Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN

SOLID
PERCOBAAN 11
DISOLUSI

Disusun oleh :

Kelompok 1

Kelas 3A Farmasi

Fakhiatul Azkia 11194762210735

Khairunnisa A 11194762210742

Kristiana Wahyu Ningsih 11194762210722

Maycel Fandi Agusto 11194762210746

Yulida 11194762210764

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................1

B. TUJUAN PRAKTIKUM..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTKA.............................................................................................3

A. TEORI..............................................................................................................................3

B. DESKRIPSI BAHAN PRAKTIKUM..............................................................................4

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................................5

A. ALAT DAN BAHAN......................................................................................................5

B. CARA KERJA.................................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................7

A. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN..........................................................7

B. PEMBAHASAN..............................................................................................................9

BAB V KESIMPULAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

JAWABAN PERTANYAAN...........................................................................................13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yang
menghasilkan transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan
menyeluruh ke pelarut dari permukaan padat. Pelepasan zat aktif dari suatu
produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk
sediaan. Ketersediaan zat aktif biasanya ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat
aktif dari bentuk sediaanya. Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan biasanya
ditentukan olehkecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya.
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk
sediaan utuh atau pecahan partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri.
Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya
didefinisikansebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah
kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang dibakukan.
Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses pelarutan
persatuaan waktu (Noyes dan Whitney 1897).
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancak untuk
melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Kebanyakan bentuk
lepas lambat dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan
pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, secara tepat
menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus
menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk mempelihara tingkat
pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang, biasanya 8 sampai 12 jam
(Ansel dkk, 2005). Tablet lepas lambat dibuat denga dasar pemikiran berbeda
dengan obat lepas cepat. Pada obat lepas cepat, obat diharapkan secepatnya
terlarut dalam saluran cerna sehingga diharapkan segera diabsorbsi masuk dalam
sirkulasi sistemik. Namun demikian setelah mencapai kadar puncak dalam darah
obat akan turun. Biasanya kadar turunsetelah 2 jam obat oral diminum. Dengan
demikian obat berikutnya harus segera diberikan sebelum kadarnya dalam
menyentuh dibawah kadar minimum efektif.

1
Bila waktu paruh makin kecil maka pemberian obat perharinya makin sering
(Mansur dkk, 2019).

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini untuk memberikan pemahaman dan
keterampilankepada mahasiswa tentang proses disolusi tablet.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk


kedalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Dalam sistem biologik
pelarutanobat dalam media aqueous merupakan suatu bagian penting sebelum
kondisiabsorbsi sistemik.Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan dalam air
sangatkecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi dalam
salurancerna sering mengendalikan laju absorpsi sistemik obat (Shargel, 1988).
Dalam penentuan kecepatan disolusi dari bentuk sediaan padat terlibat berbagai
macam proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik sediaan, proses
pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan,
proses pengembangan, proses disintegrasi dan deagregasisediaan, merupakan
sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristikdisolusi obat dari sediaan
(Syukri,2002).

Disolusi mengacu pada proses ketika fase padat (misalnya tablet


atauserbuk) masuk ke dalam fase larutan, seperti air. Intinya ketika obat melarut
partike- partikel padat memisah dan molekul demi molekul bercampur dengan
cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan tersebut. Oleh karena itu disolusi
obat adalah proses ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke
dalam fase larutan (Sinko, 1993). Uji disolusi dan penetapan kadar zat khasiat
merupakan faktor penting dalam pengendalian mutu obat. Pengujian ini
dipersyaratkan pada produk farmasi yang berbentuk tablet. Uji disolusi ini pada
industri farmasi merupakan informasi berharga untuk keseragaman kadar zat
khasiat dalam satu produksi obat (batch), perkiraan bioavailabilitas dari zat
khasiat obat dalam suatu formulasi, variable kontrol proses dan untuk melihat
pengaruh perubahan formulasi(Raini, 2010).
A. Deskripsi Bahan Praktikum
1. Theophylline (N Engl J Med 1996)
Golongan : Xanthines
Kategori : Obat resep
Manfaat : Mencegah dan mengatasi masalah pernapasan akut

Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak

3
Bentuk obat : Tablet, kaplet, dan sirup.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih mudah
larut dalam air panas; larut dalam lebih kurang 120
bagian etanol (95%) p, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonia encer P.
Fungsi : Antiasma
2. Dapar Fosfat pH 5 (Martin,19990)
Pembuatan media disolusi larutan dapar fosfat pH 5,8 sebanyak 1 liter
dengan mencampurkan 250 mL kalium dihidrogen fosfat 0,2 M ditambahkan
18 mLNaoH 0,2 N kemudian diencerkan dengan air bebas CO2. Diatur pH
larutan ini hingga pH5,8 ± 0,05 dengan penambahan NaoH 0,2 N dan cukupkan
volumenya.

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Disolusion tester
b. Alat-alat gelas
c. Thermost dengan penangan air
d. Motor pemutar
e. Stopwatch (waktu 30 menit)
f. Speltrofotometer UV

2. Bahan
a. Tablet yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya
b. Media disolusi: 900 ml larutan dapar fosfat pH 5,8
B. CARA KERJA
1. Tablet ditaruh pada penyangga, lalu bagian atas tablet dituangi lilin cair
sehingga hanya satu tablet terbuka yang langsung dapat
bersinggungan dengan medium disolusi.

2. Penyangga yang sudah berisi sampel ini lalu ditutup dan dihubungkan
dengan motor pemutar

3. Tabung percobaan yang telah diisi 900 ml media disolusi sudah diatur
dengan thermostat pada 37 ± 0,5oC. Tablet yang sudah dipasang pada
penyangga dicelupkan dalam medium disolusi, diatur agar tidak ada
gelembung udara di bawahnya, lalu dipasang pada motor pemutar dan
segera diputar dengan kecepatan 50 rpm. Jarak antara permukaan
tablet dengan dasar tabung disolusi 2 cm

4. Sampel hasil disolusi diambil tiap selang waktu 5, 15, 25, 30 dan 60
menit, dan cairan yang diambil segera diganti medium disolusi dengan
volume yang sama, selanjutnya sampel yang diperoleh ditentukan
kadarnya secara spektrofotometris

5. Lakukan penetapan jumlah Teofillin yang terlarut dengan mengukur


serapan filtrat larutan uji, jika perlu diencerkan dengan media disolusi
dan serapan larutan baku parasetamol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang serapan maksimum ± 243 nm.

5
6. Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80%
Teofillin dari jumlah yang tertera pada etiket.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Dan Perhitungan
1. Penentuan Panjang Gelombang Teofilin
Teofilin ditimbang seksama 50 mg dilarutkan dalam 50 ml medium disolusi.
Larutan tersebut diencerkan 10 ml dalam labu takar 100 ml ad sampai tanda. Dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm. Diperoleh panjang
gelombang serapan maksimum parasetamol 296 nm.
2. Kurva Baku Teofillin
Konsentrasi Adsorbansi

0 ppm 0,000

4 ppm 0,211

6 ppm 0,308

8 ppm 0,391

10 ppm 0,499

12 ppm 0,609

Persamaaan garis lurus y = bx + a


a = 0,004
b = 0,04975 =0,050
r = 0,999451763

3. Hasil Absorbansi Larutan Disolusi


Waktu (Menit) Absorbansi
5 0,037
15 0,045
25 0,055
30 0,056
60 0,072

7
4. Perhitungan Konsentrasi Teofillin
Rumus x = y – a
B

Waktu Perhitungan Konsentrasi Konsentrasi


(Menit) (ppm) (ppm)
𝑦−𝑎= 0,037−0,004
5 x= 0,66 ppm
𝑏 0,050

15 𝑦−𝑎= 0,045−0,004 0,82 ppm


x= 𝑏 0,050

25 𝑦−𝑎 0,055−0,004 1,02 ppm


x= =
𝑏 0,050

30 𝑦−𝑎 0,056−0,004 1,04 ppm


x= =
𝑏 0,050
𝑦−𝑎 0,072−0,004
60 x= = 1,36 ppm
𝑏 0,050

Hubungan Kadar Konsentrasi dengan Waktu

5. Perhitungan Presentase Kadar Teofillin


𝑥
Rumus: 𝑍𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑜𝑏𝑎𝑡 x 100%

Waktu Perhitungan Hasil


5 menit 0,66 0,132%
x100%
500
15 menit 0,82 0,164%
x 100%
500
25 menit 1,02 0,204%
x 100%
500
30 menit 1,04 0,208%
x100%
500
60 menit 1,36 0,272%
x100%
500

8
Kurva Hubungan Persentase Kadar Parasetamol dengan Waktu

B. Pembahasan
Pada percobaan uji disolusi suatu obat Teofillin untuk mengevaluasi pelepasan
disisi obat sediaan padat. Uji disolusi ini digunakan sebagai uji untuk mengetahui
laju pelepasan obat dari suatu obat (Ramteke, 2014). Uji disolusi merupakan
parameter untuk pengukuran kecepatan pelepasan dan pelarutan suatu obat (Sari,
2013). Pengendalian mutu suatu obat dapat menggunakan uji di solusi. Industri
farmasi menggunakan uji disolusi untuk menetapkan keseragaman kadar zat
berkhasiat dalam suatu sediaan obat serta untuk melihat pengaruh perubahan
formulasi. uji disolusi merupakan salah satu metode yang dapat membuktikan
kualitas suatu sedian karena uji disolusi dapat mengidentifikasi suatu obat (Nurtantri,
2010).
Disolusi juga didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam
pelarut dan terlarut menghasilkan suatu larutan (Siregar,2010). Secara sederhana,
disolusi adalah proses dimana zat padat melarut didalam suatu mediumlarutan yang
sesuai (Baisya, 2017). Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan,
proses pembasahan sediaan, kemampampuan penetrasi media disolusi ke dalam
sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi dan degradasi sediaan,
merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi katateristik di solusi. Adapun
beberapa tahapan untuk pengujian disolusi, tahapan yang ke-1 adalah menentukan
Panjang gelombang maksimal, ke-2 pengujian disolusi, ke-3 analisis hasil pengujian,
tahap yang ke -4 pembuatan kurva hasil
Pengujian disolusi dilakukan dengan menggunakan alat dissolution tester dengan
menggunakan media disolusi dapar fosfat pH 5,8 sebanyak 900 ml dengan suhu 37 ±
0,5o C. Sampel diambil sebanyak 5 ml pada waktu yang ditentukan yaitu5, 15, 25, 30
dan 60, setiap sampel yang diambil digantikan dnegan dapar fosfat dengan volume yang
9
sama. Hasil dari sampel yang digunakan, kemudian dilihat nilai absorbansinya yang
hasilnya diplotkan ke dalam persamaan regresi linear untuk menghitung konsentrasi
pada masing- masing cuplikan sampel. Pada percobaan ini hasil yang kami peroleh pada
Teofillin pada menit ke-5 sebesar 0,66 ppm, menit ke-15 0,82 ppm, menit ke-25 1,02
ppm, menit ke-30 1,04 ppm dan menit ke-60 1,36 ppm. Selanjutnya pada perhitungan
persentase kadar Teofillin uji disolusi sampel tablet Teofillin pada menit ke-5 diperoleh
(0,32%), pada menit ke-15 (0,164%), pada menit ke- 25 (0,204%), pada menit ke-30
(0,208%), dan pada menit ke-60 diperoleh (0,272%). Dari hasil kami tidak sesuai
dengan teori, tetapi dari hasil kami telah menunjukkan bahwa semakin lama waktu nya
maka nilai konsentrasi dan presentase kadar semakin tinggi namun hasil kami tetap
tidak memenuhi persyaratan toleransi yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
yaitu, tidak kurang dari 80% zat aktif yangterlarut dihitung terhadap kadar yang tertera
(FI III, 1979).

10
BAB V
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai teori, pada
perhitungan persentase kadar Teofillin uji disolusi sampel tablet Teofillin pada menit
ke-5 diperoleh (0,32%), pada menit ke-15 (0,164%), pada menit ke- 25 (0,204%), pada
menit ke-30 (0,208%), dan pada menit ke-60 diperoleh (0,272%). Dari hasil kami telah
menunjukkan semakin lama waktu nya maka nilai konsentrasi dan presentase kadar
semakin tinggi namun hasil kami tetap tidak memenuhi persyaratan toleransi yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia yaitu, tidak kurang dari 80% zat aktif yang
terlarut dihitung terhadap kadar yang tertera (FI III, 1979).

11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, 591, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Kurniawan, Fajar. (2014). Manajemen Perawatan Industri : Teknik dan Aplikasi
Implementasi Total Productive Maintenance (TPM), Preventive Maintenance
dan Reability Centered Maintenance (RCM). Yogyakarta : Graha Ilmu
Sagala, 2019) Sagala, R. J. (2019). Review: Metode Peningkatan Kecepatan Disolusi
Dikombinasi Dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Farmasi Galenika
(Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 5(1), 84–92.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i1.12360
Siswanto et al., 2014)Siswanto, A., Fudholi, A., Nugroho, A. K., & Martono, S.
(2014). Pengaruh Medium Dissolusi dan Penggunaan Sinker TerhadapProfil
Disolusi Tablet Floating Aspirin. Pharmacy, 11(02), 1–10.
Susanti, Ike. (2019). Pengaruh Medium Disolusi Dan Upaya Peningkatan
Permeabilitas Metformin.
Weinberger M , Hendeles L. _ Teofilin pada asma . N Engl J Med 1996
;334: 1380 – 1388 .

12
JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan uji disolusi dan fungsinya pada sediaan tablet?
2. Jelaskan metode-metode yang digunakan pada uji disolusi!

Jawaban:
1. Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam
pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana disolusi adalah proses
dimana zat pada dapat melarut. Uji ini berfungsi untuk mengevaluasi pelepasan
disisi obat sediaan padat. Uji disolusi ini digunakan sebagai uji untukmengetahui
laju pelepasan obat dari suatu obat (Ramteke, 2014).

2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, metode disolusi terdapat dua macam


metode, yaitu metode basket dan metode dayung. Metode ini dapat dilakukan
dengan cara menyiapkan medium dapar phospat pH 5,8 sebanyak 900 ml
dimasukan ke dalam labu disolusi, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 50
rpm.

13

Anda mungkin juga menyukai