MUSTAKIM MASNUR
K11015I022
Sistem
Klasifikasi
Biofarmasetik
(BCS)
Dalam
sistem
sistem
klasifikasi
biofarmasetik
(Biopharmaceutical
rentang pH 1-8.
yang
diberikan
secara
oral.
Batas
kelas
didasarkan
pada
Dispersi Padat
Dispersi
Padat
Pada
awal
tahun
1961,
Sekiguci,
et
al.,
Tahapan yang terjadi antara obat dan polimer pada dispersi padat
adalah :
1. Perubahan obat dan polimer dari bentuk padat menjadi cair.
2. Pencampuran semua komponen dalam bentuk cairan.
3. Perubahan larutan campuran menjadi padat melalui proses
seperti pembekuan, penghilangan pelarut, dan kondenasasi (Margaret.
2008).
Klasifikasi Dispersi Padat Chiou dan Riegelman membagi dispersi
padat ke dalam enam tipe : campuran eutektik sederhana, larutan padat,
larutan dan suspensi gelas, endapan amorf dalam pembawa kristal,
gabungan senyawa atau bentuk kompleks, dan kombinasi dari kelima tipe
sebelumnya (Yadav, L.2011).
Campuran
eutektik
sederhana
dilakukan
dengan
proses
pemadatan secara cepat dua senyawa yang dileburkan. System ini secara
termodinamika mirip dengan campuran fisika kedua komponen kristalnya.
Sehingga pola difraksi sinar X merupakan penjumlahan dari kedua
komponen ini (Singh, C.2013). Contohnya campuran parasetamol-urea,
kloramfenikol-urea, dan griseofulvin-PEG 2000 (Agoes, Goeswin. 2012).
Larutan padat adalah dua komponen kristal berada dalam satu
fase yang homogen. Ukuran partikel obat dalam larutan padat berkurang
hingga tingkat molekular. Sehingga, kecepatan disolusi larutan padat lebih
tinggi dibandingkan dengan campuran eutektik. Contohnya hidrokortison
asetat dalam PEG 6000 (Singh, C.2013).
Larutan gelas adalah keadaan solute terlarut dalam sistem gelas
yang homogen. Suspensi gelas adalah campuran antara partikel yang
mengendap dan tersuspensi di dalam sistem gelas. Contoh pembawa
yang dapat membentuk larutan dan suspensi gelas yaitu asam sitrat,
dekstrosa, sukrosa, galaktosa, PVP, dan PEG (Singh, C.2013).
Endapan amorf dalam pembawa kristalin adalah obat yang
sebelumnya dalam bentuk kristalin mengendap dalam bentuk amorf pada
pembawa kristalin. Jika terdapat pembawa, obat tersebut memiliki
kecenderungan mengendap lebih cepat dalam bentuk amorf (Singh,
C.2013).
Gabungan senyawa atau bentuk kompleks ditandai dengan
kompleksasi dari dua komponen dalam satu biner selama persiapan
dispersi padat. Ketersediaan obat membentuk kompleks tergantung pada
kelarutan, disosiasi konstan, dan tingkat penyerapan intrinsik kompleks
(Singh, C.2013).
Metode Preparasi Dispersi Padat Dua prosedur utama untuk
preparasi dispersi padat adalah teknik fusi dan pelarutan (kosolvensi).
Modifikasi dari kedua metode ini dan gabungan keduanya juga telah
digunakan. Yang paling akhir adalah aplikasi proses cair superkritikal
(super
critical
fluid
process)
yang
juga
telah
diaplikasikan
untuk
dengan
penambahan
surfaktan;
ii)
kemungkinan
terjadi
pemisahan fase selama proses pendinginan, pendinginan yang perlahanlahan akan menyebabkan terbentuknya kristal, sedangkan pendinginan
yang cepat akan menghasilkan dispersi padat amorf; iii) banyak zat, baik
obat maupun pembawa, dapat terurai selama proses peleburan pada suhu
tinggi (Doshi, J. 2013).
Metode
menggunakan
ini
untuk
mempreparasi
dispersi
padat
dari
penghilangan
sangat
kritikal
terhadap
mutu
dispersi.
pemisahan
pada
fase
suhu
selama
tinggi
proses
dapat
penghilangan
mempercepat
pelarut.
proses
dan
(35C
75C)
sehingga
memungkinkan
untuk
menangani
pada
formulasi
dan
parameter
proses,
proses
obat.
Pembawa
harus
memenuhi
kriteria
berikut
untuk
generasi
kedua.
Pembawa
amorf:
Polyethyleneglycol,
digunakan
dalam
pembuatan
diagram
fase
penentuan
kristal,
amorf
atau
kristalin.
Sistem
eutektik
sederhana
inframerah.
Pada
spektroskopi
ultraviolet,
terjadinya
larutan
padat
dapat
dibaca
dari
beberapa
parameter
Metode
ini
digunakan
untuk
menentukan
Metode
ini
banyak
digunakan
untuk
menguji
larut,
dapat
efek
peningkatan
pada
pembasahan
dan
atau
agregasi
partikel
yang
selanjutnya
akan
DAFTAR PUSTAKA
Das, S.K., Roy, S., Kalimuthu, Y., & Khanam, J., Nanda, A. Solid
Dispersions : An Approach to Enhance the Bioavailability Poorly
Water-Soluble Drugs. International Journal of Pharmacology and
Pharmaceutical Technology, 1(1), 2277-3436.
Kumar, P., Singh, C. (2013). A Study on Solubility Enhancement Methods
for
Poorly
Water
Soluble
Drugs.
American
Journal
of
Zaheer, A., Naveen, M., Santhosh, K., & Imran K. (2011). Solubility
Enhancement
of
Poorly
Water
Soluble
Drugs:
Review.