DISUSUN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat.
Farmakokinetika mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan
metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu. Farmakokinetik
terdiri dari 4 proses, yaitu proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Setiap
obat dan zat lain yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami ke empat proses tersebut.1
Metabolisme obat merupakan bagian dari kinetika obat, yakni proses masuknya
obat ke dalam tubuh, lalu diserap, hingga dikeluarkan zat sisanya. Pada tahap ini terjadi
modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme hidup, pada umumnya dilakukan
melalui proses enzimatik. Proses kimia tersebut mengubah obat di dalam tubuh menjadi
suatu metabolitnya, umumnya mengubah senyawa yang aktif menjadi non aktif, dan
mengubah senyawa yang kurang larut air menjadi lebih larut air. Proses metabolisme
obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat
farmakologis obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma
sel-sel hati. Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran
pencernaan, paru-paru, ginjal, dan kulit.2
Proses kecepatan metabolisme obat yang terjadi pada setiap orang berbeda-beda.
Proses metabolisme obat ini dipengaruhi oleh enzim CYP-450 yang terdiri dari asam
amino (protein) berperan untuk memecah dan mengubah bentuk zat kimia tersebut agar
bisa bekerja lebih efektif. Selain itu, menurut buku Drug Metabolism (2022),
metabolisme setiap obat juga dapat dipengaruhi sejumlah faktor seperti, dosis, jenis
obat yang dikonsumsi, dan interaksi obat.3
Proses metabolisme obat tersebut dapat dipacu oleh obat-obat yang bersifat
inductor ataupun dihambat oleh obat-obat yang bersifat inhibitor enzim pemetabolisme.
Hal inilah yang mendasari praktikum farmakologi ini dilakukan, yaitu untuk mengetahui
pengaruh obat yang bersifat induksi dan inhibis dalam proses metabolisme obat dalam
tubuh.
1.2. Tujuan Praktikum
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian pada umumnya
mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan
efek. Kemudian, setelah mengalami biotransformasi, obat diekskresikan dari dalam tubuh.
Metabolisme atau biotransformasi merupakan rekasi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi
yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Metabolisme obat terjadi terutama di hati,
yakni di membrane endoplasmic reticulum ( mikrosom) dan di sitosol. Tujuan metabolisme obat
adalah mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat
diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah
menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif atau menjadi toksik.
Jumlah metabolit yang dihasilkan ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang
berperan dalam pross metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan
masa kerja obat. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan
memperpanjang masa kerja obat, juga beresiko meningkatkan toksisitas obat. Sebaliknya,
peningkatan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek masa kerja
obat sehingga obat pada dosis normal menjadi tidak efektif (Gunawan dkk,1995).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme obat, diantaranya adalah induksi dan
inhibisi enzim pemetabolisme.
1) Induksi enzim CYP P450
CYP P450 merupakan superfamily enzim yang bertanggung jawab pada proses
biotransformasi obat. Beberapa obat dapat menginduksi enzim ini sehingga kerja CYP
P450 semakin meningkat dalam memetabolisme obat. Contoh: Karbamazepin,
fenobarbital, etanol, rifampisin.
2) Inhibisi enzim
Reaksi inhibisi enzim terjadi lebih cepat daripada induksi enzim karena terjadi secara
cepat setelah konsentrasi inhibitor ini mencapai titik tertentu yang sanggup bersaing
dengan obat dalam menduduki sisi aktif enzim pemetabolisme. Contoh: Simetidin
menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, warfarin, sedangkan eritromisin
menghambat metabolisme teofilin, warfarin, karbamazepin dan digoksin.
Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan system saraf pusat
sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif adalah senyawa
yang menimbulkan sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap
rangsangan dari luar karena ada penekanan system saraf pusat yang ringan. Dalam dosis
besar, sedatif berfungsi sebagai hipnotik yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif
digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan emosi dan
tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor sosiologis, untuk menunjang
pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan untuk menunjang efek anestesi
sistemik. Namun, obat dari golongan ini jika digunakan berkepanjangan dapat bersifat
toksik dan menyebabkan kematian.4,5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat:
▪ Spuit 3 cc
▪ spuit 1 cc
▪ Oral gavage
▪ Timer
▪ Gelas Erlenmeyer
▪ Tusuk gigi
▪ Timbangan
Bahan:
▪ Larutan stok diazepam 0,01%
▪ Larutan stok fenobarbital 0,01%
▪ Larutan stok simetidin 1%
▪ Larutan stok rifampisin 0,45%
▪ Larutan stok glukosa 0,01%
▪ Tikus galur Wistar (Rattus norvegicus)
Pelaksanaan
1. Tiap meja mendapatkan 5 ekor tikus
2. Praktikan menimbang berat badan tikus dan menghitung dosis perlakuan
a. Postur tubuh:
1 = Jaga = Kepala dan punggung tegak
2 = Ngantuk = Kepala tegak,
punggung mulai datar 3 = Tidur =
Kepala dan punggung datar
b. Aktivitas Motorik
c. 1 = Gerak Spontan
d. 2 = Gerak Spontan bila dipegang
e. 3 = Gerak menurun saat dipegang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA