaran pada roda putar.
Bahkan pada menit ke-45 dan ke-60 mencit tidak mampu mencapai roda putar sendiri.
Ini menunjukkan bahwa mencit telah mengalami depresi.
Mencit III pada mencit ini diberikan obat Amitriptilin yang mana diketahui
memberikan efek anti depresi. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan efek
depresi, yaitu terlihat dari aktifitas motorik mencit yang stabil dari menit awal hingga
akhir. Mencit juga mampu mencapai roda putar sendiri namun dalam jangka waktu
yang bervariasi dan relatif semakin lama dari menit awal hingga akhir. Pada
pengamatan jumlah putaran mencit mampu melakukan putaran walaupun dengan
hasil yang semakin menurun. Ini menunjukkan bahwa tikus mengalami depresi
namun jauh berkurang jika dibandingkan dengan kontrol negatif.
Berdasarkan hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa obat imipramin Hcl lebih
poten daripada Amitriptilin, yaitu jika dilihat dari tingkat depresi mencit percobaan.
Seharusnya dari segi teoritis amitrptilin lebih poten daripada imipramin Hcl karena
amitriptilin diketahui memiliki aktivitas sedativ yang kuat. Hal ini mungkin terjadi karena t
1/2
keduanya yang berbeda, yaitu amitriptilin memiliki plasma t rata-rata 15 jam dan
imipramin Hcl plasma t bervariasi antara 6-34 jam.

V. Kesimpulan
1. Ketika dimasukkan dalam air mencit yang mengalami depresi, aktivitas
motoriknya akan berkurang dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mencapai water wheel.
2. Mencit yang diberikan obat anti depresi akan lebih aktif dan melakukan putran
lebih banyak sedangkan yang tidak diberikan obat anti depresi akan cenderung
lebih diam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Neal, Michael J . At a Glance Farmakologi Medis. 2002. Jakarta : Erlangga
2. Goodman & Gilman.2011. Manual farmakologi dan Terapi. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai