KELOMPOK 1 / FARMASI- C
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
c. Lain lain: Morfin (candu) juga berkhasiat hipnotis kuat, tapi terlalu berbahaya untuk
digunakan sebagai obat tidur, begitu pula alcohol. Meprobramat, opipramol,
buspiron (buspar), dan zopiclon (imovane) digunakan sebagai transquillizers.
Kloralhidrat termasuk obat tidur yang paling tua dan kadang kala masih digunakan
dalam pediatric dan geriatric untuk jangka waktu singkat.
d. Obat obat obsolete : senyawa brom K/Na/NH4Br serta turunan turunan urea
karbromal dan bromisoval. Obat obat ini hanya berkhasiat hipnotis lemah dan
dahulu digunakan sebagai obat pereda (sol.charcat). Bahaya kumulasi dan
toksisitasnya besar (bromisme), sehingga tidak digunkana lagi dalam terapi modern.
Meprobamat adalah tranquillizer pertama (1995) yang dahulu sering digunakan. Namun
karena efek sampingnya banyak dan agak sering terjadi tentamen suicide (percobaan bunuh
diri) dan intoksikasi, kini obat ini tidak dianjurkan lagi bagi pasien baru.
V. SKEMA KERJA
Dihitung Dosis
Diambil Sediaan
Pegang Tikus
Tikus 2 (2,5mg/kgBB)
Tikus 1 (1mg/kgBB) Tikus 3 (7,5 mg/kgBB)
Obat penenang
VI. DOSIS
1. Tikus 1 2. Tikus 2
BB = 169 g = 0,16 g BB = 156 mg = 0.156 kg
Dosis yang diminta = 1 mg/kg BB Dosis yang diminta = 2,5 mg/kg BB
Dosis yang tersedia = 5 mg/1ml Dosis yang tersedia = 5 mg/1 ml
1mg x 2,5 mg x
= =
1 kg 0,169 kg 1 kg 0,156 kg
X = 0,169 mg X = 0,39 mg
5 mg 0,169 mg 5 mg 0,39 mg
= =
1 ml x 1 ml x
7,5 mg x
=
1 kg 0,127 kg
X = 0.9525 mg
5 mg 0,9525 mg
=
1 ml x
X = 0,1905 ml = 0,19 ml
No. Nomor Postur Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesic Ptosis Mati
Eksperime Tubuh Motor Reflex Kasa
n
5 1 + + - - + - - -
2 + + - - + - - -
3 + + - - + - - -
10 1 + + - - + - - -
2 + + - - + - - -
3 + ++ + - + - - -
15 1 + + - - + - - -
2 + + - ++ + - + -
3 ++ +++ ++ - + + - -
30 1 ++ ++ - - + - ++ -
2 ++ +++ + +++ ++ - ++ -
3 ++ ++++ ++ - + ++ - -
60 1 ++ ++ - - + - ++ -
2 +++ ++++ - - - - + -
3 +++ ++++ +++ ++ ++++ ++ +++ -
Keterangan :
1. Postur Tubuh
+ = Jaga = Kepala dan punggung tegak
++ = Ngantuk = Kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = Tidur = Kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motor
+ = Gerak spontan
++ = Gerak spontan bisa dipegang
+++ = Gerak menurun saat dipegang
++++ = Tidak ada gerak spontan saat dipegang
3. Ataksia (Gerakan berjalan inkoordinasi)
+ = Inkoordinasi terlihat kadang-kadang
++ = Inkoordinasi jelas terlihat
+++ = Tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Reflex
+ = Diam pada satu posisi miring
++ = Diam pada dua posisi miring
+++ = Diam pada waktu terlentang
5. Test Kasa
+ = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = Jatuh apabila kasa dibalik
+++ = Jatuh apabila posisi kasa 90º
++++ = Jatuh apabila posisi kasa 45º
6. Anagesia
+ = Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
++ = Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
7. Ptosis
+ = Ptosis kurang dari ½
++ = ½
+++ = Seluruh palpebra tertutup
Dosis Respon tidur (+/-) pada tikus No. %Indeks yang berespon
1 2 3 4 5 6
1 mg/kg BB - - - + - - 16,66%
2,5 mg/kg BB + + - + - + 66.66%
7,5 mg/kg BB + + + + + + 100%
% indikasi yang berespon = jumlah tikus tidur/ jumlah total tikus x 100%
1
a. Indeks berespon dosis 1mg/kg BB = x 100% = 16,6%
6
5
b. Indeks berespon dosis 2,5 mg/kg BB = x 100% = 66,66%
6
6
c. Indeks berespon dosis 7,5 mg/kg BB = x 100 % = 100%
6
3. Indikasi ED50 dengan menggunakan persamaan regresi y = ax + b
x = dosis a = 19, 730
y = % indikasi b = 11,279
y = ax + b c = 0,914
y = ax + b
50 = 19,730x + 11,279
50−19,730
x =
11,279
x = 2, 684
IX. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ED50 atau dosis yang dapat memberikan efek
pada 50% individu dari obat Diazepam pada hewan coba yaitu tikus. Efek yang ditimbulkan
adalah efek tidur. Dari hasil pengamatan setelah pemberian sediaan Diazepam pada tikus
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku pada tikus khususnya pada aktivitas yang
dipengaruhi oleh SSP. Hal ini disebabkan efek dari obat Diazepam sendiri yang memberikan
efek atau pengaruh pada system saraf pusat. Berikut perubahan perilaku yang terlihat pada
tikus.
1. Postur Tubuh
Tes postur tubuh ini bertujuan untuk melihat tingkat kesadaran dari hewan coba
(tikus). Pada tikus I dan II sejak menit ke-5 setelah pemberian obat sampai menit ke-15
tidak menunjukkan reaksi mengantuk dan lain sebagainya, dalam arti tikus masih terjaga.
Pada tikus I di menit ke-30 sampai 60 terjadi perubahan dengan tikus mengantuk yaitu
kepala tegak dan punggung mulai datar.
Sedangkan pada tikus II di menit ke-30 mengantuk dan tidur di menit ke-60. Pada
tikus III, sejak menit ke-5 hingga menit ke-10 setelah pemberian obat tikus masih terjaga,
di menit ke-15 dan 30 tikus mulai mengantuk. Dan pada menit ke-60 tikus tertidur dengan
tanda kepala dan punggung datar.
2. Aktivitas Motor
Tes aktivitas motorik bertujuan untuk mengetahui kemampuan hewan uji dalam
respon suatu rangsangan. Pada tikus I dan II di menit-5 sampai ke-15 setelah pemberian
obat, tikus tidak menunjukkan adanya perubahan motorik dalam artian tikus masih
memberikan gerak yang spontan. Pada tikus I di menit ke-30 sampai 60 memperlihatkan
gerak spontan ketika dipegang.
Sedangakan di tikus II dimenit ke-30 hingga 60 memperlihatkan gerakan menurun
saat dipegang. Pada tikus III di menit ke-5 memperlihatkan gerak spontan, di menit ke-10
memiliki gerak spontan saat dipegang. Di menit-15, gerakan tikus III mulai menurun saat
dipegang. Dan di menit ke-30 sampai 60 tikus III tidak memiliki gerak yang spontan pada
saat dipegang.
3. Ataksia
Tes ini bertujuan untuk melihat gerakan berjalannya inkoordinasi (tidak ada
kerjasama otot-otot ). Pada tikus I sejak menit ke-5 hingga menit akhir ke-60 tidak
memperlihatkan adanya gerakan inkoordinasi. Pada tikus II menunjukkan gerak
inkoordianasi yang terlihat kadang-kadang dan pada menit ke-60 dia sudah tidak
menunjukkan gerakan inkoordinasi. Pada tikus III kadang-kadang memperlihatkan
gerakan inkoordinasi pada menit ke-10. Di menit ke-15 dan ke-30 memperlihatkan
gerakan inkoordinasi yang jelas terlihat, sedangkan pada menit ke-60 tikus tidak dapat
berjalan lurus.
4. Righting Reflex
Pada tes ini bertujuan untuk melihat gerak reflex tubuh dari tikus apabila
dimiringkan baik secara telentang maupun miring. Pada tikus pertama dari menit awal
hingga akhir tidak memperlihatkan righting reflex. Pada tikus II menit ke-15
memperlihatkan diam di dua posisi miring. Dimenit ke-30 tikus diam pada waktu
terlentang, dan menit ke-60 tikus sudah tidak menunjukkan righting reflex lagi.
5. Test kasa
Di tes kasa ini bertujuan untuk memperlihatkan efek ngantuk pada tikus akibat
pemberian obat yang menyebabkan tubuh tikus tidak seimbang bila kasa dibalikkan. Pada
semua tikus di menit ke-5 hingga ke-15, tikus tidak jatuh apabila kasa dibalik dan
digoyangkan. Perbedaan pada masing-masing tikus mulai terlihat antara lain : di tikus I dia
tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyangkan hingga menit terakhir.
Tikus II jatuh apabila kasa dibalik pada menit ke-30 dan menit ke-60 sudah tidak
memperlihatkan efek lagi. Dan tikus III, di menit ke-30 dia masih tidak jatuh apabila kasa
dibalik dan digoyangkan, tetapi pada menit ke-60 tikus jatuh dalam posisi kasa 450.
6. Analgesik
Bertujuan untuk melihat efek analgesik yang ditimbulkan dari pemberian obat
Diazepam. Sejak menit awal hingga akhir tikus I dan II masih menunjukkan rasa sakit saat
telapak kaki dijepit dengan pinset. Pada tikus III, di menit ke-15 responnya berkurang
pada saat telapak kaki dijepit. Dan di menit ke-30 sampai 60 tikus tidak memberikan
respon sakit pada saat telapak kaki dijepit.
7. Ptosis
Bertujuan untuk melihat palpebral (kelopak mata) pada tikus. Pada tikus I, dari
menit ke-5 sampai ke-15 kelopak mata tikus masih terbuka normal. Di menit ke-30 sampai
ke 60 kelopak mata tikus menutup ½. Di Tikus II , di menit ke-5 sampai 10 kelopak mata
tikus masih terbuka normal. Menit ke-15 kelopak mata tertutup kurang dari ½. Menit ke-
30 kelopak mata tertutup ½ dan kembali tertutup kurang dari ½ pada menit ke-60.
Dari ketiga hewan coba yang memperlihatkan efek tidur yaitu tikus ke-2 dan ke-3.
Dan pada tikus I memperlihatkan efek ngantuk. Selain itu juga menunjukkan efek
hypnosis yang ditandai dengan penurunan reflek-reflek dan ptosis (menutupnya palpebra).
Efek utama dari golongan benzodiazepine adalah sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi dan ansieta, relaksasi otot dan antikonvulsi. Dari data kelas yang kami
peroleh, dengan perbedaan pemberian dosis dari ketiga tikus tersebut didapatkan data
respon tidur. Pada tikus I diperoleh 16,6%. Pada dosis 2,5mg diperoleh 66,66%,
sedangkan pada tikus dengan dosis 7,5mg/kgBB diperoleh 100%.
X. DISKUSI
1. Jelaskan mekanisme perubahan seperti diatas ?
Perubahan perilaku yang terjadi pada hewan praktikum yaitu tikus dapat terjadi
karena diantaranya dapat mengakibatkan inhibisi aktivitas,dan sistem rescular terganggu.
Sistem rescular ini yang bertanggung jawab sebagai tingkat penentu kesadaran
dikarenakan adanya inhibisi pada sistem ini sehingga timbul efek penurunan kesadaran.
Berdasarkan dari hasil kelas kami, dengan jumlah 6 kelompok, telah memberikan dosis
pada tiap tikus yang berbeda dengan dosis yang berbeda pula maka dapat kita lihat adanya
perbedaan. Pada dosis pertama, yaitu dosis 1mg/kgBB mengakibatkan efek yang muncul
pada tikus tidak terlalu berpengaruh dikarenakan dosisnya terlalu kecil sedangkan dosis
yang 2,5mg/kgBB memberikan sedikit pengaruh tapi tetap mampu dibedakan dengan
dosis pertama. Sedangkan yang dosis 7,5mg/kgBB dapat membuat tikus tertidur akibat
dosis obat yang diberikan dalam jumlah besar ini menunjukkan efek dari obat memiliki
peningkatan yang signifikan dibandingkan dosis yang pertama dan kedua.
XI. KESIMPULAN
1. Akibat variasi dosis, sebagian populasi tikus pada kelas kami mengalami efek sedative
yaitu tikus tertidur.
2. ED50 memperlihatkan sebagian populasi mengalami efek sedative dari obat.
3. Diazepam menyerang langsung saraf pusat sebagai pusat pengendalian tikus. Sehingga
semakin besar dosis yang diberikan semakin terlihat jelas pengaruh pada sisem motoric
tikus.