Disusun oleh:
2017
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal cara dan rute pemberian obat secara peroral.
2. Mahasiswa mampu memahami konsekuensi praktis dari pengaruh rute
pemberian obat secara peroral.
3. Mahasiswa mampu mengenal manifestasi berbagai efek obat diazepam yang
diberikan.
Struktur dan fungsi gen pada mencit dan manusia biasanya serupa, dan
penelitian-penelitian pada mencit dapat memberikan pemahaman mengenai
penyakit pada manusia (Harison, 2008 ). Karakteristik utama mencit adalah dalam
laboratorium mudah ditangani, bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul
dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif
pada malam hari, kehadiran manusia akan menghambat mencit, suhu tubuh normal
(37,8oC). Laju respirasi normal 163 tiap menit (Singagerda, 2009).
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal
(dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular,
subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang
berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena,
intra-arteri, intraspinal dan intrasereberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat
langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor
site). Cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat
melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan
aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses
penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan
pengobatan ( Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Bahan :
1. Diazepam
2. Aquadest
3. CMC Na
Hewan Percobaan : Mecit Jantan
Obat : Diazepam
Dosis Diazepam : 0,12-0,8 mg/kg BB/hari diberikan tiap 6-8 jam (DIH, 2009)
Volume Maksimal = 1 ml
IV. CARA KERJA
4. Diam, tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba.
Dosis Diazepam sebagai sedative, oral : 0,12-0,8 mg/kg/hari diberikan 6-8 jam
(DIH, 2009 ed.19)
C = 0,052 mg
0,5 mL
C = 0,104 mg/mL
= 0,1 mg/mL x 50 mg = 5 mg
= 0,5 x 50 mL = 0,25 g
100
Aquadest panas untuk pelarut = (1-10) x 0,25 g = 0,25 ml = 2,5 ml
Yang digunakan ± 2,5 mL
Volume Pemberian Pada Mencit Jantan
I Mencit 1 : 30,31 g
II Mencit 2 : 29,20 g
III Mencit 3 : 31,84 g
IV Mencit 4 : 27,77 g
V Mencit 5 : 31,00 g
I. Mencit 1
D x BB = C x Vp
0,026 mg x 30,31 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,0394 mg = 0,1 mg/mL x Vp
0,0394 mg = Vp
0,1 mg/mL
0,394 mL = Vp
0,394 mL x 80 = 31,52 unit
II. Mencit 2
D x BB = C x Vp
0,026 mg x 29,20 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,0379 mg = 0,1 mg/mL x Vp
0,0379 mg = Vp
0,1 mg/mL
0,379 mL = Vp
0,379 mL x 80 = 30,32 unit
III. Mencit 3
D x BB = C x Vp
0,026 mg x 31,84 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,0413 mg = 0,1 mg/mL x Vp
0,0413 mg = Vp
0,1 mg/mL
0,413 mL =Vp
0,413 mL x 80 = 33,04 unit
V. Mencit 5
D x BB = C x Vp
0,026 mg x 31,00 g = 0,1 mg/mL x Vp
20 g
0,0403 mg = 0,1 mg/mL x Vp
0,0403 mg = Vp
0,1 mg/mL
0,403 mL = Vp
0,403 mL x 80 = 32,24 unit
VI. PEMBAHASAN
Keterangan:
Di dalam tubuh, obat per oral akan membutuhkan waktu tertentu untuk
mencapai onset. Obat yang diberikan per oral akan mengalami proses adsorbsi dan
beberapa jenis obat akan mengalami first pass effect (efek lintas pertama obat)
sehingga kadar obat di dalam darah menjadi berkurang. First pass effect adalah
fenomena metabolisme obat di mana konsentrasi obat berkurang secara besar
sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Obat yang hilang selama absorpsi ini
terutama karena pengaruh dinding usus dan liver (hati).
VII. KESIMPULAN
1. Sebelum melakukan penyuntikan oral pada mencit, sebaiknya mencit berada
dalam kondisi tidak stres. Mencit yang mengalami perlakuan buruk sebelum
percobaan dimulai terlihat lebih agresif dan menyulitkan ketika akan disuntik.
2. Praktikan harus menguasai dan memahami cara menyuntik mencit dengan benar
sehingga proses pemberian obat dengan jarum oral bisa berlangsung dalam
waktu yang singkat (supaya saat melakukan penyuntikkan tidak menyakiti
hewan uji).
3. Faktor penentu dalam proses absorbsi obat secara per oral adalah bentuk sediaan
dan cara pemberiannya. Hal ini terkait efek biologis seperti absorpsi, kecepatan
absorpsi, bioavailabilitas, onset, durasi, dan dosis. Pemberian per oral
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai onset. Sediaan berbentuk cair
juga akan mencapai onset lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 11, diterjemahkan oleh
staf.
Singagerda, Linda Kirana, 2009, Hewan Uji Dalam Eksperimen Farmakologi. ITB
press, Bandung.
Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
(Sintya Arianti)
(Yuli Efitasari)