Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI


PERCOBAAN 2
METABOLISME OBAT

Disusun oleh:
Nama : Evangeline Keisha Annabel
NIM : 208114056
Hari Praktikum : Senin, 13 September 2021
Golongan/ Kelompok : B/ Kelompok 3
PJ Laporan : Chrispinus Lingga Chondro Saputro

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PERCOBAAN 2

METABOLISME OBAT

I. Tujuan Praktikum
Memahami mekanisme metabolisme obat dan pengaruh beberapa
senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur
efek farmakologinya.

II. Alat dan Bahan


a) Alat
1. Spuit injeksi
2. Spuit oral
3. Stopwatch
b) Bahan
1. Fenobarbital (80 mg/kg BB, i.p., dosis mencit q24 jam, untuk 3
hari)
2. Simetidin (80 mg/kg BB, p.o., dosis mencit 1 jam sebelum
pemberian pentaorbital
3. Mencit

III. Langkah Kerja


Pada setiap kelompok, sebanyak 9 ekor mencit dibagi ke dalam 3
kelompok

Kelompok I sebagai kontrol diberikan fenorbarbital tanpa praperlakuan
secara intraperitonial

Kelompok II sebagai inhibisi enzim diberikan praperlakuan
fenobarbital selama 3 hari berturut-turut setiap 24 jam secara
intraperitonial.

Kelompok III sebagai inhibisi enzim diberikan praperlakuan simetidin
1 X 1 jam sebelum fenorbarbital secara peroral.

Fenorbarbital diberikan kepada semua mencit dalam e kelompok
sesuai berat badannya.

Pencatatan data dilakukan waktu mencit pertama kali kehilangan
refleks balik badan (righting reflect) dan waktu kembalinya reflex

Sesudah data terkumpul, durasi fenobarbital dihitung berdasarkan data
refleks balik badan

*Pemberian praperlakuan fenorbital secara intra peritoneal


Mencit ditimbang dan dihitung volume pemberian obat.

Pemberian obat secara intraperitonial diberikan secara diluar usus.

Penyuntikan dilakuakan pada perut sebelah kanan garis tengah dan
diperhatikan tidak terlalu tinggi agar tidak mengenai kati dan kandung
kemih.

Mencit dipegang pada punggung supaya kulit abdomen menjadi
tegang, saat penyuntikan posisi kepalanya lebih rendah dari abdomen.

Jarum disuntikkan membentuk sudut 10o menembus kulit dan otot
masuk ke rongga.

Jarum disuntikkan dan ditarik secara perlahan, waktu mencit pertama
kali kehilangan refluks badan dan waktu kembalinya refluks dicatat.
(Radji, 2006)
* Pemberian praperlakuan simetidin secara peroral
Mencit ditimbang dan dihitung volume pemberian obat.

Kranula yang digunakan berujung tumpul dan berbentuk bola.

Kranula dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan dengan
diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai esofagus.

Selanjutnya jarum ditarik secara perlahan dan dilakukan pencatatan
waktu mencit pertama kali kehilangan refluks badan serta waktu
kembalinya refluks tersebut
(Raharja, 2007)
IV. Data Percobaan
a. Perhitungan Volume Pemberian Obat
Konsentrasi Fenobarbital : 0,6% b/v
Dosis : 80 mg/kg BB
Data BB mencit :
Kontrol : 27,06 gram
Induksi : 26,07 gram
Inhibisi : 24,22 gram
1) Kontrol
- Diketahui :
Berat mencit (BB) = 27,06 g = 0,02706 kg
Dosis (D) = 80 mg⁄kgBB
Konsentrasi (C) = 0,6% b/v = 0,6 g/(100 ml)
= ( 600mg)⁄(100 ml)
- Ditanya :
Volume Pemberian (V) = ...?
- Jawab :
D × BB= C × V
80 mg⁄kg × 0,02706 kg = ( 600mg)⁄(100 ml) × V
2,1648 mg = 6 mg⁄ml × V
V = 0,3608 ml
V = 0,36 ml (Fenobarbital)

2) Induksi
- Diketahui :
Berat mencit (BB) = 27,06 g = 0,02607 kg
Dosis (D) = 80 mg⁄kgBB
Konsentrasi (C) = 0,6% b/v = 0,6 g/(100 ml)
= ( 600mg)⁄(100 ml)
- Ditanya :
Volume Pemberian (V) = ...?
- Jawab :
D × BB= C × V
80 mg⁄kg × 0,02607 kg = ( 600mg)⁄(100 ml) × V
2, 0856 mg = 6 mg⁄ml × V
V = 0,3476 ml
V = 0,35 ml (Fenobarbital)

3) Inhibisi
a) Fenobarbital
- Diketahui :
Berat mencit (BB)= 24,22 g = 0,02422 kg
Dosis (D) = 80 mg⁄kgBB
Konsentrasi (C) = 0,6% b/v = 0,6 g/(100 ml)
= ( 600mg)⁄(100 ml)
- Ditanya :
Volume Pemberian (V) = ...?
- Jawab :
D × BB= C × V
80 mg⁄kg × 0,02422 kg = ( 600mg)⁄(100 ml) × V
1,9376 mg = 6 mg⁄ml × V
V = 0,3229 ml
V = 0,32 ml (Fenobarbital)

b) Simetidin
- Diketahui :
Berat mencit (BB)= 24,22 g = 0,02422 kg
Dosis (D) = 80 mg⁄kgBB
Konsentrasi (C) = 0,6% b/v = 0,6 g/(100 ml)
= ( 600mg)⁄(100 ml)
- Ditanya :
Volume Pemberian (V) = ...?
- Jawab :
D × BB= C × V
80 mg⁄kg × 0,02422 kg = ( 600mg)⁄(100 ml) × V
1,9376 mg = 6 mg⁄ml × V
V = 0,3229 ml
V = 0,32 ml (Simetidin)

b. Data Tabel
Kelompok Onset Onset (X ± Durasi Durasi (X
(menit) SD) (menit) ± SD)

Kontrol 17 33
X = 17,33 X = 32,67
17 32
SD = 0,58 SD = 0,58
18 33

Induksi 17 X = 17,33 25 X = 24,67

18 SD = 0,58 25 SD = 0,58
117 24

Inhibisi 19 43
X = 17,33 X = 42,67
17 42
SD = 1,53 SD = 0,58
16 43

V. Pembahasan
1. Tujuan praktikum pada hari ini yaitu mahasiswa dapat memahami
mekanisme metabolisme obat dan pengaruh beberapa senyawa
kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek
farmakologinya.Pengertian metabolisme, termasuk fase-fase
metabolisme, pengaruh metabolisme terhadap durasi obat

2. Metabolisme adalah perubahan biokimia atau kimia yang terjadi di


dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Perbedaan metabolisme
dengan biotransformasi yaitu metabolisme untuk senyawa endogen,
sedangkan biotransformasi untuk senyawa eksogen (Syahrani,
2014). Reaksi metabolisme dibagi menjadi 2 yakni:
1) Reaksi fase 1 bertujuan mengubah molekul obat menjadi lebih
polar dengan penambahan gugus yang polar seperti OH atau NH2
sehingga metabolit akan lebih mudah dieksresikan dengan
ginjal, mengingat sifat air pada tubuh manusia adalah polar. Pada
reaksi fase ini melibatkan reaksi oksidasi, adisi, atau hidrolisis
(Winadiatri, 2019).
2) Reaksi fase 2 merupakan reaksi sintetik atau konjugasi dilakukan
jika hasil metabolit fase 1 kurang polar. Dengan reaksi fase 2
dilakukan reaksi lanjutan dengan substrat endogen, hasilnya
produk senyawa yang polar dan lebih inaktif dibandingkan obat
yang belum memasukki fase ini, sehingga dapat dibawa oleh
cairan tubuh yang sifatnya polar (Winadiatri, 2019).
3. Metabolisme phenobarbital dan cimetidine
- Metabolisme Fenobarbital dilakukan oleh enzim sitokrom P-
450 terutama CYP 3A4. Fenobarbital akan menginduksi
obatnya dan enzim akan meningkat sehingga metabolit obatnya
banyak. Fenobarbital yang termasuk Parentdrug ini akan
dimetabolisme oleh CYP 3A4 dan menjadi bentuk inaktifnya.
Induksi enzim oleh fenobarbital berikatan pada reseptor-
reseptor pada nucleus sehingga menyebabkan reseptor tersebut
aktif dan membuka region-region DNA yang nantinya akan bisa
ditranskripsikan menjadi mRNA mengkode protein-protein
penyusun enzim CYP tertentu.
- Mekanisme Simetidin, dimetabolisme di hati dan berikatan
dengan sitokrom P450 secara reversibel sehingga dapat
menghambat metabolisme obat-obat lain yang juga berikatan
dengan reseptor sama, Umumnya mengganggu fase I
metabolisme akibatnya kadar obat tersebut dapat meningkat
dalam darah. Simetidin bersifat antagonis reseptor H2 dapat
menjadi inhibitor terutama pada fenobarbital simetidin akan
menempel di sisi aktif enzim CYP 3A4 maka enzim yang akan
memetabolisme fenobarbital akan lebih sedikit dan durasinya
akan lebih lama. Inhibisi enzim oleh simetidin dimulai dengan
pembentukan kompleks dengan enzim CYP sehingga sisi
aktifnya akan ditutupi dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat.
Pengaruh inhibisi agar kadar obat dalam darah menjadi tinggi
sehingga durasi obat semakin lama (karena dapat menjadi
toksik). Simetidin yang merupakan parentdrug ini akan
dimetabolisme oleh CYP 3A4 dan menjadi bentuk aktifnya.
(Tomia, 2011).
4. Indikator yang digunakan di praktikum adalah refleks balik badan.
Fenobarbital memiliki efek sedative, maka saat mencit sudah dalam
posisi terlentang, obat ini akan bekerja dengan onset sudah habis
dan durasi dimulai. Lalu indikator lain yang dicek adalah durasi
dimana mencit mampu membalikkan badannya kembali dan durasi
waktu tidur yaitu lamanya efek obat bekerja (Widyaningrum, 2018).

5. Fenobarbital adalah obat yang dapat menginduksi dan juga bisa


memetabolisme diri sendiri. Obat ini merupakan golongan
barbiturate yang memiliki bersifat sedative dan berefek utama pada
sistem saraf pusat. Fenobarbital berdampak pada keinginan tidur dan
bisa menenangkan. Pemberian yang terus menerus dapat
meningkatkan jumlah enzim yang memetabolisme obat ini (Jim,
2013).

6. Mekanisme fenobarbital dan cimetidine


- Mekanisme kerja pada fenobarbital adalah dengan berikatan
pada reseptor GABA. Lalu, akan memperkuat ikatan GABA
dengan reseptornya, sehingga nantinya menyebabkan kanal ion
klorida yang merupakan reseptor kelas 1. Akan terjadi
perubahan konformasi alosterik pada kompleks reseptor,
sehingga setelah serangan pada transmitter inhibitorik GABA,
kanal klorida pada reseptor akan terbuka lebih lama sehingga
arus masuk ion klorida lebih banyak. Lalu terjadi hiperpolarisasi
dan pengurangan sensitivitas sel-sel saraf yang menyebabkan
efek sedasi.
- Mekanisme Simetidin dimetabolisme di hati dan berikatan
dengan sitokrom P450 secara reversibel sehingga dapat
menghambat metabolisme obat-obat lain yang juga berikatan
dengan reseptor sama, umumnya mengganggu fase I
metabolisme akibatnya kadar obat tersebut dapat meningkat
dalam darah.
(Cho, 2018).

7. Pembahasan data

Rata-Rata Waktu Onset dan Durasi


Metabolisme Obat
50

40

30

20

10

0
Kontrol Induksi Inhibisi

Mean Onset Mean Durasi

Pada praktikum kali ini didapatkan hasil baik dari onset


maupun dari durasi sesuai dengan teori. Berdasarkan hasil data
praktikum onset baik kontrol, induksi, dan inhibisi sama, karena obat
fenobarbital diinjeksikan secara intraperitonial (ketiganya dengan
metode yang sama ) dan dosis obat yang digunakan sama (Ervan,
2015).
Pada saat mencit diam terlentang, onset obat mulai hilang dan
durasi obat dimulai. Berdasarkan tabel di atas, rata-rata durasi yang
paling lama yaitu kelompok inhibisi > kontrol > induksi. Dengan hal
ini dapat dinyatakan bahwa mencit pada kelompok inhibisi
fenobarbital yang dimetabolisme oleh enzim hasilnya sangat sedikit.
Sehingga metabolit yang aktif masih banyak dan durasinya panjang
mengingat adanya pesaing enzim dari simetidin. Sedangkan untuk
kelompok kontrol, rata-rata durasinya adalah 32,67 menit. Hal ini
dapat diartikan bahwa perbandingan zat aktif dan zat inaktif dari
metabolism obat sama. Sehingga durasinya lebih rendah daripada
kelompok inhibitor. Pada kelompok induksi, durasinya sangat cepat
karena adanya induksi enzim yang bertujuan menaikkan jumlah
enzim dan terjadi peningkatan metabolism obat menjadi tidak aktif.
Hal ini mengakibatkan zat aktif fenobarbital lebih sedikit daripada
hasil metabolitnya, sehingga hasil durasi kerja obat lebih rendah dari
kelompok inhibisi dan kontrol.
Menurut literatur durasi kerja obat yang mengalami proses
metabolisme, jika sebagai kelompok induktor akan lebih lama
durasinya daripada kontrol. Kelompok kontrol akan lebih lama
dibandingkan kelompok induktor (Rusmawijaya, 2011). Menurut
diagram diatas, durasi rata-rata hasil percobaan dari yang lebih lama
ke lebih cepat yaitu kelompok inhibisi > kelompok kontrol >
kelompok induksi. Oleh karena itu percobaan ini sudah benar karena
sesuai dengan teori..

8. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan teori,


bisa disebabkan oleh berbagai macam hal dikarenakan setiap mencit
memiliki gen yang berbeda. Setiap gen ini berpengaruh terhadap ciri
dan sifat makhluk hidup berdasarkan informasi genetiknya, seperti
proses metabolisme obat yang memakan waktu berbeda-beda. Selain
itu ketidaksesuaian juga dapat disebabkan oleh kekeliruan yang
dilakukan oleh peneliti, seperti keliru dalam menghitung waktu dan
karena keberagaman hasil pengamatan setiap orang yang bisa
berbeda-beda akibat faktor subjektivitas (Ervan, 2015).
9. Kurva Jendela Terapeutik

Efek toksik
Y KTM
Konsentrasi Efek
terapi Jendela
terapi
KEM

Induksi Kontrol inhibisi X


Waktu
Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa onset obat pada semua
perlakuan memiliki waktu yang sama, yaitu pada menit ke 17,33.
Namun durasi yang diberikan oleh masing-masing obat berbeda.
Kelompok induksi memberikan durasi yang paling cepat (singkat),
diikuti oleh kelompok kontrol, dan kemudian kelompok inhibisi
yang memberikan waktu durasi paling lama. Kelompok inhibisi
memberikan durasi yang paling lama, tetapi dapat dilihat pada
grafiknya hampir mencapai efek toksik karena tidak semua senyawa
obat dimetabolisme sehingga jumlah free drug yang ada di dalam
tubuh mencit masih banyak jumlahnya sehingga dapat memberikan
durasi yang paling lama.

10. Interaksi simetidine dan fenobarbital


Interaksi antara simetidin dengan fenobarbital adalah Fenobarbital
akan menurunkan tingkat kadar atau efek dari cimetidine dengan
mempengaruhi metabolisme enzim CYP2C19 di hati (Medscape,
2021).

VI. Kesimpulan
Metabolisme obat merupakan perubahan kimia zat aktif oleh suatu
enzim menjadi metabolit inaktif. Simetidin merupakan inhibitor yang
memblok sisi aktif enzim sehingga zat aktif jumlahnya banyak dan
durasinya lama. Fenobarbital merupakan induksi enzim yang
menaikkan produk metabolitnya sehingga durasi kerja obat menjadi
cepat.
Berdasarkan pengamatan yang ada, pemberian induktor enzim
(fenobarbital) pada mencit uji dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme dari obat tersebut sehingga efek yang ditimbulkan oleh
obat tersebut cepat hilang. Sementara pada pemberian inhibisi enzim
(simetidin) pada mencit uji menghambat metabolisme dari obat.
Praktikum ini mengamati refleks mencit yang disebabkan oleh
fenobarbital yang menyebabkan kantuk pada mencit. Apabila efek dari
obat itu habis maka mencit akan kembali keposisi semula atau ditandai
dengan mencit yang mulai mampu menapakkan kakinya. Pada pratikum
kali ini disimpulkan bahwa rata-rata waktu onset yang didapat dari
setiap kelompok adalah sama, sedangkan durasi yang diperoleh yaitu
inhibisi > kontrol > induksi. Berdasarkan teori onset sama karena rute
cara pemberian nya sama yaitu dengan cara i.p sedangkan pada durasi
yang paling lama yaitu inhibisi > kontrol > induksi sehingga hasil yang
diperoleh untuk onset dan durasi pada praktikum sesuai dengan teori.
Daftar Pustaka
Cho, S., Yoon, Y.R., 2018. Understanding The Pharmacokinetics of
Prodrug and Metabolite, Transl Clin Pharmacol, vol. 26, 30-35.
Ervan, D. S. , 2015. Deteksi Risiko Penderita Buta Warna Menurun
Berbasis Pohon Keluarga Dengan Algoritma Genetika. Techno
COM, 14(2), 145-150.
Jim, E. L., 2013. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal Biomedik JBM, 5(3),
149-157.
Medscape, 2021, Phenobarbital, https://reference.medscape.com/drug/
tagamet-phenobarbital-341984#3, diakses tanggal 14
September, 2021
Radji, M., 2006., Buku Ajar Analisis Hayati. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, pp 64.
Raharja, K., 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. PT. Elex Media Kompatindo, Jakarta, pp. 18-
19.
Rusmawijaya, T., 2011. Rute Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Mencit, Laporan Penelitian, Akademi Farmasi, Semarang.
Tomia, A., 2011. Pengaruh auksin terhadap induksi virus pada gugur
daun tanaman cabai. Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan, 4(1),
65-68.
Winadiatri, H., 2019. Metabolisme Obat Pada Penyakit Kardiovaskuler.
E-journal Unizar, 4(2), 1-4.

Anda mungkin juga menyukai