I. Tujuan
II. Prinsip
dan multi kompartemen suatu obat menggunakan data dari sampel darah
3.1. Farmakokinetika
pengaturan dosis.
individual.
metabolit.
farmakologi/toksikologi.
(biokivalensi).
diberikan dengan injeksi intravena dan obat melarut (didistribusi) secara cepat
dalam cairan tubuh. Suatu kompartemen hanya dianggap sebagai suatu jaringan
atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat serupa.
merupakan suatu sistem terbuka karena obat dapat dieliminasi dari sistem dan
konsentrasi obat dalam plasma dan jaringan obat-obat ini. Pada model ini,
mana obat berkesetimbangan dengan lebih lambat). Transfer obat antar dua
al. 2012:75-76).
menyusun kompartemen sentral. Pada saat distribusi obat awal terjadi, maka
yang tersusun dari kelompok jaringan dengan perfusi darah yang lebih
rendah dan afinitas obat yang berbeda (Shargel, L., et al. 2012:74). Selain
itu model ini menjelaskan juga pengamatan dimana setelah suatu injeksi
konsentrasi obat dalam tubuh selama waktu tertentu dan merupakan proses
orde ke satu dengan satuan waktu-1 (jam-1) (Shargel, L., et al. 2012:52).
konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah obat dalam tubuh dan
3. Klirens (Cl)
puncak dalam plasma dan area dibawah kurva. Sedangkan waktu kadar
jumlah obat yang terabsobsi secara sistemik (Shargel, L., et al. 2012:7).
3.4. OBAT-OBATAN
3.4.1. Griseofulvin
berasal dari spesies penisilium. Obat ini hanya digunakan pada terapi
selektif dalam lapisan keratogen epidermis, rambut dan kuku dan disana
yang baru terbentuk ini, griseofulvin harus diberikan selama 2-6 minggu
Katzung,2007: 1034).
Absorbsi zat yang sukar larut ini sangat tergantung kepada ukuran
bahwa griseofulvin terikat pada keratin yang baru dibentuk, lalu secara
perlahan dari lapisan kulit yang dalam dalam menuju lapisan luar. Dengan
jamur tersebut di atas dan tak hanya dapat ditanggulangi secara lokal.
bergantung pada lokalisasi infeksi jamur. Untuk serangan pada kulit rata-
rata 3-6 minggu, serangan pada kuku 4-5 bulan. Sebagai tambahan harus
660). Efek samping, pada pemakaian jangka panjang atau pendek, umunya
sedikit. Dapat terjadi gangguan saraf pusat dan saluran cerna serta reaksi
fungsi hati yang parah dan pofiria hepatik akut. Pada hewan percobaan
tampak adanya kerja embriotoksik dan mutagenik, oleh karena itu tidak
digunakan pada hamil muda atau pada orang yang ingin punya anak.
3.4.2. Aluminium
Berdasarkan pada jurnal penelitian De Oliveira SR, Bohrer D,
spesifik pada pasien. Misalnya, pada pasien bayi premature beresiko lebih
ke dalam darah yang tidak ada bariernya, terdistribusi dalam tubuh. Pada
toksisitasnya pertama kali dilaporkan pada awal tahun 1980. Semnjak itu
dengan volume besar (seperti asam amino, dextrose, emulsi lipid, dan air
steril) yang digunakan dalamPN tidak boleh mengandung Al sebesar >25
timbul pada evel ini karena secara praktisnya semua formulasi yang
IV. Prosedur
ingin di ln kan).
Model kempartemen ditentukan dengan grafik yang dibuat dari regresi antara
kalibrasi post distribusi dibuat. Kurva kalibrasi post distribusi diperoleh dari
umumnya menjadi ln Ct = β + ln B.
Kurva kalibrasi dibuat dengan menggunakan 3 waktu teratas sebagai (x) dan
umumnya menjadi ln Ct = α + ln A.
V. Data Pengamatan
Alumunium
12
10
f(x) = − 0.24 x + 9.96
R² = 1
8
Ln Konsentrasi
Alumunium
6
Linear (Alumunium)
4
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (jam)
(Alumunium)
Parameter
Hasil
Farmakokinetik
Ke (/jam) 0,235
t1/2 (jam) 2,94893617
LnC0 (ng/mL) 9,9555
C0 (ng/mL) 21067,7771
Dosis iv (ng) 375000
Vd (mL) 17,7996947
Cl (ml/jam) 4,18292825
AUC0 (ng/mL jam) 89650,1153
y = bx + a y = -0,235x + 9,9555
r = -0,9998
Ln Cp = 9,9555 – 0,235x
C0 = anti Ln C0
= anti Ln 9,9555
= 21067,77709 ng/mL
2) Ln C0 = 9,9555 ng/mL
ln 2 0,693
3) t ½ (Waktu Paruh) = = =2,9489/ jam
Ke 0,235 / jam
Dosis 375000ng
6) Vd (Volume Distribusi ) = = =17,7997 mL
C0 21067,77709 ng/mL
Dosis 375000 ng
8) AUCO~ = = =8 9650,72079 ng /mL . jam
Ke x Vd 0,235/ jam x 17,7997 ml
Griseofulvin
1
0
f(x)
f(x) == −−50.09
0.93 xx ++ 0.26
0.79
-1 0 R² = 0.97 10= − 0.07 15
f(x) x + 0.02 20 25 30 35
R² = 0.99
-2 R² = 1
Griseofulvin
-3 Linear (Griseofulvin)
-4 Fase Eliminasi
-5 Linear (Fase
Eliminasi)
-6 Fase Distribusi
Waktu (jam) Linear (Fase
Distribusi)
Parameter
Hasil
Farmakokinetik
α 0,9287
Ln A 0,7889
A 2,200974023
β 0,0743
Ln B 0,0201
B 1,020303365
5.3.4. Tabel Parameter Farmakokinetik
Parameter
Hasil
Farmakokinetik
K (/jam) 0,2
k12 (/jam) 0,458025959
k21 (/jam) 0,344922
t1/2 (jam) 9,327052
Vp (mL) 44081,89
AUC0 (mcg/mL jam) 16,10216
Cl (ml/jam) 8818,69059
y = -0,0858x + 0,2612
y = -0,0743x + 0,02
y = -0,9286x + 0,7890
a. Fase Distribusi ( α )
y = -0,9286x + 0,7890
α = b = 0,9286
Ln A = a = 0,7890
A = anti Ln A = 2,2011
b. Fase Eliminasi ( β )
y = -0,0743x + 0,0201
R² = 0,9999
β = b = 0,0743
Ln B = a = 0,0201
B = antiLn B = 1,0203
c. Dosis
0,2222
¿ =0,2/ jam
1,1109
2) K12 (/jam) =
2,2457 ( 0,7298 )
¿
( 3,2214 x 1,1109 )
1,6389
¿ =0,4579/ jam
3,5786
1,1109
¿ =0,3448/ jam
3,2214
0,693 0,693
4) t ½ eliminasi (Jam) = = =9,3270 jam
β 0,0743
142000
¿ =44080,2135 mL
3,2214
Dosis 142000 mc g
¿ =
6) AUC0 ~
K x Vp 0,2
x 44080,2135 mL
jam
mcg
¿ 16,1070 . jam
mL
0,2
7) Cl ( mL/jam) = Vp x K =44080,2135 mL x
jam
VI. Pembahasan
memastikan nasib obat dalam tubuh yang meliputi proses absorpsi dan
dalam pemberian regimen dosis obat yang tepat di dalam aplikasi klinik
diantaranya efek yang timbul akan lebih cepat dibanding pemberian dengan
per oral. Selain itu administrasi ini sangat cocok diberikan pada kondisi
darurat dan terutama pada pasien yang kurang kooperatif (kondisi tidak
sadar). Selain memberikan keuntungan terdapat kekurangan yang dimiliki
erat, karena jumlah obat dalam setiap kompartemen dalam setiap sistem
memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada berbagai
empat tikus 375 gram dan dosis yang diberikan Alumunium 1 mg/kg.
pada indigesti pada refluks oesophagitis ringan, dan pada gastritis (L. Kee
rumus Excel (=Ln( kolom angka yang ingin di Ln kan)) yaitu dari
dengan grafik yang dibuat dari regresi antara Ln Cp dan waktu (t). Melalui
data hasil pengukuran kurva tersebut diperoleh persamaan kurva dengan
Alumunium
12
10
f(x) = − 0.24 x + 9.96
Ln Konsentrasi
8 R² = 1
Alumunium
6
Linear (Alumunium)
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (jam)
kompartemen satu terbuka obat masuk dan keluar tubuh dan tubuh bertindak
dalam sirkulasi sistemik dan mempunyai volume distribusi kecil, atau juga
kompartemen terbuka terlihat seolah-olah tidak ada fase distribusi, hal ini
(Mutschler, 1991).
yang diamati antara lain tetapan kecepatan eliminasi obat (Kel), waktu
paruh eliminasi (t1/2), Klirens (Cl), volume distribusi (Vd), area under
matematika dari data kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang
yaitu dari mulai obat dilepas, didistribusikan, hingga dieliminasi dari tubuh.
pengobatan’ pada pasien, yaitu dalam hal tepat dosis obat untuk mencapai
penggunaan obat.
grafik konsentrasi plasma, maka tetapan laju eliminasi (total) dapat dihitung
obat yang ada pada suatu waktu yang akan tereliminasi dalam satu satuan
hal ini tubuh dianggap mengikuti model satu kompartemen terbuka, obat
lurus dengan jumlah obat di dalam tubuh. Cara lain untuk menganalisis data
bahwa hanya satu sumbu yang sudah disesuaikan dengan nilai logaritma.
Bila diplot nilai konsentrasi aktual terhadap waktu di atas kertas grafik ini,
semilog dibandingkan dengan kertas grafik biasa adalah lebih efisien waktu
karena tidak diperlukan lagi untuk menghitung nilai logaritma dari masing-
bersangkutan.
Kemudian parameter yang kedua didapatkan nilai t ½ pada
Alumunium adalah 2,948 jam. Hal tersebut dinyatakan dalam jam atau
(nilai a pada persamaan regresi) dan konsentrasi obat dalam plasma (Co)
adalah 21067,77 mg/ml yang didapatkan dari hasil (Exp a dengan rumus
obat di dalam tubuh dengan konsentrasi di dalam plasma atau darah, volume
plasma atau darah yang dibutuhkan untuk memberi gambaran distribusi obat
dengan ikatan protein. Obat yang bersifat polar cenderung memiliki volume
obat, semakin sedikit jumlah obat yang berada di dalam plasma. Kemudian
data parameter dari (Cl) didapat pada alumunium dengan nilai adalah
4,1829 ml/jam yang didapatkan dari hasil (Vd x Ke). Clearance total (Cl)
obat. Sifat obat yang di eliminasi melalui ginjal adalah obat yang tidak
oleh hati. Peranan renal dalam proses eliminasi dapat dipisahkan dari
menganalisis jumlah obat yang muncul di dalam urin pada interval waktu
yang didapatkan dari hasil = (dosis) / (Ke dikali Vd). AUC ( Area Under
Curve) luas daerah di bawah kurva kadar obat dalam sirkulasi sistemik vs
banyak obat diabsorpsi dari sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah
total obat yang utuh tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik
intravena dengan dosis 142 mg, merupakan antifungi yang berfungsi untuk
kompartemen, selain itu kurva yang muncul tidak linier, dengan persamaan
1991).
reaksi yang tidak sama ke dalam berbagai kelompok jaringan yang berbeda.
maka kurva mengalami eliminasi obat dari tubuh yang mengikuti order
teratas dari fase distribusi ke persamaan regresi dari post distribusi sebagai
x. Setelah itu dicari nilai konsentrasi residual dengan cara mencari selisih
(Konstanta laju reaksi untuk fase distribusi ) yang sama dengan nilai b yaitu
nilai β (Konstanta laju reaksi untuk fase eliminasi ) yang sama dengan nilai
1,0203. Selain itu, dicari juga nilai K yang merupakan tetapan eliminasi
hasil 0,2/jam, K12 adalah nilai tetapan kecepatan transfer obat dari
hasil kali AB dengan selisih antara β dan α, kemudian dibagi hasil kali
waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di
dalam tubuh menjadi seperdua selama eliminasi (atau selama infus yang
konstan) (Katzung, 2001), diperoleh dengan cara 0,693 dibagi nilai β yaitu
9,327 jam, Vp adalah volume plasma diperoleh dengan membagi dosis awal
dengan penjumlaan A dan B hasilnya adalah 4408,89 mL, AUC 0 adalah
dari jumlah total obat yang utuh tidak berubah yang mencapai sirkulasi
sistemik (Shargel dan Yu, 2005), diperoleh dengan cara membagi D0 dengan
obat per satuan waktu (Neal, 2006), hasil kali antara Vp dengan K yaitu
VII. Kesimpulan
Gibson, G. G., and Skett, P., (1991). Introduction too Drug Metabolism,
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, Jr., J.H., (1991). Organisasi: Perilaku,
Katzung, B.G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik : Reseptor- reseptor Obat
Katzung, Betram G. 2010. Basic & Clinical Pharmacology, 10th Edition. Jakarta:
EGC
Kee, Joyce L and Evelyn R. Hayes.,1996, Farmakologi : pendekatan proses
Mutschler, E., (1991). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 3,9 -16, 371,
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,