Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOKINETIKA

PARAMETER FARMAKOKINETIK

Disusun Oleh:

Gita Nala Sotya 2161B0004

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS FAKAR

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

I. JUDUL PRAKTIKUM
Judul praktikum ke-tiga ini yaitu: Parameter Farmakokinetika.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika obat setelah
pemberian dosis berdasarkan data kadar obat dalam darah terhadap waktu.

III. DASAR TEORI


Obat akan memberikan efek yang positik yaitu mampu menyembuhkan
penyakit atau meningkatkan status Kesehatan mental fisik seseorang. Hal ini apat
terjadi karena adanya interaksi oba dengan tubuh manusia. Efek obat terhadap tubuh
manusia dipengaruhi beberapa factor, antara lain factor farmakokinetik yaitu suatu
ilmu yang mempelajari tentang perjalanan obat dalam tubuh. Oleh karena itu
memahami ilmu farmakokinetika adalah penting bagi tenaga Kesehatan karena
memmbantu kita memahami bagaimana perilaku obat dalam tubuh dan bagaimana
tubuh bereaksi terhadap obat tersebut. Farmakokinetik merupakan salah satu aspek
dalam ilmu farmakologi, dimana aspek yang lain adalah farmakognosi, farmasi,
farmakope, farmakodinamik, farmakoterapi, toksikologi, dan farmasetika (Noviani
dan Nurilawati, 2017).

Farmakokinetik adalah apa yang dilakukan tubuh terhadap obatt, dan biasanya
mencakup empat proses penting yaitu: penyerapan (absorption), sitribusi
(distribution), metabolisme (metabolism), dan eliminasi (elimination) atau ADME
(Glassman and Muzykantov, 2019).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu dari kinetika absorbs, distribusi daneliminasi
(yakni ekskresi dan metabolism) obat. deskripsi distribusi daneliminasi obat sering
disebut disposisi obat. Karakteriktik disposisi obat merupakan suatu persyaratan
penting untuk penentuan atau modifikasi aturan pendosisan untuk individual atau
kelompok pasien (Shargel,2012).

Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahankuantitatif dan


tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalamplasma dan jumlah total obat di
dalam tubuh yang terjadi setelahpemberian obat dengan cara yang bermacam-macam
(dua carapemberian yang paling biasa adalah infusintravena dan regimen oraldengan
dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam. Kemaknaan identifikasi
farmakokinetik suatu obat tidak hanya terletakdalam menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar dankeberadaannya dalam tubuh, tetapi juga dalam menentukan
kegunaanterapeuti obat-obat yang mempunyai potensi toksik yang tinggi
(Harvey,2013).

II. Proses Obat Dalam Tubuh


a. Absorbsi
Absorbsi suatu obat dapat didefinisikan sebagai prosesperpindahan obat
dari tempat pemberiannya, melewati sawarbiologis ke dalam aliran darah maupun
ke dalam sistem limfatik. Absorbsi obat dapat terjadi dan dapat ditentukan dengan
beberapacara yaitu metode in vitro, metode in situ, dan metode in vivo. Absorbsi
in situ melalui usus halus didasarkan atas penentuankecepatan hilangnya obat dari
usus halus. Metode ini digunakanuntuk mempelajari berbagai faktor yang
berpengaruh terhadappermeabilitas dinding usus (Zulkarnian dkk., 2008).

Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberianke dalam aliran
darah. Kecepatan dan efisiensi absorbsi tergantungpada cara pemberian. Untuk
intra vena, absorbsi sempurna yaitudosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi

4
sistemik. Pemberianobat dengan sirkulasi lain hanya bisa menghasilkan absorbsi
yangparsial dan karena itu merendahkan ketersediaan hayati.Tergantung pada
sifat-sifat kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi darisaluran cerna secara difusi pasif
atau transpor aktif (Harvey, 2013).

b. Distribusi
Saat obat didistribusikan dalam tubuh, obat mengadakankontak dengan
sejumlah membran. Obat-obatan melalui beberapamembran tetapi membran
lainnya tidak. Ada dua faktor yaitu (Olson, 2004) :
1. Faktor-faktor terkait obat
Faktor ini yang mempengaruhi absorbsi meliputi keadaanionisasi, berat
molekul, kelarutan dan formulasi. Obat-obat yangkecil, tak terionisasi, larut
dalam lemak menembus membranplasma paling mudah.
2. Faktor-faktor terkait pasien

Faktor ini yang mempengaruhi absorbsi obat tergantung padacara


pemberiannya. Sebagai contoh, adanya makanan dalamsaluran pencernaan,
keasaman lambung, dan aliran darah kesaluran pencernaan mempengaruhi
absorbsi obat-obatan oral.

c. Metabolisme

Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obatdalam


plasma akan naik sampai maksimum. Pada umumnyaabsorbsi suatu obat terjadi
lebih cepat daripada eliminasi. Selamaobat diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistrmik,
obat didistribusikankesemua jaringan dalam tubuh dan juga secara
serentakdieliminasi. Eliminasi sutu obat dapat terjadi melalui ekskresi
ataubiotransformasi atau kombinasi dari keduanya (Shargel, 2012).

d. Eliminasi
Eliminasi adalah pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuhterutama
dilakukan oleh ginjal melalui air seni. Selain itu adapulabeberapa cara lain yaitu
melalui kulit, paru-paru, empedu, dan jugausus (Tjay, 2008).

5
BAB II
METODE KERJA

I. ALAT
Alat yang digunakan:

1. Beakerglass
2. Labu ukur
3. Batang pengaduk
4. Gelas ukur
5. Kuvet
6. Spektrometer UV

II. BAHAN
Bahan yang digunakan:

1. Aquadest
2. Pereaksi trinder
3. Larutan natrium salisilat

III. CARA KERJA


a. Pembuatan Larutan Natrium Salisilat
1. Larutkan 3,8gram natrium sitrat dengan aquadest 80 mL dalam labuukur 100 mL
2. Cukupkan volumenya hingga 100 mL dan kocock dengan baik

b. Pembuatan Blanko
1. Campurkan 0,125 mL larutan natrium sitrat 3,8% dan 5 mL larutan trinder

6
c. Pembuatan Pereaksi Trinder
1. Campurkan:
R/ HgCl2 8,0 g
Feri nitrat 8,0 g
HCL 1N 24,0 mL
Aquadest 200 mL
2. Untuk membuat HCL 1N, larutkan 8,5 mL HCL pekat tambahkan aquadest add
100mL.
3. Larutkan HgCl2 dalam HCl 1N
4. Larutkan Fe(NO )3 dalam aquadest
5. Campurkan keduanya lalu cukupkan dengan aquadest add 200 mL.

d. Pembuatan Blanko
1. Campurkan 0,125 mL larutan natrium sitrat 3,8% dan 5 mL larutan trinder

e. Pembuatan Larutan Baku


1. Buat larutan stok Na Salisilat dengan melarutkan 290 mg Na Salisilat dalam 250
mL aquadest (setara dengan 1000 ppm salisilat)
2. Pembuatan larutan seri konsentrasi bertingkat 1
a. Ambil 1 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (100ppm)
b. Ambil 2 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (200ppm)
c. Ambil 3 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (300ppm)
d. Ambil 4 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (400ppm)
e. Ambil 5 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (500ppm)
f. Ambil 6mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (600ppm)
g. Ambil 7 mL larutan stok + 2ml trinder + aquadest add 100 mL (700ppm)
3. Pembuatan larutan seri konsentrasi bertingkat II
a. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (10ppm)
b. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (20ppm)
c. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (300ppm)
d. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml mL (400ppm)
e. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (500ppm)
f. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (600ppm)

7
g. Ambil 2,5 mL Na Salisilat + tambahkan aquadest ad 25ml (700ppm)
f. Penetapan Kurva Baku Salisilat
1. Campur 5mL pereaksi trinder dan 0,5 mL larutan stok 100 ppm.
2. Catat absorbansi pada Panjang gelombang 540 nm dan bandingkan dengan
blanko.
3. Lakukan yang sama untuk semua seri konsentrasi larutan standar lainnya.

8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Data pengamatan Kelompok A

a. Bahan yang digunakan : Natrium Salisilat


b. Kadar obat sebenarnya : Natrium salisilat 290mg
c. Kurva baku : y = 0,041x – 0,015
d. λmax : 527
e. Operating time : 500-650
f. Kurva Baku :

Konsentrasi ( μg/ml ) Absorbansi


10ppm 0,367
20ppm 0,846
30ppm 1,196
40ppm 1,591
50ppm 2,027
60ppm 2,403
70ppm 2,844

Kadar Obat Sebenarnya Konsentrasi Absorbansi Kadar Obat Terukur ( μg/ml )


10ppm 0,379 9,609
20ppm 0,839 20,829
30ppm 1,200 29,634
Replikasi I 40ppm 1,597 39,317
50ppm 2,020 49,634
60ppm 2,419 59,365
70ppm 2,842 69,682
Replikasi II 10ppm 0,371 9,414
20ppm 0,859 24,609
30ppm 1,211 29,902
40ppm 1,624 39,976

9
50ppm 2,027 49,805
60ppm 2,400 58,9

02
70ppm 2,851 69,902

Perhitungan:
a. Konsentrasi 10ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
0,379 = 0,041x – 0,015 0,371 = 0,041x – 0,015
0,379 + 0,015 = 0,041x 0,371 + 0,015 = 0,041x
0,394 = 0,041x 0,386 = 0,041x
0,394 0 ,3 86
x= = 9,609 μg/ml x= = 9,414 μg/ml
0,041 0,041
9,609+9,414
Rata – rata = = 9,511 μg/ml
2

b. Konsentrasi 20ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
0,839 = 0,041x – 0,015 0,859 = 0,041x – 0,015
0,839 + 0,015 = 0,041x 0,859 + 0,015 = 0,041x
0,854 = 0,041x 1,009 = 0,041x
0 , 854 1,009
x= = 20,829 μg/ml x= =24,609 μg/ml
0,041 0,041
20,829+24,609
Rata – rata = = 22,719 μg/ml
2

c. Konsentrasi 30ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
1,200 = 0,041x – 0,015 1,211 = 0,041x – 0,015

10
1,200 + 0,015 = 0,041x 1,211 + 0,015 = 0,041x
1,215 = 0,041x 1,226 = 0,041x
1,215 1, 226
x= = 29,634 μg/ml x= =29,902 μg/ml
0,041 0,041
2 9,639+ 2 9,902
Rata – rata = = 29,768 μg/ml
2
d. Konsentrasi 40ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
1,597 = 0,041x – 0,015 1,624 = 0,041x – 0,015
1,597 + 0,015 = 0,041x 1,689 + 0,015 = 0,041x
1,612 = 0,041x 1,689 = 0,041x
1, 612 1, 689
x= = 39,317 μg/ml x= = 39,976 μg/ml
0,041 0,041
39,317+39,976
Rata – rata = = 39,976 μg/ml
2

e. Konsentrasi 50ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
2,020 = 0,041x – 0,015 2,027 = 0,041x – 0,015
2,020 + 0,015 = 0,041x 2,027 + 0,015 = 0,041x
2,035 = 0,041x 2,042 = 0,041x
2,035 2,049
x= = 49,694 μg/ml x= = 49,805 μg/ml
0,041 0,041
49,694+ 49,805
Rata – rata = = 49,7195 μg/ml
2

f. Konsentrasi 60ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
2,419 = 0,041x – 0,015 2,400 = 0,041x – 0,015
2,419 + 0,015 = 0,041x 2,400 + 0,015 = 0,041x
2,434 = 0,041x 2,415 = 0,041x

11
2,434 2,415
x= = 59,365 μg/ml x= = 58,902 μg/ml
0,041 0,041
59,365+58,902
Rata – rata = = 58,902 μg/ml
2

12
g. Konsentrasi 70ppm

Replikasi I Replikasi II
Y= 0,041x– 0,015 Y= 0,041x– 0,015
2,842 = 0,041x – 0,015 2,851 = 0,041x – 0,015
2,842 + 0,015 = 0,041x 2,851 + 0,015 = 0,041x
2,857 = 0,041x 2,866 = 0,041x
2 ,857 2,866
x= = 69,682 μg/ml x= = 69,902 μg/ml
0,041 0,041
69,682+ 69,902
Rata – rata = = 29,752 μg/ml
2

Perhitungan Perolehan Kembali

kadar terukur
Rumus = x 100 %
konsentrasi diketahui

a. Konsentrasi 10ppm
9,515 μg /ml
x 100 % = 95,15%
10 μg /ml
b. Konsentrasi 20ppm
22,719 μg /ml
x 100 % = 113,595%
2 0 μg /ml
c. Konsentraso 30ppm
29,768 μg /ml
x 100 % = 99,216%
3 0 μg /ml
d. Konsentrasi 40ppm
39,645 μg /ml
x 100 % = 99,116%
4 0 μg/ml
e. Konsentrasi 50ppm
49,719 μg/ml
x 100 % = 99,4895%
5 0 μg /ml
f. Konsentrasi 60ppm
59,133 μg /ml
x 100 % = 98,555%
6 0 μg /ml
g. Konsentrasi 70ppm
69,792 μg /ml
x 100 % = 99,702%
7 0 μg /ml

Perhitungan Kesalahan Sistematik


Rumus = 100%-perolehan Kembali
13
a. Konsentrasi 10ppm = 100% - 95,15% = 4,85%
b. Konsentrasi 20ppm = 100% - 113,595% = -13,595%
c. Konsentrasi 30ppm = 100% - 99,216% = 0,784%
d. Konsentrasi 40ppm = 100% - 99,116% = 0,884%
e. Konsentrasi 50ppm = 100% - 99,439% = 0,561%
f. Konsentrasi 60ppm = 100% - 98,555% = 1,445%
g. Konsentrasi 70ppm = 100% - 99,702% = 0,298%

Data Pengamatan Kelompok B


a. Bahan yang digunakan : Natrium Salisilat
b. Kadar obat sebenarnya : Natrium salisilat 0,375gram
c. Kurva baku : y = 0,041x – 0,015
d. λmax :
e. Operating time :
f. Kurva Baku :

Menit ke Absorbansi X Parameter Farmakokinetik


0 -0,086
10 -0,095
30 -
90 -
120 0,071
180 0,015

 Menit ke 0
Y = 0,041x – 0,015
-0,086 = 0,041x – 0,015
-0,086 + 0,015 = 0,041x
-0,071 = 0,041x
−0,071
x= = -1,7317
0,041
 Menit ke 10
Y = 0,041x – 0,015
-0,095 = 0,041x – 0,015
-0,095 + 0,015 = 0,041x

14
x = 0,271
 Menit ke 120
Y = 0,041x – 0,015
0,071 = 0,041x – 0,015
0,071 + 0,015 = 0,041x
0,086 = 0,041x
0,086
x= = 2,0975
0,041
 Menit ke 180
Y = 0,041x – 0,015
0,015 = 0,041x – 0,015
0,015 + 0,015 = 0,041x
0,03 = 0,041x
0 , 03
x= = 0,7317
0,041

15
BAB IV
KESIMPULAN

16
LAMPIRAN

17
DAFTAR PUSTAKA

Adana, Ritu et al. 2018. Comparison of bleeding time and clotting time between males and
females.
Bharati. S et al. 2014. MEASUREMENT OF HUMAN BLOOD CLOTTING TIME USING
LabVIEW.
Giacomini KM, Huang SM, Tweedie DJ, Benet LZ, Brouwer KL, Chu X, Dahlin A, Evers R,
Fischer V, Hillgren KM, et al.; International Transporter Consortium (2010)
Membrane transporters in drug development. Nat Rev Drug Discov 9: 215–236.
Glassman PM and Muzykantov (2019) Physiologically-based modeling of monoclonal
antibody pharmacokinetics in drug discovery and development. Drug Metab
Pharmacokinet 34:3–13.
Noviana N, Nurilawati V. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Poulin P and Theil FP (2002) Prediction of pharmacokinetics prior to in vivo studies. 1.
Mechanism-based prediction of volume of distribution. J Pharm Sci 91:129–156.
Sarin H (2010) Physiologic upper limits of pore size of different blood capillary types and
another perspective on the dual pore theory of microvascular permeability. J
Angiogenes Res 2:14.

18

Anda mungkin juga menyukai