Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

Dosen Pengampu:
Elly Wardani, M.Farm., Apt.

Pengaruh Metaolisme Obat pada Hewan Uji


Disusun Oleh:

Nadia Puspita Sari 12018029


Nina Agustina 12028052
Opi Dwi Nurhayati 12018060
Sarah Anggita Pratiwi 12018070
Silvia Dwi Ayu Lestari 12018074
Wahyu Muhammad Nur 12018087

Farmasi A2 (Kelompok2)

S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRIMA INDONESIA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara menganastesi dan
mengorbankan hewan uji”. Maka ini kami susun untuk melengkapi tugas Pembuatan Laporan
Praktikum. Kami mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan praktikum ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Bekasi, 18 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
2.1. Dasar Teori.................................................................................................................................3
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Obat.....................................................................5
2.3. Tempat Metabolisme Obat........................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................8
METODELOGI PRAKTIKUM...............................................................................................................8
3.1. Alat dan Bahan..........................................................................................................................8
3.2. Prosedur Kerja..........................................................................................................................8
BAB IV.....................................................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................10
BAB V.......................................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................................11
5.1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
5.2. Saran.........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme
hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme obat
merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat farmakologis
obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-sel hati. Selain
itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran pencernaan, paru-paru, ginjal,
dan kulit.
Metabolisme obat terbagi dalam 2 fase, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini,
senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar.
Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut
juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi,
dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan
hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450
monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan
metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid. Reaksi oksidasi akan
mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini mengakibatkan beberapa senyawa yang tidak
aktif (pro drug) secara farmakologi menjadi senyawa yang aktif. Juga, senyawa yang lebih
toksik/beracun dapat terbentuk melalui reaksi oksidasi ini. Reaksi fase II, disebut pula reaksi
konjugasi, biasanya merupakan reaksi detoksikasi dan melibatkan gugus fungsional polar
metabolit fase I, yakni gugus karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang
terjadi melalui reaksi metilasi, asetilasi, sulfasi, dan glukoronidasi. Reaksi fase II akan
meningkatkan berat molekul senyawa obat, dan menghasilkan produk yang tidak aktif. Hal
ini merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme obat pada fase I.
Metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia,
genetika, nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim yang terlibat
dalam proses metabolisme obat. Selain itu, faktor patologis (penyakit pada hati atau ginjal)
juga berperan dalam menentukan laju metabolisme obat.

1
1.2. Tujuan

Untuk Menganalisis efek Metabolisme Diazepam yang diberikan secara bersamaan


dengan Cimetidin

1.3.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian pada umumnya
mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresikan dari
dalam tubuh (Anief, 1984).
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat
yang terjadi di dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim (Syarif, 1995). Metabolisme obat
mempunyai dua efek penting yaitu:

1. Obat menjadi lebih hidrofilik-hal ini mempercepat ekskresinya melalui ginjal karena
metabolit yang kurang larut lemak tidak mudah direabsorpsi dalam tubulus ginjal.

2. Metabolit umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Akan tetapi, tidak selalu
seperti itu, kadang-kadang metabolit sama aktifnya (atau lebih aktif) daripada obat
asli. Sebagai contoh, diazepam (obat yang digunakan untuk mngobati ansietas)
dimetbolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam, keduanya aktif. Prodrug bersifat
inaktif sampai dimetabolisme dalam tubuh menjadi obat aktif. Sebagai contoh,
levodopa, suatu obat antiparkinson, dimetabolisme menjadi dopamin, sementara obat
hipotensif metildopa dimetabolisme menjadi metil norepinefrin-α (Neal, 2005).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi


polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik (Syarif, 1995).
Enzim yang berperan dalam dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan
letaknya dalam sel, yaitu enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus
(yang pada isolasi invitro membentuk kromosom ) dan enzim non mikrosom. Kedua enzim
metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat dalam sel jaringan lain,

3
misalnya: ginjal, paru-paru, epitel saluran cerna dan plasma. Di lumen saluran cerna juga
terdapat enzim non mikrosom yang dihasilkan flora usus. Enzim mikrosom mengkatalisis
reaksi glukoronida, sebagian besar reaksi oksidasi obat, serta reksi reduksi dan hidrolisis.
Sedangkan enzim non mikrosom mengkatalisis reaksi konjugasi lainnya, beberapa reaksi
oksidasi, reaksi reduksi dan hidrolisis (Gordon dan Skett,1991).

Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum


(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstra hepatik) adalah: dinding
usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif. Tapi sebagian berubah menjadi
lebih aktif (jika asalnya prodrug), kurang aktif, atau menjadi toksik. Reaksi metabolisme
yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome P450 (cyp) yang disebut juga enzim
monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion Oxidase) dalam endoplasmic reticulum
(mikrosom) hati.Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim
metabolisme, terutama enzim cyp.

Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat transkripsi


sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang
bersangkutan. Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung
dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi secara
langsung (Mardjono, 2007).

Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis,masa kerja, dan toksisitas


obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang metabolisme obat penting dalam studi.suatu obat
dapat menimbulkan suatu respon biologis dengan melalui dua jalur, yaitu:

a.       Obat aktif setelah masuk melalui peredaran darah,langsuns berinteraksi dengan
reseptor dan menimbulkan respon biologis.

b.      Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah  mengalami proses metabolisme menjadi
obat aktif,berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis (bioaktivasi)

4
Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi metabolit
tidak aktif dan tidak toksik (bioinaktivasi atau detoksifikasi), mudah larut dalam air dan
kemudian diekskresikan dari tubuh. Hasil metabolit obat bersifat lebih toksik dibanding
dengan senyawa induk (biootoksifikasi) dan ada pula hasilmetabolit obat yang mempunyai
efek farmakologis berbeda dengan senyawa induk contoh iproniazid, suatu obat perangsang
system syaraf pusat, dalam tubuh di metabolis menjadi isoniazid yang berkhasiat sebagai
antituberkolosis (Mardjono, 2007).

Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi dan
enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit.Jumlah metabolit ditentukan oleh
kadar dan aktivitas enzim yang berperan dalam proses metabolisme. Kecepatan metabolisme
dapat menentukan intensitas dan masa kerja obat. Kecepatan metabolisme ini kemungkinan
berbeda-beda pada masing-masing individu. Penurunan kecepatan metabolisme akan
meningkatkan intensitas dan memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan
meningkatkan toksisitas obat. Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas
dan memperpendek masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal
(Mardjono, 2007).

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain:


1. Faktor genetik atau keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang terjadi
dalam system kehidupan.Hal ini menunjukkan bahwa factor genetic atau keturunan ikut
berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat.
2. Perbedaan spesies dan galur
Pada proses metabolisme obat,perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur
kemungkinan sama atau sedikit berbeda,tetapi kadang-kadang ada perbedan uang cukup
besar pada reaksi metabolismenya.
3. Perbedaan jenis kelamin

5
Pada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan
metabolisme obat
4. Perbedaan umur
Bayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim mikrosom hati
yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih sedikit sehingga sangat peka
terhadap obat.
5. Penghambatan enzim metabolisme
Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa
yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek
obat,memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan juga meningkatkan efek samping
dan toksisitas.
6. Induksi enzim metabolisme
Pemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan kecepatan metabolisme obat
dan memperpendek masa kerja obat. Hal ini disebabkan senyawa tersebut dapat
meningkatkan jumlah atau aktivitas enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas
mikrosom atau adanya reaksi penghambatan. Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-
obat tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan menurunkan
kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis obat menurun dan masa kerjanya
menjadi lebih singkat. Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena
dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif (Mardjono, 2007).

2.3. Tempat Metabolisme Obat

Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan-jaringan dan organ-
organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati merupakan  organ tubuh tempat utama
metabolisme obat oleh karena mengandung enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain.
Metabolisme obat di hati terjadi pada membrane reticulum endoplasma sel. Retikulum
endoplasma terdiri dari dua tipe yang berbeda, baik bentuk maupun fungsinya. Tipe 1
mempunyai permukaan membran yang kasar, terdiri dari ribosom-ribosom yang tersusun
secara khas dan berfungsi mengatur susunan genetik asam aminoyang diperlukan untuk
sintesis protein. Tipe 2 mempunyai permukaan membran yang halus tidak mengandung
ribosom. Kedua tipe ini merupakan tempat enzim-enzim yang diperlukan untuk metabolisme

6
obat. Jalur umum metabolisme obat dan senyawa organik asing reaksi metabolisme obat dan
dan senyawa organic asing ada dua tahap yaitu:

1.      Reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasi


2.      Reaksi fase II atau reaksi konjugasi.

Yang termasuk reaksi fase I adalah reaksi-reaksi oksidasi,reduksi,dan hidrolisis. Tujuan


reaksi ini adalah memasukkan gugus  fungsional tertentu yang besifat polar. Yang termasuk
reaksi fase II adalah reaksi konjugasi,metilasi dan asetilasi.Tujuan reaksi ini adalah mengikat
gugus fungsional hasil metabolit reaksi fase I dengan senyawa endogen yamg mudah
terionisasi dan bersifat polar,seperti asam glukoronat, sulfat, glisin dan glutamine,
menghasilkan konjugat yang mudah larut dalam air. Hasil konjugasi yang terbentuk
(konjugat) kehilangan aktivias dan toksisitasnya,dan kemudian di ekskresikan melalui urin
(Mardjono, 2007).

Pada metabolisme obat,gambaran secara tepat system enzin yang bertanggungjawab


terhadap proses oksidasi, reduksi, masih belum diketahui secara jelas. Secara umum
diketahui bahwa sebagian besar reaksi metabolik akan melibatkan prpses oksidasi. Proses ini
memerlukan enzim sebagai kofaktor, yaitu bentuk tereduksi dari nikotinamid-adenin-
dinukleotida fosfat (NADPH) dan nikotinamid-adenin-dinukleotida (Mardjono, 2007).

7
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

Alat

1. Batang pengaduk 50
2. Beaker
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Mixer
6. Spoit oral
7. Stop watch
8. Timbangan berat badan,

Bahan

1. Tablet Diazepam
2. Tablet Cimetidine,
3. Alkohol 70%,
4. Aqua destilat,
5. Natrium CMC.

3.2. Prosedur Kerja


Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dan masing–masing kelompok
terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum
penelitian dilakukan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan
berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 9 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat

8
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 3 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%,
kelompok II sebagai kelompok oral yang diberikan suspensi Diazepam, dan kelompok III
sebagai kelompok Cimetidine yang diberikan suspensi Diazepam dan suspensi cimetidine
4. semua pemberian dilakukan secara oral dengan dosis 0,2 ml / 30g BB mencit
5. setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudian mencit diamati berapa lama waktu
yang dibutuhkan mulai tertidur (onset obat) berapa lama waktu tidur mencit tersebut
(durasi), dengan mengamati refleksi balik badan mencit.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan


Reflek balik badan Durasi selang
Pemberian Berat badan Vol Pemberian
Hilang Kembali waktu
Peroral 24gr Diazepam 1,2 ml 8 menit 17 menit 9 menit

4.2. Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul "Pengaruh Metabolisme Obat pada Hewan Uji"
dilakukan dengan cara memberikan Diazepam 1,2ml ke mencit berat badan 24gr diberikan
secara oral. Didapatkan waktu reflek balik badan hilang dan kembali, waktu mencit hilang
atau tidak sadar di menit ke 8 dan sedangkan waktu kembali atau sadar di menit ke 17.
Dengan ini di dapatkan selang antara tidak sadar dan kembali sadar waktu efek obat
berdurasi 9 menit.

10
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penggunaan hewan percobaan sangat penting dalam penelitian ilmiah di bidang


kedokteran/biomedis. Volume cairan obat yang diberikan pada hewan percobaan tidak boleh
melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh efek farmakologis yang
sama dari suatu obat pada spesies hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis
dengan menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies. Terdapat faktor
internal dan eksternal pada hewan percobaan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.

Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda dan ditentukan
oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Cara pemberian sediaan uji
juga berbeda pada setiap hewan percobaan, dapat secara oral, subkutan, intravena,
intramuskular, intraperitoneal, dan intradermal. Untuk kelancaran percobaan uji efek
farmakologis suatu obat yang dilakukan pada hewan percobaan sebaiknya digunakan
perlakuan anestesi dengan senyawa eter, halotan, pentobarbital natrium, heksobarbital
natrium, dan uretan (etilkarabamat). Apabila pada hewan percobaan terjadi keadaan rasa
sakit yang hebat atau lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan,
menderita sakit atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan, maka perlu
dilakukan pengorbanan hewan dengan cara kimaat aupun cara fisik.

5.2. Saran

Pada saat pembuatan Laporan Praktikum Farmakologi II penulis menyadari bahwa


banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki laporan tersebut.
Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan laporan dalam
kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Oktapia ligia S, dkk. 2014. METABOLISME OBAT. Purwokerto : Universitas Jendral


Soedirman

12

Anda mungkin juga menyukai