Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

TEKNIK ASEPTIS

Disusun oleh:
Reka Ayu Permatasari
(201502051)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELIMA


PERSADA GRESIK

PRODI DIII FARMASI

TAHUN AJARAN 2015/2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar Teori Sediaan steril merupakan sediaan terapetik yang bebas dari
mikroorganisme baik itu vegetatif atau dalam bentuk spora yang patogen maupun
nonpatogen. Sediaan steril secara umum yaitu sediaan farmasi yang memiliki
kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Sediaan parenteral ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam tubuh. Sediaan ini
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dan terbebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik karena sediaan ini masuk ke dalam tubuh
(Ansel, 2005). Ada dua metode pembuatan sediaan steril yaitu cara sterilisasi
akhir dan cara aseptik.
1. Cara Sterilisasi Akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan
dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil terhadap molekul air dan
pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan.
Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup dengan kertas perkamen, disterilkan
dengan cara sterilisasi yang sesuai.
2. Cara Aseptik
Cara ini terbatas penggunaanya pada sediaan yang mengandung zat aktif
peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan penguraian atau penurunan kerja
farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif
yang sebaiknya diracik secara aseptik. Cara aseptik bukanlah suatu metode
sterilisasi (Repetitorium Benny Logawa, hal 82) melainkan suatu cara kerja untuk
memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam
sediaan.

Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan tersebut. Jika


memungkinkan, penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan
metode yang baik. jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan tidak mempengaruhi
stabilitas sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan otoklaf juga
merupakan pilihan baik. Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis dapat
menyebabkan obat tidak stabil pada suhu tinggi. Penyaringan dengan
menggunakan penyaring bakteri adalah suatu cara yang baik untuk menghindari
pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan dan
penggunaan alat-alat. Sedapat mungkin gunakan penyaring steril 1x pakai. (FI IV
hal 13).

2
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
1. Apa pengertian teknik aseptis?
2. Beberapa macam teknik aseptis?
3. Bagaimana Pengoprasian LAF?
4. Beberapa macam LAF?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
1. Mengetahui pengertian teknik aseptis
2. Mengetahui macam teknik aseptis
3. Mengetahui bagaimana pengoprasian LAF
4. Mengetahui beberapa macam LAF

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Sediaan steril secara umum yaitu sediaan farmasi yang memiliki
kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Sediaan parenteral ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam tubuh. Sediaan ini
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dan terbebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik karena sediaan ini masuk ke dalam tubuh
(Ansel, 2005).
Kata aseptik berasal dari bahasa yunani dan dapat diturunkan menjadi dua
kata a berarti tanpa dan sepsis berarti kontaminasi. Jadi dapat disimpulkan
proses aseptik adalah sebuah proses tanpa kontaminasi (Northumbria Healthcare
NHS Foundation). Teknik aseptis yang baik rekat hubungannya dengan preparasi
produk steril di rumah sakit maupun industri. Tujuan teknik aseptis untuk
menjamin preparasi tersebut bebas dari mikroba, partikel dan kontaminasi pirogen
pada waktu penggunaan, sebagai tambahan untuk syarat dasar sediaan obat selain
kemurnian dan potensi. Dikarenakan sterilitas tidak dapat diukur atau dijamin,

3
praktek aseptik yang baik memiliki peran yang penting pada keseluruhan sistem
penjaminan kualitas (Crowe & Fenton May, 2009).
Teknik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh kondisi bebas
dari mikroorganisme. Dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar
tubuh, sehingga teknik inidipakai untuk mencegah masuknya infeksi dari luar
tubuh melalui tempat pembedahan.Tujuan akhir dari aseptik adalah untuk
menghindarkan pasiendari infeksi paska operasi dan untuk mencegah penyebaran
patogen. Dengan demikian melalui teknik aseptik yang baik selain dapat
menghindarkan infeksi pada penderita juga akan melindungi dokter agar tidak
terinfeksi oleh penderita.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi melalui berbagai cara antara
lain kontak dengan lingkungan, petugas kesehatan ,atau alat-alat medis.Teknik
aseptik harus dilakukan pada saat pembedahan,kateterisasi urin, prosedur
intravaskular, respiratory suction, pemasangan drain, pemasangan ventilator,
pengambilan sampel darah, dll.

Karakteristik Lingkungan Pelaksanaan Aseptis


Untuk keperluan penjaminan sediaan steril sanitasi area bersih sangat
penting. Pemantauan harus dilakukan secara berkala untuk mendeteksi
munculnya galur mikroba yang resisten. Desinfektan dan deterjen harus
dipantau terhadap kontaminasi mikrobanya, pengenceran harus dibuat
dalam wadah yang telah dibersihkan sebelumnya dan hanya boleh
disimpan dalam periode waktu tertentu. Area bersih untuk pembuatan
sediaan steril digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan yang
dipersyaratkan. Tiap pelaksanaan pembuatan membutuhkan suatu tingkat
kebersihan lingkungan yang sesuai dengan tahapan pelaksanaan untuk
memperkecil resiko kontaminasi partikel atau kontaminasi mikrobiologis
terhadap produk atau bahan yang ditangani. Untuk memenuhi kondisi saat
beroperasi area ini harus dirancang untuk mencapai suatu tingkat
kebersihan udara tertentu. Untuk pembuatan sediaan farmasi steril,
dibedakan atas empat tingkat ruang yakni:

1. Tingkat A : Zona lokal untuk pelaksanaan yang beresiko tinggi,


contohnya pengisian dan pengoneksian sediaan aseptis.
Kabinet laminar air flow merupakan kabinet yang memenuhi kriteria
zona A.
2. Tingkat B : merupakan zona latar untuk zona tingkat A
3. Tingkat C dan D : merupakan area bersih untuk melaksanakan
tahap yang kurang membutuhkan kondisi aseptis.

4
Tabel 3.1 Perbandingan perbedaan sistem klasifikasi partikel yang terbawa di
udara untuk area bersih. (WHO, 2007)

Amerika
WHO Serikat Amerika Serikat ISO/TC EEC

(GMP) (209E) (biasa) (209) (GMP)

Tingkat A M 3,5 Kelas 100 ISO 5 Tingkat A

Tingkat B M 3,5 Kelas 100 ISO 5 Tingkat B

Tingkat C M 5,5 Kelas 10000 ISO 7 Tingkat C

Tingkat D M 6,5 Kelas 100000 ISO 8 Tingkat D

Aturan Personelia
1. Semua karyawan (termasuk petugas bagian pembersihan dan
pemeliharaan) yang bekerja di area tersebut harus menerima pelatihan
awal dan rutin dalam bidang yang berkaitan dengan pembuatan
produk steril yang benar.
2. Jumlah karyawan yang bertugas dalam area bersih harus dibatasi. Staf
lain selain yang digunakan dalam proses pembuatan yang sedang
berlangsung tidak boleh memasuki area produk steril kecuali telah
mengikuti prosedur dekontaminasi yang ditetapkan secara teliti dan
jelas.
3. Standart higienis dan kebersihan karyawan harus tinggi dan karyawan
yang terlibat dalam pembuatan sediaan steril harus diinstruksikan
untuk melaporkan semua kondisi yang dapat menyebabkan
penyebaran kontaminan, diperlukan pemerikasaan kesehatan secara
berkala untuk kondisi tersebut.
4. Pakaian yang dipakai dari rumah tidak boleh dibawa ke dalam area
bersih dan karyawan yang masuk ke ruang ganti harus sudah memakai
pakaian pelindung kerja standar (Jas, masker, topi dan sarung tangan).
Penggantian dan pencucian pakaian harus sesuai prosedur. Pakaian
yang dipakai dan mutunya harus sesuai dengan proses dan tingkat area
kerja.
5. Arloji dan perhiasan tidak boleh dipakai dalam area bersih, dan
kosmetik yang dapat melepaskan partikel tidak boleh digunakan
(WHO, 2007).

5
Penatalaksanaan Pembuatan Sediaan Secara Aseptis
Setelah pencucian, komponen harus ditangani sedikitnya dalam
lingkungan tingkat D. Penanganan bahan awal dan komponen yang steril
harus dalam lingkungan tingkat A dengan latar belakang tingkat B, kecuali
tujuan sterilisasi atau penyaringan melalui suatu saringan penahan mikroba
pada proses yang paling akhir.
Penyiapan larutan yang akan disaring secara steril selama proses
harus dilakukan dalam lingkungan tingkat C, bila tidak disaring secara
steril, penyiapan bahan dan produk harus dilakukan dalam lingkungan
tingkat A dengan latar belakang tingkat B. Penangan dan pengisian produk
yang disiapkan secara aseptis, dan juga penanganan peralatan steril yang
terpajan, harus dilakukan dalam lingkungan tingkat A dengan dengan latar
belakang tingkat B.
Larutan dan cairan tertentu yang tidak dapat disterilisasi dalam
wadah akhirnya dapat disaring melalui saringan melalui saringan steril
dengan ukuran nominal pori 0,22m (atau lebih kecil), atau yang sama
kemampuannya menahan mikroba, ke dalam wadah yang telah disterilkan
sebelumnya. Saringan tersebut dapat menghilangkan bakteri dan jamur,
namun tidak menghilangkan semua virus dan mikroplasma. Sterilisasi
cara saring menyebabkan resiko tambahan yang lebih potensial
dibandingkan proses sterilisasi lain, dianjurkan untuk melakukan
penyaringan kedua atau lapisan saringan ganda melalui saringan penahan
mikroba yang steril segera sebelum pengisian. Penyaringan steril akhir
harus dilakukan sedekat mungkin dengan titik pengisian (WHO, 2007).

Aseptik berarti tidak adanya patogen pada suatu daerah tertentu. Teknik
aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari
mikroorganisme. Asepsis ada 2 macam:
Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, mengganti
linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.

Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dari suatu daerah.

2. Prosedur aseptik di ruang operasi


Dalam pembedahan prosedur aseptik meliputi tindakan sebelum, saat
maupunsesudah tindakan bedah, yaitu :
a. Pemakaian masker dan penutup kepala.
b. Mencuci tangan.
c. Pemakaian sarung tangan dan jubah operasi.

6
d. Persiapan penderita.
e. Memelihara sterilisitas medan operasi.
f. Menggunakan teknik operasi aman.
g. Sterilisitas dari ruang operasi minor dan alat operasi.

Pemakaian masker dan penutup kepala


Masker digunakan oleh operator untuk menghindari terjadinya
penyebaran bakteridari operator kepada penderita pada saat operator
berbicara, bersin, batuk atau saatbernafas. Masker juga akan melindungi
operator dari percikan darah dari penderita.
Penutup kepala digunakan untuk mencegah kotoran atau bakteri dari
kepalaoperator mengkontaminasi medan operasi.

Mencuci tangan
Walaupun operator telah menggunakan sarung tangan steril, tetapi dengan
mencucidan menggosok tangan akan mengurangi risiko infeksi karena
kontaminasi mikroorganismedari tangan operator. Hal ini karena pada saat
menggunakan sarung tangan akan memberikan kondisi yang hangat dan
lembab, yang akan menyebabkan bakteri mudah tumbuh, sehingga dengan
mencuci tangan sebelummenggunakan sarung tangan steril akan
meminimalkan dan menghambat pertumbuhanbakteri di dalam sarung
tangan.
Mencuci tangan juga harus disertai dengan menyikat tangan dan lengan
dengansikat yang lembut agar tidak mengiritasi kulit. Gunakan sabun
untuk mencuci tangan. Syarat surgical soapadalah :
Tidak bersifat iritatif pada kulit.
Efektif, artinya jumlah bakteri yang tertinggal di kulit hanya sedikit.
Mempunyai masa antibakteri yang panjang.
Dapat larut dan berbusa dalam air, baik air dingin maupun panas.
Jumlah yang dibutuhkan sedikit ( 8 ml) setiap kali mencuci tangan.

7
Gambar:Teknik mencuci tangan

Memakai jubah operasi (surgery gown) dan sarung tangan


Instruksi penggunaan baju kerja steril di area ini adalah sebagai berikut:

8
9
Dalam kedua proses penggunaan baju kerja diatas, penggunaan sarung
tangan (gloves) merupakan hal yang penting. Hal ini karena tangan kita
merupakan bagian yang paling banyak kontak dengan sediaan. Dengan
demikian penting untuk memahami teknik memakai sarung tangan yang
benar sebagai berikut:

10
Untuk semua prosedur tindakan pembedahan operator harus mengenakan
sarung tangan steril.Memakai danmelepas sarung tangan harus dilakukan
secara benar. Sarung tangan harus diganti apabila:
o Bila tangan menyentuh bagian luar dari sarung tangan.
o Bila sarung tangan menyentuh benda yang tidak steril.
o Bila sarung tangan bocor, sobek atau tertusuk.
Sarung tangan biasanya telah dibungkus dan ditata dengan baik agar dapat
dipakaitanpa mengotori bagian luarnya.Sarung tangan pertama harus
dipasang denganmemegang lipatannya saja, sedangkan sarung tangan
kedua harus dipegang denganmenggunakan sarung tangan pertama. Perlu
diperhatikan bahwa pada sarung tangan yang terbungkus, bungkus luarnya
tidak steril, sedangkan bungkus dalamnya steril.
Teknik memakai sarung tangan tanpa jubah operasi
1. Persiapkan tempat yang lapang untuk membuka sarung
tangan. Bukalah bungkus sarung tangan atau dibukakan
oleh orang lain. Bukalah bungkus bagian dalam sarung
tangan. Maka tampak sarung tangan terlipat dengan telapak
tangan diatas dan dilipat. Ambil sarung tangan pertama
hanya dengan menyentuh bagian luar lipatan yang nanti
akan menjadi bagian dalam setelah dipakai.
2. Dengan memegang luar lipatan masukkan tangan anda
tanpa menyentuh bagianluar sarung tangan. Pegang dengan
satu tangan dan tangan yang masukkan kesarung tangan
(pegang pangkal sarung tangan yang terlipat dengan tangan
kiri,tangan kanan dimasukkan ke sarung tangan).
3. Angkat ambil sarung tangan kedua dari dalam lipatan.
Masukkan tangan anda.
4. Perhatikan sarung tangan pertama tidak boleh menyentuh
bagian kulit tangan yangbelum bersarung tangan. Ambil
sarung tangan yang lain dengan tangan yangsudah
bersarung tangan, masukkan tangan ke dalam sarung
tangan.
5. Balikkan lipatan sarung tangan pertama dengan
memasukkan tangan dibawahlipatan.
6. Balikkan sarung tangan kedua seperti pada sarung tangan
pertama. Betulkan letaksarung tangan sampai tepat pada
jari-jari.

Melepas sarung tangan


Sarung tangan yang sudah digunakan harus dilepaskan secara hati-
hati, karenasarung tangan tersebut dapat mengandung bahan
infeksius.Dasarnya adalah bagianluar sarung tangan yang telah
terkena darah dan cairan dari penderita jangan sampaimenyentuh
kulit kita. Lepas sarung tangan dengan perlahan dan hati-hati
sehingga tidakada darah yang memercik ke kulit kita.

11
Persiapan penderita
Teknik aseptik yang baik terhadap pasien yang akan menjalani operasi
akan dapat mengurangi jumlah organisme pada kulit pasien. Seluruh
daerahoperasi harus dibersihkan seluruhnya.Pada daerah kulit yang
berambut tidak direkomendasikanuntuk mencukur rambut dengan shaver
karena goresan dan luka pada kulit dapat menjaditempat pertumbuhan
bakteri.Lebih disarankan untuk menggunakan clipper. Lakukan
pencukuran sesaat sebelum dilakukantindakan.
Cara melakukan antiseptik pada kulit penderita adalah :
Setelah kulit dibersihkan dengan air dan sabun, operator
menggosok kulit medan operasi menggunakan kasa atau kapas
yang dibasahi cairan antiseptik dan dijepit dangan klem kasa.
Kasa yang telah dibasahi antiseptik diusapkan secara lembut
dengan arah sirkuler, dimulai dari tangah medan operasi melingkar
ke arah luar. Jangan menggunakan alkohol untuk mencuci mukosa

Memelihara sterilitas medan operasi


Sterilitas medan operasi dilakukan dengan cara memasang duk steril
berlubangpada daerah operasi dan melapisi meja yang digunakan untuk
meletakkan alat-alat yangakan digunakan untuk operasi dengan duk steril.
o Hanya benda-benda steril yang boleh berada disekitar medan
operasi.
o Perhatikan jangan sampai mengotori alat operasi pada saat membuka
dari bungkusansteril.
o Ganti alat yang terkontaminasi.
o Jangan tempatkan medan steril dekat dengan pintu atau jendela.
o Bila anda ragu masih steril atau telah terkontaminasi, anggaplah
sudah terkontaminasi.

Menggunakan teknik operasi yang aman


Menggunakan teknik operasi yang halus, mengendalikan perdarahan
dengan baikdan memperlakukan jaringan dengan baik, akan dapat
mengurangi risiko infeksi pasca operasi, karena bakteri akan mudah
menyerang setelah perlakuan yang kasar danberlebihan pada jaringan dan
perdarahan yang tidak terkontrol.

Sterilisasi ruang operasi


Sterilisasi ruang operasi dapat dijaga dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membatasi jumlah orang di dalam ruang operasi.
b. Menutup pintu ruang operasi.
c. Membatasi orang yang keluar dan masuk ruang operasi. Yang
diijinkan masuk hanya petugasyang berkepentingan dalam
prosedur ini.
d. Setiap petugas yang masuk harus mengenakan penutup kepala, alas
kaki, masker, danbaju khusus ruang operasi.
e. Menjaga kelembaban ruang operasi

12
f. Membersihkan lingkungan dan peralatan di ruang operasi
menggunakan disonfektan yang adekuat (misalnya chlorin) dan
dengan frekuensi pembersihan yang tepat.
g. Menjaga sirkulasi udara tetap baik di ruang operasi (misalnya
dengan pemasangan exhaust)

3. Laminar Air Flow

Laminar Air Flow adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan
inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang digunakan
dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman
dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi nama
Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora
yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara
berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama (pre-
filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yang
disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan
blower.
Laminar Air Flow sering disebut juga sebagai Biological Safety Cabinet
(BSC) yaitu alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC/LAF
mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril
dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Prosedur penggunaan
BSC/FAL adalah sebagai berikut:
1) Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum
mulai bekerja.
2) Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah.
3) Nyalakan lampu neon dan blower.
4) Biarkan selama 5 menit.
5) Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 %.

13
6) Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan
yang cocok dan biarkan menguap.
7) masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh
(overload) karena memperbesar resiko kontaminan.
8) Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke LAF/BSC sedemikian rupa
sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
9) Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi
gunakan yang berbahan bakar gas.
10) Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh
aktivitas kerja.
11) setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar
dari BSC
12) Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan
menguap lalu tangan dibasuh dengan desinfektan.
13) Matikan lampu neon dan blower.

Laminar Air Flow dibagi menjadi 2 macam yaitu:


1. laminar air flow
Laminar Air Flow (LAF) digunakan sebagai ruangan untuk
pengerjaan secara eseptis. Prinsip penaseptisan suatu ruangan
berdasarkan aliran udara keluar dengan kontaminasi udara dapat
diminimalkan.
Pada Laminar Air Flow, terdapat 2 macam filter:
1) Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap
debu-debu dan benda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-
kira 5 mm sehingga efisiensinya dapat mencapai 95 mm
untuk objek-objek yang 5 mm.
2) HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada
bidang keluar udara kearah permukaan tempat kerja.

Pre-filter harus sering dibersihkan dengan cacum cleaner


dan sebaiknya diganti 1 tahun sekali. Namun HEPA filter
diganti setelah melalui pemeriksaan dengan particulate
count atau dengan alat yang disebut magnehelic gauge.
Laminar air flow cabinet ada yang dilengkapi dengan lampu
U.V., ada juga yang tanpa. Pada laminar air flow cabinet
yang tidak dilengkapi dengan lampu U.V., blower harus
dijalankan terus menerus walaupun laminar air flow cabinet
tersebut sedang tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kebersihan ruang kerja didalam laminar air flow
tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan
lampu U.V., dianjurkan agar menyalakan lampu U.V.
minimum 30 menit sebelum laminar air flow digunakan.
Ketika laminar air flow sedang digunakan, lampu U.V.
harus dimatikan, sedangkan blower dijalankan. Blower pada
laminar air flow cabinet yang dilengkapi dengan lampu

14
U.V., hanya dijalankan pada saat laminar air flow sedang
digunakan.
Alat-alat yang dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yaitu:
1) Lampu alkohol/Bacti cinerator.
2) Wadah alkohol: botol/gelas piala 250 ml.
3) Pinset, skalpel, gunting, dan jarum.
4) Petri-dish steril.
5) Disceting Microscope, bila sedang isolasi meristim.
6) Kertas tissue/kapas.
7) Sprayer berisi alkohol 70% (tidak harus dalam cabinet).
Secara umum, laminar air flow memiliki dua tipe aliran udara
yaitu horizontal dan vertikal laminar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Laminar Air


Flow (LAF) adalah sebagai berikut :
1) Jangan meletakkan lampu bunsen terlalu dekat dengan
filter dan alkohol untuk merendam peralatan kultur.
2) Jangan menumpuk alat-alat, botol-botol media, dan lain-
lain benda di depan tempat bekerja sehingga
menghalangi aliran udara.
3) Jangan mencelupkan alat tanam dengan nyala api ke
dalam alkohol (nyala api alkohol yang terdapat pada alat
tanam, tidak terlihat dengan jelas di tempat yang terang
HATI-HATI !!!).
4) Jangan mendekati lampu bunsen, dengan tangan yang
baru disemprot alkohol atau spiritus.
5) Bersihkan Laminar Air Flow Cabinet, setelah selesai
bekerja. Jangan meninggalkan botol bekas, kapas bekas,
dan sebagainya di dalam LAF.
Prinsip Kerja dari Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai
berikut :
1) Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril
untuk kegiatan inokulasi/ penanaman.

15
2) Laminar Air Flow mengutamakan adanya hembusan
udara steril yang digerakkan oleh blower yang disaring
oleh HEPA Filter.
3) Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow harus
dinyalakan minimal 30 menit dan harus dilakukan
penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja
tersebut terjamin kesterilannya.
4) Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan
blowernya yang berfungsi sebagai penghembus udara
steril dan lampu TL sebagai penerang.
5) Agar Laminar Air Flow dapat difungsikan setiap saat,
pemeliharaan dan perawatan alat harus selalu dilakukan.

Cara Perawatan Laminar Air Flow (LAF) :


Apabila Laminar Air Flow Cabinet selesai dipergunakan,
untuk langkah perawatannya yaitu antara lain :
1) Membersihkan semua sisa potongan eksplan dengan
tissue.
2) Bakarlah (pisau scalpel, pinset) dengan menyemprotkan
terlebih dahulu dengan alkohol 95% dan tempatkan
kembali dalam keadaan siap pakai.
3) Matikan blower dengan memijit tombol off.
4) Semprotkan ruang kerja dengan alkohol.
5) Tutup kembali pintu Laminar Air Flow Cabinet.
6) Matikan lampu TL.
7) Nyalakan kembali lampu UV.

2. biosafety cabinet

Biosafety Cabinet dari Biobase

safety cabinet atau biosafety cabinet adalah salah satu alat


yang digunakan dalam ruang bidang mikrobiologi dan berfungsi

16
untuk memberikan perlindungan bagi pengguna, meminimalisir
terjadinya kontaminasi serta dapat menjaga lingkungan area kerja.
Sedangkan biosafety cabinet terdiri dari dua macam tipe
yaitu BSC-l dan BSC-ll. Kedua alat ini sama-sama berfungsi untuk
meminimalisir terjadinya kontaminasi pada produk tapi BSC tidak
hanya melindungi produknya, tapi juga melindungi pengguna dan
lingkungan kerja melalui sistem HEPA filter.
Berikut adalah 6 keutamaan dari biosafety cabinet yang perlu
Anda tahu.
1) Sistem HEPA Filter (Filter High Efficiency Particulate
Air)
Sistem HEPA sangat efisien dalam melakukan filtrasi
yaitu hingga 99,99 %. Efisiensi dan akurasi mencapai 0,3
mikron. HEPA terbuat dari serat kaca borosilikat lipid.
2) Dilengkapi Dengan Layar LED
Dengan dilengkapi oleh layar LED bersama dengan
sistem kontrol mikroprosesor akan mengontrol semua
keselamatan fungsi.
Dari semua kelebihan yang dimiliki oleh BSC, ada
satu hal yang membuatnya sangat unik yaitu adanya bar
strip di panel kontrol LED yang akan memberikan
warning kepada pengguna untuk mengganti filter HEPA
tepat waktu. Ini membuat BSC memberikan
perlindungan khusus bagi pengguna.
3) UV Timer
BSC juga dilengkapi dengan UV timer yang
berfungsi untuk mengontrol siklus dekontaminasi dan
memaksimalkan umur lampu agar dapat menyala lebih
lama. Sinar UV hanya dapat diaktifkan ketika jendela
depan tertutup rapat sepenuhnya dan lampu flourescent
dimatikan. Ini akan melindungi dan menghidari potensi
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh efek sinar UV pada
pengguna BSC.
4) Sistem Pengendalian Mikroprosesor
Sistem Pengendalian Mikroprosesor yang dimiliki
oeh BSC akan mengontrol ukuran tekanan aliran udara
secara akurat dan menyeimbangkan kecepatan aliran
udara agar tersebar keseluruh ruang kerja.
5) Sistem Cerdas Filter Kompensasi
Konsistensi penyaluran aliran udara vertikal secara
otomatis dengan kecepatan 0.37 m/s 0.015m /s tanpa
gangguan. Bila terjadi filter blok, motor fan akan
meningkatkan kecepatannya. Hal tersebut berfungsi
untuk memastikan aliran udara vertikal konstan dan
menjamin kinerja yang aman.

17
6) Mudah untuk Dekontaminasi dan Disinfeksi
Dengan adanya UV timer yang mengontrol siklus
dekontaminasi membuat BSC mudah dibersihkan. Selain
itu juga didukung oleh jendela drive motor depan yang
lancar dan dengan tepat dapat dipindahkan sesuai dengan
posisi yang diinginkan. Baja permukaan meja stainless
dapat diambil untuk autoklaf.
Itulah 6 keutamaan dari biosafety cabinet yang perlu
Anda tahu. Semua kualifikasi
keutamaan biosafety cabinet ini terangkum
dalam Biobase Class II A2 Biosafety Cabinet. Namun
demikian, sesuaikan dengan kebutuhan dalam membeli
laminar air flow atau biosafety cabinet.

DAFTAR PUSTAKA

Global Pustaka Utama, Yogyakarta.Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi


Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.W. K, Dhadahang. 2013. Cara-cara Sterilisasi.
Pdf.
http://vedcablog.blogspot.com/2009/03/laminar-air-flow-cabinet-adalah-
suatu.html
http://www.scribd.com/doc/28942677/Laminar-Air-Flow
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/analisis-
mikrobiologi/analisis-mikrobiologi/
http://mediakulturjaringan.blogspot.com/2010/08/merawat-dan-mengoprasikan-
peralatan.html

18

Anda mungkin juga menyukai