Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

CARA PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAPERITONEAL

Nama Kelompok : Cicilia Dian K. (16.0564)

Bunga Arya P. (16.0565)

Ida Sari Dewi (16.0576)

Sintya Arianti (16.0582)

Yuli Efitasari (16.0592)

Tgl Praktikum : 3 Mei 2017

Hari Praktikum : Rabu

Dosen Pembimbing : Fef Rukminingsih, M.Sc., Apt

Puji Hartati, A.Md

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DASAR

AKADEMI FARMASI THERESIANA

2017
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

CARA PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAPERITONEAL

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal cara dan rute pemberian obat injeksi diazepam
secara intraperitoneal.
2. Mahasiswa mampu memahami konsekuensi praktis dari pengaruh rute
pemberian obat injeksi diazepam secara intraperitoneal.
3. Mahasiswa mampu mengenal manifestasi obat injeksi diazepam yang diberikan
(onset, waktu paruh, hilangnya efek dan durasi).

II. DASAR TEORI

Penggunaan hewan percobaan sebagai model atau sarana percobaan haruslah


memenuhi persyaratan berikut, antara lain genetis atau keturunan dari lingkungan
yang memadai dalam pengelolanya. Di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya
diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada
manusia (Tjay,2002).

Struktur dan fungsi gen pada mencit dan manusia biasanya serupa, dan
penelitian-penelitian pada mencit dapat memberikan pemahaman mengenai
penyakit pada manusia (Harison, 2008). Karakteristik utama mencit adalah mudah
ditangani, bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya,
mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari,
kehadiran manusia akan menghambat mencit, suhu tubuh normal (37,8oC). Laju
respirasi normal 163 tiap menit (Singagerda, 2009).

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dengan tubuh. Karakteristik ini berbeda karena
jumlah suplai yang berbeda, enzim, dan getah fisiologis yang terdapat di
lingkungan tersebut berbeda. Hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda tergantung dari rute
pemberian obat (Katzug, 2001).

Pemilihan rute pemberian obat tergantung dari tujuan terapi,sifat obatnya,serta


kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik.
2. Apakah kerja obat yang dikehendaki itu cepat atau lama.
3. Stabilitas obat didalam lambung atau usus (Anief, 1990).
Permberian intraperitonial dilakukan dengan cara memegang hewan uji dengan
kulit punggung dijepit sehingga daerah perut terasa tegang, membasahi daerah
perut dengan kapas beralkohol, menusukkan jarum suntik sejajar dengan salah satu
kaki hewan pada daerah perut lebih kurang 1 cm di atas kelamin. Setelah selesai,
jarum suntik haruslah ditarik perlahan-lahan dan tempat suntikan sebaiknya ditekan
dengan kapas beralkohol. Perlakuan mesti berhati-hati agar tidak sampai mengenai
hati, kandung kencing, dan usus (Ansel, 1989).
III. ALAT dan BAHAN

 ALAT :  BAHAN :

1. Spuit injeksi 1. Diazepam ampul

2. Jarum injeksi 2. Aqua pro injeksi

3. Bekerglass 3. Hewan uji mencit jantan

4. Aquarium

5. Timbangan digital

6. Labu takar 100mL

 Hewan Uji Mencit jenis kelamin jantan

 Obat Diazepam

 Dosis 0,004-0,3 mg/kg (dosis tiap 2-4 jam


maximal 0,6mg/kg dalam 8 jam waktu
yang diperlukan)

 Volume Pemberian 0,5 mL


IV. CARA KERJA

1. Membuat Larutan Stok

Dihitung dosis zat aktif obat dan konsentrasi berdasarkan bobot mencit

Dihitung volume penambahan aqua pro injeksi untuk pengenceran sediaan


injeksi

Ampul yang berisi obat diencerkan dengan aqua pro injeksi sampat batas,
homogenkan

Dihitung volume pemberian untuk masing-masing mencit

2. Penimbangan dan Penandaan Mencit

Diambil mencit dengan cara memegang bagian ekornya

Ditandai dengan spidol permanen

Dimasukkan ke dalam beakerglass yang sudah ditara di atas timbangan

Dicatat berat badan mencit


3. Cara Pemberian Obat Secara Subkutan

Diberikan mencit pada bagian tengkuknya

Diposisikan supaya abdomen lebih tinggi dari kepala

Didorong larutan oral tersebut ke abdomen bawah mencit,di sebelah garis


midsagital

Dicatat waktu pemberian obat, mulai timbulnya

efek (onset) dan hilangnya efek

Efek yang diamati :

1. Aktivitas spontan dari respon terhadap rangsangan/stimulus pada keadaan


normal.

2. Perubahan aktivasi baik spontan maupun stimulus.

3. Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil.

4. Diam, tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba.

5. Dicatat waktu hingga mencit sadar.


V. HASIL

Perhitungan Larutan Stok

Dosis Diazepam (DIH ed.17,2009)


Sebagai sedativa
dosis : 0,04 – 0,3 mg/kg/dosis setiap 2 – 4 jam maksimal 0,6mg/kg dalam 8 jam
watu jika diperlukan
1x : 0,04 – 0,3 mg/kg BB
Dosis untuk 70 kg manusia = 70 kg x (0,04 – 0,3 mg/kg BB)
= 2,8 – 2,1 mg
Dosis untuk 20 g mencit = 0,0026 x (2,8 – 2,1 mg)
= 0,00728 – 0,0546 mg/ 20 g mencit
Nilai Tengah :
0,00728 + 0,0546 mg
= 0,03094 mg/20 g mencit
2

Minimal :
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 20 g = C x 0,5 mL
20 g
0,03094 mg
=C
0,5 mL
0,062 mg/mL = C

Maksimal :
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 40 g = C x 0,5 mL
20 g
0,062 mg
= C
0,5 mL
0,124 mg/mL = C
Range :
0,062 + 0,124
= 0,09 mg/mL = 0,1 mg/mL
2
Jadi C = 0,1 mg/ml

Volume Pemberian Pada Mencit Jantan

Berat badan mencit

I Mencit 1 : 26,30 g
II Mencit 2 : 32,40 g
III Mencit 3 : 33,50 g
IV Mencit 4 : 32,25 g
V Mencit 5 : 31,39 g

I. Mencit 1 (Kontrol Negatif)


Kepada mencit 1 sebagai kontrol negatif diberikan aqua pro injeksi 0,5 ml atau 20
unit.

II. Mencit 2
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 32,50 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,50 mL = Vp
Vp = 0,50 mL x 80 = 40 unit

III. Mencit 3
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 33,50 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,51 mL = Vp
Vp = 0,51 mL x 80 = 40,8 unit
IV. Mencit 4
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 32,25 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,49 mL = Vp
Vp = 0,49 mL x 80 = 39,2 unit

V. Mencit 5
D x BB = C x Vp
0,03094 mg
x 31,39 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,48 mL = Vp
Vp = 0,48 mL x 80 = 38,4 unit
Tabel Pengamatan Mencit

Waktu Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5


Pemberian 11.37 11.47 11.52 11.40 11.45
obat
Obat mulai 11.40 11.50 11.59 11.42 11.50
memberikan
reaksi
Onset 3 menit 3 menit 7 menit 2 menit 5 menit
Durasi 23 menit Sampai Sampai Sampai Sampai
(12.03 dengan jam dengan jam dengan jam dengan jam
mencit 13.00 13.00 13.00 13.00
bangun) mencit mencit mencit mencit
masih masih masih masih
tertidur tertidur tertidur tertidur

Keterangan:

 Pemberian obat: obat selesai diberikan seluruhnya pada mencit.


 Obat mulai memberikan reaksi: mencit terlihat mulai lemas dan sedikit
bergerak.
 Obat mencapai onset: mencit tertidur.
 Durasi: lamanya mencit tertidur.
Tabel Perbandingan Pemberian Obat Secara Peroral, Subkutan, Dan
Intraperitoneal

Pemberian Pemberian Pemberian


Peroral Subkutan Intraperitoneal

Onset 17 menit 4.25 menit 4 menit

Durasi 45 menit 72 menit 61 menit


VI. PEMBAHASAN

Praktikum farmakologi dasar ini mempelajari tentang pengaruh cara


pemberian obat terhadap absorbsi obat dalam tubuh hewan uji. Pada dasarnya rute
pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, hewan uji yang digunakan adalah
mencit. Mencit dipilih sebagai hewan uji karena metabolisme dalam
tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai
objek pengamatan.

Pada percobaan ini mempelajari tentang rute pemberian obat diazepam secara
intraperitoneal pada mencit. Pemberian obat secara intraperitoneal dilakukan
dengan cara menyuntikkan obat ke dalam rongga perut mencit tepatnya dilakukan
pada daerah abdomen sampai agak menepi dari garis tengah agar jarum suntik tidak
terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikan
pada hati dengan volume pemberian maksimal 0,5 ml.

Intraperitoneal (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya dan jarang
digunakan karena rentan menyebabkan infeksi, meskipun memiliki keuntungan
yaitu obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat,
sehingga reaksi obat akan cepat terlihat. Perlu diperhatikan juga pada saat mengisi
larutan obat pada spuit. Harus dipastikan pada bagian ujung spuit tidak ada
gelembung udara. Jika masih ada udara maka perlu dikeluarkan terlebih dahulu
udaranya dengan cara menekan pistonnya ke arah atas. Tidak boleh ada gelembung
udara dikarenakan akan menyebabkan emboli atau penyumbatan sirkulasi darah
oleh gelembung udara yang berbahaya bagi hewan percobaan.

Setelah melakukan beberapa cara pemberian obat terhadap hewan uji yaitu
secara per oral, subkutan dan intraperitonel dapat diketahui masing-masing
keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut:
Rute Kelebihan Kekurangan
pemberian
Per oral Mudah, ekonomis Rasanya yang tidak enak dapat
mengurangi kepatuhan
mengkonsumsi obat,
kemungkinan dapat
mengiritasi lambung dan usus,
menginduksi mual, dan pasien
harus dalam keadaaan sadar.
Selain itu obat dapat
mengalami metabolisme lintas
pertama dan absorpsi dapat
terganggu dengan adanya
makanan.
Subkutan Obat dapat diberikan dalam Perlu prosedur steril, sakit,
kondisi sadar atau tidak sadar dapat terjadi iritasi lokal di
tempat injeksi.
Intra Obat yang disuntikkan dalam Resiko kesalahan penyuntikan
peritonial rongga peritonium akan menyebabkan kerusakan
diabsorpsi cepat, sehingga organ.
reaksi obat akan cepat terlihat.

Bahan obat yang digunakan adalah diazepam ampul dengan konsentrasi


larutan stok 0,1 mg/mL sesuai dengan berat hewan uji dan aqua pro injeksi sebagai
kontrol negatif (sebagai kelompok kontrol tanpa perlakuan). Digunakannya aqua
pro injeksi sebagai kontrol negatif karena diazepam ampul diencerkan dengan aqua
pro injeksi atau dengan kata lain bahan yang digunakan sebagai kontrol negatif
harus sesuai dengan pelarutnya. Tujuan dari pemberian kontrol negatif adalah
untuk membandingkan kelompok hewan uji yang diberi perlakuan dengan hewan
uji yang tidak di beri perlakuan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pemberian obat secara per
oral, subkutan dan intaperitoneal, maka cara intraperitoneal lebih cepat
menghasilkan efek. Setelah pemberian obat secara intraperintoneal pada mencit
pertama (kontrol negatif) diberikan obat pada pukul 11.37 dan memberikan efek
pada pukul 11.40, mencit kedua pemberian obat dilakukan pada pukul 11.47 dan
memberikan efek 11.50, mencit ketiga diberikan obat pada 11.52 terlihat timbulnya
efek obat 11.59, mencit keempat diberikan obat pada 11.40 terlihat timbulnya efek
dari obat diazepam 11.42, mencit kelima diberikan obat pada 11.45 terlihat
timbulnya efek dari obat diazepam 11.50. Onset rata-rata yaitu 4 menit.

Meskipun pemberian obat secara intraperitoneal lebih cepat menghasilkan


efek akan tetapi jarang digunakan pada manuia karena dilihat dari efeknya yang
berbahaya yang dapat menyebabkan infeksi. Selain itu cara pemberian obat secara
intraperitoneal agak sulit dilakukan.

Faktor yang mempengaruhi mencit ada dua yaitu faktor internal dan faktor
external. Faktor internal yaitu dari kondisi mencit itu sendiri: usia, jenis kelamin,
ras, sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot badan, dan luas permukaan
tubuh. Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain faktor
lingkungan yang meliputi keadaan atau suasana kandang, pengalaman hewan
sebelum menerima obat, kebisingan, suhu, ventilasi, dan sebagainya. Faktor teknik
pemberian dapat juga berpengaruh, dalam hal ini yang dimaksud adalah pemberian
obat tidak sekali pemberian artinya berulang secara bertahap menyebabkan mencit
lelah dan stress. Dari keadaan itulah sulit diprediksi pembentukan cairan
gastrointestinal mencit yang dapat menganggu absorbsi obat.
VII. KESIMPULAN
1. Cara dan rute pemberian secara intraperitoneal adalah cara menyuntikkan pada
daerah abdomen sampai agak menepi dari garis tengah dengan volume
pemberian maksimal 0,5 ml.
2. Konsekuensi praktis dan pengaruh rute obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik
secara tepat dan cepat karena rongga peritoneum (intraperitoneal) mempunyai
permukaan absorbsi yang sangat luas.
3. Kontrol negatif adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan.
4. Kontrol positif adalah hewan uji yang diberikan perlakuan yang besar
kemungkinannya menghasilkan efek atau perubahan seperti yang diharapkan.
Kelompok kontrol positif bertujuan untuk membuktikan eksperimen yang
dikehendaki.
5. Efek diazepam merupakan hasil kerja pada sistem saraf pusat dengan efek
utama sedativa, pengurangan terhadap rangsangan emosi atau ansietas,
relaksasi otot, dan antikonvulsi.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1990, Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Ansel, H,C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia, .
Jakarta
Harison, 2008, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: ECG.
Katzung, Bertram G, 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.

Singagerda, Linda Kirana, 2009, Hewan Uji Dalam Eksperimen Farmakologi.


Bandung: ITB press.

Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan

Efek-Efek Sampingnya Edisi kelima, Jakarta, PT Elex


Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Semarang, 8 Mei 2017
Dosen Pengampu Praktikan

(Cicilia Dian K.)

(Bunga Arya P.)

(Ida Sari Dewi)

(Sintya Arianti)

(Yuli Efitasari)

Anda mungkin juga menyukai