Anda di halaman 1dari 10

FARMASI-TOKSIKOLOGI :

UJI EFEKTIVITAS ANALGETIK

DOSEN PENGAMPU :
Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt

KELOMPOK 3 :
1. Farid Pinanggito (25195990A)
2. Farida Tri Wardani (25195991A)
3. Maria Monika Jelau (25195992A)
4. Intan Sri Anggarasih (25195993A)
5. Sevilla Elza Azzahra (25195994A)

TEORI :
5

FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
A. DASAR TEORI

Nyeri dan demam banyak dialami oleh semua orang dari segala usia dan disebabkan
oleh banyak hal. Nyeri adalah pengalaman yang menyakitkan secara sensorik dan
emosional yang dapat menyebabkan jaringan rusak atau jaringan yang cenderung rusak
Merskey (1986). Menurut Widyastuti (2009) nyeri merupakan perasaan subjektif setiap
individu dengan ambang toleransi nyeri yang berbeda-beda bagi setiap orang (Widiastuti,
2009). Rasa nyeri dapat di bagi menjadi dua rasa nyeri utama, yaitu rasa nyeri cepat dan
rasa nyeri lambat. Bila di berikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri cepat timbul dalam
waktu kira-kira 0,1 detik, sedangkan rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih
dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadangkala bahkan
beberapa menit (Guyton dan Hall, 1996).

Senyawa yang berkhasiat untuk mengatasi masalah nyeri antara lain analgetik-
antipiretik. Analgetik adalah senyawa yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sementara itu, antipiretik adalah senyawa yang
dapat menurunkan demam (suhu tubuh tinggi) (Tjay dan Rahardja, 2008).Salah satu obat
analgetik yang lazim di temukan di masyarakat adalah Parasetamol. Parasetamol
(asetaminofen) telah ditemukan sebagai obat analgesik yang efektif lebih dari satu abad
yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga sekarang para ahli tidak berhenti untuk
meneliti mekanisme kerja dari obat tersebut. Parasetamol adalah sangat populer di
masyarakat luas sebagai analgetik-antipiretik.

Selain obat sintesis, ada juga bahan alam yang bisa menjadi alternatif sebagai
analgetik-antipiretik seperti obat tradisional Ada beberapa obat tradisional yang dapat
digunakan sebagai analgetik yaitu ekstrak daun Sambiloto. Tumbuhan sambiloto
mempunyai rasa pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan usus kecil.
Mempunyai efek antibakteri, menghambat reaksi imunitas, penghilang nyeri (analgetik),
pereda demam (antipiretik), menghilangkan panas dalam, penawar racun (Muhlisah,
2000). Kandungan kimia yang terdapat pada herba sambiloto antara lain lakton, tannin,
saponin, dan flavonoid. Senyawa aktif dalam herba sambiloto yang palingdominan adalah
andrografolid (zat pahit). Andrografolid ini termasuk dalam jenis lakton dan banyak
terdapat pada bagian daun sambiloto. Andrografolid ini memberikan berbagai macam
khasiat, salah satunya adalah sebagai analgetik (Mahendra, 2005).
B. ALAT DAN BAHAN

 Alat
1. Spuit injeksi (0,1-1ml)
2. Jarum oral (ujung tumpul)
3. Beaker glass
4. Stop watch
5. Rebusan/ekstrak daun sambiloto berefek analgetik 0,5%
 Bahan
1. Hewan uji (mencit)
2. Larutan CMC Na 1% peroral
3. Suspensi asam mefenamat 0,5% dalam CMC 1% dosis 7,14 mg/kgBB
(dosis manusia)
4. Suspensi parasetamol 1% dalam CMC 1 % dosis 7,14 mg/KgBB (dosis
manusia)
5. Larutan steril asam asetat 1%

C. CARA KERJA

Setiap kelompok mendapat 5 mencit

1. Mencit I (kontrol), diberi larutan CMC 1% p.o.


2. Mencit II, diberi suspensi asam mefenamat p.o.
3. Mencit III diberi suspensi parasetamol p.o.
4. Mencit IV diberi bahan alam dosis 1 p.o
5. Mencit V diberi bahan alam dosis 2 p.o

Setelah 15 menit kemudian, seluruh mencit


disuntik asam asetat 75 mg/kg BB i.p.

Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang


dan kaki ditarik ke belakang). Catat jumlah kumulatif geliat yang
timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit.

Buat kurva mean kum geliat masing-masing


perlakuan vs t (menit).
Hitung persen daya analgetik dengan rumus :
% daya analgetik = 100 - (O/K x 100),

Bandingkan daya analgetik parasetamol


dan asam mefenamat dengan bahan alam

D. PERHITUNGAN DOSIS

a) Perhitungan Dosis
1. CMC Na 0,5 ml/20g BB Mencit
Faktor konversi :
- Mencit BB 19 gram : 19 x 1 = 19 gram
- Mencit CC 18 gram : 18 x 1 = 18 gram
Volume Pemberian :
- Mencit BB 19 gram : 19 x 0,5 ml = 0,475 ml
20
- Mencit BB 18 gram : 18 x 0,5 ml = 0,45 ml
20
2. Asam mefenamat 7,14 mg/kg BB Manusia ; Konsentrasi 0,5%
7,14/1kg BB Manusia = 7,14 x 70 = 499,8 mg/Kg 70 BB Manusia
Faktor konversi : 499,8mg x 0,0026 = 1,299 mg  1,30 mg
Volume pemberian : 1,30 mg x 100 ml = 0,26 ml
500 mg
a. BB Mencit 20 gram
Dosis = 1,30 mg
Volume = 0,26 ml
b. BB Mencit 21 gram
Dosis = 21 gram x 1,30 mg = 1,365 mg  1,4 mg
20 gram
Volume = 1,4 mg x 100 ml = 0,28 ml
500 mg
3. Parasetamol 7,14 mg/kg BB Manusia ; Konsentrasi 1%
7,14/1kg BB Manusia = 7,14 x 70 = 499,8 mg/Kg 70 BB Manusia
Faktor konversi : 499,8mg x 0,0026 = 1,299 mg  1,30 mg
Volume pemberian : 1,30 mg x 100 ml = 0,13 ml
1000 mg
a. BB Mencit 20 gram
Dosis = 1,30 mg
Volume = 0,13 mg
b. BB Mencit 21 gram
Dosis = 21 gram x 1,30 mg = 1,365 mg  1,4 mg
20 gram
Volume = 1,4 mg x 100 ml = 0,14 ml
1000 mg
c. BB Mencit 22 gram
Dosis = 22 gram x 1,30 mg = 0,143 mg
20 gram
Volume = 1,43 mg x 100 ml = 0,143 ml
1000 mg
4. Daun sambiloto 13 mg/kg BB Mencit ; Konsentrasi 0,5%
13 mg/1 gram BB Mencit = 13 mg x 20 = 260 gram = 0,26 mg/20 gram BB Mencit
a. BB Mencit 22 gram
Dosis = 22 gram x 0,26 mg = 0,286 mg
20 gram
Volume = 0,286 mg x 100 ml = 0,0572 ml
500 mg
b. BB Mencit 21 gram
Dosis = 21 gram x 0,26 mg = 0,273 mg
20 gram
Volume = 0,273 mg x 100 ml = 0,0546 ml
500 mg
5. Daun sambiloto 26 mg/kg BB Mencit ; Konsentrasi 0,5%
a. BB Mencit 22 gram
Dosis = 22 gram x 0,52 mg = 0,572 mg
20 gram
Volume = 0,572 mg x 100 ml = 0,1144 ml
500 mg
b. BB Mencit 23 gram
Dosis = 23 gram x 0,52 mg = 0,598 mg
20 gram
Volume = 0,598 mg x 100 ml = 0,1196 ml
500 mg
c. BB Mencit 21 gram
Dosis = 21 gram x 0,52 mg = 0,546 mg
20 gram
Volume = 0,546 mg x 100 ml = 0,1092 ml
500 mg

b) Mean Jumlah Geliat


1. Kelompok I (Na CMC)
25+25+23+29+30+30+32+36+37++40+51 = 32,54
11
2. Kelompok II (Asam mefenamat)
20+20+20+19+19+15+15+10+9+9+8 = 14,90
11
3. Kelompok III (Parasetamol)
25+24+22+20+20+15+15+12+10+10+9 = 16,54
11
4. Kelompok IV (Daun sambiloto 13 mg/kg BB mencit)
24+23+22+20+20+20+19+19+17+16+15 = 19,54
11
5. Kelompok V (Daun sambiloto 26 mg/kg BB mencit)
22+20+19+19+19+18+17+17+16+15+15 = 17,90
11

c) Persen Daya Analgetik


14,90
1. Kelompok II = 100 - ( x 100) = 54,21%
32,54
16,54
2. Kelompok III = 100 - ( x 100) = 49,17%
32,54
19,54
3. Kelompok IV = 100 - ( x 100) = 39,95%
32,54
17,90
4. Kelompok V = 100 - ( x 100) = 44,99%
32,54

E. DATA YANG DIPEROLEH


a) Jumlah Geliat per Menit

Pada menit ke-


Kelompok 1 3 3 4 5
5 10 25 40 55 60
5 0 5 5 0
Kelompok I 2 2 3 3 3 3
25 29 32 40 51
(NaCMC) 5 3 0 0 6 7
Kelompok II
2 2 1 1 1
(asam 20 19 15 9 9 8
0 0 9 5 0
mefenamat)
Kelompok III 2 2 2 1 1 1
24 20 15 10 9
((parasetamol) 5 2 0 5 2 0
Kelompok IV
(ekstrak Daun
2 2 2 2 1 1
sambiloto 13 23 20 19 16 15
4 2 0 0 9 7
mg/kg BB
mencit)
Kelompok V
(ekstrak Daun
2 1 1 1 1 1
sambiloto 26 20 19 17 15 15
2 9 9 8 7 6
mg/kg BB
mencit)

b) Daya Persen Analgetik

No. Kelompok Daya Persen


1. Kelompok II (Asam mefenamat) 52,21 %
2. Kelompok III (Parasetamol) 49,17%
3. Kelompok IV (Ekstrak daun sambiloto 13 39,95%
mg/kg BB mencit)
4. Kelompok V (Ekstrak daun sambiloto 26 44,99%
mg/kg BB mencit)

F. ANALISA DATA

Dari perhitungan diatas persen daya analgetik pada obat asam mefenamat diperoleh
54,22%, sedangkan pada paracetamol memiliki daya analgetik 49,19%. Pada obat dari
bahan alam yaitu ekstrak daun sambiloto dengan dosis 26mg/kg BB Mencit memiliki daya
analgetik 39,96%, dan daya analgetik pada ekstrak daun Sambiloto dosis 13 mg/kg BB
Mencit yaitu 44, 9%.

Maka obat yang mempunyai efektivitas paling besar yaitu asam mefenamat, lalu
parasetamol dan diikuti dengan ekstrak daun Sambiloto. Dari hasil tersebut semakin besar
dosis obat semakin besar pula daya analgetiknya.

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami membahas tentang uji efektivitas analgetik dengan
menggunakan hewan uji, yaitu, mencit. Serta untuk pengujian efektivitas, digunakan obat
analgetik dan bahan alam. Obat analgetik yang digunakan adalah parasetamol, sedangkan
bahan alam yaitu menggunakan ekstrak daun sambiloto. Berikut hasil pembahasan kami.

Metode yang dipakai pada praktikum ini adalah metode rangsang kimia. Prinsip dari
metode ini yaitu melihat jumlah respon geliat pada hewan uji disebabkan oleh pemberian
induksi asam asetat secara intraperitonial. Asam asetat berperan sebagai penginduksi nyeri
karena dapat mengiritasi atau menimbulkan peradangan di mukosa peritonium dalam
waktu yang singkat. Setelah pemberian induksi asam asetat, terjadi penurunan geliat jika
diberikan analgesik.

Pada perhitungan daya persen analgetik didapatkan data, asam mefenamat dan
parasetamol masing-masing secara berturut-turut adalah 54,21% dan 49,17%. Sedangkan
pada bahan alam, ekstrak daun sambiloto 26mg/kg BB Mencit mempunyai daya analgetik
39,95% dan memiliki jumlah geliat lebih sedikit daripada ekstrak daun sambiloto dengan
dosis 13mg/kg BB Mencit dengan daya analgetik 44,99%.

Hal diatas mengartikan bahwa, besar dosis yang diberikan maka sebanding dengan
kemampuan ekstrak tersebut untuk menekan jumlah geliat atau semakin besar dosis yang
diberikan maka semakin besar pula efek analgetik yang muncul.

Sehingga, antara obat analgetik dan bahan alam, dapat disimpulkan bahwa yang
mempunyai efek analgetik yang paling besar adalah obat analgetik.

H. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan obat yang mempunyai efektivitas paling besar yaitu asam
mefenamat, lalu parasetamol dan diikuti dengan ekstrak daun sambiloto. Dari hasil
tersebut, semakin besar dosis obat semakin besar pula daya analgetiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Zulizar, A.A. 2013. PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP


KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS
WISTAR JANTAN.Jurnal Media Medika
Muda.Semarang:UNDIP.http://eprints.undip.ac.id/43715/. Diakses 19 Oktober 2020

Puspitaningrum, I. Rininingsih, U. Wulan, H. 2015. Uji Efek Analgetik Antipiretik Ekstrak


Etanol Alfalfa (Medicago sativa) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Prosiding
Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine. Semarang :
Universitas Wahid Hasyim
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Farmasi/article/view/1347. Diakses
19 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai