Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

HANDLING HEWAN COBA

(Pengenalan karakteristik dan penanganan hewan coba dan perhitungan dosis dan volume
pada hewan coba)

1.1 Tujuan
 Untuk membentuk sikap mampu menangani hewan percobaan
mencit,tikus,kelinci,untuk percobaan farmakologi .
 Untuk mengetahui cara penanganan hewan serta manusiawi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi responnya .
 Untuk mengetahui sifat-sifat hewan percobaan

1.2 Dasar Teori


Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tidak ternilai jasanya dalam
penilaian efek,toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif . hewan
percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha-usaha
kesehatan .
Penanganan hewan coba hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan
berprikemanusiaan . Di dalam menilai efek farmakologi suatu senyawa bioaktif dengan
hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor :
1) Faktor internal, pada hewan percobaan adalah umur,jenis kelamin,bobot
badan,keadaan sehat,nutrisi dan sifat genetik .
2) Faktor lain, faktor lingkungan,keadaan kandang,suasana kandang,populasi dalam
kandang,keadaan ruang tempat pemeliharaan . cara pemberian yang digunakan
tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta
hewan percobaan yang akan digunakan .

Karakteristik utama mencit

Mencit adalah hewan coba yang mudah ditangani,ia bersifat penakut,fotobia . cenderung
berkumpul sesamanya,serta lebih aktif dimalam hari daripada siang hari . aktivitas mencit

1
dapat terganggu dengan keberadaan manusia . suhu tubuh normal 37,4 derajat celcius dan laju
respirasi normal 163 kali/menit .

Cara melakukan mencit

 Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya menggunakan tangan kanan
(3-4cm dari ujung) , letakan pada suatu tempat yang permukaan nya tidak licin .
 Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya
seerat/setegang mungkin .
 Ekor dipindahkan dari tangan kanan,dijepit antara jari kelingking dan jari manis
tangan kiri .
 Dengan demikian , mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi
perlakuan .

Perhitungan dosis obat pada hewan coba

Untuk dapat memperoleh efek farmakologi yang sama dari suatu obat pada spesies hewan
percobaan . diperlakukan data mengenai aplikasi dosis secara kuantitatif . perhitungan
konversi tersebut akan diperlukan bila obat akan dipakai pada manusia dan pendekatan terbaik
adalah dengan cara menggunakan perbandingan luas pemukaan tubuh .

Perhitungan volume obat pada hewan coba

Volume cairan yang diberikan pada hewan coba harus diperhatikan tidak melebihi jumlah
tertentu . senyawa yang tidak larut dibuat dalam bentuk suspensi dalam gom dan diberikan
dengan rute per oral .

1.3 ALAT DAN BAHAN

Alat :
1) Masker
2) Sarung tangan
3) Spuit injeksi 1ml
4) Conde oral

2
Bahan :

1) Mencit
2) Aquades
3) Alkohol swape
1.4 CARA KERJA

Setelah proses handling selanjutnya melakukan cara pemberian obat pada mencit .
1) Oral
Cairan obat diberikan dengan menggunakan conde oral,conde oral ditempelkan
pada langit-langit mulut atas mencit . kemudian perlahan-lahan dimasukan sampai
ke esofagus dan cairan obat dimasukan .
2) Subkutan
Kulit didaerah tengkuk diangkat dan kebagian bawah kulit dimasukan obat dengan
menggunakan alat suntik 1ml dan jarum ukuran 276/0,4 mm .
3) Intravena
Mencit dimasukan kedalam kandang retriksi mencit,dengan ekornya menjulur
keluar,oleskan dengan alkohol swape kemudian suntik menggunakan suntikan
nomor 24 .
4) Intramuskular
Obat disuntikan pada paha posterior dengan jarum suntik nomor 24 .
5) Intraperitonial
Jarum disuntikan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah,agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih .
1.5 DAFTAR PUSTAKA
1. Penuntun praktikum farmakologi ISTN 2019
2. M.Alok ,P.M.,B,P.Ramono C.S.U (1989) “PENGGUNAAN HEWAN”
3. Ansel Howard C,1989 Pengantar bentuk sediaan farmasi

3
BAB II

EKSPERIMEN DASAR
(Pengaruh rute pemberian terhadap obat sedatif hipnotik)

2.1 Tujuan

 Melakukan cara pemberian obat melalui berbagai rute pemberian obat pada mencit
 Mengamati pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang timbul
 Mengetahui respon sedasi pada mencit
 Memahami awal mula kerja dan durasi efek sedasi

2.2 Dasar Teori

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,karena
karakterisitik lingkungan fisioogis,anatomi dan biokimiawi yang berbeda pada daerah kontak
mula obat dan tubuh . karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda .
struktur anatomi dari lingkungan kontak antara obat dan tubuh yang berbeda,enzim-enzim
pada getah-getah fisiologis terdapat di lingkungan tersebut berbeda . Hal ini menyebabkan
jumlah obat yang dapat mencapai kerja nya dalam jangka waktu tertentu akan berbeda ,
tergantung dari rute pemberian obat . meskipun rute pemberian obat secara oral yang paling
lazim ,seringkali rute ini tidak digunakan mengingat hal-hal yang dikemukakan,mengingat
kondisi penerima obat dan didasarkan juga oleh sifat-sifat obat itu sendiri .

2.3 Alat dan Bahan

Alat :

1. Spuit injeksi 1ml


2. Jarum sonde oral
3. Bejana untuk pengamatan
4. Timbangan hewan
5. Stop watch
6. Kandang retriksi

Bahan :

4
1. Mencit putih,jantan(5 ekor) bobot tubuh 20-30gr .
2. Diazepam

2.4 Cara Kerja

1. Siapkan mencit,sebelum pemberian obat,amati kelakuan normal masing-masing


mencit selama 10menit .
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat waktu untuk masing-masing
mencit .
3. Berikan larutan Diazepam 5mg/70 kg BB manusia secara PO,IV,IP,IM dan SC. Catat
waktu pemberiannya
4. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan .
5. Catat dan tabelkan pengamatan masing-masing kelompok

2.5 Hasil pengamatan

Obat Dosis Rute WPO WHRR WKRR OKO DKO


Diazepa 5mg/70kg PO 15.35 15.41 15.55 6 14
m BB
5mg/70kg SC 15.18 15.50 16.07 32 57
BB
5mg/70kg IV 15.29 15.44 16.04 15 20
BB
5mg/70kg IP 15.06 15.27 15.57 21 25
BB
5mg/70kg IM 15.16 15.33 16.13 17 40
BB
Diazepa 5mg/70kg PO 15.00 15.09 15.19 9 10
m BB
5mg/70kg SC 14.35 14.56 15.02 21 6
BB

5
5mg/70kg IV 14.40 14.42 15.45 2 3
BB
5mg/70kg IP 15.38 15.50 16.02 12 12
BB
5mg/70kg IM 15.32 15.37 15.59 5 22
BB

Mencit yang mengantuk akan tampak diam umumnya disudut mang) dan tampak lunglai .
mencit dikatakan tidur atau mengalami efek sedasi , apabila tubuhnya dibalik dan berada pada
posisi terlentang maka tidak akan kembali terlungkup .

2.5. Perhitungan

1. 5mg x 0,0026 = 0,013 mg


D1 = 28/20 x 0,013 = 0,0182 mg
Volume = 0,0182 mg/5mg x 2ml = 0,0072 ml x 10 = 0,072 ml
2. D2 = 30/20 X 0,013 = 0,019 mg
Volume = 0,019 mg/5mg x 2ml = 0,078ml x 10 ml = 0,08 ml
3. D3 = 28/20 x 0,013 = 0,0182 mg
Volume = 0,0182 mg/5mg x 2 ml = 0,0072 mlx 10 ml = 0,072 ml
4. D4 = 0,018 mg/5mg x 2 ml = 0,00754 x 10ml = 0,075ml~0,08 ml
5. D5 = 26/20 x 0,013 = 0,0169 mg
Volume = 0,016 mg/5 mg x 2ml = 0,0076 ml x 10 ml = 0,0676 ml~0,07ml

2.6 PEMBAHASAN

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat(SSP) yang reaktif
tidak selektif,mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,menidurkan hingga
yang berat ( kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran , keadaan anestesi , koma dan
mati tergantung pada dosis . pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas , menurunkan

6
respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan . obat hipnotik menyebabkan kantuk
dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis .

Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat yang mengandung zat aktif dizepam
dengan kadar 5 mg . parktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsetrasi diazepam terhadap efektifitas sedatif pada mencit putih jantan . praktikum
dilakukan dengan memberikan diazepam tiap mencit dengan dosis ( konsetrasi yang berbeda )
mencit 1 diberikan 10mg, II 20mg, III 30 mg ,IV 40 mg dan V 60mg .

Pengamatan efek sedatif dari diazepam dilakukan dengan meghitung jatuhnya mencit pada
rotaroad selama 2 menit . oleh karena itu perhitungan pertama dilakukan setelah 30 menit
pemberian obat yaitu onset diazepam, selanjutnya dengan jarak 15 menit,30 menit dan
terakhir 45 menit . peningkatan jarak istirahat menit bertujuan agar mencit tidak capek ,
sehingga jatuhnya mencit benar benar disebabkan efek sedatif diazepam .

Semakin besar konsentrasi diazepam yang diberikan, semakin besar pula efek sedatif yang
timbul sehingga frekuensi jatuh mencit juga semakin banyak . dari hasil pengamatan yang
dilakukan didapatkan bahwa yang tercepat adalah per oral .

2.8 DAFTAR PUSTAKA

1. Penuntun praktikum farmakologi ISTN 2019

2. Katsung,1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik edisi VI Jakarta Buku kedokteran

3. Ansel neward c. 1989 Pengantar bentuk sediaan farmasi

4. Katzung BG,2002,Farmakologi Dasar dan Kinik, Jakarta : EGC

5. Syarif,Amir Dkk,2007,Farmakologi dan Terapi edisi 5, Jakarta: FKUI

6.Ansel Howard c,1989 pengantar bentuk sediaan farmasi

7
BAB III

EKSPERIMEN DASAR

( Hubungan Dosis Obat vs Respon )

3.1 Tujuan

8
 Memperoleh kurva hubungan dosis vs respon
 Memperoleh DE50 dan DL50 suatu obat
 Memahami konsep indeks terapi dan impikasi nya

3.2 Dasar Teori


Intensitas efek obat pada makhluk hidup lazimnya meningkat jika dosis obat
yang diberikan kepadanya juga ditingkatkan . prinsip ini meningkatkan untuk
menggambarkan kurva efek obat sebagai fungsi dari dosis yang diberikan atau
menggambarkan kurva dosis obat vs respon . Dari kurva ini , akan dapat
diturunkan DE50 (Dosis obat yang menimbulkan kematian pada 50% kematian
pada hewan coba yang diinginkan/digunakan) dan DL50 (Dosis yang dapat
menimbulkan kematian pada 50% hewan coba yang diinginkan ) .
Untuk menentukan secara teliti DE50 dan DL50, lazimnya dilakukan berbagai
transformasi untuk memperoleh garis lurus . salah transformasi ini mengatakan
transformasi log probit , dimana dosis yang digunakan di transformasi , menjadi
logaritma dan presentase hewan yang memberikan respon di transformasikan
menjadi nilai probit .

3.3 ALAT dan BAHAN


Alat :
1. Spuit injeksi 1 ml,jarum suntik no.26
2. Timbangan hewan
3. Bejana untuk pengamatan
4. Stop watch

Bahan :

1. Fenobarbital secara IP
2. Mencit putih jantan (18 ekor) bobot tubuh 20-30 gr .

3.4 CARA KERJA

9
1. Siapkan mencit, sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-
masing mencit selama 10 menit .
2. Mencit dibagi menjadi 6 kelompok dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan
( faktor perkalian 2 ) :
 Kelompok I : Fenobarbital 100mg/70kg BB manusia secara IP
 Kelompok II : Fenobarbital 200mg/70kg BB manusia secara IP
 Kelompok III : Fenobarbital 400mg/70kg BB manusia secara IP
 Kelompok IV : Fenobarbital 800mg/70kg BB manusia secara IP
3. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-
masing
4. Berikan larutan fenobarbital sesuai kelompok masing-masing dan catat
waktu pemberiannya .
5. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan
6. Amati selama 45 menit ,catat waktu pemberian dan waktu saat timbulnya
efek
7. Efek yang diamati yaitu :
a. Sangat resisten : Tidak ada efek
b. Resisten : Tikus tidak tidur tapi mengalami ataksia
c. Efek sesuai : Tikus tidur tapi tegak kalau diberi rangsang nyeri
d. Peka : Tikus tidur,tidak tegak meskipun diberi rangsang nyeri
e. Sangat peka : Mati

Hewan Obat Dosis Rute Wpo Wsteo Efek


yg
diamati
Mencit Diazepa 5mg PO 15.00 15.03 Efek
m sesuai
Mencit Diazepa 15mg SC 15.33 15.34 Peka
m
Mencit Diazepa 20mg IV 15.00 15.34 Peka

10
m
Mencit Diazepa 40mg IP 15.19 15.01 Peka
m
Mencit Diazepa 80mg IM 15.00 15.01 Peka
m
Mencit Diazepa 160mg IP 15.42 15.43 Peka
m

8. Buat gambar hubungan dosis vs respon pada kertas grafik sumbu dosis :
dosis obat yang digunakan
Sumbu kordinat : presentase hewan yang memberikan efek (Righting reflex
hilang kematian ) pada dosis yang digunakan .

A. Tabel untuk menentukan DE50

Mencit
mengalami
hilangnya
Righting reflex
Dosis 1 (kelompok 3) 2(kelompok 4) % indikasi yg
Diazepam berespon
5mg + + 100%
10mg + + 100%
20mg + + 100%
40mg + + 100%
80mg + + 100%
100mg + + 100%

b. Tabel untuk menentukan DL50

11
Dosis 1 (kelompok 3) 2 (kelompok 4 ) % indikasi
diazepam
5mg - - 0%
10mg - - 0%
20mg - - 0%
40mg - - 0%
80mg - - 0%
100mg - - 0%

3.5 PERHITUNGAN

Kelompok 3

I. Faktor : 5mg x 0,0026 = 0,013 mg

Dosis : 35 gr/20 gr x 0,013 mg = 0,022 mg

Volume pemberian : 0,022 mg/5mg x 2ml = 0,008 ml x 10ml = 0,88 ml~0,09 ml

II. Faktor : 10 mg x 0,0026 = 0,026 mg

Dosis : 28 gr/20 gr x 0,0026 mg = 0,036 mg

Volume pemberian : 0,036 mg/5mg x 2ml = 0,04 ml

III. Faktor : 20mg x 0,0026 = 0,052 mg

Dosis : 24 gr/20 gr x 0,052 mg = 0,067 mg

Volume pemberian : 0,062 mg/5mg x 2ml = 0,024 ml

IV. Faktor : 40mg x 0,0026 mg = 0,84 mg

Dosis : 31 gr/20 gr x 0,04 mg = 0,1612 mg

Volume pemberian : 0,1612 mg/5mg x 2ml = 0,064 ml

V. Faktor : 80mg x 0,0026 = 0,208 mg

Dosis : 41 gr/20 gr x 0,208 mg = 0,426 mg

Volume pemberian : 0,426 mg/5 mg x 2 ml = 0,170 ml

12
VI. Faktor : 160 mg x 0,0026 = 0,416 mg

Dosis : 36 gr/20 gr x 0,416 mg = 0,748 mg

Volume pemberian : 0,748 mg/5mg x 2 ml = 0,299 ml~0,3 ml

Kelompok 4

a. Faktor : 5mg x 0,0026 = 0,013 mg


Dosis : 27 gr/20 gr x 0,013 mg = 0,0175 mg
Volume pemberian : 0,0175 mg/5mg x 2ml = 0,007 ml
Pengenceran : 0,007 ml x 10ml = 0,07 ml

b. Faktor : 10 mg x 0,0026 mg = 0,026 mg


Dosis : 36 gr/20 gr x 0,0026 mg = 0,0468 mg
Volume pemberian : 0,0468mg / 5mg x 2 ml = 0,0187 ml ~ 0,02 ml

c. Faktor : 20mg x 0,0026 mg = 0,052 mg


Dosis : 26 gr/20 gr x 0,0026 mg = 0,0468 mg
Volume pemberian : 0,0676 mg/5 mg x 2 ml = 0,0268 ml~0,03 ml

d. Faktor : 40 mg x 0,026 mg = 0,104 mg


Dosis : 31 gr/20 gr x 0,104 mg = 0,1612 mg
Volume pemberian : 0,1612 mg/5 mg x 2 ml = 0,064 ml~0,065 ml

e. Faktor : 80 mg x 0,0026 mg = 0,208 mg


Dosis : 30 gr/20 gr x 0,208 mg = 0,312 mg
Volume pemberian : 0,312 mg/5mg x 2 ml = 0,1248 ml~0,1 ml

f. Faktor : 160 mg x 0,0026 mg = 0,416 mg


Dosis : 30gr/20 gr x 0,416 mg = 0,624 mg

13
Volume pemberian : 0,624 mg/5mg x 2 ml = 0,2496 ml~0,2 ml

3.6 PEMBAHASAN

Pada percobaan dosi dosi respon andeks terapi mi bertujuan untuk memperoleh [LD50]
dan [ED50] serta memahami konsep indeks terapi pada hewan percobaan,yaitu menit dengan
berat sekitar 30gr sementara obat yg diujikan indeks terapinya adalah diazepam dengan dosis
5mg .

Pada penyuntikan dilakukan secara intraperitorial , cara pemberian secara intraperitorial


yaitu mencit dibagian abdomen bawah sebelah garis midsagital dengan posisi abdomen lebih
tinggi daripada kepala dan kemiringan jarum suntik 10 derajat . pemberian secara
intraperitorial dimaksudkan agar adsorbsi pada lambung ,usus dan proses bioaktivasi dapat
dihindarkan ,sehingga didapatkan kadar obat yang utuh dalam darah karena sifatnya yang
sistemik .

Disiapkan 6 ekor mencit ini digunakan untuk masing-masing variasi dosis serta sebagai
kontrol negatif . berat badan mencit digunakan untuk mendapatkan hasil konversi dosis .
setelah pemberian obat “righthing reflex” masing-masing mencit dicatat pada waktu yang
telah digunakan . righting reflex yang disebut juga static reflex adalah bermacam gerakan
reflex untuk mengembalikan posisi normal badan dari keadaan atau melawan tenaga yang
membuat badan bergerak ke arah yang tidak normal .

Obat yang digunakan adalah diazepam,diazepam merupakan senyawa kristal yang tidak
berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air . diazepam masuk ke dalam
golongan long acting benzodiazepine dengan waktu paruh lebih dari 24 jam , mekanisme kerja
dari diazepam ini bekerja pada bagian sistem limbik,talamus, dan hipotalamus untuk
menimbulkan efek yang menenangkan .

Berikut mekanisme kerja dari Diazepam :

a) Bekerja pada sistem GABA,yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron


GABA

14
b) Reseptor benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat , terdapat dengan kerapatan
tinggi terutama dalam korteks otak frontal danoksipital,dihipotalamus dan dalam otak
kecil .
c) Pada reseptor ini benzodiazepin akan bkerja sebagai agonis .
d) Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan
aktivitas nya pada tempat ikatan .
Biovabilitas dan diazepam setelah pemberian intramuskular tidak dapat percaya .
berdasarkan lama kerja nya diazepam termasuk golongan benzodiazepine yang
bekerja dengan ½ lebih lama dari 24 jam . diazepam diadsorbsi dengan baik disaluran
cerna ,secara oral onset kerjanya 30 menit dengan waktu puncak 1-2 jam dan durasi 2-
3 jam . secara intravena onsetnya 1-5 menit , waktu puncaknya 15 menit dan durasi
15-60 menit . pada pemberian secara intramuskular onsetnya 15 menit , waktu
puncaknya 30-90 menit dengan durasi 30-90 menit .

3.7 KESIMPULAN

Diazepam merupakan obat dari golongan benzodiazepine . benzodiazepin merupakan obat


yang paling banyak digunakan sebagai obat anti awiolitik .

3.8 DAFTAR PUSTAKA

1.Penuntun praktikum farmakologi ISTN 2019

2.Mukono H.J 2005 . Toksikologi lingkungan , surabaya : Airlangga university press

3.Ganiswara ,1995 . Farmakologi dan Terapi . edisi IV jakarta : Universitas Indonesia

4.Annisa dkk,Diazepam www.scribd.com(doc/p9701946/Diazepam)

5.Ganiswara ,1995 ,Farmakologi dan Terapi,Universitas Indonesia, bagian farmakologi


fakultas kedokteran ,jakarta

6. Sitori CR,2000. Clinical pharmacology . McGraw-Hill International , london


15
BAB IV

OBAT SISTEM SARAF PUSAT

(Uji Analgesik akibat induksi kimia dengan metode geliat )

16
4.1Tujuan

 Mengamati respon geliat atau writering reflex pada mencit akibat induksi kimia .
 Mengetahui mulai kerja obat (onset of action ),lama kerja obat ( duration of action)
dan saat obat mencapai efek yang maksimum .

4.2 Dasar Teori

Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit atau nyeri . nyeri merupakan
sensasi yang subjektif yang diakibatkan oleh persepsi terhadap suatu impuls . rasa nyeri atau
pain adalah suatu fenomena kompleks yang melibatkan aktivitas neuron dan rsepon penderita
terhadap aktivitas saraf tersebut . stimulus nyeri antara lain terdiri dari stimulus
termis,stimulus fisis,menaris,kimiawi dan senyawa kimia endogen .

Asam asetat glasial merupakan glasial merupakan penginduksi nyeri kimia yang digunakan
untuk menstimulasi rasa sakit pada peritoneum mencit dengan respon nya berupa geliat atau
writhing reflex . selain asam asetat glasial untuk menginduksi nyeri/rasa sakit pada mencit
dapat digunakan fenilinon . bahan penginduksi tersebut diberikan secara intraperitoneum
.parietal peritoneum sangat sensitif terhadap stimulasi fisik dan kimia walaupun tidak terjadi
inflami . keberadaan cairan dalam peritoneum dapat menstimulasi rasa sakit .

4.3 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Spuit injeksi 1 ml
- Jarum sonde oral
- Timbangan hewan
- Bejana untuk pengamatan
- Stop watch

Bahan :

- Larutan asam asetat glasial 3% sebanyakn0,5 ml secara IP


- CMC NA 1% secara PO

17
- Asam mefenamat 500mg/70kg BB manusia secara PO
- Parasetamol 500mg/70kg BB manusia secara PO .

4.4 CARA KERJA

1. siapkan mencit,sebelum pemberian obat , amati normal masing-masing mencit selama


10 menit .

2.Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor
mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (faktor perkalian 2 ) :

a) Kelompok I : cmc na 1% secara PO


b) Kelompok II : Asam mefenamat 500mg/70kg BB secara PO
c) Kelompok III : Parasetamol 500mg/70kg BB manusia secara PO

3.Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit

4. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing dan catat waktu pemberiannya .

5. Setelah ditunggu 15-30 menit , kemudian diberi penginduksi nyeri asam asetat glasial
3% sebanyak 0,5ml secara IP .

6. Tempatkan mencit kedalam bejana untuk pengamatan respon geliat mencit .

Percobaan Bahan Obat NO. Respon awal Jumlah geliat


dalam
periode 15-
60 menit
Uji analgesik Mencit Cmc Na 1% 1. 15.02 4x
akibat secara PO 2. 14.41 5x
induksi kimia 3. 15.48 7x
dengan 4. 16.03 8x
metode geliat 5.
6.
Asam 1. 15.26 5x

18
mefenamat 2. 15.31 7x
500mg/70kg 3. 15.20 3x
BB manusia 4. 15.25 4x
secara PO 5. 15.40 4x
6. 15.46 6x
Parasetamol 1. 15.40 4x
500mg/70kg 2. 15.46 6x
BB secara 3. 15.38 5x
PO 4. 15.48 4x
5.
6.

4.5 PERHITUNGAN

Kelompok 5

 ( CMC NA )

1. Faktor : 5mg x 0,0026 mg = 0,013 mg


Dosis : 27 gr/20 x 0,013 mg = 0,01755 mg
Volume pemberian : 0,01755 mg/5mg x 2 ml = 0,0702 ml
Pengenceran : 0,00702 ml x 10ml = 0,0702 ml
2. Faktor : 5mg x 0,0026 mg = 0,013 mg
Dosis : 31 gr/20 gr x 0,013 mg = 0,02015 mg
Volume pemberian : 0,02015 mg/5mg x 2ml = 0,00806 ml
Pengenceran : 0,00806 ml x 10 ml = 0,0806 ml

 Asam mefenamat

19
3. Faktor : 500mg x 0,0026 mg = 1,3 mg

Dosis : 22 gr/20 gr x 1,3 mg = 1,43 mg

Volume pemberian : 1,43 mg/500mg x 50ml = 0,143 mg

4. Faktor : 500mg x 0,0026 mg = 1,3 mg


Dosis : 34 gr/20 gr x 1,3 mg = 2,21 ml
Volume pemberian : 2,21 ml/500mg x 50 ml = 0,221 ml

Kelompok 6

1. Mencit : 3
Berat : 23 gr
Dosis : 23 gr/20 gr x 1,3 mg = 1,495 mg
Volume pemberian :1,495 mg/500mg x 50 ml = 0,1495 ml ~ 0,15 ml
2. Mencit : 4
Berat : 35 gr
Dosis : 23 gr/20 gr x 1,3 mg = 2,275 mg
Volume pemberian : 2,275 mg/500mg x 50ml = 0,2275 ml~ 0,23 ml
3. Mencit : 5
Berat : 36 gr
Dosis : 36 gr/20 gr x 1,3 mg = 2,34 mg
Volume pemberian : 2,34 mg/500mg x 30ml = 0,234 ml
4. Mencit : 6
Berat : 30 gr
Dosis : 30 gr/20gr x 1,3 mg = 1,95 mg
Volume pemberian : 1,95 mg/500mg x 50 ml = 0,19 mg

4.6 PEMBAHASAN

A. Paracetamol

20
Parasetamol dikenal dengan nama lain asetamonifen merupakan turunan para
aminofenol yang memiliki efek analgetik serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang . parasetamol
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat . parasetamol merupakan penghambat biosintesis
protagladin yang lemah penggunaan parasetamol mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung ,
gangguan pernafasan , gangguan keseimbangan asam basa . di indonesia
penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah menggantikan
penggunaan asam salisilat, namun penggunaan dalam dosis tinggi dan dalam
waktu lama dapat menimbulkan efek samping methemoglobin dan hepatotoksik .

Mekanisme kerja :
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhodonat
menjadi prostagladin terganggu . setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda . parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat daripada
aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat
melalui efek pada pusat pengaturan panas . parasetamol hanya mempunyai efek
yang ringan pada siklooksigenase perifer . inilah yang menyebabkan parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang .
paraetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostagladin . ini menunjukan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostagladin
dan bukan blokade langsung prostagladin .

B.Asam Mefenamat

Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma,terikat dengan protein
sehingga interaksi nya terhadap antikoagulan harus diperhatikan .

Mekanisme kerja :

21
 Farmakodinamika : menghambat sintesis prostaglandin padaprotein plasma, terikat
dengan protein sehingga interaksi nya terhadap antikoagulan harus diperhatikan .
 Farmakokinetika : Asam mefenamat mempunyai waktu paruh 2 jam,puncak plasma
waktu 2-4 jam( 1 gr dosis ) dicapai pada hari kedua administrasi (1gr dosis,4x sehari )
di metabolisme di hati oksidasi/konjugasi,metabolit asam 3-hidroksimetil dan 3-
karboksil dan konjugasi asam glukouronat .

C.CMC NA

Cmc Na adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri
pangan,atau digunakan dalam industri pangan, atau digunakan dalam bahan makanan
untuk mencegah terjadinya retrogadasi . pembuatan cmc adalah dengan cara
mereaksikan NAOH dengan selulosa murni,kemudian ditambahkan Na-kloro asetat .
Dari hasil pengamatan diatas dihasilkan asam mefenamat seharusnya mempunyai efek
yang kuat/cepat karena mempunyai sifat asam, sedangkan CMC Na menyimpang dari
literatur karena CMC merupakan kontrol negatif .

4.7KESIMPULAN

Analgesik merupakan obat yang dapat menghilangkan nyeri tanpa kehilangan


kesadaran . analgesik yang paling baik menghulangkan nyeri adalah CMC Na,Asam
mefenamat dan paracetamol .

4.8 DAFTAR PUSTAKA

1. penuntun praktikum farmakologi ISTN 2019


2. Konsep Klinis proses-proses penyakit ,terjemahan dari Hariawati Hartanto et all
,edisi VI jakarta
3. Hartwig . wilson .lorraine M.marny S 2006 . nyeri dalam patofisiologi
4. Syarif,Amir dkk. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5,FKUI,Jakarta

22
5. Tjay, Tan Hoan dan rahardja,Kirana,2007,Obat-obat penting khasiat penggunaan
dan efek- efek sampingnya,PT Elex media kompatindo,Jakarta
6. Katzung BG,2002. Farmakologi Dasar dan Klinik,Jakarta . EGG

BAB V

PERCOBAAN UJI DIABETES

(Uji kadar glukosa dan antidiabetes)

5.1 Tujuan
 Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya
pada penyakit diabetes

23
 Mengenal teknik untuk mengevakuasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional
 Mengenal test glukosa konvensional pada manusia menggunakan alat ukur
glukosa darah

5.2 Dasar teori

Diabetes militus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan keberadaan


absolut insulin atau intensivitas sel terhadap sel insulin . insulin adalah hormon
polipeptida yang dihasilkan oleh sel beta dalam islet langerhans pankreas dan
berperan penting pada metabolisme karbohidrat,lemak dan protein . hormon ini
menurunkan kadar glukosa darah ,asam lemak dan asam amino dalam darah yang
mendorong penyimpangan nutrien-nutrien tersebut dalam bentuk glikogen . Bila
kadar glukosa darah rendah maka sel pankreas menghasilkan glukagon yang
berfungsi memecahkan glikogen menjadi glukosa .
Tindakan diagnosis dilakukan untuk menentukan apakah sesorang menderita
penyakit diabetes militus . uji diagnosis diabetes militus umumnya dilakukan
berdasarkan keluhan penderita yang luas berupa poliuria,polidipsia,pilifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabkan . keluhan yang
mungkin dikemukakan pasien adalah mudah lemas,kesemutan,gatal,mata
kabur,disfungsi ereksi pada pria,pruititus,vulvae pada pasien wanita dan adanya
peningkatan kadar glukosa darah yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan
laboratorium .
Glukosa dapat diukur dengan menggunakan sampel darah total,plasma,serum,cairan
serebous pinal,cairan pleural dan uri sesuai dengan tujuan diagnosis nya . glukosa
darah kapilari merupakan sumber dari kebanyakan alat pengukuran glukosa yang
menggunakan spesimen darah total . kadar glukosa darah kapilari ini setara dengan
kadar glukosa arterial rapi dapat berbeda dari kadar glukosa vena,bergantung pada
waktu pemeriksaan keton dan pengukuran kadar hormon unkretin .

1. Streptozotocin (STZ)

24
STZ (2-deoksi-2-2(3-metil-3-nitrosoureido)-D-Glukopytanose) disintesis oleh
streptomycetes acrhomogenes . setelah pemberian IP atau IV obat akan
memasuki sel beta pankreas melalui glut 2 transporter dan menyebabkan alkilasi
dari DNA . aktivasi berikutnya PARP menyebabkan depresi NAD+,pengurangan
ATP seluler dan hasilnya penghambatan produksi insulin . selain itu STZ
merupakan sumber radikal bebas yang juga dapat berkontribusi terhadap
kerusakan DNA dan akhirnya kematian pada sel . STZ dapat digunakan dengan
sekali pemberian dengan dosis tinggi (100-200mg/kg BB tikus dan 35-65mg/kg
BB mencit) atau diberikan berulang dan dosis rendah selama 5 hari (20-40mg/kg
perhari )
2. Aloksan

Efek aloksan(2,4,5,6 tetraoxypirimidine,5,6-dioxyuracil) terutama disebabkan


ambilan cepat oleh sel beta dan pembentukan radikal bebas dimana sel beta
memiliki mekanisme pertahanan yang buruk untuk radikal bebas tersebut .
aloksan direduksi menjadi asam dialuric dan kemudian teroksidasi kembali
menjadi aloksan,menciptakan siklus redoks untuk regenerasi radikal superoksida
yang mengalami dismutasi untuk membentuk hidrogen peroksida dan selanjutnya
membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif dan menyebabkan fragmentasi
DNA sel beta . aloksan juga diambil oleh hati,tetapi hati memiliki perlindungan
yang lebih baik untuk oksigen reaktif dan oleh karena itu hati tidak rentan
terhadap kerusakan . mekanisme lain kerusakan sel beta oleh aloksan termasuk
oksidasi gugus SH yang essensial , terutama dari glukokinase dan gangguan
dalam homeostatis kalsium intraseluler . Dosis pada tikus berkisar dari 50-
200mg/kg dan pada mencit dari 40-200mg/kg BB ,tergantung pada strain dan
rute pemberian dimana pemberian IP dan SC membutuhkan hingga 3x lebih
besar dari dosis dengan rute IV . dosis 100mg/kg BB telah digunakan untuk
membuat diabetes jangka panjang pada kelinci .
3. Glukosa

25
Pada cara ini mencit yang digunakan adalah mencit normal yang dibebani
sukrosa tanpa merusak pankreasnya , karena berdasarkan teori bahwa dengan
pembebanan sukrosa akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah(hiperglikemik) secara tepat . sukrosa didalam tubuh dapat terurai
menjadi glukosa dan fruktosa . kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat
diturunkan oleh zat zat berefek antihiperglikemia .

Metode pengukuran kadar glukosa darah :


A. Dengan spektofotometer
Darah mencit diambil melalui ekor sebanyak 0,5-1 ml kedalam tabung
ependorf . darah disentrifusa selama 10 menit untuk diambil serumnya
sebanyak 50 ml dan kemudian ditambahkan uranil asetat 500ml dan
disentrifusa kembali,supernatan sebanyak 50ml diambil dan
ditambahkan pereaksi enzim KLT glukosa 500ml,kemudian diinkubasi
selama 10 menit dan diukur dengan spektofotometer pada panjang
gelombang 546 nm untuk mendapatkan nilai kadar glukosa darah .
B. Dengan glukometer
Terdiri dari alat glukometer dan strip glukosa glukometer yang sesuai
dengan nomor pada alat . alat ini secara otomatis akan hidup ketika
strip glukosa dimasukan dan akan mati setelah strip glukosa dicabut .
masukan strip kedalam alat glukometer,sehingga glukometer ini akan
hidup secara otomatis ,kemudian dicocokan kode nomor yang muncul
pada layar dengan yang ada pada hal check glucose tes strip . tes strip
yang dimasukan pada glukometer pada bagian layar yang tertera angka
sesuai dengan kode vial check glucose test strip,kemudian pada layar
monitor glukometer muncul tanda siap untuk diteteskan darah .

5.3 ALAT DAN BAHAN

Alat :
 Spuit injeksi 1 ml
 Sonde

26
 Timbangan hewan
 Accu chedi,strip glukosa

Bahan :

 Hewan coba(Mencit putih,jantan) bobot tubuh 20-30gr


 Obat :
1. Larutan glukosa 5% 1/kg BB mencit secara PO
2. CMC NA 1% secara PO
3. Glibenklamid 5mg/70kg BB manusia secara PO
4. Metformin 500mg/70kg BB manusia secara PO

5.4 CARA KERJA

 Masukan mencit selama 12-16 jam,tetapi tetap diberikan air minum


 Cek kadar glukosa darah mencit dalam sebelum pemberian glukosa pada mencit ke 0
dengan cara bagian ujung ekor mencit dipotong,kemudian darah diteteskan ke bagian
ujung strip dan setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terikat pada monometer
glukometer . kadar glukosa darah ini dicatat sebagai kadar glukosa darah puasa (GDP)
 Berikan larutan glukosa 1 gr/kg BB mencit
 Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit ke-5 dengan
cara bagian ujung strip dan setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada
monitor glukometer . kadar glukosa darah ini dicatat sebagai kadar glukosa darah
setelah pembebanan .
 Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2
ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan :
a. Kelompok 1 : CMC Na 1% secara PO
b. Kelompok 2 : Glibenklamid 5mg/70kg BB manusia secara PO
c. Kelompok 3 : Metformin 500mg/70kg BB manusia secara PO
 Hitung dosis dan voulme pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit .
 Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing pada mencit ke 10
 Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit
20,40,60,80,100,120

27
 Catat dan tabelkan hasil pengamatan
 Data yang diperoleh dianalisa secara statistik berdasarkan analisis valiansi dan
bermakna perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok 1 kontrol negatif,positif
dan kelompok uji kemudian dianalisa dengan student . data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik .

Percobaan Bahan Menit ke 0 Menit Menit ke-60


ke-5(diabetik)
Mencit 1 CMC Na 166mg/dl Mati -
Mencit ke 2 CMC Na 153mg/dl 151mg/dl 147mg/dl
Mencit 1 Metformin 110mg/dl 132mg/dl 100mg/dl
Mencit 2 Metformin 212mg/dl 177mg/dl 167mg/dl
Mencit 1 Glibenklamid 157mg/dl 211mg/dl 154mg/dl
Mencit 2 Glibenklamid 191mg/dl 245mg/dl 178mg/dl

5.5 PERHITUNGAN

A. glibenklamid 5mg/50ml

Mencit 1 : 29 gr

5mg x 0,0026 mg = 0,013mg

Dosis : 29/20 x 0,013 mg = 0,0185 mg

Volume : 0,0185mg/5mg x 50 ml = 0,01885 ml~ 0,2 ml

Mencit 2 : 33 gr

Dosis : 33 gr/20gr x 0,013 mg = 0,02145 mg

Volume : 0,02145 mg/5mg x 50 ml = 0,2145 ml~0,2ml

5.6 PEMBAHASAN

Diabetes militus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun
absolute . Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta

28
metabolisme nya terganggu . Jika telah berkembang penuh secara kronis,maka diabetes
militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial . penyebab diabetes millitus
adalah kekurangan hormon insulin,yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam
sel untuk dimetabolisir(dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi ,akibatnya
ialah glukosa berkumpul didalam darah dan akhirnya disekresikan lewat kemih tanpa
digunakan .

Pada praktikum kali ini akan dilakukan penentuan penurunan kadar glukosa darah dan
penentuan efek obat antidiabetes terhadap mencit, dan obat yang digunakan yaitu
metformin,glibenklamid dan CMC Na . tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk
menentukan efek farmakologi dan pemberian obat antidiabetes hipoglikemia yaitu metformin
dan glibenklamid dan CMC Na sebagai obat pembanding pada hewan coba mencit,yang
sebelumnya diinduksi dengan glukosa 5% untuk meningkatkan kadar glukosa darah mencit
dengan interval waktu 30,60,120 setelah pemberian obat secara oral .

Pada percobaan yang dilakukakan,CMC Na sebagai kontrol negatif didapatkan penurunan


kadar glukosa setelah sebesar 153mg/dl,151mg/dl,147mg/dl, namun penurunannya tidak
signifikan jika dibandingkan dengan penurunan kadar gula yang disebabkan oleh obat
metformin dan glibenklamid . hal ini dikarenakan selain CMC Na sebagai kontrol negatif
yang tidak memiliki efek antidiabetik,CMC Na juga merupakan selulosa yang tergolong
polisakarida sehingga dapat semakin meningkatkan kadar gula dalam darah .

Selanjutnya glibenklamid merupakan obat antidiabetik yang efektif dimana didapatkan


penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian obat dengan interval 0,5,60 mengalami
penurunan sebesar 191mg/dl , 245mg/dl,178mg/dl , karena glibenklamid bekerja dengan
merangsang insulin dari granul sel-sel beta langerhans pankreas . rangsangannya melalui
interaksi dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel-sel beta yang menimbulkan
depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal ca . dengan membuka nya kanal
ca maka ion ca++ akan masuk sel-beta merangsang granula yang berisi insulin akan terjadi
sekresi insulin. Sedangkan metformin dapat mencegah terjadinya efek penurunan kadar
glukosa yang berlebihan . pada pemakaian tunggal dapat mencegah terjadinya efek
menurunkan kadar glukosa sampai 20% . jika dibandingkan dengan teori,kadar glukosa
normal harusnya <110mg/dl . hal ini terjadi karena metformin bersifat antihiperglikemia

29
bukan hipoglikemia . obat ini tidak menyebabkan hipoglikemia . dalam dosis besar, metformin
tidak memiliki efek yang signifikan pada sekresi glukagon,kortisol . hormon pertumbuhan
/somatosin mekanisme penurunan produksi glukosa dihati oleh metformin,masih
kontrovesial,metformin dapat menurunkan glukosa plasma dengan cairan mengadsorbsi
glukosa dari usus . waktu puncak metformin 1,5-3 jam sedangkan wktu paruh metformin yaitu
1,5-4,5 jam .

5.7 KESIMPULAN

Diabetes millitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada
metabolisme glukosa,disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel
beta . insulin yang dihalsikan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah . kadar glukosa darah normal pada waktu puasa 60-120
mg/dl,dan 2 jam setelah makan dibawah 140mg/dl . bisa terjadi gangguan pada kerja insulin,
baik secara kualitas atau kuantitas,keseimbangan tersebut akan terganggu , dan kadar glukosa
darah cenderung naik (hiperglikemia) .

5.8 DAFTAR PUSTAKA

1. Arief,moh.2000.Ilmu meracik obat,Gajah mada university press

2. Anonim,1995.Farmakope Indonesia edisi IV,Depkes,RI.Jakarta

3. Penuntun praktikum farmakologi,Jakarta.ISTN

4. Herman F.1993.Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes millitus,pharos


Buletin No.1

5. Katzung G.Betram,2002.Farmakologi Dasar dan klinik .Buku 2.Penerbit Salemba


Medika,Jakarta

6. Adam J.m f. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes militus yang baru cermin dunia
kedokteran no.127

30
BAB VI

EFEK LOKAL OBAT

(Pengaruh obat terhadap membran dan kulit mukosa)

6.1 Tujuan :

31
 Memahami efek local dari berbagai obat/senyawa kimia terhadap kulit dan membran
mukosa berdasarkan cara kerja masing-masing serta dapat diaplikasikan dalam praktek
dan dampaknya sebagai dasar keamanan penanganan bahan .
 Memahami sifat dan intensitas kemampuan merusak kulit dan membran mukosa dan
berbagai obat yang bekerja local .
 Menyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat yang dipakai secara local .

6.2 Dasar Teori :

Obat yang dipakai secara local terdiri dari beberapa sifat dan penggunaan diantaranya :
 Zat yang dapat menggugurkan bulu : bekerja dengan cara memecah 1 ikatan s-s
pada keratin kulit sehingga bulu mudah rusak dan gugur
 Zat korosif : bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit melalui reaksi
oksidasi sehingga kulit dan membran mukosa akan rusak .
 Zat adstringen : bekerja dengan cara mengkoagulasikan protein sehingga
permeabilitas sel pada kulit dan membran mukosa jadi turun .
 Fenol dalam berbagai pelarut akan menunjukan efek local yang berbeda
pula,yang dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit
sehingga mempengaruhi pentrasi fenol ke dalam jaringan .

6.3 ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Gunting bedah
 Batang pengaduk
 Gelas arloji
 Stop watch

Bahan :

 Menggugugurkan Bulu

32
Hewan coba : Tikus putih,jantan(jumlah 1 ekor) usia 2 bulan , bobot tubuh
200-300gr
Obat :
1. Veet cream
2. Larutan NaoH 20%
3. Larutan Na2s 20%
4. Kertas saring

6.4 CARA KERJA

A. Menggugurkan Bulu

1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan


2. Ambil kulitnya lalu dibuat 3 potongan : masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 cm
3. Letakan potongan kulit tersebut diatas diatas gelas arloji yang telah diberi kertas
saring
4. Catat bau asli/awal dari obat yang digunakan
5. Oleskan/teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut .
6. Amati selama 30 menit efek mengggurkan bulu setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk
7. Catat dan tabelkan pengamatan

Percobaan Baha Obat Bau awal Bau awal Bau awal Gugu Gugu Gugu
n 1 2 3 r bulu r bulu r bulu
1 2 3
Menggugurka Kulit Veet Wangi Wangi Wangi,ba 4 30 6
n bulu tikus cream u khas menit detik menit
Laruta Bau kilas Bau khas Tidak 5 16 3
n menyeng berbau menit detik menit
NaoH at
20%
Laruta Bau Bau Bau 3 2 2

33
n Na2s menyeng menyeng menyeng menit detik menit
20% at at sekali at

B. Korosif
Alat :
1. Gunting bedah
2. Batang pengaduk
3. Gelas arloji
4. Stop watch

Bahan :

Hewan coba : Tikus putih,jantan(jumlah 1 ekor),usia 2 bulan , bobot tubuh 200-


300 gr

Obat :
1. Larutan Agcl2 5%
2. Larutan fenol 5%
3. Larutan NaoH 10%
4. Larutan H2so4 pekat
5. Larutan AgNo3 1%
6. Kertas saring

Prosedur kerja :
a. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan
b. Ambil sisa nya lalu dibuat 6 potongan : masing-masing berukuran 4-5 cm
c. Letakan potongan usus tersebut diatas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring .
d. Teteskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam
e. Rendam selama 30 menit
f. Setelah 30 menit,amati efek korosif/kerusakan jaringan setelah pemberian obat
dengan bantuan batang pengaduk
g. Catat dan tabelkan pengamatan

34
Obat Korosif Korosif Korosif Kerusakan Kerusakan Kerusakan
I II III jaringan jaringan jaringan
I II III
Larutan Sangat Sangat Sangat -menciut -Menciut -keluar
H2SO4 korosif korosif korosif -pucat -Pucat cairan
pekat kehitaman lama sedikit
kelamaan
-mengeras
-bengkak
Larutan Korosif Sangat Korosif -pucat -menciut -sedikit
Hcl korosif -Agak -pucat pucat
pekat menyusut pekat -sedikit
-mengeras -mengeras mengkerut
-kaku -keluar
cairan
sedikit
Larutan Korosif Korosif Sangat Membengka -warna -putih
NaoH korosif k berubah pucat
10% -agak kuning -mngkerut
menciut -bengkak -mengeras
Larutan Korosif Korosif Sangat -melunak -Pucat -Sangat
AgNo3 korosif Membengka kekuningan rusak
1% k
Larutan Korosif Korosif Korosif Melunak -menciut -menipis
fenol -melembek
5% -pucat

C. Adstringen

Prosedur kerja :
1. Mulut praktikan dibilas dengan larutan tannin 1%
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami dimulut
3. Catat dan tabelkan pengamatan

35
Percobaan Bahan Obat Efek sensasi
mulut
Adstringen Mulut untuk Larutan Tannin
kumur 1%

D. Efek lokal fenol

Prosedur kerja :
1. Celupkan 4 jari selama 5 menit ke dalam larutan fenol yang tersedia
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami jari tangan(rasa,dingin,panas)
3. Jika jari terasa nyeri sebelum 5 menit,angkat segera dan bilas dengan etanol
4. Catat dan tabelkan pengamatan

Obat I II III
Larutan fenol -jari jadi keriput -rasa lebih tebal -rasa lebih tebal
dalam air -jari menjadi putih -warna putih pucat -warna putih
-Berbau -sangat keriput pucat
-menyengat -Sangat Keriput
Larutan fenol -Terasa dingin -Terasa -Terasa
dalam etanol -jari menjadi pucat dingin,tebal dingin,tebal
-keriput -kulit jari keriput -warna jadi
-menyengat -warna sedikit sedikit pucat
putih -menimbulkan
-sangat menyengat rasa nyeri pada
menit ke 2

6.5 PEMBAHASAN

36
Mencit yang digunakan dalam praktikum dilakukan pengorbanan terlebih
dahulu,pengorbanan dapat dilakukan dengan cara anestesi lokal maupun
dengan cara dislokasi lokal . anestesi lokal dilakukan dengan cara memasukan
mencit ke dalam toples yang sudah dijenuhkan dengan larutan eter dan tertutup
, tunggu hingga tikus dalam keadaan mati . selain anastesi lokal,dislokasi lokal
juga dapat digunakan dengan cara memisahkan/menghambat pengaliran darah
ke otak dengan merenggangkan bagian-bagian belakang dari mencit .
Mencit yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti(ambil kulitnya) sesuai
dengan keperluan,baik dari segi maupun ukuran . selain kulit,bagian usus dari
mencit juga digunakan dengan cara membelah mencit dan diambil usus nya .
Pada pengujian efek menggugurkan bulu,hasil uji menunjukan adanya
kerontokan bulu setelah diberikan larutan natrium hidroksida 20% . hal ini
terjadi karena garam natrium hidroksida bekerja dengan cara memecah ikatan
S-S pada keratin kulit,sehingga bulu akan rusak dan mudah gugur lebih cepat
dibandingkan dengan larutan lain. Pada percobaan menggunakan veet cream
tidak cepat karena veet cream memiliki formula khusus untuk kulit yang
sensitiv .
Pada permukaan kulit dan membran serta kelarutan obat dalam lemak karena
pada epidermis kulit merupakan sawar lemak . pada kulit yang terkelupas/luka
maka adsorbsi jauh lebih mudah,obat yang digunakan disini memberikan efek
menggugurkan bulu dan korosif . fenol dan adstringen obat tersebut dapat
memberikan efek local pada membran dan kulit mukosa
Sedangkan pada percobaan korosif,didapatkan hasil bahwa H2so4 pekat
menghasilkan sangat korosif,karena efek asam sulfat pada kulit tertulis dengan
baik,dan sekali lagi karena mendehidrasi sifat asam dan bukan keasaman .
asam pekat kontak dengan kulit menghasilkan rasa sakit dan pembengkakan
jaringan dalam beberapa detik . jika kontak cukup lama,luka bakar yang
mendalam dan dapat mengakibatkan mungkin ada beberapa bagian yang
hangus menghasilkan warna coklat . karena pembengkakan yang disebabkan
luka bakar asam sulfat , sering mengakibatkan jaringan parut permanen .

37
Pada pengujian efek local fenol 5% hasil/efek yang timbul tergantung pada
campuran yang digunakan .

6.6 KESIMPULAN

1. Obat yang berefek non-sistemik(lokal) merupakan obat yang mempunyai


pengaruh pada tubuh bersifat lokal atau pada daerah yang diberikan obat .
contoh obat ini adalah obat-obat yang bersifat anastesi lokal ataupun
transdermal .
2. Beberapa efek dari obat lokal yang dapat ditemui adalah menggugurkan
bulu dab korosif .
3. Tingkat pengguguran bulu tergantung kadar dan jenis dari larutan yang
digunakan .
4. Semakin tinggi kadar suatu zat yang bersifat menggugurkan bulu,maka
akan semakin mendekati tingkat korosif .

6.7 DAFTAR PUSTAKA

1. Tim penyusun,2018.Petunjuk praktikum Farmakologi,Jakarta


2. Katzung BG,2002.Farmakologi Dasar dan Klinik,Jakarta:EGC
3. Gyton,Acc&Hall,JE.Buku ajar fisiologi kedokteran,Jakarta:EGC
4. Yahya,L,Mulkan&Rizali H.(1993),Pengantar farmakologi pustaka
widyasarana: Medan
5. Neal,Michael J.(2002),Medical pharmacology at glance fourth
edition,Black well selence ltd : Malden USA,hal 12:13

38
6. Gyton,Acc&Hall,JE.Buku ajar fisiologi kedokteran,Jakarta:EGC

BAB VII

EFEK OBAT SISTEM SARAF OTONOM


(Pengaruh obat kolinergik dan antikolinergik terhadap kelenjar saliva dan
mata )

7.1 Tujuan :

39
 Menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem saraf otonom
dalam pengendalian fungsi vegetatif tubuh .
 Mengenal teknik untuk mengevakuasi aktivitas obat kolinergik atau
antikolinergik pada neurofektor parasimpatis .

7.2 Dasar Teori :

Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf eferen(motorik) yang mempersarafi organ-
organ dalam seperti otot polos,otot jantung dan berbagai kelenjar . sistem ini melakukan
fungsi kontrol,semisal kontrol tekanan darah,motilitas gastrointestinal,sekresi
gastrointestinal,pengosongan kandung kemih,proses berkeringat,suhu tubuh dan beberapa
fungsi lain . karakteristik utama SSO adalah kemampuan mempengaruhi yang sangat
cepat(misal : dalam beberapa detik saja denyut jantung dapat meningkat hampir 2x
semula,demikian juga dengan tekanan darah dalam belasan detik,berkeringat yang dapat
terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik,juga pengosongan kandung kemih . sifat ini
menjadikan SSO dapat untuk melakukan pengendalian terhadap homeostatis mengingat
tentang gangguan terhadap homeostatis dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh manusia .
Dengan demikian,SSO merupakan komponen dari refleks visceral .

Obat otonom adalah obat yang bekerja pada berbagai bagian susunan saraf otonom,mulai dari
sel saraf sampai dengan dengan sel efektor . banyak obat dapat mempengaruhi organ
otonom,tetapi obat otonom mempengaruhi secara secara spesifik dan bekerja pada dosis
kecil . obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf
otonom dengan jalan mengganggu sintesa,penimbunan,pembebasan atau penguraian
neurohormon tersebut dan khasiat atas reseptor spesifik .

Berdasarkan macam-macam saraf otonom tersebut,maka obat berkhasiat pada sistem saraf
otonom digolongkan menjadi :

1. Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik :


a. Simpatomimetik/Adrenergik yaitu obat yang meniru efek perangsangan dari
saraf simpatik(oleh noradrenalin). contoh efedrin,isoprenalin,dll
b. Simpatolitik/adrenolitik yaitu obat yang meniru efek bila saraf parasimpatik
ditekan atau melawan adrenergik . contoh alkaloida sekale,propanolol,dll

40
2. Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik :
a. Parasimpatomimetik/kolinergik yaitu obat yang meniru perangsangan dari saraf
parasimpatik oleh asetilkolin . contoh pilakorpin dan phisostigmin
b. Parasimptolitik/antikolinergik yaitu obat yang meniru bila saraf parasimpatik
ditekan atau melawan efek kolinergik . contoh alkaloida belladona

Kolinergik atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek
sama dengan stimulasi saraf parasimpatis,karena melepaskan neurohormon asetilkolin(ACH)
di ujung neuronnya . tugas utama saraf parasimpatis adalah mengumpulkan energi dari
makanan dan menghambat penggunaannya,singkatnya berfungsi asimilasi . bila neuron saraf
parasimpatis dirangsang,timbul lah sejumlah efek yang menyempal keadaan istirahat dan tidur
. efek kolinergis faal yang terpenting :

1. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah
dan getah lambung (HCL)
2. Sekresi air mata
3. Memperkuat sirkulasi,antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,vasodilatasi dan
penurunan tekanan darah .
4. Memperlambat pernafasan,antara lain dengan menciutkan bronchi,sedangkan sekresi
dahak diperbesar .
5. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil(miosis) dan menurunnya tekanan
intravouler akibat larutannya pengeluaran air mata .

Reseptor kolinergik terdapat dalam semua ganglia,sinaps dan neuron postganglioner dari saraf
parasimpatis,juga pelat-pelat ujung motoris dan dibagian SSP yang disebut sistem
ekstrapirimidal . berdasarkan efeknya terhadap perangsangan .

Reseptor ini dapat dibagi menjadi :

1. Reseptor muskarinik
Reseptor ini,ikatannya dengan asetilkolin,mengikat pula muskarin yaitu suatu alkaloid
yang dikandung oleh jamur beracun tertentu . sebaliknya reseptor muskarinik ini
menunjukan afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan studi ikatan dan
penghambat tertentu,maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinin

41
contoh m1,m2,m3,m4,m5 . reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf
tepi dan organ efektor otonom . seperti jantung,otot polos,otak dan kelenjar eksoktin .
reseptor ini ditemukan dalam sel parietal lambung,dan reseptor m2 terdapat dalam otot
polos dan otot jantung dan reseptor 3 dalam kelenjar eksolin dan otot polos .
2. Reseptor nikotinik
Reseptor ini selain mengikat asetilkolin,dapat pula mengenal nikotin,tetapi afinitas
lemah terhadap muskarin . tahap awal nikotin memang memacu reseptor
nikotinik,namun setelah itu akan menyekat reseptor itu sendiri . reseptor nikotinik ini
terdapat didalam sistem saraf pusat,medula adrenalis,ganglia otonom,dan sambungan
neuromuskular . obat-obat yang bekerja nikotinik akan memacu reseptor nikotinik
neuromuskular . obat-obtan yng bekerja nikotinik pada ganglia otonom berbeda
dengan reseptor yang terdapat pada sambungan neuromuskular . sebagai
contoh,reseptor ganglionik secara selektif dihambat oleh heksa metonium,sedangkan
reseptor pada sambungan neuromuskular ,secara spesifik dihambat oleh turbokuranin .

7.3 ALAT dan BAHAN

1. kolinergik dan antikolinergik kelenjar saliva

Alat :

 Spuit injeksi 1 ml
 Timbangan hewan
 Corong gelas
 Beaker glass
 Gelas ukur

Hewan coba : kelinci(jumlah 1 ekor),bobot <1,5 kg

Obat :

 Fenobarbital 100mg/70kg BB manusia secara IV


 Pilokarpin HCL 5mg/kg BB manusia secara IM
 Atropin So4 0,25 mg/kg BB manusia secara IV
42
Prosedur kerja :

1. Siapkan kelinci
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk kelinci
3. Sedasikan kelinci dengan fenobarbital 100mg/70kg BB manusia secara IV
4. Suntikan kelinci dengan pilokarpin Hcl 5mg/kg BB kelinci secara IM
5. Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat pilokarpin Hcl dan tampung saliva yang
diekresikan kelinci kedalam beaker glass selama 5 menit ,suntikan atropin so4 0,25
mg/kg BB kelinci secara IV
6. Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat atropin so4 dan tampung saliva yang
diekresikan kelinci ke dalam beaker glass selama 5 menit . ukur volume saliva yang
ditampung .

Percobaa Bahan obat Efe I II III IV V VI


n salivasi
Efek Kelinc Pilokarpi Volume 6,9m 5ml 1,5m 8,2m 3,8m 2m
obat i n HCL saliva l l l l l
sistem yang
saraf ditampun
otonom g selama
pada 5 menit
kelenjar
saliva
Atropin Volume 1 ml 2,1m 2tete 1ml 0,8m -
SO4 saliva l s l
yang
ditampun
g selama
5
menit(ml
)

2.Kolinergik dan antikolinergik mata

43
Alat :

 Senter
 Loupe
 Penggaris

Bahan :

Hewan coba : kelinci(jumlah 1 ekor),bobot tubuh <1,5 kg

Obat :

 Tetes mata fisostigmin salisilat sebanyak 3 tetes


 Tetes mata pilokarpin HCL sebanyak 3 tetes
 Tetes mata atropin so4 sebanyak 3 tetes
 Larutan Nacl 0,9%

Prosedur kerja :

1. Siapkan kelinci,gunting bulu mata kelinci agar tidak menganggu pengamatan


2. Sebelum pemberian obat amati usus dan catat diameter pupil pada cahaya suram dan
pada penyiraman dengan senter .

44
3. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci :
Percobaa Bahan Efek I II III IV VI V
n diameter
pupil mata
Efek obat 1.Mat 1. Cahaya 0,9 1cm 1cm 1cm 0,5 1,3
sistem a suram(cm)
saraf kanan 2.cahaya 0,8 0,8 0,7 0,7 0,4 0,4
otonom kelinci senter(cm)
pada mata 3.setelah 0,6 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6
pemberian
fisostigmi
n Tidak Berkedi Berkedi Berkedi Berkedi Berkedi
4.respon berkedip p p p p p
refleks
mata 0,7
5.setelah 0,7 0,7 0,7 0,4 0,1
pemberian
atropin
so4(m)
2.Mat 1. cahaya 0,8 1cm 1cm 1cm 0,5 1,3
a kiri suram(cm)
kelinci 2. Cahaya 0,7 0,8 0,7 0,8 0,4 0,4
senter(cm)
3. Setelah 0,7 0,6 0,6 0,5 0,6 0,6
pemberian
pilokarpin
Hcl(cm)
4. Respon Berkedi Berkedi Berkedi Berkedi Berkedi Berkedi
refleks p p p p p p
mata
5. setelah
pemberian 0,8 0,7 0,7 0,7 0,4 0,1
atropin 45
So4
A. Mata kanan : tetes mata fisostigmin salisilat sebanyak 3 tetes
B. Mata kiri : tetes mata pilokarpin Hcl sebanyak 3 tetes
4. Tutup mata masing-masing kelopak kelinci selama 1 menit
5. Amati,ukur dan catat diameterpupil setelah pemberian obat
6. Uji respon refleks mata
7. Setelah terjadi miosis kuat pada kedua mata
8. Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian obat
9. Catat dan tabelkan pengamatan
10. Setelah percobaan diatas selesai,teteskan larutan fisiologis Nacl 0,9% pada kedua mata
kelinci .

7.4 PEMBAHASAN

Atropin adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap reseptor
muskarinik . obat ini bekerja kompetitif antagonis dengan ACH untuk menempati
kolinoreseptor . atropin merupakan obat antikolinergik(obat simpatomimetik) yang akan
diuji dengan diberikan pada kelinci untuk dilakukan pengamatan terhadap pengaruhnya
pada sistem saraf otonom . atropin merupakan obat yang digolongkan sebagai
antikolinergik atau simpatomimetik . atropin termasuk dalam alkaloid belladonna yang
bekerja memblokade asetilkolin endogen maupun eksogen . atropin bekerja sebagai
antidotum dari pilokarpin . efek atropin pada saluran cerna yaitu mengurangi sekresi
liur,sehingga pemberian atropin ini dilakukan agar produksi saliva menurun karena
mukosa mulut kelinci menjadi kering . atropin seperti agen antimuskarinik lainnya,yang
secara kompetitif dapat menghambat asetilkolin . pada dosis rendah atropin dapat
menghambat salivasi . Hal ini dikarenakan kelenjar saliva sangat peka terhadap atropin .

Pilokarpin merupakan obat kolinergik yang merangsang saraf parasimpatik yang dimana
efeknya akan menyebabkan percepatan denyut jantung dan mengaktifkan kelenjar-
kelenjar pada tubuh salah satunya kelenjar saliva . obat kolinergik adalah sekelompok

46
zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan
parasimpatis(SP),karena melepaskan neurohormon asetilkolin(ACH) diujung-ujungnya
neuron . efek kolinergis yang dapat ditimbulkan juga termasuk dalam merangsang atau
menstimulasi sekresi kelenjar ludah,sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya
hipersalivasi sehingga air liur atau saliva dikeluarkan oleh kelinci menjadi lebih
banyak karena pilokarpin merupakan salah satu pemacu sekresi kelenjar yang terkuat
pada kelenjar saliva . Dari hasil percobaan menunjukan bahwa atropin yang cukup
efektif bekerja sebagai antikolinergik . Hal tersebut terbukti dengan dosis atropin yang
semakin besar,pengaruh pilokarpin sebagai kolinergik yang mampu meningkatkan
ekresi saliva dapat menurun . sedangkan pada mata,mekanisme kerja atropin pada
mata yaitu atropin menyekat semua aktivitas kolinergik pada mata,sehingga
menimbulkan midiarisis(dilatasi pupil),mata menjadi tidak bereaksi terhadap cahaya
dan siklapegia(ketidakmampuan memfokus untuk penglihatan dekat) . zat ini
digunakan sebagai midriatikum kerja panjang(sampai beberapa hari).

Mekanisme kerja pilokarpin pada mata yaitu merupakan obat kolinergik kerja
langsung,yaitu kerja obat ini berikatan dengan reseptor kolinergik pada mata,yang
menyebabkan kontruksi pupil .

Pada kelinci pertama,menghasilkan percobaan yang berarti atropin bekerja dengan


baik,dimana pada mata menimbulkan midiasis(dilatasi pupil) mata menjadi tidak bereaksi .
sedangkan kelinci kedua berarti pilokarpin bekerja dengan baik,yaitu menyebabkan
kontraksi pupil(pupil mata mengecil) .

7.5 KESIMPULAN

Semakin besar bobot hewan percobaan,maka volume pemberian semakin besar. Pilokarpin
sebagai zat kolinergik yang dapat meningkatkan sekresi saliva .

47
Atropin sebagai zat antikolinergik mampu menginhibisasi hipersaliva pada hewan
percobaan,semakin tinggi dosis atropin yang diberikan terhadap hewan percobaan,semakin
sedikit saliva yang dikeluarkan oleh hewan percobaan tersebut .

7.6 DAFTAR PUSTAKA

1. Tim penyusun 2018,Petunjuk praktikum farmakologi,jakarta

2. Katzung,G.Betram,2002,Farmakologi Dasar dan Klinik.Buku 2.penerbit salemba


medika,Jakarta

3. Neal,M.J,2006.At a Glance Farmakologi medis,edisi kelima.Penerbit erlangga,Jakarta

4. Gunawan,sulistia Gan,dkk.2012.Farmakologi dan terapi.Jakarta

5. Priyanto,Klin batubara,2010.Farmakologi Dasar untuk mahasiswa farmasi dan


keperawatan.Depok,Jabar

6. Katzung,BG.2002.Farmakologi Dasar dan klinik.Jakarta

BAB VIII

EFEK LOKAL OBAT

(Metode anastesi lokal)

8.1 Tujuan :

48
 Mengenal berbagai teknik untuk menyebabkan anastesi lokal pada
hewan coba
 Memahami faktor yang melampaui perbedaan dalam sifat dan
potensi kerja anastesi lokal
 Memahami faktor yang mempengaruhi potensi kerja anestetika
lokal
8.2 Dasar Teori
Anastetika lokal adalah obat yang dapat menghambat konduksi saraf
apabila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup .
contoh anastetika lokal adalah kokain dan ester asam para amino
benzoat(PABA) yaitu prokain dan lidokain .
Beberapa teknik untuk menyebabkan anastesi lokal pada hewan coba
diantara nya :
a. Anastesi lokal metode permukaan
Efek anastesi ini tercapai ketika anastesi lokal ditempatkan di daerah
yang ingin dianastesi .
b. Anastesi lokal metode regnier
Mata normal apabila disentuh pada kornea dan memberikan respon
refleks ocular(mata berkedip) . jika diteteskan anastetika lokal,respon
refleks ocular timbul setelah beberapa kali kornea disentuh sebanding
dengan kekuatan kerja anastetika dan besaran sentuhan yang diberikan .
tidak adanya refleks ocular setelah kornea disentuh 100x dianggap
sebagai tanda adanya anastesi lokal .
c. Anastesi lokal metode infiltrasi
Anastetika lokal yang disuntikan ke dalam jaringan akan
mengakibatkan kehilangan sensasi pada struktur sekitarnya .
d. Anastesi lokal metode konduksi
Respon anastesi lokal yang disuntikan ke dalam jaringan dilihat dari
ada/tidaknya respon haffner . respon haffner adalah refleks mencit yang
apabila ekornya dijepit,maka terjadi respon angkat ekor/mencit bersuara
.

49
8.3 ALAT DAN BAHAN
1. Anastesi lokal metode permukaan :
Alat :
 Gunting
 Aplikator
 Kotak kelinci
 Stop watch

Bahan :

Hewan coba : kelinci (1 ekor) bobot tubuh <1,5 kg

Obat :

1. Tetes mata prokain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes


2. Tetes mata lidocain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes

Prosedur kerja :

1. Siapkan kelinci,gunting bulu mata kelinci agar tidak menganggu


aplikator
2. Sebelum pemerian obat,cek ada/tidaknya respon refleks ocular
mata(mata berkedip) dengan menggunakan aplikator pada kornea
mata tegak lurus pada menit ke-0
3. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci :
a. Mata kanan : tetes mata prokain Hcl 2% Sebanyak 1-2 tetes
b. Mata kiri : tetes mata lidocain Hcl sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup masing-masing kelopak mata kelinci selama 1 menit
5. Cek ada/tidak adanya respon refleks ocular mata(mata berkedip)
dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak
lurus pada menit ke 5,10,15,20,30,45,60 .
6. Catat dan tabelkan pengamatan
7. Setelah percobaan diatas selesai,teteskan larutan fisiologis Nacl
0,9% pada kedua mata kelinci .
50
Percobaan Bahan Obat 0 5 10 15 20 30 45 60
Anastesi lokal 1.Mata 1.Prokain
metode permukaan kanan Hcl
kelinci 2.Lidocain
2.Mata Hcl
kiri
kelinci

2.Anastesi lokal metode regnier

Alat :

 Gunting
 Aplikator
 Kotak kelinci
 Stop watch

Hewan coba : Kelinci(1 ekor),bobot tubuh <1,5 kg

Obat :

1. Tetes mata Prokain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes


2. Tetes mata Lidocain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes

Prosedur kerja :

1. Siapkan kelinci,gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu aplikator


2. Sebelum pemberian obat,cek ada/tidaknya respon refleks ocular mata(mata berkedip)
dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-0
3. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci :
a. Mata kanan : tetes mata prokain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes

51
b. Mata kiri : tetes mata lidocain Hcl 2% sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup mata kelinci selama 1 menit
5. Cek ada/tidaknya respon refleks ocular mata(mata berkedip) dengan menggunakan
aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke 8,15,20,25,30,40,50,60
6. Ketentuan metode regnier :
a. Pada menit ke-8 :
 Jika pemberian aplikator sampai 100 kali tidak ada respon refleks
ocular,maka dicatat angka 100 sebagai respon negatif
 Jika pemberian aplikator sebelum 100 kali terdapat respon refleks
ocular,maka dicatat angka terakhir saat memberikan respon sebagai respon
negatif
b. Pada menit ke-15,20,25,30,40,50,60
 Jika pemberian pada sentuhan pertama terdapat refleks ocular,maka dicatat
angka 1 sebagai respon negatif dan menit-menit yang tersisa juga diberi
angka 1
c. Jumlah respon refleks negatif dimulai dari menit ke-8 hingga menit ke-60 . jumlah
ini menunjukan angka regnier dimana efek anastetika lokal dicapai pada angka
regnier minimal 13 dan maksimal 800
7. Setelah percobaan diatas selesai,teteskan larutan fisiologis Nacl 0,9% pada mata kanan
dan kiri kelinci
8. Catat dan tabelkan pengamatan

Percobaan Bahan Obat 0 8 15 20 25 30 40 50 60


Anastesi 1.mata 1.Prokain
lokal kanan Hcl 2%
metode kelinci
regnier 2.mata 2.Lidocain
kiri Hcl
kelinci

3. Anastesi lokal metode infiltrasi


Alat :

52
 Gunting
 Alat cukur
 Spuit injeksi 1 ml
 Peniti
 Kotak kelinci
 Spidol
 Stop watch

Bahan :

Hewan coba : kelinci(1 ekor),bobot <1,5 kg

Obat :

1. Larutan prokain Hcl 1% sebanyak 0,2 ml secara SC


2. Larutan prokain Hcl 1% dalam adrenalin(1:50.000) sebanyak 0,2 ml secara SC
3. Larutan lidocain Hcl 1% sebanyak 0,2ml secara SC
4. Larutan lidocain Hcl 1% dalam adrenalin(1:50.000) sebanyak 0,2 ml secara SC

Prosedur kerja :

1. Siapkan kelinci,gunting bulu punggung kelinci dan cukur hingga bersih


kulitnya(hindari terjadinya luka)
2. Gambar empat daerah penyuntikan dengan jarak < 3cm
3. Sebelum pemberian obat,cek ada/tidaknya respon getaran otot punggung kelinci
dengan menggunakan peniti sebanyak 6 kali sentuhan pada daerah penyuntikan
pada menit ke-0
4. Suntikan larutan obat tersebut pada daerah penyuntikan
5. Cek ada/tidaknya respon getaran otot punggung kelinci dengan menggunakan
peniti sebanyak 6 kali sentuhan pada daerah penyuntikan pada mencit ke-
5,10,15,20,25,30,35,40,45,60
6. Catat dan tabelkan pengamatan

Bahan Obat 0 5 1 1 2 2 3 3 4 4 60
Percobaa 0 5 0 5 0 5 0 5

53
n
Anastesi 1.punggun a.prokain Hcl
lokal g kanan b.prokain+adrenali
metode kelinci n
infiltrasi 2.punggun
g kiri a.Lidocain Hcl
kelinci b.Lidocain
Hcl+adrenalin

4.Anastesi lokal metode konduksi

Alat :

 Spuit injeksi 1 ml
 Kotak penahan mencit
 Pinset
 Spidol

Bahan :

Hewan coba : Mencit putih,jantan(3 ekor),bobot tubuh 20-30 gr

Obat :

1. Larutan Prokain Hcl 0,5mg/kg BB mencit secara IV


2. Larutan Lidocain Hcl secara IV
3. Larutan Nacl 0,9% secara IV

Prosedur kerja :

1. Siapkan mencit,sebelum pemberian obat,cek ada/tidaknya respon haffner pada menit


ke-0
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit
3. Mencit pertama disuntikan dengan larutan prokain Hcl secara IV
4. Mencit kedua disuntik dengan lidocain Hcl secara IV
5. Mencit ketiga disuntik dengan Nacl 0,9%

54
6. Cek ada/tidaknya respon haffner(ekor mencit dijepit lalu terjadi respon angkat
ekor/mencit bersuara/pada menit ke-10,15,20,25,30
7. Catat dan tabelkan pengamatan

Percobaan Bahan Obat


Anastesi lokal metode Mencit 1.Prokain Hcl
konduksi 2.Lidocain
3.Larutan Nacl 0,9%

8.4 PERHITUNGAN

55
8.5 HASIL PENGAMATAN

1. Anestesi lokal metode permukaan

Percobaan Bahan Obat Kelompok Ada / tidaknya respon refleks oculer (menit
ke-)
0 5 10 15 20 30 45 60
Anestesi Mata Lidokain 1 + - - - - - - -
lokal kanan HCl 2%
metode dan

56
permukaan kiri
kelinci

2. Anestesi lokal metode Regnier

Percobaan Bahan Obat Kelompok Jumlah sentuhan yang memberi respon refleks okuler
(menit ke-)
0 8 15 20 25 30 40 50 60
Anestesi Mata Lidokai 3 Berkedi 23 20 13 8x 21 7x 17 5x
lokal kana n HCl p x x x x x
metode dan kiri 2%
Regnier kelinci

3. Anestesi lokal metode infiltrasi

Percobaan Bahan Obat Kelompo Ada / tidaknya getaran otot punggung kelinci
k sebanyak 6 kali dengan menggunakan peniti
(menit ke-)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 60
Anestesi Punggun Lidokain 5 + - - - - - - + + + +
lokal g kiri Lidokain + - - + + + + + + + +
metode kelinci +
infiltrasi adrenalin

4. Anestesi lokal metode konduksi

Percobaa Bahan Obat Kelompok Ada / tidaknya responHaffner (menit ke-)


n 0 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Anestesi Menci Lidokain 2 + + + + + + + - - -

57
lokal t I 4 + - - - - - -
metode 6 + - - - - - -
konduksi Lidokain 2 + - + - + + - - - +
II 4 + - - - - - -
6 + - - - - - -
Larutan 2 + + + + + + + + + +
NaCl 4 + + + + + + +
0,9% 6 + + + + + + +

Keterangan :

 Obat tidak memiliki efek : (+)

 Obat memiliki efek : (-)

8.6 PEMBAHASAN

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat konduksi saraf apabila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup . anastesi lokal atau obat bius lokal
mencegah pembentukan dan kondisi impuls saraf . tempat kerja nya terutama berada pada
selaput lendir . obat anastesi lokal mencegah transmisi impuls saraf(blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membran saraf lokal anastesi juga memblok kanal kalsium dan potassium reseptor Na
methyl-o aspartat(NMOA) dengan derajat yang berbeda-beda tidak semua saraf saraf
dipengaruhi oleh obat anestesi lokal . sensitivitas terhadap blokade ditemukan dari
diameter,derajat melinbasi dan berbagai faktor anatomi dan fisiologi lain .

1. Anestesi lokal metode regnier

58
Hewan coba yang digunakan yaitu kelinci,obat yang digunakan yaitu lidokain
Hcl 2% sebanyak 2 tetes pada mata sebelah kanan kelinci . Berikut ketentuan
pada metode regnier :
a. Pada menit ke-8
 Jika pemberian aplikator sampai 100x tidak ada respon refleks
okuler,maka dicatat angka 100 sebagai respon negative .
 Jika pemberian aplikator 100x terdapat respon refleks okuler maka
dicatat angka terakhir saat memberikan respon sebagai respon
negative .
b. Pada mencit ke 15,20,25,30,40,50,60
 Jika pemberian aplikator pada suntikan pertama terdapat respon
refleks okuler,maka dicatat angka 5 sebagai respon negatif dan
menit-menit yang tersisa juga diberi angka 5 .

2. Anastesi metode infiltrasi


Mencit sebagai hewan coba disuntikan secara subkutan larutan sebanyak 0,2 ml
. 2 daerah tempat penyuntikan mulanya dibersihkan bulu nya terlebih
dahulu,sebelum pemberian obat cek ada atau tidaknya respon getaran dengan
peniti,baru disuntikan secara subkutan(SC). Pada daerah pertama disuntikan
lidokain dengan data yang diperoleh 0(+) belum memberikan efek
anastesi,lidokain mempengaruhi transmisidi sambungan saraf-saraf otot,yaitu
akan menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf,selanjutnya
pada menit ke-35,40,45 dan 60 mencit kembali normal,otot bergerak seperti
semula hal tersebut menandakan efek anastesi yang sudah hilang .

3. Anesesi lokal metode konduksi


Respon anastesi lokal yang disuntikan ke dalam jaringan dilihat dari ada
atau tidaknya respon haffner,yaitu respon reflek mencit yang apabila ekornya
dijepit,maka terjadi angkat ekor/mencit bersuara . sebanyak 3 ekor mencit
disuntikan secara intravena(IV) . dengan menggunakan larutan lidokain dan larutan
Nacl 0,9% . pada mencit I dan II dengan disuntikan secara intravena(IV) sebanyak

59
I(0,04 ml) dan II(0,03 ml)pada mencit ke 0 belum memberikan efek,kemudian pada
menit ke 10,15,20,25,30 mencit ke satu dan kedua memberikan efek anastesi yang
ditandai adanya respon haffner . untuk mencit ke tiga yang diberikan larutan Nacl
0,9% tidak memberikan efek, hal terseut terjadi karena Nacl hanya sebagai kontrol
larutan fisiologis,bukan sebagai alat yang berfungsi sebagai anastesi. Anastesi lokal
metode konduksi ini bekerja dengan mencegah transmisi impor saraf .

8.6 KESIMPULAN

Anastesi lokal adalah obat yang menghambat konduksi saraf lidokain bekerja
dengan mencegah transmisi impuls saraf dengan menghambat pengiriman ion
membran selektif membran saraf anestesi . lidokain memberikan efek anestesi pada
hewan coba mencit dan kelinci yang ditandai dengan adanya reflek
okuler,berkurangnya respon obat dan respon haffner .

8.7 DAFTAR PUSTAKA

1.Tim penyusun 2018,Petunjuk praktikum farmakologi,jakarta

2.Katzung,G.Betram,2002,Farmakologi Dasar dan Klinik.Buku 2.penerbit salemba


medika,Jakarta

3. Neal,M.J,2006.At a Glance Farmakologi medis,edisi kelima.Penerbit


erlangga,Jakarta

60

Anda mungkin juga menyukai