Anda di halaman 1dari 5

PETUNJUK NABI DALAM TERAPI INFLAMASI (PEMBENGKAKAN) DAN BISUL

DENGAN DITUSUK DAN DIPECAH

Diriwayatkan dari Ali bahwa ia menceritakan, “Aku bersama Rasulullah pernah menemui
seorang lelaki untuk menjenguknya karena punggungnya bengkak. Kami bertanya, “Wahai
Rasulullah! Bengkak ini sudah bernanah.” Beliau bersabda, “Pecahkan saja bagian yang
bengkak.” Ali menceritakan: Aku berada di situ hingga bengkaknya dibelah, sementara
Rasulullah menyaksikannya.”

Inflamasi adalah tumbuhnya sesuatu pada salah satu anggota tubuh karena kelebihan zat
tertentu secara tidak wajar sehingga terkumpul dan terlihat. Itu terjadi pada banyak kasus
penyakit. Kandungannya sendiri bisa terdiri dari empat unsur yang ada, termasuk air dan udara.
Kalau pembengkakan itu menumpuk, disebut juga dengan bisul.

Setiap inflamasi panas berubah menjadi salah satu dari tiga bentuk: Mengempes, menjadi
padat berisi nanah atau berubah menjadi keras. Kalau energinya kuat, isi bengkak itu akan
teratasi sehingga menjadi kempes. Kalau energinya tidak kuat, isi bengkak hanya menjadi
matang sehingga menjadi padat bernanah. Harus segera ditusuk untuk mengeluarkan nanah
tersebut. Kalau energinya lebih kecil lagi, biasanya justru menjadi matang sekali dan mengeras
sehingga sulit untuk ditusuk guna dikeluarkan isisnya. Dikhawatirkan bagian tubuh yang
bersangkutan akan membusuk karena penyakit terlalu lama mengendap sehingga dibutuhkan
penanganan tenaga medis secara dibedah atau cara lainnya demi mengeluarkan zat berbahaya
yang membusuk dan dapat merusak organ bersangkutan.

Pembedahan memiliki dua keuntungan: Pertama, bisa dikeluarkannya zat berbahaya


yang sudah membusuk dari dalam tubuh. Kedua, mencegah berkumpulnya zat-zat berbahaya lain
yang dapat menguatkan penyakit.

Adapun sabda Rasulullah dalam lanjutan hadits, “… bahwa Nabi Muhammad pernah
memerintahkan seorang tabib untuk membedah perut seorang lelaki yang mengalami penyakit
busung,” maka arti busung di sini adalah munculnya sejenis cairan busuk dalam perut akibat
kelaparan.
Kalangan medis sendiri berbeda pendapat tentang pembedahan kasus penyakit busung
ini. Sebagian kalangan melarangnya karena berbahaya dan sangat tidak aman. Sebagian kalangan
lain menandaskan membolehkannya bahkan berani mengatakan bahwa itulah satu-satunya cara
penyembuhannya. Namun yang demikian itu menurut mereka berlaku untuk kasus busung parah.
Karena busung itu terdiri dari tiga macam: Yang pertama, busung gendang. Yakni
pembusungan pada bagian perut akibat angina, bila perut dipukul akan menimbulkan suara mirip
suara gendang. Yang kedua, busung daging. Yakni yang diiringi dengan pertumbuhan daging
tubuh disertai kelenjar khusus yang menyebar bersama aliran darah di seluruh anggota tubuh.
Jenis yang satu ini lebih parah dari jenis pertama. Jenis lain adalah busung botol. Yakni dengan
munculnya unsur busuk pada bagian dasar perut yang saat bergerak terdengar seperti suara
gemericik air dalam botol. Jenis inilah yang paling parah menurut mayoritas kalangan medis.

Diantara kiat terapi busung botol ini adalah mengeluarkan cairan itu dengan pembedahan.
Caranya mirip dengan bedah urat untuk mengeluarkan darah kotor. Akan tetapi cara ini beresiko,
seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Kalau hadist ini shahih, maka bisa menjadi dalil
dibolehkannya membedah perut untuk mengobati busung tersebut.

PETUNJUK NABI MUHAMMAD SAW UNTUK MENGOBATI KERACUNAN


SEPERTI YANG BELIAU ALAMI DI KHAIBAR DARI WANITA YAHUDI

Abdu Ar-Razzaq menyebutkan dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka’ab
bin Malik: bahwa seorang wanita Yahudi menghadiahkan seekor kambing yang sudah dimasak
di Khaibar kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau bertanya, “Apa ini?” wanita itu menjawab,
“hadiah.” Wanita itu khawatir kalau mengatakan ‘ini sedekah.’ Beliau tidak akan memakannya.
Maka Rasulullah SAW menyantap sebagian daging tersebut. Para sahabat juga ikut
menyantapnya. Namun kemudian beliau bersabda, “Hentikan!” lalu beliau bertanya kepada
wanita tersebut, “Apakah engkau membubuhi racun di daging ini?” wanita itu balik bertanya,
“Siapa yang memberitahumu tentang hal itu?” beliau menjawab, “Tulang ini.” Beliau menunjuk
ke kaki kambing yang masih berada di tangannya. Wanita itu mengaku, “Memang demikian.”
Beliau bertanya lagi, “Mengapa engkau lakukan itu?” wanita itu menjawab, “Aku ingin, jika
engkau berdusta maka orang-orang akan enyah darimu. Tetapi, jika engkau benar-benar seorang
Nabi, makanan itu tidak akan membahayakanmu.” Akhirnya Rasulullah SAW meminta dibekam
pada bagian pundaknya di tiga titik, dan memerintahkan para sahabat untuk berbekam juga.
Namun sebagian di antara mereka meninggal dunia”

Dari jalur lain disebutkan, “Rasulullah SAW berbekam pada pundaknya untuk
menghilangkan pengaruh racun dari daging kambing yang beliau makan. Yang melakukan
bekamnya adalah Abu Hind dengan menggunakan tanduk dan pisau. Ia adalah mantan budak
dari Bani Bayadhah, dari kalangan Al-Anshar. Setelah kejadian itu, beliau masih hidup hingga
tiga tahun berikutnya, sampai akhirnya beliau wafat setelah menderita sakit yang membawa
kepada kematian beliau. Beliau pernah berkata, “Aku masih merasakan pengaruh akibat
makanan yang pernah kusantap dari daging kambing Khaibar. Sehingga inilah saatnya usiaku
berakhir.” Lalu Rasulullah SAW wafat sebagai syahid.”

Musa bin Uqbah menyatakan, “Terapi akibat racun adalah dengan cara memaksa keluar
zat beracun dalam tubuh dengan menggunakan anti toksin (penawar racun), bisa jadi secara aktif
atau reaktif. Bila tidak ditemukan obatnya, segera lakukan pembersihan racun secara
menyeluruh. Yang terbaik dalam hal ini adalah pembekaman.

Ketika Nabi Muhammad SAW berbekam pada bagian bahu yang merupakan lokasi
terdekat ke jantung yang mungkin dibekam, maka zat beracun dalam itupun keluar. Tidak
seluruhnya memang, karena sisanya masih mengendap meskipu sudah melemah reaksinya,
sesuai dengan takdir yang dikehendaki oleh Allah untuk menyempurnakan seluruh tangga
keutamaan pada diri beliau.

PETUNJUK NABI DALAM MENGOBATI SIHIR YANG DILAKUKAN OLEH


PEREMPUAN YAHUDI

Sihir adalah salah satu jenis penyakit. Cara kerjanya sama dengan racun, tidak ada
perbedaan antara keduanya.

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhariy dan Muslim dari Aisyah r.a bahwa ia
menceritakan: “Rasulullah s.a.w pernah terkena sihir, sehingga dalam halusinasinya, seolah-
olah beliau mendatangi isteri-isterinya, padahal pada hakikatnya beliau tidak mendatangi
mereka.” Itu adalah jenis sihir yang paling berat.

Tujuan pembahasan di sini adalah memaparkan petunjuk beliau dalam mengobati


penyakit yang satu ini. Ada dua riwayat dari beliau: Yang pertama, dan ini yang paling tegas,
bahwa beliau mengenyahkan dan mematahkan sihir tersebut. Beliau berdoa kepada Rabbnya
untuk menolong beliau dalam hal itu. Maka beliau diberi petunjuk, lalu mengeluarkan ‘alat
santet’ yang dimasukkan pelakunya dari dalam sumur. Ternyata adalah sebuah sisir rambut, lalu
dijemurkan di panas matahari. Ketika beliau mengeluarkannya, semua keluhan yang beliau
rasakan segera hilang, seolah-olah timbul semangat setelah sebelumnya bagai terbelenggu. Ini
adalah cara paling optimal dalam mengatasi sihir tersebut. Kiatnya mirip dengan mengeluarkan
materi busuk dan mencabutnya dari dalam tubuh dengan dipaksa.

Yang kedua, membersihkan tempat yang dikenal sihir. Karena, sihir berpengaruh pada
tubuh dan metabolisme dalam badan, bahkan secara langsung mengganggu pencernaan. Kalau
pengaruh itu sudah mengenai salah satu organ tubuh, lalu masih ada kemungkinan mengeluarkan
zat busuk yang ada pada organ tersebut, niscaya akan berguna sekali.

Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab Gharibul Hadits dengan sanad yang hasan dari
Abdurrahman bin Abi Laila, “Nabi Muhammad s.a.w pernah melakukan bekam pada bagian
kepalanya dengan menggunakan tanduk, ketika beliau terserang thubb.” Arti thubb adalah sihir.

Sebagian kalangan mengatakan bahwa ketika Rasulullah terkena penyakit ini, beliau
mengalami halusinasi seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya.
Kalangan ini berpendapat bahwa penyebabnya adalah materi dalam darah dan sejenisnya yang
menyerang otak untuk kemudian menyerang perut bagian depan sehingga merusak sistem
metabolismenya yang normal. Penggunaan bekam untuk mengobati penyakit ini termasuk jenis
pengobatan terbaik dan paling manur, oleh sebab itu beliau berbekam. Itu terjadi sebelum beliau
diberi wahyu bahwa itu adalah akibat sihir. Namun, ketika beliau menerima wahyu dari Allah
s.w.t dan diberitahukan bahwa beliau telah terkena sihir, beliau beralih pada pengobatan yang
sebenarnya, yaitu mengeluarkan sihir dan menangkalnya. Lalu beliau berdoa kepada Allah. Allah
pun menunjukkan tempatnya. Kemudian beliau mengeluarkannya dari tempat tersebut. Tiba-tiba
beliau siuman, seolah-olah baru sadar dari pingsannya. Sasaran utama dari sihir ini adalah tubuh
dan seluruh organ tubuh yang ada, bukan hati dan akal beliau. Oleh sebab itu, beliau tidak
sampai meyakini halusinasi yang beliau lihat. Beliau justru menyadari bahwa itu hanyalah
halusinasi belaka, bukan hal sesungguhnya. Kondisi seperti itu sering juga terjadi pada sebagian
kasus penyakit.

Di antara terapi terbaik menghadapi sihir adalah dengan menggunakan obat-obatan


ilahiyah. Yakni obat-obatan yang secara substansial sudah berkhasiat. Karena, sihir berasal dari
pengaruh roh jahat yang rendah. Cara mengatasi pengaruhnya adalah menangkal dan
melawannya dengan pembacaan dzikir, ayat, dan doa yang secara aktif akan mematahkan kinerja
dan pengaruh sihir. Semakin kuat dan jahat kinerja dan pengaruh suatu sihir, semakin sulit pula
proses menghilangkannya. Jika hati itu secara penuh bersama Allah, yakni selalu dzikir kepada
Allah, senantiasa menghadapkan diri dan berdoa kepada-Nya dengan selalu mengucapkan dzikir
dan memohon perlindungan kepada-Nya pula, selalu membaca wirid yang selayaknya ditujukan
kepada Allah, antara lisan dan hatinya terdapat keselarasan, maka itu adalah kiat terbaik untuk
menolak sihir, bahkan juga cara terbaik dalam mengobati tubuh yang terkena sihir.

Menurut para tukang sihir, ilmu sihir mereka akan bekerja secara optimal terhadap
orang-orang yang berhati lemah dan rentan, terhadap jiwa manusia yang dipenuhi nafsu syahwat
yang tentunya terkait dengan hal-hal yang hina. Oleh sebab itu wanita dan anak-anak adalah
korban utama ilmu sihir mereka, demikian juga dengan orang-orang jahil dan penduduk-
penduduk desa, selain orang yang lemah agamanya, sedikit rasa tawakalnya dan lemah pula
tauhidnya. Selain itu, umumnya korban sihir adalah orang yang tidak terbiasa mengucapkan
wirid, doa dan isti’adzah yang diajarkan oleh Nabi. Ringkasnya, sihir akan bekerja secara
optimal terhadap hati yang lemah dan mudah bereaksi, yang lebih cenderung kepada perkara-
perkara yang hina.

Anda mungkin juga menyukai