Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
DISOLUSI

KELAS 2 C
DISUSUN OLEH :
Muhammad Khairul Fikri 01022063
Nanda Aulia Salsabillah 01022072
Nida Shafa Salsabilla 01022075
Nisfu Lailatul Saudah 01022080
Novi Fitriah 01022082
Nur Zhara Maulina 01022084

UNIVERSITAS
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
2023
BAB I
LANDASAN MATERI

I. MATERI PRAKTIKUM
Disolusi

II. TANGGAL PRAKTIKUM


19 Mei 2023

III. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Memahami proses disolusi suatu zat.
2. Menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi disolusi

IV. DASAR TEORI


Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarat suatu zat aktif sangat penting
artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting
artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan
obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat yaitu
bentuk tablet, kapsul dan salep (Martin, 1993)
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam
cairan pada tempat absorpsi. Dalam hal ini dimana kelarutan suatu obat
tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan
dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya
suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1989)
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat
atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti
itu, laju obut yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya
menembus pembatas membrane. Tetapi, jika disolusi untuk suatu partikel obat
lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang
diberikan, proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan
laju dalam proses absorbsi (Ansel, 1989) Penentuan kecepatan pelarutan suatu zat
dapat dilakukan dengan metode:
1. Metode suspensi
Bubuk zatpadat ditambahkan pada pelarut tanpa pengontrolan yang eksak
terhadap luas pemukaan partikelnya. Sample diambil pada waktu-waktu
tertentu dan jumlah zat yang terlarut ditentukan dengan cara yang sesuai
2. Metode permukaan konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya, sehingga variable
perbedaan luas permukaan efektif dapat dihilangkan. Biasanya zat dibuat
tablet terlebih dahulu. Kemudian sampel ditentukan seperti pada metode
suspensi
Kecepatan pelarutan berbanding lurus dengan luas permukaan bahan
padat. koefisien difusi, serta berbanding lurus dengan turunnya konsentrasi pada
waktu t Kecepatan pelarutan ini juga berbanding terbalik dengan tebal lapisan
difusi. Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat
fisikokimia
Analisis kecepatan disolusi zat aktif dari sediaannya merupakan
analisis yang penting dalam pengujian mutu untuk sediaan-sediaan obat. Analisis
disolusi telah masuk persyaratan wajib USPuntuk persyaratan tablet dan kapsul,
sejak tahun 1960. Berbagai studi telah berhasil dalam korelasi disolusi invivo
dengan disolusi invitro. Namun, disolusi bukan merupakan suatu peramal
koefisien terapi, tetapi disolusi lebih merupakan parameter mutu yang dapat
memberikan informasi berharga tentang ketersediaan hayati dari suatu produk
(Voigt, 1995). Pengembangan dan penggunaan uji disolusi invitro untuk
mengevaluasi dan menggambarkan disolusi dan absorbsi invitro bertujuan:
(Ansel, 1989).
a. Untuk mengetahui kepentingan bahwa sifat-sifat fisikokimia yang ada dalam
model disolusi dapat berarti atau berpengaruh dalam proses invivo apabila
dikembangkan suatu model yang berhasil meniru situasi invivo
b. Untuk menyaring zat aktif penting dikaitkan dengan formulasinya dengan
sifat disolusi dan absorbsinya sesuai.
c. Sistem uji disolusi invitro dapat digunakan sebagai prosedur pengendalian
mutu untuk produk akhir.
d. Merjamin kesetaraan hayati (bioskivalen) dari batch yang berbeda dari
bentuk sediaan solid apabila korelasi antara sifat disolusi dan ketersediaan
hayati telah ditetapkan.
e. Metode yang baik sekali dan handal untuk memantau proses formulasi dan
manufaktur.
f. Penetapan kecepatan disolusi intrinsik berguna untuk mengetahui sifat
disolusi zat aktif yang baru.
g. Agar sistem disolusi invitro bernilai maka system harus meniru secara dekat
sistem invivo sampai tingkat invitro-invivo yang konsisten tercapai. Oleh
karena itu keuntungan dalam biaya, tenaga kerja, kemudahan dapat diberikan
dengan penggunaan system Disolusi dapat terjadi langsung pada permukaan
tablet, dari granul-granul bilamana tablet telah pecah atau dari partikel-
partikel halus bilamana granul-granul telah pecah. Pada tablet yang tidak
berdesintegrasi, kecepatan disolusinya ditentukan olch proses disolusi dan
difusi. Namun demikian, bagi tablet yang berdesintegrasi, profil disolusinya
dapat menjadi sangat berbeda tergantung dari apakah desintegrasi atau
disolusinya yang menjadi penentu kecepatan (Ansel, 1989).

Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya


suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Persamaan
kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut (Ansel, 1993):

dM.dt : Kecepatan disolusi

D : Koefisien difusi

Cs : Kelarutan zat padat

C : Konsentrasi zat dalam larutan pada waktu

H : Tebal lapisan difusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993):

1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang
bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut
Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut
(Martin, 1993):
D : koefisien difusi
r : jari-jari molekul
k : konstanta bolzman
ή : viskositas pelarut
T : suhu
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat
sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan
viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam
atau basa lemah. Untuk asam lemah:
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat. Untuk basa lemah: Jika
(H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika
pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat
berkurang
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar
sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda
juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk
stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob.
Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar
partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan
kecepatan disolusinya bertambah.

Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen POM,
1995):

1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan
keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air pada
suhu 37°C.
2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan batang
sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya
tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikel wadah dan
berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.

V. ALAT DAN BAHAN

Alat Praktikum Bahan Praktikum


Tabung Erlenmeyer Aquadest
Alat disolusi Larutan NaOH
Burret Vitamin C tablet
Klem Indikator PP
Statim
Botol vial 30 mL

VI. CARA KERJA


1. Penangas air pada alat disolusi diisi dengan air suling. Alat dinyalakan dan di
atur pada suhu 37 oC.
2. Isi labu disolusi dengan media disolusi (Tablet sampel ), yaitu air suling seba
nyak 900 mI. Inkubasi terlebih dahulu media dalam penangas air hingga suhu
nya 37 oC.
3. Bila suhu dalam labu disolusi sudah mencapai 37 oC (konstan), masukan 1 t
ablet sampel ke dalam wadah keranjang, lalu diaduk dengan kecepatan (50 ,1
00, 200 rpm).
4. Catat waktu pada saat basket yang berisi tablet dimasukan dalam labu disolus
i.
5. Ambil media disolusi pada menit ke 5, 10 dan 15 sebanyak 10 mI dengan pip
et volume dan media disolusi dicukupkan lagi hingga 900 mI dengan aquade
st tiap setelah pengambilan sampel.
6. Sampel yang diambil dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator fe
nolftalein.
7. Hitung konsentrasi sampel setiap waktu. Lakukan triplo.
8. Ulangi percobaan dengan mengganti kecepatan pengadukan menjadi 50 dan
200 rpm.
9. Bandingkan hasil dari ketiga kecepatan pengadukan.
10. Hitung persentase kadar sampel .
% kadar = Vt. Nt. Kesetaraan x 100%
0,1 x mg sampel

VII. ANALISA DATA


1. Hitung kelarutan / konsentrasi sampel tiap waktu samplingnya ?
2. Hitung prosentasi kadar larutan sampel ?
3. Buat grafik pelepasan obat (waktu VS konsentrasi)

Jawaban :

VIII. DATA PENGAMATAN DAN HASIL


Alat : Dissolution tester / alat uji disolusi / alat uji pelepasan obat
Media : Menggunakan metode dayung (paddle)
Sampel : Tablet vitamin C 50 mg
Waktu samping : 5 menit, 10’, 15’
Rpm : 100 dan 200
BM : Vitamin C 176,14 (Kesetaraannya : 8,806)
Suhu : 37 derajat

Perhitungan :
T 1+T 2+T 3
Rata−RataVolume=
3
4 ml +3 ml+1 ml
¿
3
8 ml
¿
3
¿ 2,6 ml

1. Kelarutan :
V1 x N1 = V2 x N2
V sampel x N sampel = V NaOH x NNaOH
Misal : Volume sampel : 10 ml
N sampel :?
V NaOH : 2,6 ml
N NaOH : 0,1 ml
Jadi :
V sampel x N sampel = V NaOHx N NaOH
10 mol x N sampel = 2,6 ml x 0,1 N
N sampel = 0,26 / 10 = 0,026 N
Jika diketahui = BM Vitamin C tablet = 176,13
Jika kelarutannya = 13 x N
= 176,13 x 0,026 = 4,579 g/mol
2. Presentasi kadar
V sampel x N sampel x kesetraan
100 %
Mg sampel
10 x 0.026 x 8.806
¿ 100 %
50mg sampel x 0.1
= 45,6 %

IX. PEMBAHASAN
X. KESIMPULAN
1. Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat (tablet) dan terlepasnya zat-zat
aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam saluran pencernaan dan terjadi
Kontak dengan cairan tubuh.
2. Agar suatu obat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan menghasilkan efek
terapeutik, obat tersebut tentunya harus memiliki daya hancur yang baik dan
laju disolusi yang relatif cukup cepat
3. Adapun ketidaksesuaian hasil praktikum ini dengan literatur, hal ini disebabkan
beberapa faktor kesalahan antara lain yaitu kesalahan dalam melakukan uji
disolusi, suhu yang tidak tepat, dan pengamatan yang kurang teliti
4. Tablet Vitamin C yang di uji, memenuhi syarat parasetamol yang tertera pada
Farmakope Edisi III

5.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai