Anda di halaman 1dari 4

BAB VI EKSPERIMEN IV.

UJI AKTIVITAS ANTI INFLAMASI

1.1. Pendahuluan dan tujuan eksperimen


Tujuan eksperimen ini adalah untuk mempelajari daya antiinflamasi obat pada hewan
dengan radang buatan. Parameter yang dianalisis : perubahan volume udem (AUC), %
daya antiinflamasi.
Meskipun kejadiannya merupakan gabungan proses yang kompleks, inflamasi
mempunyai tanda tanda dan gejala yang bersifat umum yaitu bengkak, kemerahan, nyeri
dan panas, tidak peduli sebabnya karena bahan kimia atau mekanis.
Obat obat anti radang dibagi menjadi dua golongan utama, golongan kortikosteroid
dan non steroid. Argumen yang dewasa ini diterima mengenai mekanisme kerja obat-obat
tersebut ialah bahwa aksi obat-obat anti radang berkaitan dengan penghambatan
metabolisme asam arakhidonat (Higgs and Whitle, 1980).
Seperti yang diketahui, asam arakhidonat adalah substrat untuk enzim-enzim
siklooksigenase dan lipooksigenase. Siklooksigenase mensintesa siklik endoperoksida
(prostaglandin G-2 dan H-2) yang kemudian akan diubah menjadi prostaglandin stabil,
tromboksan, atau prostasiklin. Ketiga produk ini berasal dari leukosit, dan senyawa
senyawa itu dijumpai pada keadaan radang. Di dalam leukosit, asam arakhidonatoleh
lipooksigenase akan diubah menjadi asam-asam mono dan dihidroksi (HETE) yang
merupakan prekursor dari leukotrien (senyawa yang dijumpai pada keadaan anafilaksis).
Dengan adanya radang mekanis atau kimia, produksi enzim lipooksigenase akan dipacu
sehingga meningkatkan produksi leukotrien dari asam arakhidonat.
Obat-obatan yang dikenal menghambat siklooksigenase secara spesifik (indometasin
dan salisilat) mampu mencegah produksi mediator inflamasi : PGE2 dan prostasiklin,
karena prostaglandin bersifat sinergik dengan mediator inflamasi lainnya yaitu bradikinin
dan histamin. Ibuprofen dan aspirin mampu berikatan dengan siklooksigenase dan bersifat
kompetitif terhadap arakhidonat.
Secara in vivo kortikosteroid mampu menghambat pengeluaran prostaglandin pada
tikus, kelinci dan marmot. Penghambatan pengeluaran asam arakhidonat dari fosfolipida
juga akan mengurangi produk produk siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga
mengurangi mediator peradangan. Kedua enzim tersebut dapat dihambat oleh
benoksaprofen

1.2. Alat dan Bahan


a. Karagenin 1% dalam NaCl 0,9% (NaCl fisiologis)
b. CMC Na 0,5%
c. Na Diklofenac
d. Asam Mefenamat
e. Prednison, meloxicam
f. Mencit jantan
g. Pletishmograf
h. Labu takar 10 ml
i. Beker glass
j. Timbangan
k. Alat suntik (1 ml)

1.3. Prosedur
a. mencit ditimbang dan kaki kiri belakang diberi tanda di atas lutut, kemudian ukur
volume kaki awal (Vo)
b. mencit kontrol
mencit diinjeksi dengan CMC Na sebanyak 0,5 ml secara intraperitoneal. Satu jam
kemudian larutan karagenin 1% 0,1 ml diinjeksi pada telapak kaki kiri secara
subplantar. Ukur telapak kaki mencit segera setelah penyuntikan karagenin 1% 0,1
ml dan tiap setengah jam sampai jam ke-3
c. mencit perlakuan
1) mencit dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing sebanyak 3 ekor. Tiap
kelompok diberi obat secara i.p dengan volume suntikan maksimal 1 ml, sbb :
 Na diklofenak 50 mg/kgBB
 Asam mefenamat 50 mg/kgBB
 Prednison 50 mg/kgBB
 Meloxicam 50 mg/kgBB
2) Satu jam setelah pemberian obat, telapak kaki kiri mencit diinjeksi dengan
larutan karagenin 1% 0,1 ml seperti pada mencit kontrol. Udem diukur dengan
cara mengukur telapak kaki mencit segera setelah penyuntikan karagenin 1% 0,1
ml dan tiap setengah jam sampai jam ke-3
1.4. Data pengamatan

Waktu pemberian Volume Volume kaki mencit (ml) pada :


Mencit
Obat/cm Karage normal t0 t1 t2 t3
nomor
c Na nin (vn)
1
2
3
4
5

1.5. Analisis data


Contoh :
Perhatikan data berikut :
Langkah 1 : catat hasil pengukuran volume kaki mencit, sebagai berikut :
kelompok Vn (ml) V0 (ml) V1 (ml) V2 (ml) V3 (ml)

Kontrol 1 0,5 1,3 1,4 1,4 1,5


2 0,5 1,3 1,3 1,4 1,5
3 0,6 1,2 1,3 1,5 1,6

Prednison 1 0,5 1,3 1,2 1,0 0,6


2 0,5 1,2 1,0 0,8 0,6
3 0,5 1,4 1,2 0,8 0,5

Asmet 1 0,5 1,2 1,1 0,9 0,7


2 0,5 1,4 1,3 1,1 0,9
3 0,5 1,5 1,4 1,3 1,1

Na-diklo 1 0,5 1,4 1,2 1,0 0,7


2 0,5 1,3 1,1 0,8 0,6
3 0,6 1,5 1,2 1,1 0,9

Langkah 2 : hitung volume udem pada t0, t1, t2 dan t3, sebagai berikut :
contoh :
kontrol 1  Vut0 = V0 – Vn = 1,3 ml – 0,5 ml = 0,8 ml

kelompok Vn Vut0 Vut1 Vut2 Vut2

Kontrol 1 0,5 0,8 0,9 0,9 1,0


2 0,5 0,8 0,8 0,9 1,0
3 0,6 0,6 0,7 1,5 1,0

prednison 1 0,5 0,8 0,7 0,5 0,1


2 0,5 0,7 0,5 0,3 0,1
3 0,5 0,9 0,7 0,5 0

asmet 1 0,5 0,7 0,6 0,4 0,2


2 0,5 0,9 0,8 0,6 0,4
3 0,5 1,0 0,9 0,8 0,6

Na-diklo 1 0,5 0,9 0,7 0,5 0,2


2 0,5 0,8 0,6 0,3 0,1
3 0,6 0,9 0,6 0,5 0,3
Langkah 3 : hitung AUC (area under curve) dengan rumus berikut :
AUC = Vutn + Vutn-1 (tn – tn-1)
= Vut1 + Vut0 (t1-t0)
Contoh  AUC kontrol 1
AUC = ½ x 30 (0,9 + 0,8)
= 25,5

Hasilnya adalah sebagai berikut :

kelompok AUC 1 AUC 2 AUC 3 AUC total Rata –rata AUC


total

Kontrol 1 25,5 27 28,5 81 77


2 24 25,5 28,5 78
3 19,5 24 28,5 72
prednison 1 22,5 18 9 49,5 43
2 18 12 6 36
3 24 15 4,5 43,5

asmet 1 19,5 15 9 43,5 60


2 25,5 21 15 61,5
3 28,5 25,5 21 75

Na-diklo 1 24 18 10,5 52,5 48,67


2 21 13,5 6 42,5
3 22,5 16,5 12 51
Langkah 4 : hitung daya antiinflamasi dengan rumus :

rata−rata AUC total obat


Daya antiinflamasi = 100 - x 100%
rata−rata AUC total kontrol
 prednison  100 – (43/77) x 100% = 44,16%
 asmet  100 – (60/77) x 100% = 22,07%
 Na diklo  100 – (48/77) x 100% = 37,66%

Langkah 5 : analisis data AUC secara statistik dengan SPSS

1.6. Post test

1. Setelah pemberian karagenin, mengapa pengukuran volume udem diulangi tiap


setengah jam sampai jam ke-3?
2. Tentukan obat yang paling poten dalam menghambat peradangan karena
karagenin. Jelaskan jawaban anda!
3. Apa yang dimaksud dengan AUC pada paraktikum di atas?
4. Apa kaitan antara AUC dengan daya antiinflamasi?

Anda mungkin juga menyukai