DEFINISI ANESTESI
Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa Yunanian artinya “tidak atau
tanpa" dan aesthētos, "artinya persepsi atau kemampuan untuk merasa". Secara umum
berarti anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat anestesi adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacam-macam tindakan operasi. Obat Anestesi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu anestesi umum dan anestesi lokal
Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu suatu
keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat
reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih
mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan
maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia),
memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan
pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat
memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan
umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksasi otot. Obat
anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang heterogen, yang
mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat
dikontrol. Obat anestesi umum dapat diberikan secara inhlasi dan secara intravena.
1) Prinsip Umum
Sifat-sifat anestetik umum yang ideal adalah 1). Bekerja cepat,induksi dan pemulihan
baik 2). Cepat mencapai anestesi yang dalam 3). Batas keamanan lebar 4). Tidak
bersifat toksis
a. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron
berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang
yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan
otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-
cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian
diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena
adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan
mengurangi konsentrasi dari gas atau uap yang diinhalasi. Keuntungan anastetika inhalasi
dibandingkan dengan anastesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang
diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak
bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan
bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan
air yang bersifat stabil
b. Anestesi Intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula kerja
anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru,
misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk
induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga
sangat cepat.
Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastesi umum dibawah
pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas
ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.
4) Farmakokinetika
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik didalam susunan saraf pusat.
Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) bergantung
pada banyaknya farmakokinetika yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran
anestetik. Factor tersebut menentukan perbedaankecepatan transfer anestetik inhalasi
dari paru kedalam darah serta dari darah keotak dan jaringan lainnya. Faktor-faktor
tersebut juga turut mempengaruhi masa pemulihan anestesi setelah anestetik
dihentikan.
b) Ekskresi
5) Farmakodinamika
b) Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur karena mata
terus terbuka (golongan Ketamin).
d) Nyeri tenggorokan.
e) Sakit kepala.
g) Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan,
enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.
Efek samping tersebut bersifat sementara. Namun, ada pula komplikasi serius yang dapat
terjadi. Untungnya, komplikasi tersebut sangat jarang, dengan perbandingan 4 komplikasi
dalam jutaan pasien yang diberi obat anestesi. Pencegahan efek samping anestesi yang
terbaik adalah dengan penjelasan selengkap mungkin terhadap pasien mengenai efek samping
dan risiko yang mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh, dan pemberian obat anestesi yang
tidak melebihi dosis.
2. ANESTESI LOKAL
Anestesi lokal ialah obat yang apabila diberikan secara lokal (topikal atau
suntikan) dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf
yang dikenai oleh obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan rasa atau sensasi
nyeri (dan pada konsentrasi tinggi dapat mengurangi aktivitas motorik) terbatas
pada daerah tubuh yang dikenai tanpa menghilangkan kesadaran.
1) Struktur Kimia
Umumnya obat anestesis lokal terdiri dari sebuah gugus lipolifit (biasanya
sebuah cincin aromatik) yang diberikatan dengan sebuah rantai perantara
(umumnya termasuk suatu ester atau sebuah amida) yang terikat pada satu
gugus terionisasi. Aktivitas optimal memerlukan keseimbangan yang tepat
antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik. Penambahan sifat fisik molekul,
maka konfirgurasi stereokimia specifik menjadi penting, misalnya perbedaan
potensi stereoisomer telah diketahui untuk beberapa senyawa. Karena ikatan
ester (seperti prokain) lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida, maka lama
kerja ester biasanya lebih singkat.
Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. Seperti juga alcohol dan
barbital, anestesi local menghambat penerusan impuls dengan jalan
menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang oerlu
bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan
dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di
membrane neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi,
ambang kepekaan terhadap rasangan listrik lamnbat laun meningkat, sehingga
akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.
4) Farmakodinamika
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi
anatomis saraf. Saluran Na+ penting pada sel otot yang bisa dieksitasi seperti
jantung. Efeknya terhadap saluran Na+ jantung adalah dasar terapi anestetika
lokal dalam terapi aritmia tertentu (biasanya yang dipakai lidokain).
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi
dibanding jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis
metabolik lokal, dan menurunkan pH.
5) Farmakokinetika
a. Absorbsi
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan
obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan
vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi penyerapan sistemik anestesi
lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah
ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau
menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivikain (tidak untuk prilokain).
Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi,
dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk
dalam darah hanya 1/3 nya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik
dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek
anestesi lokal sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam
memperpanjang sifat anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja
lama (bupivukain, etidokain), mungkin karena molekulnya sangat erat terikat
dalam jaringan.
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 m3nit untuk
prokain dan kloroprokain.
Ikatan amida dari anestesi lokal dihidrolisi oleh enzim mikrosomal hati.
Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati bervariasi bagi setiap
individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokain >
lidokain > mevikain > bupivikain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari
anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan
fungsi hati. Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari
1,8 jam pada pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan
penyakit hati yang berat.
c) Sistem Kardiovaskular
Efek kardiovaskular anestesi local akibat sebagian dari efek langsung terhadap jantung dan
membran otot polos serta dari efek secara tidak langsung melalui saraf otonom. Anestesi
lokal menghambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas pacu jantung,
eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi abnormal. Walaupun kolaps kardiovaskular dan
kematian biasanya timbul setelah pemberian dosis yang sangat tinggi, kadang-kadang dapat
pula terjadi dalam dosis kecil yang diberikan secara infiltrasi.
d) Darah
Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional akan menimbulkan penumpukan
metabolit o-toluidin, suatu zat pengoksidasi yang mampu mengubah hemoglobin menjadi
methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka warna darah menjadi coklat.
G. JENIS OBAT ANESTESI
1. Anestesi Umum
1) Anestesi Inhalasi
Farmakokinetik
Mudah diserap dari saluran pernapasan. Sedikit larut dalam darah.
Konsentrasi yang diperlukan untuk operasi 12 mg, dan depresi dari
pusat pernapasan terjadi pada konsentrasi 30-38mg. dengan
menambahka campuran nitrous oxide dapat mengurangi konsentrasi
halotan. Efek narkotika cepat berhenti setelah akhir inhalasi. Sekitar
80% dari obat dilepaskan melalui paru-paru, dan 20% dimetabolisme
dalam hati untuk metaolit utama asam trifluoroasetat, dimana
konsentrasi maksimum diamati satu hari setelah anestesi.
2) Enfluran
Anestetikum inhalasi kuat, digunakan pada berbagai jenis pembedahan
juga sebagai analgetikum pada persalinan.
Memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, tidak begitu
menekan SSP.
Resorpsinya setelah inhalasi cepat dengan waktu induksi 2-3 menit.
Sebagian besar diekskresikan oleh paru-paru.
Efek sampingnya berupa hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan
merangsang SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil) serta
mual dan muntah. Daya kerjanya dapat melemaskan otot uterus, zat ini
meningkatkan perdarahan pada persalinan,SC, dan abortus.
Dosis tracheal 0,5-4v%.
Kategori keamanan untuk ibu hamil B
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
Potensinya kurang dibanding halotan atau isofluran. Induksi cepat dicapai,
waktu bangun dan pemulihan lebih cepat dari isofluran.Dihalogenasi
dengan fluorida, tahan terhadap biodegradasi. Kurang dimetabolisme, efek
toksik organ spesifik tidak ada
5) Sevofluran
Merupakan halogenasi eter .
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran.
Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas.
Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan
aritmia.Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada
laporantoksik terhadap hepar.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
1) Tiopental ( C )
Anestetikum injeksi baik, tetapi sangat singkat ( t ½ kurang lebih 5
menit) , mulai kerjanya cepat, tetapi efek analgetis dan relaksasi ototnya
tidak cukup kuat.
Hanya digunakan untuk induksi dan narkosa singkat pada pembedahan
kecil ( antara lain di mulut) atau sebagai anestetikum pokok bersamaan
dengan anestetikum lanjutan dan suatu zat relaksan otot.
Efek samping : depresi pernapasan, terutama pada injeksi yang terlalu
cepat dan dosis berlebihan, menyebabkan sering menguap, batuk, dan
kejang laring pada taraf awal anastesi, dapat menembus plasenta dan
masuk ke dalam ASI.
Kontraindikasi : tidak dapat digunakan pada infusiensi sirkulasi, jantung,
atau hipertensi.
Dosis : IV 100-150 mg larutan 2,5-5% (perlahan-lahan) rectal 40 mg/kg
maksimal 2 g.
Farmakodinamik
Farmakokinetika
Terikat pada protein plasma 80%. Di dalam hati dirombak sangat lambat
menjadi 3-5% pentobarbital dan sisanya menjadi metabolit tidak aktif yang
diekskresikan melalui kemih. Kadarnya dalam jaringan lemak adalah 6-12
kali lebih besar daripada kadar dalam plasma.
2) Midazolam
Farmakokinetik
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui
sawar darah otak. Hanya50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke
sirkulasi sistemik karena metabolisme portahepatik yang tinggi. Sebagian
besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan protein.
Waktu durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi
mempercepatdistribusi dari otak ke jaringan yang tidak begitu aktif juga
dengan klirens hepar yang cepat.
Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam, lebih pendek daripada
waktu paruh diazepam.Waktu paruh meningkat pada pasien tua dan
gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas,klirens midazolam akan
lebih lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak.
Akibateliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada CNS akan
lebih pendek dibanding diazepam.
3) Diazepam
4) Ketamin
Digunakan pada pembedahan singkat, untuk induksi anestesi.
Menimbulkan rasa sakit.
Metabolismenya melalui konvugasi di hati dan diekskresikan melalui
kemih.
Daya kerja analgetis (t ½ kurang lebih 2 jam) berlangsung lebih lama
daripada efek hipnotisnya.
Menimbulkan analgesi yang dalam. Tidak efektif terhadap nyeri perut dan
dada.
Efek samping : hipertensi, kejang-kejang, sekresi lidah yang kuat, dan
peningkatan tekanan intracranial dan intraokuler, mengurangi prestasi
kegiatan jantung dan paru-paru. Gangguan psikis (halusinasi) pada fase
pemulihan.
Dosis IM 10 mg/kg, IV 2 mg/ kg BB.
Farmakodinamik
Dosis induksi ketamin adalah 1-2 mg/KgBB IV atau 3-5 mg/KgBB IM.
Stadium depresi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan
anestesia dapat diberikan dosis 25-100 mg/KgBB/menit. Stadium operasi
terjadi dalam 12-25 menit.Mekanisme kerja ketamin bekerja sebagai
antagonis nonkompetitif pada reseptor NMDA yang tidak tergantung pada
tegangan akan mempengaruhi ikatan pada tempat ikatan fensiklidin.
Reseptor NMDA adalah suatu reseptor kanal ion (untuk ion na +,ca2+,dan
k+) maka blockade reseptor ini berarti bahwa pada saat yang sama, ada
blockade aliran ion sepanjang membrane neuron sehingga terjadi
hambatan padadepolarisasi neuron di SSP.
Farmakokinetik
Ketamin menghambat efek membrane eksitatori neurotransmitter asam
glutamat pada suptipe reseptor NMDA . Ketamin merupakan obat yang
sangat lipofilik dan didistribusikan dengan cepat ke dalam organ-organ
yang kaya vaskuler, termasuk otak, hati dan ginjal kemudian obat ini di
distribusikan kembali kedalam jaringan-jaringan yang kurang
vaskularisasinya, bersamaan dengan metabolismenya di hati untuk
selanjutnya dibuang ke urin dan empedu.
5) Propofol
Digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum.
Setelah injeksi IV propofol dengan cepat disalurkan ke otak, jantung, hati,
dan ginjal, kemudian disusul dengan redistribusi yang sangat cepat ke otot,
kulit, tulang, dan lemak. Redistribusi ini menyebabkan kadar dalam otak
menurun dengan cepat. Di hati, propofol dirombak menjadi metabolit-
metabolit inaktif yang diekskreikan melalui urin.
Efek samping: sesak nafas, depresi system diovaskuler
( hipotensi,bradikardia),eksitasi ringan dan tromboflebitis. Setelah siuman
timbul mual muntah dan nyeri kepala.
Dosis IV/infuse 2-12 mg/kg BB.
Farmakodinamik
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang
kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada
pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung
cepat. Dapat menyebabkan perubahan mood tapi tidak sehebat thiopental.
Dapat menurunkan tekanan intrakranial dan tekanan intraokular sebanyak
35%.Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin dan
menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%.Dapat
menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus
dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian
diprivan.
Farmakokinetik
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat
protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu
metabolit tidak aktif, waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2
– 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena
propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi ( rata – rata 30 – 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih
juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml.
Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun
relaksasi otot.
2. Anestesi lokal
1) Golongan Ester
a. Kokain
a. SSP: Efek Kokain pada tingkah laku merupakan akibat dari rangsangan kuat pada korteks
dan sambungan otak. Kokain meningkatkan kesadaran mental dan memberikan perasaan
sehat, dan euforia yang serupa dengan yang disebabkan oleh amfetamin. Seperti amfetamin,
kokain dapat menimbulkan halusinasi, delusi, dan paranoid. Kokain memacu aktivitas
motorik dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan tremor dan bangkitan kejang yang diikuti
depresi pernapasan dan vasomotor.
Farmakokinetik
b. Prokain
Sifat farmakologi : bila tidak digunakan vasokonstriktor absorpsinya cepat dari tempat
suntikan, dihidrolisis menjadi PABA yang secara kompetitif menghambat
sulfonamida.
Indikasi klinik : untuk anestesi lokal dengan suntikan lokal, blokade saraf dan anestesi
spinal, sedangkan secara topikal tidak efektif, derivat prokainamid digunakan untuk
terapi aritmia jantung.
Toksisitas : toksisitas sistemik rendah karena masa kerjanya singkat dan degradasi
cepat, over dosis dapat menyebabkan gawat pernapasan.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Absorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absorpsi
perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh
esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol. PABA diekskresi dalam
urine, kira-kira 80% dalam bentuk utuh dan bentuk konjugasi. 30% dietilaminoetanol
ditemukan dalam urine, dan selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut.
c. Klorprokain
d. Tetrakain
Sifat farmakologi : merupakan ester PABA, diabsorpsi secara cepat dari saluran
napas, mempunyai potensi 10 kali lebih kuat dan lebih toksik dari prokain (IV), masa
kerja lebih panjang dari prokain.
Indikasi klinik : lebih sering digunakan untuk anestesi spinal, penggunaan topikal
pada mata dan nasofaring.
Toksisitas : mirip prokain, memengaruhi sulfonamida
2) Golongan Amida
a. Lidokain
Sifat - sifat farmakologi : mempunyai efek vasodilator lokal, dua kali lebih kuat dan
lebih toksik daripada prokain, dan dimetabolisme di hati.
Penggunaan klinik : anestesi topikal, injeksi lokal untuk anestesi lokal, IV digunakan
untuk aritmia jantung.
Toksisitas berupa : sedasi, amnesia, dan konvulsi
Farmakodinamik
Lidokain (xilokain) adalah anestik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan. Anestesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama
dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang
sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototip dari anestik
lokal golongan amida. Anestik ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi
kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bertambahdan masa kerjanya lebih pendek.
Lidokain adalah obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap anestik lokal
golongan ester. Lidokain dapat menimbulkan kantuk.
Farmakokinetik
Lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna dan saluran pernapasan
serta dapat melewati sawar darah. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60%
kadar dalam darah ibu. Dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase
fungsi ganda (mixed-function oxidases) membentuk monoetilglisim xlidid dan glisin
xlidid, yang kemudian dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoetilglisin dan
xlidid. Kedua metabolik monoetilglisim xlidid maupun glisin xlidid ternyata masih
memiliki efek anestetik lokal.
b. Bupivakain
Sifat farmakologi : masa kerja panjang; digunakan untuk anestesi infiltrasi, unruk
blokade saraf, dan anestesi spinal.
Toksisitas : hampir sama dengan prokain.
Farmakodinamik
Agent anestesi local yang digunakan untuk memberikan relaksasi otot derajat sedang.
Bupavakain akan menyebabkan blokade yang bersifat reversibel pada perambatan
impuls sepanjang serabut saraf, dengan cara mencegah pergerakan ion-ion natrium
melalui membran sel, ke dalam sel
Farmakokinetik
Bupivakain dapat mengurangi dosis penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pada
pasca pembedahan caesar. Bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain. Lidokain
dan bupivakain, keduanya menghambat saluran Na+ jantung (cardiac Na+ channels)
selam sistolik. Namun, bupivakain terdisosiasi jauh lebih lambat daripada lidokain
selama diastolik, sehingga da fraksi yang cukup besar etatp terhambat pada akhir
diastolik.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/42065/4/BAB%201.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi
https://www.alodokter.com/kenali-macam-macam-anestesi-dan-efek-sampingnya
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf
https://www.prosehat.com/artikel/artikelkesehatan/berapa-lama-bangun-sadar-setelah-
dibius