Anda di halaman 1dari 3

V.

PEMBAHASAN

Pada percobaan 5 yang berjudul “Penentuan Ukuran Partikel” yang


telah dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 September 2019 pukul 08.30
sampai 11.30 WIB di Gedung E lantai empat Ruang Laboratorium Kering
Farmasi, bertujuan untuk mengukur partikel zat dengan metode pengayakan
(Shieving) dan dengan metode mikroskopis. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu ayakan (No. 60, 80, 100, dan 120), penampung, neraca
analitis, mikroskop, mikrometer, sendok, gelas beker, gelas arloji, pipet tetes, dan
pengaduk gelas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah amilum dan aquades.

Dalam percobaan kali ini menggunakan dua metode, yaitu penyaringan


dan metode mikroskopik. Menurut Sinila, metode mikroskopik merupakan
metode pengukuran partikel yang memiliki ukuran berkisar 0,2µm - 100 µm
berdasarkan panjang diameter dari sediaan suspense atau emulsi yang
sebelumnya diencerkan terlebih dahulu kemudian diletakkan di slide lalu dilihat
menggunakan mikroskop dan digunakan mikrometer untuk mengukur
diameternya. Sedangkan menurut Martin, metode pengayakan adalah pengukuran
partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada
ayakan dari nomor mesh terendah ke nomor mesh tertinggi. Pada percobaan kali
ini nomor mesh terendah yang digunakan adalah nomor 60 dan dengan nomor
mesh tertinggi menggunakan nomor 120.

Pada percobaan mikromeritik dengan metode mikroskop optic,


dilakukan kalibrasi alat pada alat-alat percobaan yang digunakan. Menurut
Permenkes tahun 1998, tujuan dari kalibrasi alat yang adalah untuk menentukan
deviasi dan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil dijamin
dengan standar nasional maupun internasional sehingga selanjutnya dapat
mengurangi kesalahan dalam ketelitiannya. Kemudian sediaan dibuat di dalam
gelas beker dalam bentuk suspense encer yang nantinya akan dianalisis.
Selanjutnya, sediaan diambil dan diteteskan pada slide menggunakan pipet tetes
untuk diamati ukurannya. Saat partikel sudah terlihat melalui pengamatan di
bawah mikroskop, ditentukan partikel suspense yang dibuat termasuk ke dalam
golongan monodisperse atau polidispers.

Menurut Ranmania, partikel dikatakan monoodispers apabila nilai


antilog SD <1,2 dan dikatakan polidispers apabila nilai antilog SD ≥ 1,2..
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan data yaitu partikel dengan ukuran
396 µm berjumlah 97 partikel, partikel ukuran 594 µm berjumlah 3 partikel,
sedangkan partikel dengan ukuran 792 µm dan 990 µm sebanyak 0 partikel
(tidak ditemukan). Melalui data tersebut dan berdasarkan perthitungan dengan
rumus didapatkan hasil antilog SD sebesar 1,482 sehingga partikel
digolongkan ke dalam golongan polidispers . Menurut Harinaldi, standar
deviasi atau simpangan baku merupakan ukuran penyebaran data yang paling
sering digunakan atau nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi
kelompok data dari meannya.

Untuk mengetahui distribusi sampel, maka dihitung diameter


hubungan antara mid range partikel (d) dengan jumlah partikel (n) dari data
percobaan yang dilakukan. Hasil perhitungan diametr yang dilakukan :

dln = 401,49 µm, yang merupakan rata-rata jarak atas partikel dalam
satu populasi.

dsn = 403,25 µm, yang merupakan luas permukaan rata-rata tiap


partikel pada satuan berat.

dvn = 405,19 µm, yang menyatakan volume rata-rata tiap partikel.

dvs = 408, 88 µm, yang merupakan volume rata-rata tiap satuan luas.
dwm = 414, 71 µm, yang merupakan volume rata-rata tiap satuan
berat.

Dari data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa suspense


yang dibuat memiliki ukuran partikel yang cukup besar dan konsentrasi yang
cukup tinggi.

Dilakukannya metode mikroskop ini memiliki beberapa kelemahan


yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengamatan dan dalam
penentuan ukuran partikel. Jumlah partikel yang dihitung sebanyak 100
partikel agar diperoleh perkiraan yang baik dari distribusi, membuat metode
ini sedikit lamban serta penentuan ukuran-ukuran partikel relative karena
tergantung persepsi orang yang menganalisa (bersifat subyektif).

Anda mungkin juga menyukai