Anda di halaman 1dari 14

Lembar Evaluasi Praktikum Anti Inflamasi

Nama : Atikah Qanitah Helmi

NIM : 1913016109

Kelas : C 2019

Mata Kuliah : Pratikum Farmakologi

Dosen Pengampu : Vita Olivia Siregar, S.Farm.,

ALAT DAN BAHAN


1. Asam mefenamat dalam Na CMC 1 %
2. Natrium diklofenak dalam Na CMC 1%
3. Sediaan Uji
4. Ekstrak uji
5. Karagenan
6. Tikus jantan 200-300 g / wistar
7. Pletismometer
8. Alat suntik (± 1 ml)

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan, masing-masing tikus dikelompokkan dan ditimbang
berat badannya, kemudian diberikan tanda pengenal untuk setiap tikus dalam
kelompok.
2. Dengan bantuan spidol berikan tanda batas pada kaki belakang kiri untuk setiap
tikus agar pemasukan kaki kedalam air raksa setiap kali selalu sama.
3. Pada tahap pendahuluan, volume kaki tikus diukur dan dinyatakan sebagai
volume dasar untuk setiap tikus. Pada setiap kali pengukuran volume supaya
diperiksa tinggi cairan pada alat dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran,
usahakan jangan sampai ada air raksa yang tumpah.
4. Pemberian dimulai untuk untuk kelompok yang diberi obat secara oral; tikus
kontrol hanya diberikan larutan gom.Pada menit ke-25 disuntikkan larutan
karagenan pada telapak kaki kiri tikus, dan untuk semuanya diberikan volume
0.05 mL.
5. Satu jam kemudian volume kaki yang disuntikkan karagenan diukur pada alat
dan dicatat. Lakukan pengukuran yang sama setiap 1 jam, 1,5 jam; 2 jam ; 2,5
jam ; 3 jamCatat perbedaan volume kaki untuk setiap jam pengukuran.
6. Hasil pengamatan dimuat dalam tabel untuk setiap kelompok. Tabel harus
memuat presentase kenaikan volume kaki setiap jam untuk masing-masing tikus.
Perhitungan presentase kenaikan volume kaki dilakukan dengan membandingkan
terhadap volume dasar sebelum penyuntikan karagenan.
7. Selanjutnya untuk tiap-tiap kelompok dihitung presentase rata-rata dan
bandingkan persentase yang diperoleh kelompok yang diberi obat terhadap
kelompok kontrol pada jam yang sama.Perhitungan dilakukan untuk pengukuran
setelah 1 jam, 2 jam, 3 jam dan setelah penyuntikan karagenan.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :


��−��
% ������ = ��
X 100%

% Inhibisi Radang =
(%rata-rata kelompok kontrol) – (rata-rata kelompok obat) X 100 %
%rata-rata kelompok kontrol
HASIL PENGAMATAN

Nama obat : Asam mefenamat

Golongan obat : NSAID

Dosis pemberian : 500 mg 3 kali sehari, sebaiknya setelah makan, selama tidak
lebih dari 7 hari

Rute administrasi : Diberikan secara oral

Lama pengamatan : 180 Menit

Perhitungan dosis :

Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Perhitungan dosis pemberian asam mefenamat pada tikus 300 gram
Dosis untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk tikus 200 gram = 500 mg x 0,018
= 9 mg
300 �
Untuk tikus BB 300 gram = 200 � x 9 mg

= 13,5 mg
Nama obat : Piroxicam

Golongan obat : NSAID

Dosis pemberian : Dosis awal 20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan


pada umumnya 20 mg sehari atau jika diperlukan dapat
diberikan 10 mg - 30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi.

Rute administrasi : Diberikan secara oral

Lama pengamatan : 180 Menit

Perhitungan dosis :

Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Perhitungan dosis pemberian piroksikam pada tikus 300 gram
Dosis untuk manusia = 20 mg
Konversi dosis untuk tikus 200 gram = 20 mg x 0,018
= 0,36 mg
300 �
Untuk tikus dengan BB 300 gram = 200 � x 0,36 mg

= 0,54 mg
Nama obat : Natrium Diklofenak

Golongan obat : NSAID

Dosis pemberian : Oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah
makan. Injeksi intramuskular dalam ke dalam otot panggul,
untuk nyeri pascabedah dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali
sehari (pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian
maksimum 2 hari. Kolik ureter, 75 mg kemudian untuk 75 mg
lagi 30 menit berikutnya bila perlu. Infus intravena, Rektal
dengan supositoria, 75- 150 mg per hari dalam dosis terbagi.
Dosis maksimum sehari untuk setiap cara pemberian 150 mg.
Anak 1-12 tahun, juvenil artritis, oral atau rektal, 1-3 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi (25 mg tablet salut enterik, hanya
supositoria 12,5 mg dan 25 mg).

Rute administrasi : Diberikan secara oral, intramuskular, intravena, dan rektal.

Lama pengamatan : 180 Menit

Perhitungan dosis :

Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Perhitungan dosis pemberian natrium diklofenak pada tikus 300 gram
Dosis untuk manusia = 50 mg
Konversi dosis untuk tikus 200 gram = 50 mg x 0,018
= 0,9 mg
300 �
Untuk tikus dengan BB 300 gram = 200� x 0,9 mg

= 1,35 mg
Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok Volume Volume udem jam ke- % Radang
Awal
0.5 1 1,5 2 2,5 3 0.5 1 1.5 2 2.5 3
1 0.8 1.1 1.25 1.28 1.31 1.4 1.45 37.5 56.25 60 63.75 75 81.25
(Na cmc)
2 0.69 0.78 1.00 0.95 0.94 0.93 0.90 13.04 44.92 37.6 36.23 34.7 30.43
(Ekstrak Uji)
3 0.71 0.95 1.26 1.2 1.15 1.05 0.94 33.8 40.85 47.88 38.03 33.8 29.56
(As.
Mefenamat)
4 0.7 0.8 1.03 1.0 0.96 0.94 0.9 14.28 35.71 40 37.14 34.28 28.57
(Piroksikam)
5 0.81 0.96 1.14 1.1 0.95 0.9 0.86 18.5 35.8 16.04 13.58 7.4 1.23
(Na.
Diklofenak)

Kelompok % Inhibisi Radang

0.5 1 1,5 2 2,5 3

1 - - - - - -

(Na cmc)

2 65.23 20.12 37.20 43.5 53.62 62.54

(Ekstrak Uji)

3 9.8 27.38 20.2 40.34 54.93 63.62

(As. Mefenamat)

4 61.92 36.51 33.33 41.74 54.29 64.84

(Piroksikam)

5 50.67 36.36 73.26 78.7 90.12 98.48

(Na. Diklofenak)
PEMBAHASAN

Bahaslah sesuai dengan apa yang Anda amati dan hubungkanlah dengan teori yang
Anda peroleh dari literatur yang Anda baca
Praktikum kali ini mengenai pengaruh pemberian obat antiinflamasi pada
kondisi inflamasi hewan coba. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
dapat memahami daya antiinflamasi obat pada hewan coba dengan radang buatan.

Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang


memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi
dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup luka-luka fisik, infeksi,
panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum, 2005). Berdasarkan mekanisme
kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua golongan, yaitu obat antiinflamasi
golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid. Mekanisme kerja obat
antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja menghambat
pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera (Gunawan, 2007).

Mekanisme kerja dari obat anti inflamasi non steroid fokus pada
penghambatan isoenzim COX-1 atau cyclooxygenase-1 dan COX-2 atau
cyclooxygenase-2. Enzim ini berperan dalam mendorong proses pembentukan
prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Prostaglandin merupakan
molekul penting dalam proses mengantar pesan trauma menuju sensor otak dan
saraf pada proses inflamasi (radang). Dengan mengasup NSAID, dapat meredakan
rasa nyeri atau menjadi fungsi analgesik. Obat anti inflamasi non steroid juga dapat
bekerja sebagai anti piretik (untuk membantu mengatasi kenaikan suhu tubuh).
sedangkan Mekanisme kerja dari obat anti inflamasi steroid yaitu menghambat
enzim phospolipase A2 dehinggs tidak akan terbentuk asam arakidonat, dengan
begitu prostaglandin (COX-2) juga tidak akan terbentuk. Senyawa steroid adalah
senyawa golongan lipid yang memiliki struktur kimia tertentu yang memiliki tiga
cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana yang dihasilkan secara alami oleh
korteks adrenal tubuh yang dikenal dengan senyawa kortikosteroid (Isngadi, 2018).

Persen inhibisi radang menujukkan kemampuan dari setiap kelompok dalam


menghambat radang yang ditimbulkan akibat proses inflamasi. Berdasarkan
percobaan yang telah di lakukan diperoleh data hasil pengamatan, pada kelompok
ekstrak uji memiliki % inhibisi radang tertinggi pada 30 menit pertama dengan nilai
65.23 %. Selanjutnya terjadi penurunan kemampuan hambat 30 menit berikutnya,
lalu pada menit ke 90 mulai terjadi peningkatan daya hambat. Kemudian pada
kelompok uji Asam Mefenamat mengalami fluktuasi daya hambat. Dan daya
hambat paling tinggi terjadi pada menit ke-180. Pada Priroksikam mengalami daya
hambat paling tinggi pada menit ke-180 dengan nilai %inhibisi radang 64.84%.
Selanjutnya pada kelompok uji Natrium Diklofenak sempat mengalami penurunan
daya hambat pada 60 menit pertama, pada 30 menit berikutnya mengalami
peningkatan daya hambat.

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari
semua kelompok uji %inhibisi radang paling tinggi di miliki kelompok uji Natrium
Diklofenak pada menit ke-180 dengan nilai 98.48%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Natrium Diklofenak memiliki potensi sangat baik dalam menghambat
radang, dibanding dengan kelompok uji lain.
1. Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKU
2. Houglum, J.E., Harrelson, G.L., Leaver-Dunn, D., 2005. Principles of
Pharmacology for Athletic Trainers, Slack incorporated, United State, 143.
3. Isngadi, Siti Nadhira. 2018. Evaluasi Penggunaan obat NSAID Pada Pasie
Osteoarthritis Rawat Jalan Di RS TNI AD Robert Wolter. Malang : Universitas
Maulana Maliki Ibrahim.
JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT

1. Apakah yang dimaksud dengan inflamasi dan bagaimana cirinya ?

Jawab :

Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika
proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-
elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada
tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme
perlindungan tubuh untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya
pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.
Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi
adalah kemerahan (eritema), panas, pembengkakan (edema), nyeri dan hilangnya
fungsi.
(Kee dan Hayes, 1996)

Pustaka :

Kee, J.L. dan Hayes, E.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

2. Bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi ?


Jawab :

Proses inflamasi merupakan suatu proses yang komplek melibatkan berbagai


macam sel, misalnya dalam beberapa jam sel sel leukosit yang berfungsi sebagai
sel pertahanan tubuh menempel ke sel endotel pembuluh darah di daerah
inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan
yang disebut extravasasi. Keluarnya berbagai faktor plasma seperti
immunoglobulin, komplemen, sistem aktivasi kontak-koagulasi-fibrinolitik, sel-
sel leukosit seperti neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit yang berinteraksi
satu sama lain dalam proses inflamasi. Sel sistem imun nonspesifik seperti
neutrofil, basofil, eosinofil, dan monosit ini diproduksi dan disimpan di sumsum
tulang dan diedarkan di dalam darah. Pada keadaan normal, leukosit hanya sedikit
melekat pada sel endotel, tetapi pada inflamasi adhesi antara leukosit dan sel
endotel ini sangat ditingkatkan sehingga meningkatnya sel mediator inflamasi ke
dalam jaringan (Mansjoer, dkk. 1999).

Pustaka :

Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Univ Indonesia.

3. Apa saja yang dapat digunakan sebagai penginduksi inflamasi ?

Jawab :

Bahan yang dapat digunakan sebagai penginduksi antara lain :


a. Complete Freund’s Adjuvant
Complete Freund’s Adjuvant adalah emulsi air dalam minyak yang mengandung
Mycobacterium butyricum yang digunakan untuk meningkatkan antigen dan
menstimulasi respon imun yang lebih baik dibandingkan dengan antigen saja.
b. Karagen
Karagen adalah senyawa polisakarida yang berasal dari rumput laut Chrondus
cripus. Karagen diperoleh sebagai hasil ekstraksi karaginofit dangan air dan
larutan alkali. Proses ekstraksi karagen dilakukan melalui poses modifikasi
dengan alkali, filtrasi, presipitasi atau koagulasi dengan alkohol, pengeringan dan
terakhir penghancuran menjadi tepung karagen.
c. Albumin Putih Telur
Albumin merupakan jenis Protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai
kadar 60%. Manfaatnya untuk pembentukan jaringan sel baru. Albumin juga
berperan mengikat obat-obatan serta logam berat yang tidak mudah larut dalam
darah. Albumin adalah istilah untuk suatu jenis protein
yang larut dalam air. Albumin dapat ditemukan dalam putih telur dan darah
manusia. Secara teknis albumin putih telur dikenal sebagai ovalbumin.
d. Venomular
Venom merupakan zat yang diperoleh dari spesimen B.asper dewasa yang berada
di bagian Pacific Costa Rica dan hidup di kolam lebih dari 40 individu.
Pada kondisi dingin venom dapat bertahan pada suhu -200 C' Venom memediasi
enzim cyclooxygenase produksi eucosanoid lipooxygenase dan mengaktivasi alfa
I dan 2 reseptor adrenergik.
(Widysusanti, dkk. 2011)

Pustaka :

Widysusanti Abdulkadir, Dkk. 2011. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol


Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn.) Pada Tikus Putih Jantan
(Rattus Norvegicus). Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor 2.
Universitas Negeri Gorontalo.

4. Apakah yang dimaksud dengan SAID dan NSAID?


Jawab :

NSAID (Non SteroidalAnti Inflamation Drugs) dan SAID (SteroidalAnti


Inflamation Drugs) merupakan golongan obat antiinflamasi yang sering
digunakan untuk mengatasi inflamasi. Perbedaan dari keduanya adalah tujuan
digunakannya. Pada jenis SAID cenderung lebih dini untuk mencegah respon
nyeri pada tubuh sehingga cocok untuk jenis trauma atau kerusakan lebih berat.
Sedangkan Pada jenis NSAID sifatnya lebih dangkal dan cocok untuk jenis luka
dan trauma yang lebih ringan (Imananta,2019).

Pustaka :

Imananta, Fadhila Putri. 2019. Penggunaan NSAID (NON STEROIDALANTI


INFLAMATION DRUGS) Menginduksi Peningkatan Tekanan Darah
Pada Pasien Arthritis. Jurnal Farmaka Vol.16, No. 1. Bandung :
Unversitas Padjajaran.

5. Apa saja kelompok obat dari golongan SAID dan sebutkan contoh obatnya ?
Jawab :

Methylprednisolone, Fluocinolone, Triamcinolone, Prednison, Clocortolone,


Dexamethasone, Prednisolone, Desoximetasone.
Contoh obat : deksametason, prednison, dan betametason.
(Isngadi, 2018)
Pustaka :

Isngadi, Siti Nadhira. 2018. Evaluasi Penggunaan obat NSAID Pada Pasie
Osteoarthritis Rawat Jalan Di RS TNI AD Robert Wolter. Malang :
Universitas Maulana Maliki Ibrahim.

6. Apa saja kelompok obat dari golongan NSAID dan sebutkan contoh obatnya ?
Jawab :

1. Asam Karboksilat
Contoh obatnya : Aspirin
2. Derivat Pirazolan
Contoh obatnya : Fenilbutazon, Oksifenbutazon, Anti-pirin, Aminipirin dan
Dipirin
3. Asam Asetat
Contoh obatnya : Etodolak, Diklofenak, Indometasin, Ketorolac dan
Nebumeton
4. Asam Propionat
Contoh obatnya : Ibuprofen, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ketoprofen,
Naproxen, Naproxen Sodium dan Oxaprosin.
5. Fenamat
Contoh obatnya : Antiradang, Antipiretik, dan Analgenik.
6. Oxycam
Contoh obatnya : Piroksikam dan Meloksikam
7. Coxib
Contoh obatnya : Celecoxib
(Isngadi, 2018)

Pustaka :

Isngadi, Siti Nadhira. 2018. Evaluasi Penggunaan obat NSAID Pada Pasien
Osteoarthritis Rawat Jalan Di RS TNI AD Robert Wolter. Malang :
Universitas Maulana Maliki Ibrahim.

7. Apa perbedaan mekanisme kerja SAID dan NSAID ?


Jawab :

Mekanisme kerja dari obat anti inflamasi non steroid ini fokus pada
penghambatan isoenzim COX-1 atau cyclooxygenase-1 dan COX-2 atau
cyclooxygenase-2. Enzim ini berperan dalam mendorong proses pembentukan
prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Prostaglandin merupakan
molekul penting dalam proses mengantar pesan trauma menuju sensor otak dan
saraf pada proses inflamasi (radang). Dengan mengasup NSAID, dapat
meredakan rasa nyeri atau menjadi fungsi analgesik. Obat anti inflamasi non
steroid juga dapat bekerja sebagai anti piretik (untuk membantu mengatasi
kenaikan suhu tubuh). sedangkan Mekanisme kerja dari obat anti inflamasi
steroid (SAID0 yaitu menghambat enzim phospolipase A2 dehinggs tidak akan
terbentuk asam arakidonat, dengan begitu prostaglandin (COX-2) juga tidak akan
terbentuk. Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki struktur
kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin
siklopentana yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh yang
dikenal dengan senyawa kortikosteroid. Obat anti inflamasi steroid dapat
menyebabkan terhambatnya ATP sehingga pertumbuhan otot dapat terhambat
(Isngadi, 2018)

Pustaka :

Isngadi, Siti Nadhira. 2018. Evaluasi Penggunaan obat NSAID Pada Pasie
Osteoarthritis Rawat Jalan Di RS TNI AD Robert Wolter. Malang :
Universitas Maulana Maliki Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai