Dibuat Oleh:
Ahmad Farid R (1804015272)
Efek samping yang umum golongan sedatif-hipnotik adalah mengantuk dan perasan tidak
enak waktu bangun.
Kelebihan dosis dapat menimbulkan koma dan kematian karena terjadi depresi pusat med
ula yang vital di otak.
SEDATIF
Sedatif adalah senyawa yang menimbulkan sedasi, digunakan untuk suatu keadaan terjadi
nya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada penekanan sistem saraf
pusat yang ringan sehingga menenangkan pengguna.
Dalam dosis besar, sedatif berfungsi sebagai hipnotik, yaitu dapat menyebabkan tidur pula
s.
Sedatif digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan emosi da
n tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor sosiologis, untuk menunjang
pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan untuk menunjang efek anestesi siste
mik.
BENZODIAZEPINE
Obat ini terutama digunakan untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan dan insomnia.
Efek kadang dapat terjadi amnesia, hipotensi, penglihatan kabur dan konstipasi. Pengguna
an jangka panjang, terutama dalam dosis tinggi, dapat menimbulkan ketergantungan fisik
dan mental.
Contoh Obat: Flurazepam, Lorazepam, Oxazepam, Triazolam.
BARBITURAT
Peningkatkan aktivitas GABA yang menyebabkan sering terbukanya kanal Cl- (ketergant
ungan dosis.)
Jika dosis ditingkatkan, barbiturate akan menimbulkan kematian, depresi, medulla, koma
dan anastesi
Turunan barbiturat bekerja sebagai penekan pada aksis serebrospinal dan menekan aktivit
as saraf, otot rangka, otot polos dan otot jantung. Turunan barbiturat dapat menghasilkan d
erajat depresi yang berbeda ya itu sedasi, hipnotik atau anestesi, tergantung pada struktur s
enyawa, dosis dan cara pemberian.
2 250 0,5 mL 1 5 8
3 175 0,35 mL 3 6 12
Tugas:
1. Lengkapi table di atas.
2. Buatlah grafik hubungan antara sebelum dan sesudah (20 menit dan 40 menit) diberi
kan obat.
3. Buatlah penjelasan/pembahasan dari hasil yang didapat dan berikan kesimpulan.
Jawaban
Tabel 1. Conversion of Human Doses to Animal Doses Based on BSA.
Species Km Factor
Mencit (mouse) 3
Tikus (Rat) 6
Pembahasan:
Pada Praktikum ini menggunakan obat Diazepam dosis 20 mg/kgBB (dosis me
ncit) dengan konsentrasi 5mg/mL. Diazepam termasuk golongan obat benzodiazepine
yang memiliki efek sedatif-hipnotik, benzodiazepine juga memiliki efek menghilangk
an ketegangan (anxiolitik, tranzquilizer minor). Turunan obat golongan ini sering digu
nakan untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan dan insomnia.
Ketika obat ini diinjeksikan ketubuh tikus maka tikus akan mengalami efek se
datif-hipnotik tersebut, yaitu tikus akan merasa lebih tenang sehingga aktivitasnya ber
kurang. Karena Diazepam memiliki efek sedatif-hipnotik.
Selain itu pada praktikum kali ini menggunakan metode rotarod yang bertujua
n untuk melihat perubahan kemampuan keseimbangan tikus diatas ban yang berputar,
semakin banyak jumlah terjatuh maka menunjukan hewan dalam keadaan tenang.
Kesimpulan :
Data yang diperoleh terdapat 3 tikus yang dilakukan uji rotarod. Ketiga tikus t
ersebut pada awal pengujian sebelum diberikannya obat diazepam menunjukan banya
knya jumlah terjatuh tidak sebanyak jumlah terjatuh pada saat setelah diberikan obat d
iazepam. Setelah pemberian obat diazepam, semakin lama waktu pengamatan maka ju
mlah terjatuh tikus menjadi semakin banyak. Hal ini berarti tikus mengalami efek sed
atif-hipnotik yang disebabkan oleh diazepam. Jumlah terjatuh paling banyak adalah p
ada menit ke 40 sebanyak 12 kali pada tikus dengan berat 0,175kg.
Note: Pentobarbital Na Injeksi konsentrasi 5 mg/mL. Dosis 200 mg/hari (dosis manusia).
Hitunglah dosis mencit (mg/kg) dan lengkapi table di atas.. Pengamatan dilakukan
sebelum pemberian obat dan 15 menit setelah pemberian obat. Amati total head-
dip selama 5 menit.
Tugas:
1. Lengkapi table di atas.
2. Buatlah grafik hubungan antara sebelum dan sesudah diberikan obat.
3. Buatlah penjelasan/pembahasan dari hasil yang didapat dan berikan kesimpulan.
Jawaban
Tabel 1. Conversion of Human Doses to Animal Doses Based on BSA.
Species Body Weight (kg)
Human (Adult) 60 kg
1 Hari
Dosis Mencit (mg/kgBB)=200 mg/ Hari x
60(kg )
= 3,33 mg/Kg
20
15
10
Pembahasan:
Pada praktikum ini menggunakan obat Pentobarbital Na dosis 200 mg/hari (dosis
manusia) dengan konsentrasi 5mg/mL. Pentobarbital Na merupakan golongan barbiturate,
yang mekanisme kerja nya sebagai penekan pada aksis serebrospinal dan menekan aktivitas
saraf, otot rangka, otot polos dan otot jantung.
Turunan barbiturat dapat menghasilkan derajat depresi yang berbeda yaitu sedasi,
hipnotik atau anestesi, tergantung pada struktur senyawa, dosis dan cara pemberian.
Barbiturat dalam bentuk Natrum garammya terabsopsi lebih cepat daripada bentuk asam
bebasnya terutama jika diberikan dalam bentuk sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-
60 menit.
Ketika obat ini diinjeksikan ketubuh mencit maka mencit akan mengalami efek
sedatif-hipnotik tersebut, yaitu mencit akan merasa lebih tenang sehingga aktivitasnya
berkurang, karena pentobarbital Na termasuk kedalam golongan obat yang memliki efek
sedatif-hipnotik.
Pengujian ini menggunakan metode Hole Board test untuk melihat perubahan
perilaku eksplorasi dari hewan uji dengan menggunakan alat infrared actimeter orchid
scientific. Parameter yang di amati pada metode ini adalah jumlah head dip yaitu perilaku
hewan uji memasukan kepalanya dalam lubang, semakin sedikit head dip menunjukan hewan
dalam keaadan tenang.
Kesimpulan:
Data yang diperoleh terdapat 3 mencit yang dilakukan dengan menggunakan metode
Hole Board test, ketiga mencit tersebut pada awal pengujian sebelum diberikannya obat
pentobarbital Na menunjukan jumlah head dip lebih banyak dari pada jumlah head dip
setelah diberikan obat. Hal ini berarti mencit mengalami efek sedatif-hipnotik yang
disebabkan oleh Pentobarbital Na. Jumlah head dip paling sedikit setelah diberikan obat
adalah pada mencit dengan berat 20g sebanyak 5 kali.
Daftar Pustaka
Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika
(halaman 25-53)
Dahlan Sopiyudin. 2004. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT Arkans
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth,editor. 2007. Farmakologi dan terapi, Edisi V.
Jakarta: Gaya Baru. (halaman 139-160)