Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

UJI AKTIVITAS ANTI MUKOLITIK SECARA IN VITRO

Dosen Pembimbing Praktikum


Apt. Ratna Widyasari, M.Farm-Klin
No Nama NIM
1 Adhe Irma Mulyani 209618
2 Agata Trisiska 209621
3 Ahmad Dzikri Nur W 209624

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
Program Studi D-III FARMASI
2022
UJI AKTIVITAS ANTI MUKOLITIK SECARA IN VITRO
1. Tujuan Praktikum
- Dapat membandingkan obat yang memiliki kemampuan anti mukolitik yang ada di
pasar kepada hewan uji.
2. Dasar Teori
2.1. Patofisiologi Batuk
Batuk dapat terjadi karena adanya proses normal atau patologis. Refleks
batuk dapat terjadi apabila komponen reflex berjalan baik. Komponen reflex batuk
tersebar di laring, faring, bronkus, sinus paranasal, faring, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Batuk dapat terjadi ada rangsangan pada reseptor batuk yang
diteruskan oleh saraf afferent ke pusat batuk di medulla, impuls diteruskan ke saraf
efferent menuju ke saraf efferent ke efektor penyebab batuk.
Pada saat terjadinya batuk terjadi banyak proses adapun prosesnya sebagai
berikut :
1. Insipirasi
Pada fase ini paru-paru meningkatkan volume gas yang terinhalasi.
Peneningkatan volume gas membuat adanya peningkatan tekanan positif
intratorakal.
2. Kompresi
Pada fase ini terjadi penutupan glottis setelah udara terhirup pada fase
inspirasi selama 0,2 detik. Pada kejadian ini terjadi pemendekan otot ekspirasi
dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, akbatnya terjadi tekanan intratorakal dan juga
intra abdomen
3. Eskpulsif
Pada fase ini glottis membuka yang membuat tekanan intra torak dan
abdomen yang tinggi dan terjadi proses ekspirasi cepat dan singkat. Dan juga pada
fase ini terjadi proses pembersihan bahan-bahan yang tidak perlu seperti mucus dan
lain-lain. (Makmuri, d.k.k., 2009)
2.2. Terapi-Terapi dalam Pengobatan Batuk
Untuk terapi yang dapat dilakukan terdiri dari terapi farmakologis dan non-
farmakologis.
Untuk terapi farmakologis dapat dilakukan upaya-upaya seperti menghindari
allergen yang dapat menyebabkan batuk seperti debu, bulu hewan, dan hal-hal lain
yang dapat menyebabkan batuk, makan-makan yang tidak bersantan dan berlemak
Untuk terapi farmakologis dapat digunakan obat dari antitusif, ekspektoran,
atau mukolitik sebagai pengobatan tergantung dari batuk yang di alami pasien untuk
batuk kering digunakan obat golongan antitusif dan batuk berdahak menggunakan
ekspektoran atau mukolitik (Tjay dan Raharja, 2015)
2.3. Antimukolitik
Obat dengan golongan antimukolitik ini bekerja dengan cara mengurangi
viskositas larutan dan pengeluarannya dapat dipermudah. Mukolitik digunakan
dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali seperti pada bronchitis,
emfisema, dan mucoviscidosis. Tetapi pada umumnya zat-zat ini tidak berguna
apabila gerakan bulu getar terganggu seperti pada perokok atau infeksi.
Contoh dari obat mukolitik ini ialah asetilsistein, bromhexsin, mesna, ambroxol.
2.4. Aquadest
2.4.1. Sifat fisik Aquadest
Menurut Farmakope Indonesia edisi III sifat fisik aquadest adalah sebagai berikut :
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.4.2. Farmakokinetik Aquadest
Dikarenakan aquadest sebagai control berhasilkan negative pada praktikum kali ini
maka dari itu aquadest tidak memiliki onset, durasi, dan waktu paruh dalam proses
penurunan viskositas mucus.
2.5. Larutan NaCMC
2.5.1. Sifat fisik NaCMC
Menurut Handbook Of Pharmaceutical Exipient ke 6 Sifat dari padatan NaCMC
yaitu adalah
Pemerian : berwarna putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, bubuk
granula, dan higroskopis setelah pengeringan
Kelarutan : Praktis tidak larut pada aseton, etanol 95%, eter, dan toluene, mudah
larut pada air panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan kering
2.5.2. Farmakokinetik NaCMC
Dikarenakan NaCMC sebagai control berhasilkan negative pada praktikum kali ini
maka dari itu aquadest tidak memiliki onset, durasi, dan waktu paruh dalam proses
penurunan viskositas mucus.
2.6. Asetilsistein
2.6.1. Sifat fisik asetilsistein
Menurut Farmakope Indonesia VI Sifat fisik Asetilsistein adalah sebagai berikut :
Pemerian : Serbuk hablur putih; berbau asetat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali.
2.6.2. Farmakokinetik Asetilsistein
Onset Obat : 0,5 – 1 jam
Durasi Obat :
Waktu Paruh Obat : 6,25 jam
2.7. Ambroxol HCl
Ambroxol HCl merupakan zat mukolitik yang memiliki gugus sulfydryl (-
SH) bebas. Ambroxol dapat digunakan dalam pengobatan untuk gangguan saluran
pernafasan seperti bronchitis kronik dan berfungsi mengurangi kekentalan dahak dan
menggeluarkannya dari efek batuk.
2.7. Farmakokinetik Ambroxol HCl
Onset Obat : 1 – 6,5 jam
Ketersediaan Hayati : 79 – 95%
Waktu Paruh Obat : 10 jam
3. Alat dan Bahan
Alat :
 Timbangan analitik
 Beker glas
 Labu ukur
 Batang pengaduk
 Cawan penguap
 Mortir dan stamper
 Viskometer Brookfield
Bahan :
 Putih telur ayam
 Aquades
 Asetilsistein 200mg
 Sirup ambroksol 1% (15 mg ambroksol HCl dalam 5 ml sirup)
4. Cara Kerja

sampel

- Disiapkan telut ayam terlebih dahulu


- Dipecahkan lalu dipisahkan putih telur dan kuning telur
- Dibuat larutan uji 1 : 1

• Kel 1 (100ml putih telur + aquades 100ml)

• Kel 2 (100ml putih telur + Na CMC 0,5% 100ml)

• Kel 3 (100ml putih telur + asetilsistein 0,2% 100ml)

• Kel 4 (100ml putih telur + sirup ambroksol 1% 100ml) -Diukur


viskositasnya interval 0,3 dan 60’

- Dihitung % efek mukolitiknya

hasil

5. Hasil Praktikum
TABEL HASIL SKALA PENGUKURAN VISKOSITAS
Kelompok Pengukuran

Menit 0 Menit 30 Menit 60

Kelompok 1 2 2,5 0,5

Kelompok 2 5 3 1,5

Kelompok 3 12,5 1,5 0,75

Kelompok 4 12,5 2 1,5


TABEL HASIL PENGUKURAN VISKOSITAS
Kelompok Pengukuran (Centipoise)

Menit 0 Menit 30 Menit 60

Kelompok 1 20 25 5

Kelompok 2 30 30 15

Kelompok 3 125 15 7,5

Kelompok 4 125 20 15

TABEL HASIL PENGUKURAN % EFEK MUKOLITIK


Kelompok % Mukolitik

Menit 0 Menit 30 Menit 60

Kelompok 1 - - -

Kelompok 2 - - -

Kelompok 3 -316,667% 50% 50%

Kelompok 4 -316,667% 33,33% 0%

, % % %
Rata-rata %efek antimukolitik Asetilsistein = =
−72,23%
, % , % %
Rata-rata %efek antimukolitik Ambroxol = =
−94,43%
6. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji mukolitik yang berperan sebagai mucus
dalam praktek kali ini adalah menggunakan putih telur yang memiliki viskositas
yang tinggi sehingga dapat menggantikan mucus yang ada di tenggorokan. Mukolitik
sendiri bekerja dengan cara menurunkan viskositas mucus sehingga dalam proses
pengeluaran mucus mudah keluar dan tidak terjadi lagi proses batuk. Sebenarnya
untuk pengujain antimukolitik ini dapat menggunakan lidah sapi dan diambil
mucusnya tetapi apabila melakukan pengujian dengan teknik tersebut cost yang
dikeluarkan terlalu besar sehingga dipilih putih telur karena cost nya yang murah.
Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan volume sampel uji sama dengan
volume putih telur, dan di lakukan pengecekan viskositas sampel dengan
menggunakan viscometer Brookfield pada waktu 0, 30, 60 menit dan dicatat
hasilnya.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sampel uji berupa aquadest dan
NaCMC 0,5% sebagai control negative serta asetilsistein dan ambroxol sebagai
sampel uji. Hasil dari praktikum kali ini rata-rata persen antimukolitik asetilsistein
sebesar -72,23% dan antimukolitik ambroxol -94,43%. Dari data tersebut di dapat
nilai terbesar %antimukolitik asetilsistein -72,23% dari hasil tersebut didapat
bahwasannya hasil keduanya mendapat hasil negative dikarenakan hasil pengukuran
viskositas sampel control negative sebagai pembanding lebih besar di bandingkan
dengan sampel uji berupa asetilsistein dan ambroxol.
7. PERTANYAAN

1) Apa yang dimaksud dengan viskositas, jelaskan?


2) Zat menurut sifat alirnya dibagi menjadi berapa macam, jelaskan?

Jawaban :

1) Viskositas adalah ukuran resistensi fluida yang mengalir. Ini


menggambarkan gesekan internal fluida bergerak. Cairan dengan viskositas
besar menahan gerakan dengan kuat karena susunan molekulnya
memberikannya banyak gesekan internal. Cairan dengan viskositas rendah
mengalir dengan mudah karena susunan molekulnya menghasilkan sedikit
gesekan saat bergerak.

2) Sifat suatu zat dibedakan menjadi dua, yaitu secara fisika dan kimia.

Sifat Fisika Zat

Sifat fisika suatu zat berkaitan dengan penampilan atau keadaan fisis zat
tersebut, di antaranya:

1. Wujud zat

Masih ingat dengan percobaan di atas? Dari percobaan di atas tadi kita jadi
tahu ya kalau wujud suatu zat terbagi menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas.
Nah, wujud zat juga dapat berubah ke wujud lain. Apa aja sih bentuk
perubahannya? Eits! Tahan dulu ya. Kita akan membahasnya di bagian
perubahan bentuk zat. Jadi, pastikan kamu membaca artikel ini sampai tuntas.

2. Warna

Warna merupakan salah satu sifat fisika yang dapat kamu amati secara
langsung, nih. Setiap zat memiliki warna yang berbeda-beda. Bahkan, warna
bisa menjadi faktor yang digunakan untuk membedakan antara zat satu
dengan zat yang lainnya. Contohnya, batu bara berwarna hitam, kayu
berwarna coklat, besi berwarna abu-abu keperakan, dan masih banyak lagi.

3. Kelarutan

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk larut dalam pelarut. Air
merupakan pelarut untuk zat-zat terlarut. Apakah semua zat dapat larut?
Jawabannya, enggak. Kita ambil dua contoh kasus, misalkan ada dua gelas
berisi air. Gelas pertama, kamu campur dengan garam, sedangkan gelas
kedua kamu campur dengan minyak. Lalu, aduk dan lihat perbedaannya.
Hasilnya, garam pada gelas pertama lama kelamaan akan hilang karena larut
dengan air. Sementara itu, minyak pada gelas kedua tidak dapat larut dengan
air, sehingga membentuk dua lapisan terpisah.

4. Daya hantar listrik

Suatu zat atau benda digolongkan menjadi dua berdasarkan kemampuannya


dalam menghantarkan listrik, yaitu konduktor dan isolator. Benda yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik disebut konduktor. Contohnya benda-
benda yang terbuat dari logam, seperti besi, alumunium, tembaga, kawat, dsb.
Sementara itu, benda yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut isolator.
Contohnya, benda-benda non-logam, seperti kain, plastik, karet, kayu, dsb.

5. Kemagnetan

Berdasarkan sifat kemagnetannya, benda juga digolongkan menjadi dua,


yaitu benda magnetik dan benda non-magnetik. Benda magnetik adalah
benda yang dapat ditarik oleh magnet, sedangkan benda non-magnetik adalah
benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Umumnya, benda-benda logam
akan memiliki sifat magnetik dan kebalikannya, benda non-logam akan
memiliki sifat non-magnetik.

Sifat Kimia Zat

Sifat kimia suatu zat berkaitan dengan perubahan kimia yang dialami oleh
zat tersebut, antara lain:

1. Mudah terbakar
Coba sebutkan benda apa aja yang memiliki sifat mudah terbakar? Kertas, kayu,
kain, bensin, minyak tanah, gas elpiji, dan masih banyak lagi, ya. Umumnya,
benda-benda tersebut terbakar karena adanya interaksi langsung dengan api.
Bahan-bahan yang mudah terbakar merupakan bahan yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Bahkan, jika reaksi kebakaran
yang ditimbulkan amat cepat, hal ini dapat menyebabkan ledakan, loh.

2. Berkarat

Reaksi antara logam dengan air dan oksigen dapat menimbulkan karat pada
logam tersebut. Oleh karena itu, sesuatu yang terbuat dari logam, seperti besi
dan seng akan mudah berkarat bila terkena air dan udara pada waktu yang cukup
lama. Contohnya pada pagar besi. Siapa yang pagar rumahnya terbuat dari besi?
Kalau kamu perhatikan, seiring waktu, pagar itu akan berkarat. Nah, biasanya,
pagar besi selalu dilapisi cat untuk memperlambat proses pengaratan.

3. Mudah meledak
Interaksi antara zat yang mudah meledak dengan udara, api, atau cahaya
matahari dapat menimbulkan ledakan. Pernah nggak kamu membaca
peringatan “simpan di tempat yang terhindar dari sinar matahari” pada
kemasan botol parfum? Hayo, kira-kira apa alasannya, ya? Ternyata, parfum
yang sering kamu pakai itu mengandung bahan kimia yang mudah terbakar,
lho. Jadi, harus disimpan pada suhu ruangan yang rendah. Jika terlalu banyak
terkena sinar matahari, hati-hati, botol parfum bisa meledak.

4. Beracun

Beberapa zat bisa berubah menjadi sangat beracun ketika mengalami reaksi
kimia tertentu. Contohnya adalah gas karbon monoksida (CO). Gas ini
dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari atom karbon. Gas karbon
monoksida sulit sekali dideteksi karena wujudnya yang tidak berwarna dan
tidak berbau. Apabila seseorang menghirup gas karbon monoksida, maka
akan menyebabkan aliran oksigen dalam darah tidak lancar, gagal bernafas,
hingga kematian.

8. Kesimpulan
Dari hasil praktek yang dilakukan bahwasanya rata-rata persen antimukolitik asetilsistein
sebesar -72,23% dan antimukolitik ambroxol -94,43%. Dari data tersebut di dapat nilai
terbesar %antimukolitik asetilsistein -72,23%.
Daftar Pustaka
Makmuri, M.S., Setyaningrum, Retno;Asih, Setiawati, Landia, 2009, Patofisiologi Batuk
In: Continuing Education Ilmu Kesehata, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya
Tjay, H.T., dan Rahardjo, K., 2015, Obat-Obat Penting, Edisi VII, PT.Gramedia, Jakarta.
Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta,
LAMPIRAN DATA
Pembuatan Larutan
NaCMC

Asetilsistein

Ambroxol HCl
Hasil Praktikum
Kelompok 1 Aquadest

KELOMPOK 2 NaCMC 0,5%

KELOMPOK 3 Asetilsistein
KELOMPOK 4 Ambroxol HCl
HASIL PENGAMATAN Bahan Kelompok 1 Na CMC 0,5%
PERHITUNGAN BAHAN KELOMPOK 2 GLIBENKLAMID
Perhitungan Bahan Kelompok 3 ACARBOSE
Perhitungan Bahan Kelompok 4 Ambroxol

Anda mungkin juga menyukai