Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

METABOLISME OBAT SEDATIF-HIPNOTIK PADA HEWAN COBA

DISUSUN

OLEH MEJA 1 ( A2)

Rehulyna Br Sitompul 220600041


Jimmy Pranata Damanik 220600042
Beatrix Tresnawati Simamora 220600043
M. Yudha Abdillah Lubis 220600044
Marchoney Maria Situmorang 220600045
Rainva Gracea Purba 220600046

“DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN TERAPEUTIK”

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


2023
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat.
Farmakokinetika mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan
metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu. Farmakokinetik
terdiri dari 4 proses, yaitu proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Setiap
obat dan zat lain yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami ke empat proses tersebut.1
Metabolisme obat merupakan bagian dari kinetika obat, yakni proses masuknya
obat ke dalam tubuh, lalu diserap, hingga dikeluarkan zat sisanya. Pada tahap ini terjadi
modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme hidup, pada umumnya dilakukan
melalui proses enzimatik. Proses kimia tersebut mengubah obat di dalam tubuh menjadi
suatu metabolitnya, umumnya mengubah senyawa yang aktif menjadi non aktif, dan
mengubah senyawa yang kurang larut air menjadi lebih larut air. Proses metabolisme
obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat
farmakologis obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma
sel-sel hati. Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran
pencernaan, paru-paru, ginjal, dan kulit.2
Proses kecepatan metabolisme obat yang terjadi pada setiap orang berbeda-beda.
Proses metabolisme obat ini dipengaruhi oleh enzim CYP-450 yang terdiri dari asam
amino (protein) berperan untuk memecah dan mengubah bentuk zat kimia tersebut agar
bisa bekerja lebih efektif. Selain itu, menurut buku Drug Metabolism (2022),
metabolisme setiap obat juga dapat dipengaruhi sejumlah faktor seperti, dosis, jenis
obat yang dikonsumsi, dan interaksi obat.3
Proses metabolisme obat tersebut dapat dipacu oleh obat-obat yang bersifat
inductor ataupun dihambat oleh obat-obat yang bersifat inhibitor enzim pemetabolisme.
Hal inilah yang mendasari praktikum farmakologi ini dilakukan, yaitu untuk mengetahui
pengaruh obat yang bersifat induksi dan inhibis dalam proses metabolisme obat dalam
tubuh.
1.2. Tujuan Praktikum

1.2.1  Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu menjelaskan


pengaruh obat terhadap enzim pemetabolisme obat melalui efek farmakologinya.

1.2.2  Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa mengetahui farmakodinamik obat golongan sedative hipnotik


diazepam
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan proses metabolisme obat terhadap
efek kombinasi diazepam dengan simetidin
3. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan proses metabolisme obat terhadap
efek kombinasi diazepam dengan fenobarbital
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan proses metabolisme obat terhadap
efek kombinasi diazepam dengan rifampisinMahasiswa dapat menentukan
refleks kornea pada hewan coba pada pemberian parenteral dan enteral
5. Mahasiswa dapat menentukan perbedaan sensasi nyeri hewan coba pada
pemberian parenteral dan entera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI

Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian pada umumnya
mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan
efek. Kemudian, setelah mengalami biotransformasi, obat diekskresikan dari dalam tubuh.
Metabolisme atau biotransformasi merupakan rekasi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi
yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Metabolisme obat terjadi terutama di hati,
yakni di membrane endoplasmic reticulum ( mikrosom) dan di sitosol. Tujuan metabolisme obat
adalah mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat
diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah
menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif atau menjadi toksik.
Jumlah metabolit yang dihasilkan ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang
berperan dalam pross metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan
masa kerja obat. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan
memperpanjang masa kerja obat, juga beresiko meningkatkan toksisitas obat. Sebaliknya,
peningkatan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek masa kerja
obat sehingga obat pada dosis normal menjadi tidak efektif (Gunawan dkk,1995).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme obat, diantaranya adalah induksi dan
inhibisi enzim pemetabolisme.
1) Induksi enzim CYP P450
CYP P450 merupakan superfamily enzim yang bertanggung jawab pada proses
biotransformasi obat. Beberapa obat dapat menginduksi enzim ini sehingga kerja CYP
P450 semakin meningkat dalam memetabolisme obat. Contoh: Karbamazepin,
fenobarbital, etanol, rifampisin.

2) Inhibisi enzim
Reaksi inhibisi enzim terjadi lebih cepat daripada induksi enzim karena terjadi secara
cepat setelah konsentrasi inhibitor ini mencapai titik tertentu yang sanggup bersaing
dengan obat dalam menduduki sisi aktif enzim pemetabolisme. Contoh: Simetidin
menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, warfarin, sedangkan eritromisin
menghambat metabolisme teofilin, warfarin, karbamazepin dan digoksin.
Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan system saraf pusat
sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif adalah senyawa
yang menimbulkan sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap
rangsangan dari luar karena ada penekanan system saraf pusat yang ringan. Dalam dosis
besar, sedatif berfungsi sebagai hipnotik yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif
digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan emosi dan
tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor sosiologis, untuk menunjang
pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan untuk menunjang efek anestesi
sistemik. Namun, obat dari golongan ini jika digunakan berkepanjangan dapat bersifat
toksik dan menyebabkan kematian.4,5

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 METODE PRAKTIKUM


3.1.1 Alat dan Bahan

Alat:
▪ Spuit 3 cc
▪ spuit 1 cc
▪ Oral gavage
▪ Timer
▪ Gelas Erlenmeyer
▪ Tusuk gigi
▪ Timbangan

Bahan:
▪ Larutan stok diazepam 0,01%
▪ Larutan stok fenobarbital 0,01%
▪ Larutan stok simetidin 1%
▪ Larutan stok rifampisin 0,45%
▪ Larutan stok glukosa 0,01%
▪ Tikus galur Wistar (Rattus norvegicus)

3.1.2 Prosedur Praktikum

Pelaksanaan
1. Tiap meja mendapatkan 5 ekor tikus
2. Praktikan menimbang berat badan tikus dan menghitung dosis perlakuan

Keterangan dosis manusia


1) Diazepam = 10 mg
2) Fenobarbital = 4 mg
3) Simetidin = 200 mg
4) Rifampisin = 450 mg
5) Glukosa = 100 mg
Faktor konversi untuk 200 gr Tikus = 0,018

Perhitungan dosis untuk hewan coba


1) Dosis konversi = faktor konversi x dosis manusia
2) Dosis pada tikus = BB/ 200 x dosis konversi
3) Vol obat yang diberikan = dosis pada tikus / kons. Larutan stok

3. Pemberian simetidin, fenobarbital dan rifampisin dilakukan 30 menit sebelum


pemberian diazepam
Perlakuan diberikan dengan rincian sebagai berikut:
Tikus I: Glukosa per oral
Tikus II: Diazepam per oral
Tikus III: Diazepam + Simetidin per oral
Tikus IV: Diazepam + Fenobarbital per oral
Tikus V: Diazepam + Rifampisin per oral
Pengamatan: Praktikan menilai respon pada hewan coba setiap 5 menit pada
menit ke 5, 10, 15, 20, 30, 35,40,45,50 dan menit ke 60:

a. Postur tubuh:
1 = Jaga = Kepala dan punggung tegak
2 = Ngantuk = Kepala tegak,
punggung mulai datar 3 = Tidur =
Kepala dan punggung datar
b. Aktivitas Motorik
c. 1 = Gerak Spontan
d. 2 = Gerak Spontan bila dipegang
e. 3 = Gerak menurun saat dipegang

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Holford N.H.G. (2012) ‘Pharmacokinetics & Pharmacodynamics: Rational Dosing &


the Time Course of Drug Action. In: Katzung B.G., S. B. Masters, A. J. Trevor,
Basic & Clinical Pharmacology’, 12th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc: 37-51

2. Farmakoterapi.com. 2017. “Mengenal Metabolisme Obat”.


http://www.farmakoterapi.com/mengenal-metabolisme-obat/ (18 April 2023)
3. Dwi Ratih Ramadhany. 2023. “Bagaimana Proses Metabolisme Obat dalam
Tubuh?”. https://hellosehat.com/obat-suplemen/metabolisme-obat-dalam-tubuh/ (18
April 2023)
4. Astuti KI, Fitriyanti F. UJI POTENSIASI EFEK SEDATIF-HIPNOTIK EKSTRAK
ETANOL KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatic) ASAL GAMBUT KALIMANTAN
SELATAN Potential Test Of Sedative-Hypnotic Effect Extract Ethanol Ipomoea
Aquatica Form Gambut, South Kalimantan. Borneo Journal of Pharmascientech.
2018 Oct 16;2(2).
5. Cooper J. 2016. “Toxicity, Sedative-Hypnotics” .
http://emedicine.medscape.com/artic le/818430-Overview (18 April 2023

Anda mungkin juga menyukai