Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN 4
ANTIPIRETIK

DISUSUN OLEH :
NUR FADILAH FEBRIANI
200106135

DOSEN PENGAMPU : 1. Dr.apt.Dwintha Lestari,M.Si


2. Dr. apt.Eri Amalia,MHS.
3. apt.Abdulrahman Ridho,M.Farm.
ASISTEN : 1. M Rizki Hidayatulloh
2. Ghilfy Candra

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PRROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Dapat mengidentifikasi khasiat pada obat golongan antipiretik yang sebagai obat
penurun panas, mengetahui dan dapat mempelajari bagaimana cara memberikan obat
antipiretik pada hewan uji,dan mengetahui bagaimana perbedaan antipiretik oral dan
analsik oral.
1.2 PRINSIP
Memplajari khasiat dalam obat golongan antipiretik obat penurun panas serta cara
memberikan obat antipiretik kepada hewan uji dan mengetahui perbedaan antipirerik
oral dan analsik oral.

BAB II TEORI DASAR

Antipiretik adalah suatu senyawa yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh. Sebagai
antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.
Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semuanya
berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlaiu
lama (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set point ke kondisi
normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi
oleh pirogen endogen pada hipotalamus (Sweetman, 2008).
Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam namun pemakaian obat
golongan ini tidak bolehdigunakan secara rutin karena bersifat toksik. Efek samping yang
sering ditimbulkan setelah penggunaan antipiretik adalah respon hemodinamik seperti
hipotensi, gangguan fungsi hepar dan ginjal, oliguria, serta retensi garam dan air (Hammond
and Boyle, 2011)
Obat antipiretik dapat dibagi dalam beberapa golongan yaitu golongan salisilat seperti
asetosai dan salisilamid, golongan para-aminofenol seperti paracetamol dan fenasetin,
golongan pirazolon seperti antalgin (methampyron), dipiron dan metamizol, sedangkan
golongan asam (jorwag digunakan sebagai antipiretik) misalnya indometasin, fenoprofen,
dan ibuprofen. (yanti, 2010)
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal. sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Demam bukanlah penyakit primer akan tetapi
merupakan mekanisme fisiologis yang menguntungkan dalam memerangi (melindungi)
terhadap infeksi (Sodikin, 2012).
Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai cara. Cara yang
paling sering digunakan adalah meminum obat golongan antipiretik.. Obat antipiretik atau
analgetik non opioid merupakan salah satu obat yang secara luas paling banyak digunakan.
Obat yang biasa digunakan untuk menurunkan demam diantaranya adalah parasetamol
asetosal, ibuprofen dan sejenisnya (Leonis, dkk 2013).
Mekanisme aksi antipiretik adalah dengan memblokade produksi prostaglandin yang
berperan sebagai penginduksi suhu di termostat hipotalamus (Syarifah. L, 2010).
Namun pemberian parasetamol dalam jangka waktu lama akan menyebabkan akumulasi
protein sehingga menyebabkan nekrosis centrilobular pada hati (He YY, dkk., 2011).
Parasetamol merupakan obat yang memiliki khasiat sebagai analgesik dan antipiretik
(menurunkan demam). Dosis lazim sediaan yang ada di pasaran biasanya 500 mg. Nah
sebagai analgesik parasetamol ini keijanya spesial loh, dia menghambat suatu enzim yang
namanya COX-3 (siklooksigenase) yang ada di otak. Berbeda dengan obat-obat analgesik
yang lain seperti aspirin, ibuprofen, metampironatau golongan NSAID mereka menghambat
COX-1 danCOX-2 yang ada di sistem syaraf perifer (tepi) (Mukti, 2011). Parasetamol atau
asetamin adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular dan digunakan untuk
melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam (Neurotiker, 2007 dahm
Wikipedia, 2012).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 ALAT

ALAT FUNGSI
Termometer rectal Sebagai alat pengukur suhu tubuh manusia
Timbangan hewan Sebagai alat penimbang berat hewan
Spuit Sebagai alat menyuntikkan kepada mencit
Oral sonde Sebagai alat menyuntikkan secara peroral
Alat pencatat waktu / Stopwatch Sebagai alat menghitung waktu
Kotak kaca Sebagai alat penyimpan mencit
3.1.2 BAHAN

BAHAN
CMC
Parasetamol 500 mg (obat)

Vaksin DPT (induktor)


3 Ekor Mencit

3.2 PROSEDUR
Pertama-tama dilakukan pengukuran suhu terhadap tubuh mencit sebanyak tiga kali
dengan jeda waktu 5 menit. Ditentukan temperatur rata-rata (temperatur normal tikus To =
36-37oC) kemudian Kelompok positif (yang demam): mencit diberikan induktor secara intra
muskular tapi tidak diberikan obat , Kelompok negatif: mencit tidak diberikan induktor/obat
kecuali Na CMC 0,5 mL/20 g mencit kemudian Kelompok uji: mencit diberikan induktor dan
diberi obat 0,2 mL/20 g mencit, dan Dicatat perubahan suhu tubuh tikus setiap 30 menit
selama 150 menit.

BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN


4.1 HASIL PENGAMATAN

Waktu Menit ke Kelompok perlakuan hewan


Negatif Positif Uji
T0 Suhu demam 36,10 ℃ 35,90 ℃ 35,90 ℃
T1 30’(T1- T0) 37,13 – 36,10 ℃ 39,50 – 35,90 ℃ 36,93 – 35,90 ℃
= 1,03 ℃ = 3,6 ℃ = 1,03 ℃
T2 60’(T2- T1) 37,10 – 37,13 ℃ 39,50 – 39,50 ℃ 36,90 – 36,93 ℃
= -0,03 ℃ =0 = -0,03 ℃
T3 90’(T3- T2) 37,00 – 37,10 ℃ 40,20 – 39,50 ℃ 36,06 – 36,90 ℃
= -10 ℃ = 0,7 ℃ = 0,84 ℃
T4 120’(T4- T3) 36,63 – 37,00 ℃ 41,50 – 40,20 ℃ 36,43 – 36,06 ℃
= 0,37 ℃ = 1,3 ℃ = 0,37 ℃
T5 150’(T5- T4) 37,03 – 36,63 ℃ 41,22 – 41,50 ℃ 36,70 – 36,43 ℃
= 0,4 ℃ = 0,28 ℃ = 0,27 ℃
Tabel Perubahan Suhu Setiap Kel. Perlakuan
Analisis Data:

Perhitungan

Obat Antiterapetik yang digunakan adalah Parasetamol

Obat Antiinflamasi yang digunakan adalah Analsik (Metampiron 500 mg dan Diazepam 2
mg)

1. Antiterapeutik
Dosis Lazim Parasetamol untuk Manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit 20 g = Dosis lazim x Faktor Konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Dosis ini diberikan pada volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah parasetamol yang digunakan = (100 mL / 0,2 mL) x 1,3 mg
= 650 mg atau 0,65 g
% kadar parasetamol = (0,65 g / 100 mL) x 100%
= 0,65%
2. Antiinflamasi
a. Dosis Lazim Metampiron untuk Manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20g = Dosis lazim x Faktor Konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Dosisi ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Metampiron yang digunakan = (100 mL / 0,2 mL) x 1,3 mg
= 650 mg atau 0,65 g
% kadar Metampiron = (0,65 g / 100 mL) x 100%
= 0,65%

b. Dosis Lazim Diazepam untuk Manusia = 2 mg


Konversi dosis untuk mencit BB 20g = Dosis lazim x Faktor Konversi
= 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg
Dosisi ini diberikan dalam volume = 0,5 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Diazepam yang digunakan = (100 mL / 0,5 mL) x 0,0052 mg
= 1,04 mg atau 0,00104 g
% kadar Diazepam = (0,00104 g / 100 mL) x 100%
= 0,00104%

4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan precobaan obat antipiretik pada hewan uji mencit, Obat
antipiretik memiliki daya analgetic dengan presentasi yang tidak terlalu tinggi adalah
paracetamol sebanyak 65,9%. Paracetamol (acetaminophen) merupakan suatu obat
analgetic non narkotik dengan cara kerja menghambat sintetis prostaglandin terutama di
sistem saraf pusat. Paracetamol ini banyak digunakan sebagai analgetic dan antipiretik
maupun kombinasi dengan obat lain, biasa dalam sediaan obat flu sesuai dengan resep
dokter maupun di jual bebas.
Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi
parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi,
dan diindikasikan juga untuk demam. Obat ini menjadi pilihan analgesik yang relatif aman
bila dikonsumsi dengan benar sesuai petunjuk penggunaan (Medscape, 2011).
Sebelum digunakan, hewan uji terlebih dahulu diadaptasikan selama satu minggu di
kandang. Mencit yang sehat memiliki ciri-ciri bulu bersih dan tidak berdiri, mata jernih
bersinar, dan berat badan bertambah atau tidak berkurang setiap harinya. Mencit yang
dinyatakan sehat dikelompokkan secara acak dengan jumlah 6 ekor tiap kelompok (Riza,
2012).
Pemberian senyawa pada hewan coba (mencit) memiliki dosis maksimum yaitu 4000mg/Kg
BB dan batas maksimum volume cairan yang boleh diberikan pada hewan uji sebesar 0,5 ml
(Thomson,1990).
Selanjutnya mencit di bagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama yaitu kelompok sakit
atau positif (diberikan inductor dan tidak di beri obat), kemudian kelompok kedua negative
(tidak di beri inductor atau obat, dan di beri cmc 0,5mL/20g mencit), kelompok ketiga yaitu
kelompok pembanding (di induksi dengan inductor dan di berikan obat 0,2mL/20g mencit).
Setelah itu, pada mencit kelompok Positif dan kelompok Pembanding disuntikan vaksin DPT
0,1 mL untuk uji antipiretik, dan disuntikan vaksin DPT 0,1 mL serta Asam asetat sebanyak
0,2 mL untuk antiinflmasi, diukur kembali suhu ketiga kelompok mencit, kemudian setelah
30 menit, mencit pada kelompok pembanding uji antipiretik diberi obat parasetamol
sebanyak 0,2 mL dengan oral, kemudian kelompok Pembanding uji antinflamasi diberi obat
analsik 0,5 mL dengan oral, setelah itu mecit di ukur setiap 30 menit sekali selama 150
menit.
Hasil yang di dapat pada percobaan ini suhu tubuh pada mencit menurun dan naik pada tiap
menit, pada suhu awal mencit di dapat 36,10℃ pada kelompok negative, 35,90℃ pada
kelompok mencit positive dan 35,90℃ pada kelompok mencit uji. Setelah di beri perlakuan
terdapat penurunan suhu dengan menit ke 30 suhu pada mencit negatic menjadi 1.03℃
pada mencit kelompok posotiv menjadi 3,6℃, pada mencit kelompok uji menjadi 1,03℃.
Dan adanya penurunan suhu pada menit ke 60 pada mencit negatic menjadi 0,03℃ pada
mencit kelompok positiv menjadi 0℃, pada mencit kelompok uji menjadi 0,03℃. Kemudian
pada menit ke 90 terjadi kenaikan suhu pada mencit pada mencit negativ menjadi -10℃
pada mencit kelompok positiv menjadi -0,7℃, pada mencit kelompok uji menjadi 0,843℃.
Pada menit ke 120 kelompok mencit negative mengalami penurunan suhu menjadi 0,37℃,
pada kemlompok mencit positive mengalani kenaikan suhu menjadi 1,3℃, dan pada
kelompok mencit uji mengalami penurunan suhu menjadi 0,37℃. Lalu pada menit ke 150
terjadi penurunan pada semua kelompok uji, pada kelompok negative menjadi 0,4℃, pada
kelompok positive menajdi 0,28℃, lalu pada kelompok uji menjadi 0,27℃. Hal ini
dikarenakan, parasetamo l mempunyai efek analgesic dan antipiretik, sehingga mencit
yang mendapatkan perlakuan dengan diberikannya parasetamol, penurunnan suhu
tubuhnya akan lebih cepat dari pada kelompok mencit lainnya yang tidak diberikan
parasetamol sebagai antipiretik.
Obat yang digunakan percobaan ini yaitu paracetamol sebagai antipiretik dan antiinflamasi
yang digunakan adalah analsik metampiron 500mg serta diazepam 2mg. Dosis Lazim
Parasetamol untuk Manusia yaitu sebesar 500 mg dan setelah diKonversi dosis untuk mencit
20 g di dapatkan hasil 1,3 mg dan diberikian pada volume sebanyak 0,2mL kemudian di
jadikan sediaan larutan sebanyak 100mL, jadi jumlah yang di gunakan sebanyak 0,65gr
dengan kadar paracetamol sebanyak 0,65%. Kemudian pada metampiron 500mg Dosis
Lazim metampiron untuk Manusia yaitu sebesar 500 mg dan setelah diKonversi dosis untuk
mencit 20 g di dapatkan hasil 1,3 mg dan diberikian pada volume sebanyak 0,2mL kemudian
di jadikan sediaan larutan sebanyak 100mL, jadi jumlah yang di gunakan sebanyak 0,65gr
dengan kadar metampiron sebanyak 0,65%. Kemudian pada diazepam 2mg. Dosis Lazim
Parasetamol untuk Manusia yaitu sebesar 2mg dan setelah diKonversi dosis untuk mencit 20
g di dapatkan hasil 0,0052 mg dan diberikian pada volume sebanyak 0,5mL kemudian di
jadikan sediaan larutan sebanyak 100mL, jadi jumlah yang di gunakan sebanyak 0,00104 g
dengan kadar diazepam sebanyak 0,00104%.
Salah satu obat NSAID adalah paracetamol. Paracetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah dan memiliki efek anti inflamasi yang juga lemah.
Penggunaan paracetamol dalam jangka waktu yang terlalu lama dapat mengakibatkan
nekrosis hati (Wilmana, 2011).

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Hasil yang di dapat pada praktikum kali ini mencit yang di beri obat antipiretik memiliki
suhu yang berbeda di setiap menit, pada suhu awal mencit di dapat 36,10℃ pada kelompok
negative, 35,90℃ pada kelompok mencit positive dan 35,90℃ pada kelompok mencit uji.
Setelah di beri perlakuan terdapat penurunan suhu dengan menit ke 30 suhu pada mencit
negativ menjadi 1,03℃ pada mencit kelompok posotiv menjadi 3,6℃, pada mencit
kelompok uji menjadi 1,03℃. Dan adanya penurunan suhu pada menit ke 60 pada mencit
negatic menjadi 0,03℃ pada mencit kelompok positiv menjadi 0℃, pada mencit kelompok
uji menjadi 0,03℃. Kemudian pada menit ke 90 terjadi kenikan suhu pada mencit pada
mencit negativ menjadi -10℃ pada mencit kelompok positiv menjadi -0,7℃, pada mencit
kelompok uji menjadi 0,843℃. Pada menit ke 120 kelompok mencit negative mengalami
penurunan suhu mendaji 0,37℃, pada kemlompok mencit positive mengalani kenaikan suhu
menjadi 1,3℃, dan pada kelompok mencit uji mengalami penurunan suhu menjadi 0,37℃.
Lalu pada menit ke 150 terjadi penurunan pada semua kelompok uji, pada kelompok
negative menjadi 0,4℃, pada kelompok positive menajdi 0,28℃, lalu pada kelompok uji
menjadi 0,27℃.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV .UI Press:
Jakarta.
Hammond RN and M. Boyle RN, 2011, Pharmacological versus non-pharmacological
antipyretic treatments in febrile critically ill adult patients: A systematic review and
meta- analysis, Australian Critical Care (2011)24, 4—17.
Leonis, M.A., Alonso, E.M., Belle, S.H., and R.H. Squires. (2013). Chronic acetaminophen
exposure inpediatric acute liver failure. Pediatrics. 131 (3): 740–746.
Medscape. 2011. Mengatasi Keracunan Paraasetamol. (Online),
(http://ik.pom.go.id/wpcontent/uploads/2011/1 l/Mengatasikeracunanparasetamol.pdf,
diakses 2 April 2012).
Mukti, Krisna Deni. 201 l.Sahabat Parasetamol. (Online),
(http://denikrisna.wordpress.com/category/kesehatan/, diakses 2 April 2012).
Neurotiker. 2007. Parasetamol. (Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:N-
Acetyi-p-aminophenol.svg, diakses 3 April 2012).
Sodikin.2012.Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sweetman, S.,C.,2008, Martindale: The Complete Drug Reference, 36th Ed, The
Pharmaceutical Press, London, p.8-10
Syarifah, L., 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap
Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan Demam yang Diinduksi Vaksin DPT. Skripsi
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
Thompson, E.B. 1990. Drug Bioscreening, Fundamental of Drug Evaluation Techniques in
Pharmacology. New York: VCH Publisher Inc, Hal. 23, 41-42, 67-83.
Yanti, Linda Metha. 2010. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Kelor (Moringa oliefera Lamk.)
pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai