FARMAKOKINETIKA
“UJI DISOLUSI”
Disusun Oleh:
Kelompok 1D
1
OKTOBER /2019
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan Praktikum........................................................................................4
BAB II TEORI DASAR...............................................................................................5
2.1. Pengertian Disolusi............................................................................................5
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Disolusi.................................................5
2.3. Proses disolusi....................................................................................................8
2.4. Tablet lepas lambat (Sustained release) dan tablet lepas cepat (Immediate
realease)....................................................................................................................9
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................................13
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................13
3.2 Langkah Kerja............................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................15
4.1 Hasil.............................................................................................................15
4.2 Pembahasan.................................................................................................24
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan uji disolusi pada tablet
obat lepas cepat dan lepas lambat kemudian dibandingkan laju disolusi vs
waktu dari kedua sediaan tersebut.
5
BAB II
DASAR TEORI
Disolusi merupakan suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu pelarut (Shargel, 2004). Disolusi secara singkat didefinisikan
sebagai proses melarutnya suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik padat terdispersi
dalam cairan setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan terlepas dari
sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi
zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis
(Siregar, 2010).
6
obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi
meningkat. (Shargel dan Andrew, 1988)
b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan.
Faktor yang berkaitan dengan sediaan meliputi :
1) Efek formulasi.
Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur
dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur
yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan
obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan
bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.
7
menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang sukar larut
dengan penambahan surfaktan kedalam medium disolusi.
2) Viskositas medium.
Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju
disolusi bahan obat.
3) pH medium disolusi.
Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat
dibandingkan dengan air, oleh karena itu mempercepat laju
disolusi. Obat-obat asam lemah disolusinya kecil dalam medium
asam, karena bersifat nonionik, tetapi disolusinya besar pada
medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut
(Gennaro, 2000).
e. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji
Beberapa faktor parameter uji disolusi mempengaruhi karakteristik disolusi
zat aktif. Faktor – faktor tersebut seperti sifat dan karakteristik media disolusi,
pH, lingkungan dan suhu sekeliling telah mempengaruhi daya guna disolusi
suatu zat aktif (Siregar, 2010).
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat,
atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh
seperti itu, laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada
kesanggupannya menembus menembus pembatas membran. Tetapi, jika
laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena
karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan , proses disolusinya
sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses
absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada
suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi
atau dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi setelah pemberian
ora, karena batasan waaktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam
lambung atau saluran usus halus.
9
2.4. Tablet lepas lambat (Sustained release) dan tablet lepas cepat (Immediate
realease).
1. Tablet lepas lambat (Sustained release)
a. Penyalutan
b. Sistem matriks
10
Membran dalam sistem ini berfungsi sebagai pengontrol kecepatan disolusi
dari bentuk sediaan. Agar obat dapat berdifusi kelar maka membran harus bersifat
permeable terhadap obat misalnya dengan hidrasi air di saluran gastrointestinal.
Obat yang terlarut dalam komponen membran seperti plasticizer tidak seperti
sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang dan tidak
mengalami erosi (Collett and Moreton, 2002).
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu membran
yang mempunyai satu lubang (hole). Obat dimasukkan dalam suatu tablet inti
yang bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika kontak dengan air. Tablet
inti disalut dengan suatu membran semipermiabel (dapat melewati air yang masuk
ke dalam tablet inti dan melarutnya). Ketika tablet inti terlarut maka timbul
tekanan hidrostatik dan menekan larutan obat keluar melewati lubang membran
(Collett and Moreton, 2002).
b. Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi
obat, karena kandungan bahan aktif yang relatif lebih tinggi
11
c. Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi
yang relatif lebih tinggi.
Tablet lepas cepat adalah tablet yang dirancang untuk melepaskan obatnya
segera setelah digunakan. Immediate release atau lepas cepat atau disebut juga
fasting release merupakan merupakan mekanisme pelepasan obat dengan cepat,
misalnya segera lepas setelah masuk ke mulut sebelum ke lambung melalui
kerongkongan. Jadi langsung diabsorpsi di membrane mukosa mulut. Sediaan
obat dengan sistem ini keunggulannya praktis digunakan jika bepergian, tidak
memerlukan air, dan bermanfaat untuk kesulitan menelan seperti anak-anak atau
lansia. Sistem ini tidak hanya untuk sediaan obat, tetapi juga digunakan untuk zat
pengaroma mulut misalnya. Biasanya berupa tablet atau mikrosfer. Obat dengan
sistem ini akan terhindar dari adanya efek dari first metabolism sehingga
bioavailabilitas obat lebih besar dan lebih banyak yang dapat dihantar langsung ke
reseptor.
Dalam beberapa keadaan penyakit, bentuk sediaan obat yang ideal adalah
mampu memberikan jumlah obat untuk sampai ke reseptor (tempat aksi obat) dan
kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang
diinginkan. Pemberian obat dalam dosis yang cukup dan frekuensi yang benar
maka konsentrasi obat terapeutik steady state di plasma dapat dicapai secara cepat
dan dipertahankan dengan pemberian berulang dengan bentuk sediaan
konvensional peroral. Namun terdapat sejumlah keterbatasan dari bentuk sediaan
konvensional peroral (Collett and Moreton, 2002).
12
mempertahankan konsentrasi obat dalam jendela terapeutik, dan frekuensi
pemberian obat yang lebih sering dapat menyebabkan pasien lupa sehingga dapat
menyebabkan kegagalan terapi (Collett and Moreton, 2002).
13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat :
- 1 set
Alat
Uji
14
Bahan :
15
BAB IV
4.1 Hasil
100 x 94.8 %
5.276 527.6 2.638 mg
5
100 x 98.874 %
5.493 549.3 2.7465 mg
10
100 x 101.268%
5.626 562.6 2.813 mg
20
100 x 98.586 %
5.477 547.7 2.7385 mg
30
100 x 97.632 %
5.424 542.4 2.712 mg
45
16
100 x 104.04 %
5.78 578 2.89 mg
60
2. Perhitungan % Disolusi Tablet Parasetamol Immediate Release
Konsentrasi data
Waktu (t) Pengenceran Konsentrasi asli (ppm)
spektro (ppm)
ppm = µg/mL
17
60 578 578 ppm x 5 mL= 2890 µg 2.89 mg
Menghitung % disolusi
Diketahui :
Waktu % Disolusi
A= 474.84 mg
%D = 94.8 %
A= 494.370 mg
%D= 98.874 %
A= 506.34 mg
%D= 101.268%
A= 492.93 mg
%D= 98.586 %
A= 488.16 mg
%D= 97.632 %
18
Waktu Konsentrasi data Konsentrasi Faktor %
Pengenceran
(t) spektro (ppm) asli (ppm) koreksi (mg) Disolusi
2. PerhitunganA=
%520.2
Disolusi
mg Tablet Parasetamol Immediate Release
5.294
Menghitung
%D=
konsentrasi
104.04 %asli100 529.4 2.647 95.292%
5
20 5.234 Konsentrasi100
data 523.4 2.617 94.212%
Waktu (t) Pengenceran Konsentrasi asli (ppm)
spektro (ppm)
30 4.949 100 494.9 2.4745 89.082%
5 5.294 100 529.4
45 5.149 100 514.9 2.5745 92.682%
10 5.331 100 533.1
60 3.11 100 311 1.555 55.98%
20 5.234 100 523.4
ppm = µg/mL
19
514.9 ppm x 5 mL = 2574.5
45 514.9 2.5745
µg
Menghitung % disolusi
Diketahui :
Waktu % Disolusi
A= 476.46 mg
%D = 95 %
A= 479.79 mg
%D= 95.958 %
A= 471.06 mg
%D= 94.212 %
A= 445.41 mg
%D= 89.082 %
A= 463.41 mg
20
%D= 92.682 %
A= 279.9 mg
%D= 55.98 %
21
Menghitung konsentrasi asli
Konsentrasi data
Waktu (t) Pengenceran Konsentrasi asli (ppm)
spektro (ppm)
ppm = µg/mL
22
Menghitung % disolusi
Diketahui :
Waktu % Disolusi
A= 204.66 mg
%D = 30.775 %
A= 297.09 mg
%D= 44.675 %
A= 310.86 mg
%D= 46.745 %
A= 374.94 mg
%D= 56.381 %
A= 437.67 mg
%D= 65.815 %
A= 475.83 mg
%D= 71.553 %
23
3. Kurva Disolusi Parasetamol Sustained Release
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji disolusi tablet panadol immediate release
500 mg dan tablet panadol extended release 665 mg. Uji disolusi dilakukan berdasarkan
ketentuan farmakope V dengan metode keranjang dengan kecrpatan 50 rpm. Medium
disolusi yang digunakan adalah NaOH 0.1 N dengan volume 500 mL dibuat sebanyak 10
kali.
Tablet panadol immediate release cenderung akan melepaskan secara cepat
seluruh kandungan dosis setelah diberikan, konsentrasi obat dalam plasma dan di tempat
aksi mengalami fluktuasi sehingga tidak mungkin untuk mempertahankan konsentrasi
terapeutik secara konstan di tempat aksi selama waktu pengobatan. Oleh karena itu,
dikembangkan tablet metformin extended release yang dapat melepaskan obat dari
sediaannya dengan kecepatan lambat dan konstan dalam jangka waktu tertentu.
24
Setelah dilakukan pengujian disolusi terhadap tablet panadol Immediate release
dan extended release yang mengandung paracetamol, diperoleh profil disolusi sebagai
berikut:
25
Menurut farmakope V, dalam uji disolusi tablet parasetamol, toleransi dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) parasetamol dari jumlah yang
tertera pada etiket
Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat pada profil disolusi tablet panadol IR
sedikit berbeda dengan literature, dimana profil disolusi panadol IR menurut literatur
menunjukkan % disolusi yang meningkat kemudian konstan hingga menit ke-60,
sedangkan hasil yang didapatkan menunjukkan pada menit ke 5 hingga 60, % disolusi
paracetamol IR 1 fluktuatif ( naik turun ). Sama halnya dengan % disolusi paracetamol IR
2 yang mengalami kenaikan pada menit awal yaitu menit ke-5 sampai 10 tetapi
mengalami penurunan pada menit ke-20 yaitu sebesar 95,958 % dan terus mengalami
penurunan pada menit ke-30 yaitu sebesar 89,082 % , menit ke 45 naik kembali menjadi
92,682 % dan pada menit ke 60 turun drastis menjadi 55,98 %. Hal ini berbeda pada
literature yang menunjukkan peningkatan % disolusi dan konstan hingga menit ke-60.
Pada kedua panadol IR yang di uji telah memenuhi persyaratan tersebut, yaitu
masing – masing telah mencapai % disolusi tidak kurang dari 80 %. Untuk IR 1 sebesar
98.586 %, sedangkan IR 2 sebesar 89.082%
26
Menurut, USP, pelepasan tablet extended release paracetamol melepaskan 45-65%
obat dalam 15 menit, 60-80% dalam satu jam dan tidak kurang dari 80% dalam 3 jam.
Dari data dan kurva yang di peroleh saat praktikum telah sesuai dengan literatur yaitu
obat pada waktu 10 – 20 menit berada pada rentang 44,675 % dan 46,745 %, sedangkan
pada waktu 60 menit sebesar 71,553 %.
BAB V
KESIMPULAN
Sediaan tablet panadol immediate release 500 mg dan tablet panadol extended
release 665 mg memiliki profil disolusi yang berbeda. Pada profil disolusi tablet panadol
IR sedikit berbeda dengan literature, dimana profil disolusi panadol IR menurut literatur
menunjukkan % disolusi yang meningkat kemudian konstan hingga menit ke-60,
sedangkan hasil yang didapatkan menunjukkan pada menit ke 5 hingga 60, % disolusi
paracetamol IR 1 fluktuatif (naik turun). Sama halnya dengan % disolusi paracetamol
27
IR2 yang mengalami kenaikan pada menit awal yaitu menit ke-5 sampai 10 tetapi
mengalami penurunan pada menit ke-20 yaitu sebesar 95,958 % dan terus mengalami
penurunan pada menit ke-30 yaitu sebesar 89,082 %, menit ke 45 naik kembali menjadi
92,682 % dan pada menit ke 60 turun drastis menjadi 55,98 %. Hal ini berbeda pada
literature yang menunjukkan peningkatan % disolusi dan konstan hingga menit ke-60.
Pada kedua panadol IR yang di uji telah memenuhi persyaratan tersebut, yaitu masing –
masing telah mencapai % disolusi tidak kurang dari 80 %. Untuk IR 1 sebesar 98.586
%, sedangkan IR 2 sebesar 89.082%
Menurut, USP, pelepasan tablet extended release paracetamol melepaskan 45-65% obat
dalam 15 menit, 60-80% dalam satu jam dan tidak kurang dari 80% dalam 3 jam. Dari
data dan kurva yang di peroleh saat praktikum telah sesuai dengan literatur yaitu obat
pada waktu 10 – 20 menit berada pada rentang 44,675 % dan 46,745 %, sedangkan pada
waktu 60 menit sebesar 71,553 %.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich, N.G., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and
Drug Delivery Systems, Tablets, Edisi VII, Lippincott Williams & Wilkins a
wotters Kluver Company, Philadelphia-Baltimare- New York- London- Buenos
Aires-Hongkong-Sydney-Tokyo, 229-243
Ansel, H, C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi , Edisi IV. Jakarta : UI Press.
28
Banakar, U.V., 1992. Pharmaceutical Dissolution Testing, Marcel Dekker Inc., New
York.
Collett, J., and Moreton, C., 2002, Modified – release Peroral Dosage Form, dalam
Aulton, M. E., Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form Design, Edisi II,
Churchill Livingstone, Edinburg – Londion – New York – Philadelphia – St Louis
Sydney – Toronto, 289-305
Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th ed, Vol.
II, Mack Publsihing Company, Pennsylvania.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,
Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
29