Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN 5
ANTIINFLAMASI

DISUSUN OLEH :
NUR FADILAH FEBRIANI
200106135

DOSEN PENGAMPU : 1. Dr.apt.Dwintha Lestari,M.Si


2. Dr. apt.Eri Amalia,MHS.
3. apt.Abdulrahman Ridho,M.Farm.
ASISTEN : 1. M Rizki Hidayatulloh
2. Ghilfy Candra

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PRROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Dapat menentukan daya anti inflamasi sebagai obat pada hewan uji yang diinduksi
untuk radang buatan.

1.2 PRINSIP
Mengetahui daya anti inflamasi yang digunakan pada hewan uji coba untuk diinduksi
radang buatan.

BAB II TEORI DASAR


Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi dapat disebabkan oleh
berbagai rangsangan yang mencakup luka-luka fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-
antibodi (Houglum et al, 2005).
Inflamasi merupakan reaksi lokal terhadap cedera yang dilakukan oleh
mikrosirkular.Inflamasi dipandang sebagai respon protektif yang sangat diperlukan dimana
tubuhberupaya mengembalikan ke keadaan sebelum cedera atau untuk memperbaiki
dirisendiri sesudah cedera. Cedera paling lazim disebabkan oleh infeksi bakteri, panas
ataudingin berlebn, trauma, zat kimia iritan, dan reaksi antigen atau antibodi.
Mikrosirkulasiyang dimaksud adalah artiriola, venula, kapiler, dan pembuluh limfa.
Fenomenainflamasi meliputi kerusakan pada mikrovaskular, meningkatkan permeabilitas
kapiler,dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Ketika inflamasi berlangsung terjadi
reaksivaskular dimana cairan elemen-elemen darah, sel darah putih leukosit dan medoiator
kimiawi berkumpul pada tempat terjadinya cedera atau infeksi. Gejala proses inflamasiyang
sudah dikenal adalah panas, kemerahan, pembengkakan, nyeri, dan fungsiterganggu
(Wilmana, 1987). Respon ini adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi/merusak organisme
yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan
(Mycek et al., 2001).
Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua golongan, yaitu
obat antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid. Mekanisme kerja
obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja menghambat
pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera (Gunawan, 2007). Obat-obat
antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat adalah antiinflamasi non steroid
(AINS). Obat-obat golongan AINS biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi
lambung (Kee dan Hayes, 1996).
Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :

1. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu antiinflamasi steroid.Anti inflamasi steroid


memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta
penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan predinison.
2. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan menhhambat enzim siklooksigenase tetapi
tidak Lipoksigenase, Secar kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagidalam beberapa
kelompok, yaitu
 Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal. Dosis anti radangnya terletak 2-3 kali
lebih tinggi daripada dosis analgesiknya. Berhubung resiko efek sampingnya, maka
jarang digunakan pada rematik.
 Asetat : diklofenak, indometasin, dan sulindak (Clinoril). Indometsin termasuk obat
yang terkuat efek anti radangnya, tetapi lebih sering menyebabkan keluhan lambung
dan usus.
 Propionat : ibuprofen, ketoprofen, flubirprofen, naproksen dan tiaprofenat.
 Oksicam : piroxicam, tenosikam dan meloksikam.
 Pirazolon : (oksi) fenbutazon dan azapropazon (Prolixan)
 Lainnya : mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan befexamac (Parfenac).
Benzidamin berkhasiat anti radang agak kuat, tetapi kurang efektif pada gangguan
rematik. (Tjay dan Raharja, 2007).

NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), dan dengan
melakukan hal ini, NSAIDs juga bekerja untuk menurunkan produksi prostaglandin dan
Leukotriena. Prostaglandin COX-1 merangsang fungsi fisiologis tubuh, seperti produksi
mukus lambung yang bersifat protektif dan maturasi trombosit.
Sebaliknya, lintasan COX-2 diinduksi oleh kerusakan jaringan/ inflamasi, dan prostaglandin
yang dihasilkan merupakan substansi proinflamasi, inhibisi lintasan COX-2 akan mengurangi
respon inflamasi, mengurangi udema dan meredahkan nyeri.
Obat kortikosteroid anti-inflamasi, seperti kortisol dan prednisone menghambat pengaktifan
fosfolipase A2 dengan menyebabkan sintesis protein inhibitor yang disebut lipokortin.
Lipokortin menghambat aktifitas fosfolipase sehingga membatasi produksi PG. Preparat
steroid juga mengganggu fungsi limfosit sehingga produksi IL menjadi lebih sedikit. Keadaan
ini mengurangi komunikasi antar limfosit dan proliferasi limfosit. Oleh karena itu, pasien
uang menggunakan steroid dalam jangka pnjang lebih rentang terkena infeksi. (Chang dan
Daly, 2009).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT

ALAT FUNGSI
Stopwatch Sebagai alat penghitung waktu
Spuit injeksi dan jarum Sebagai alat menyuntikkan kepada mencit
Sarung tangan Sebagai alat pelindung diri
Timbangan hewan Sebagai alat penimbang berat hewan

3.1.2 BAHAN

BAHAN
Vaksin DTP (induktor, per IM)
Asam Asetat 1% (induktor, per IP)
Na CMC 1% (control)
Analsik (diazepam 2 mg + metampiron 500 mg)
(obat, per oral)
Hewan Coba (mencit)
Kapas
Alcohol

3.2 PROSEDUR

Pertama- tama yang dilakukan yaitu Mencit ditimbang dan diberi tanda sebatas lutut
pada kaki belakang lalu, di Bagi dalam 3 kelompok pada 3 ekor mencit: kelompok
sakit/positif, kelompok negative dan kelompok kontrol/pembanding, Kel. Sakit/positif
(diberikan induktor tapi tidak diberikan obat), Kel. Negatif (tidak diberikan induktor/obat
kecuali CMC 0,5 mL/20 g mencit), Kel. Pembanding (diinduksi dengan induktor dan diberikan
obat 0,2 mL/20 g mencit). Lalu Diamati dan catat volume udem yang terjadi setiap 15 menit
selama 1 jam. Dan data dapat Analisis.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


4.1.1 Hasil pengamatan

Kelompok Volume Volume edema pada kaki mencit (mL)


perlakuan sebelum 60 menit pertama setelah induksi 60 menit kedua setelah induksi
0 15 30 45 60 0 15 30 45 60

diinduk
si
Kelompok 0.3 0.3 0.31 0.3 0.32 0.30 0.33 0.3 0.32 0.32 0.31

kontrol (-)
Kelompok 0.3 0.35 0.42 0.42 0.42 0.4 0.02 0.07 0.07 0.07 0.05

kontrol (+)
Kelompok 0.35 0.47 0.47 0.40 0.44 0.51 0.09 0.09 0.025 0.06 0.15

Uji

4.1.2 Volume udem 60 menit pertama

Volume udem 60 menit pertama Rata- rata


volume
Kelompok % %
Praktikum udem
Hambatan efektifitas

0 15 30 45 60

Kelompok 0 0.01 0 0.02 0 0.006 - -

control (-)
Kelompok 0.05 0.12 0.12 0.12 0.1 0.102 -1600% 100%

control (+)
Kelompok 0.12 0.12 0.05 0.09 0.16 0.108 -1700% 105.88%

Uji

4.1.3 Volume udem 60 menit kedua


Volume udem 60 menit pertama Rata- rata
volume
Kelompok % %
Praktikum 0 15 30 45 60 udem
Hambatan efektifitas
Kelompok 0.03 0 0.02 0.02 0.01 0.08 - -

control (-)
Kelompok -0.28 -0.23 -0.23 -0.23 -0.25 -0,244 405% 100%

control (+)
Kelompok -0.26 -0.26 -0.325 -0.29 -0.2 -0.267 433.75% 109.426%

Uji

% Hambatan =

[(rata-rata volume udem kelompok kontrol (-) – rata-rata volume udem kelompok

uji)]/rata-rata volume udem kelompok kontrol (-) x 100%

= 719,28%

% Efektivitas =

(rata-rata volume udem kelompok uji)/rata-rata volume udem kelompok kontrol )

x 100%

= -718,18%
4.2 PEMBAHASAN

Inflamasi merupakan gangguan yang sering terjadi pada manusia serta


binatang, yang ditandai dengan timbulnya kemerahan, panas, pembengkakan, rasa
nyeri yang mengganggu, dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah
respons terhadap cedera jaringan dan infeksi (Kee dan Hayes, 1996).
Radang atau inflamasi adalah suatu respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi
atau iritas. i untuk pengobatanya inflamasi ada golongan obat besar yang digunakan
yaitu golongan steroid dan non steroid.
Pada praktikum ini di lakukan dengan prosedur Mencit ditimbang dan diberi tanda
sebatas lutut pada kaki belakang. Dibagi dalam 3 kelompok pada 3 ekor mencit:
kelompok sakit/positif, kelompok negative dan kelompok kontrol/pembanding. Untuk
Kelompok Sakit/positif (diberikan induktor tapi tidak diberikan obat). Untuk Kelompok
Negatif (tidak diberikan induktor/obat kecuali CMC 0,5 mL/20 g mencit). Untuk
Kelompok Pembanding (diinduksi dengan induktor dan diberikan obat 0,2 mL/20 g
mencit). Diamati dan catat volume udem yang terjadi setiap 15 menit selama 1 jam.
Kemudian di dapatkan hasil Hasil volume udem pada kelompok kontrol (-) sebelum
diinduksi terdapat 0,3mL kemudian volume edema selama 0 menit 0,3mL, selama 15
menit 0,31mL, selama 30 menit 0,3mL, selama 45 menit 0,32mL, lalu pada menit ke 60
terdapat hasil 0,30mL. pada menit kedua setelah diinduksi pada 0 menit terdapat 0,33mL,
pada 15 menit terdapat 0,3mL, pada 30 menit terdapat 0,3mL, pada 45 menit terdapat
0,32mL, kemudian pada 60 menit terdapat 0,31mL. kemudian hasil dari kelompok
kontrol (+) sebelum diinduksi terdapat 0,3mL kemudian volume edema selama 0 menit
0,35mL, selama 15 menit 0,42mL, selama 30 menit 0,42mL, selama 45 menit 0,42mL,
lalu pada menit ke 60 terdapat hasil 0,4mL. pada menit kedua setelah diinduksi pada 0
menit terdapat 0,02mL, pada 15 menit terdapat 0,07mL, pada 30 menit terdapat 0,07mL,
pada 45 menit terdapat 0,07mL, kemudian pada 60 menit terdapat 0,05mL. Hasil volume
udem pada kelompok uji sebelum diinduksi terdapat 0,35mL kemudian volume edema
selama 0 menit 0,47mL, selama 15 menit 0,47mL, selama 30 menit 0,40mL, selama 45
menit 0,44mL, lalu pada menit ke 60 terdapat hasil 0,51mL. pada menit kedua setelah
diinduksi pada 0 menit terdapat 0,09mL, pada 15 menit terdapat 0,09mL, pada 30 menit
terdapat 0,025mL, pada 45 menit terdapat 0,06mL, kemudian pada 60 menit terdapat
0,15mL.
Kemudian hasil Hasil volume udem dengan rata – rata volume serta % hambatan
dan % efektifitas. Pertama pada kelompok kontrol (-) pada 0 menit didapat hasil 0mL,
pada 15 menit di dapat hasil 0,01mL, pada 30 menit di dapat hasil 0mL, pada 45 menit di
dapat hasil 0,02mL, pada 60 menit di dapat hasil 0mL, kemudian pada rata – rata volume
di dapat 0,006mL, dan tidak ada hasil untuk % hambatan serta % efektifitas. Kemudian
pada kelompok kontrol (+) pada 0 menit didapat hasil 0,05mL, pada 15 menit di dapat
hasil 0,12mL, pada 30 menit di dapat hasil 0,12mL, pada 45 menit di dapat hasil 0,12mL,
pada 60 menit di dapat hasil 0,1mL, kemudian pada rata – rata volume di dapat 0,102mL,
dan tidak ada hasil untuk % hambatan sebanyak -1600% serta % sebanyak 100%
efektifitas. Kemudian pada kelompok uji pada 0 menit didapat hasil 0,12mL, pada 15
menit di dapat hasil 0,12mL, pada 30 menit di dapat hasil 0,05mL, pada 45 menit di dapat
hasil 0,09mL, pada 60 menit di dapat hasil 0,16mL, kemudian pada rata – rata volume di
dapat 0,108mL, dan tidak ada hasil untuk % hambatan sebanyak -1700% serta %
sebanyak 105.88% efektifitas.
Kemudian hasil Hasil volume udem kedua dengan rata – rata volume serta %
hambatan dan % efektifitas. Pertama pada kelompok kontrol (-) pada 0 menit didapat
hasil 0,03mL, pada 15 menit di dapat hasil 0,0mL, pada 30 menit di dapat hasil 0,02mL,
pada 45 menit di dapat hasil 0,02mL, pada 60 menit di dapat hasil 0,1mL, kemudian pada
rata – rata volume udem di dapat 0,08mL, dan tidak ada hasil untuk % hambatan serta %
efektifitas. Kemudian pada kelompok kontrol (+) pada 0 menit didapat hasil -0,28mL,
pada 15 menit di dapat hasil -0,23mL, pada 30 menit di dapat hasil -0,23mL, pada 45
menit di dapat hasil -0,23mL, pada 60 menit di dapat hasil -0,25mL, kemudian pada rata
– rata volume di dapat -0,244mL, dan tidak ada hasil untuk % hambatan sebanyak 405%
serta % sebanyak 100% efektifitas. Kemudian pada kelompok uji pada 0 menit didapat
hasil -0,26mL, pada 15 menit di dapat hasil -0,26mL, pada 30 menit di dapat hasil
-0,325mL, pada 45 menit di dapat hasil -0,29mL, pada 60 menit di dapat hasil -0,2mL,
kemudian pada rata – rata volume di dapat -0,267mL, dan tidak ada hasil untuk %
hambatan sebanyak 433,75% serta % sebanyak 109,426% efektifitas.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Anti inflamasi atau yang berarti radang yaitu ganguan iritasi yang di sebabkan oleh
berbagai rangsang atau luka-luka fisik. Dari data percobaan diatas semakin besarnya nilai %
efektifitasnya, maka suatu sediaan yang diujikan mampu menghambat udem. volume udem
kontrol positif mempunyai nilai paling kecil kemudian hasil menunjukan zat yang disuntikan
mempunyai kemampuan mengurangi udem.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, E., Daly, J., & Elliot, D. (2009). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Gunawan, 2007, Anestesiologi, FKUI Jakarta: EGC

Houglum, J.E., Harrelson, G.L., Leaver-Dunn, D., 2005. Principles of Pharmacology for
Athletic Trainers, Slack incorporated, United State, 143.

Kee, J.L. dan Hayes, E.R.,1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, hal 140-
145, 435-443, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Mycek, M. J, Harvey, R.A. dan Champe, P.C., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar 2nd
ed. H. Hartanto, ed., Jakarta, Widya Medika.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta

Wilmana, P.F., 1987, Analgesik Antipireik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan


Obat Pirai,dalam Farmakologi dan Terapi, edisi 3, editor utama Gan S., Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 1 86- 1 89

Anda mungkin juga menyukai