Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Empedu adalah suatu campuran zat-zat yang disimpan dalam kantung empedu
sampai diperlukan dan diproduksi oleh hati. Empedu tidak mengandung enzim
pencernaan, tetapi garam empedu yang berperan sebagai deterjen dan membantu dalam
pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu juga mengandung pigmen yang merupakan
hasil sampingan perusakan sel darah merah dalam hati. Pigmen tersebut adalah
bilirubin, urobilin, dan biliverdin. Pigmen empedu ini dikeluarkan dari tubuh bersama-
sama dengan feses.
1.3 Tujuan
1. Enzim
Tiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat
bekerja dengan baik. Suhu untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh manusia
yaitu 36oC-40oC. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim itu sendiri menjadi
tidak baik. Enzim dapat menjadi inaktif dan dapat mengalami denaturasi (kerusakan)
sehingga enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
d. Liase, enzim yang mengatalis pemutusan C-C, C-N, C-O, dan ikatan kovalen lain
dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap dua.
f. Ligase, enzim yang mengatalis penyatuan (ligasi) dua molekul pada reaksi yang
dkaitkan dengan hidrolisis ATP.
2. Saliva
Saliva merupakan produk sekresi dari kelenjar saliva mayoris dan kelenjar
saliva minoris ke mulut melalui duktus-duktus yang pendek. Kelenjar saliva mayoris
meliputi kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar
parotis berjumlah sepasang dan merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di
anterior dan inferior dari telinga luar. Kelenjar submandibularis berjumlah sepasang
tetapi lebih kecil dan terletak di bawah mandibular di dasar mulut. Sedangkan kelenjar
sublingualis adalah kelenjar liur terkecil dari kelenjar saliva mayoris yang merupakan
agregat kelenjar-kelenjar kecil di bawah lidah. (Difiore, 2013)
3. Empedu
Salah satu fungsi hati adalah menyekresikan empedu yang normalnya berkisar
antara 600-1000 mili/hari. Empedu disekresikan oleh hati dalam dua tahap, yaitu :
a. Sekresi awal oleh sel-sel fungsional utama hati, yaitu sel hepatosit. Sekresi awal
ini mengandung sejumlah besar asam empedu, kolestrol, dan zat organik lainnya.
Empedu ini disekresikan ke dalam kanalikulus bilaris kecil yang terletak di antara
sel-sel hati.
CARA KERJA
A. Enzim
1. Percobaan Amilase
I. 1 2 3 4
Tabung 1&2
A +3mL
amilum 1%
matang
B Tabung 3&4
+3mL
amilum 1%
C segar
II. 1 2 3 4
Tabung 1&3
A +3mL
amylase dan
1mL HCL
3N
B
Tabung 2&4
+3mL
C akuades
III. 1 2 3 4
A A taruh
dimeja
B taruh di
icebox
B C taruh di
waterbath
370
C
+2mL +2mL
larutan akuades
ureum B
A B A
+1 sendok kecil
tepung kedelai
Suhu 600
Diamkan
A B Panaskan 5
menit
B. Saliva (pH normal= 7)
saliva
+5 tetes
larutan
A biuret
A
2mL saliva
+5 tetes +2mL
larutan H2SO4
molisch
B B B
A
2mL saliva
+2 tetes C
asam
asetat C
C
encer Vortex
2. Uji Pettenkofer
3. Uji emulsifikasi
+1 +3mL
tetes akuades
minyak
A
Amati
+3mL +1
larutan tetes
empedu minyak
B
encer Amati
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Percobaan Enzim
1.1. Uji Amilase
Menit
Taruh di meja Taruh di icebox Taruh di waterbath
ke-
A1 : Kekuningan, endapan B1 : Kecoklatan, endapan C1 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru
A2 : Biru B2 : Biru C2 : Biru
0 A3 : Kekuningan, endapan B3 : Kekuningan, endapan C3 : Kekuningan, endapan
biru biru biru
A4 : Kecoklatan, endapan B4 : Kecoklatan, endapan C4 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru
A1 : Kuning, endapan biru B1 : Kecokelatan C1 : Kecokelatan, endapan
(kecokelatan) biru
A2 : Biru B2 : Biru C2 : Biru
10 A3 : Kecokelatan, endapan B3 : Kekuningan, endapan C3 : Kekuningan, endapan
biru biru biru
A4 : Kecokelatan, endapan B4 : Kecokelatan, endapan C4 : Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A1: Kecokelatan B1: Kecokelatan C1: Kecoklatan, endapan
biru
A2: Biru B2: Biru C2: Biru
20 A3: Kecokelatan, endapan B3: Kekuningan, endapan C3: Kekuningan, endapan
biru biru biru sedikit
A4: Kecokelatan, endapan B4: Kecokelatan, endapan C4: Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A1 : Kekuningan, endapan B1 : Keunguan, endapan C1 : Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A2 : Biru B2 : Kecokelatan, endapan C2 : Kekuningan, endapan
biru biru sedikit
30
A3 : Kekuningan, endapan B3 : Kekuningan C3 : Kekuningan
biru
A4 : Kecoklatan, endapan B4 : Kecoklatan, endapan C4 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru sedikit
Pada percobaan amilum, dibutuhkan 12 tabung reaksi, 6 tabung diisi amilum matang
dan 6 tabung lain diisi amilum segar. Pada penambahan amilum matang, 3 tabung dari
penambahan amilum matang masing-masing diberi kode “1” dan 3 tabung sisanya diberi
kode “2”. Pada penambahan amilum segar, 3 tabung dari penambahan amilum segar diberi
kode “3” dan 3 sisanya diberi kode “4”. Setelah itu, tabung dengan kode “1” dan “3” diberi
penambahan amilase + 1mL HCl untuk membuat suasana asam pada larutan. Sedangkan,
pada tabung kedang kode “2” dan “4” diberi penambahan 3mL aquades. Setelah itu, 3
tabung dengan kode “1” diberi perlakuan berbeda, 1 ditaruh di meja, 1 ditaruh di icebox
dan 1 ditaruh pada waterbath dengan suhu 37o. Perlakuan dalam waterbath dengan suhu
37O bertujuan agar enzim bekerja optimal seperti suhu tubuh.
Berdasarkan hasil percobaan, tabung dengan label B3 dan C3 mengalami perubahan
yang cukup signifikan. Pada menit ke 30, tabung B3 lah yang residu empedunya cepat
hilang diikuti dengan tabung C3 dan diikuti juga dengan tabung berlabel “1” dan “3”
terutama pada tabung C karena mendapat perlakuan suhu yang optimal untuk kerja enzim
yaitu 37O.
Dalam percobaannya, pada menit ke 20 tabung yang mengalami banyak perubahan
adalah tabung C3, tetapi pada menit ke 30, pada tabung B3 juga mengalami perubahan
yang signifikan. Dimungkinkan pada saat penetesan menggunakan pipet tetes yang kurang
bersih seperti masih adanya larutan sisa pada menit ke 20, disisi lain dimungkinkan pada
saat pembersihan drop plate yang kurang bersih juga. Sehingga tabung reaksi B3 yang
seharusnya enzim mengalami perlambatan kerja pada suhu dingin, malah bekerja seperti
pada suhu optimal.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan enzim urease pada tepung
kedelai. Percobaan ini diawali dengan menuangkan 2mL larutan ureum pada tabung A dan
2mL akuades pada tabung B. Kemudian pada masing-masing tabung ditambah larutan
fenol merah. Pada tabung A larutan berubah warna menjadi merah, perubahan warna
tersebut mengindikasikan larutan bersifat basa. Sedangkan pada tabung B, larutan berubah
warna menjadi kuning yang mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam. Setelah
penambahan fenol merah, kedua tabung ditetesi asam cuka 2%, kedua larutan berubah
warna menjadi kuning yang berarti kedua larutan bersifat asam. Selanjutnya, kedua tabung
dipanaskan pada waterbath selama 5 menit. Setelah 5 menit, kedua tabung langsung
ditambah tepung kedelai.
Penambahan tepung kedelai pada tabung A merubah warna larutan dari kuning menjadi
merah muda dengan endapan putih. Hal tersebut menunjukkan reaksi positif adanya enzim
urease, karena terjadi penguraian ureum oleh enzim urease menjadi ammonia dan CO2.
Sedangkan pada tabung B tidak ada penguraian enzim urease karena tidak terjadi
perubahan warna saat ditambah tepung kedelai. Akuades hanya melarutkan sampel tepung
kedelai tanpa memicu reaksi penguraian oleh enzim urease.
2. Percobaan Saliva
Pada percobaan saliva dibedakan dalam 3 tahap yang terdir dari uji biuret, uji molisch, dan
uji asam asetat encer.
3. Percobaan Empedu
Uji Gmelin
Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pigmen dalam
empedu. Percobaan ini diawali dengan menuangkan 3mL HNO3 dan 3mL larutan
empedu encer (melalui dinding tabung). Pada tabung, akan tercipta larutan berwarna
hijau, setelah itu akan ada cincin ungu dan larutan bening dan kuning.
Uji Pettenkofer
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari keberadaan asam empedu.
Percobaan ini diawali dengan penambahan 5 mL larutan empedu encer dan 5 tetes
larutan sukrosa. Setelah itu kocok larutan dan tambah dengan 3mL H2SO4. Pada tabung
terbentuk larutan hijau dan bening yang dipisahkan oleh cincin ungu dan cincin kuning.
Larutan hijau dan cincin ungu menunjukkan adanya biliverdin, cincin kuning
menunjukkan adanya asam empedu, dan larutan bening merupakan larutan empedu.
Fungsi dari sukrosa sendiri adalah untuk meningkatkan tegangan pada permukaan.
Asam empedu (merupakan senyawa aromatik kompleks) akan bereaksi dengan hidroksi
metil furfural (terbentuk dari penambahan H2SO4 pekat dan heksosa dari sukrosa)
membentuk turunan berwarna.
Uji ini bertujuan untuk membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator atau
bahan yang menstabilkan emulsi. Percobaan ini membutuhkan 2 tabung reaksi yang
akan diisi dengan larutan yang berbeda. Tabung pertama akan diisi dengan 3 mL
akuades dan 1 tetes minyak goreng. Sedangkan tabung kedua diisi dengan 3 mL larutan
empedu encer dan 1 tetes minyak goreng. Kemudian, masing-masing tabung tersebut
dikocok menggunakan vortex. Setelah itu, amati hasil akhir dari kedua tabung.
Pada tabung 1 akan terlihat minyak tidak tercampur dengan larutan akuades
sehingga tidak membentuk emulsi. Lapisan minyak di atas akuades dengan partikel
lemak yang lebih besar daripada campuran empedu encer dan minyak goreng. Hal ini
terjadi karena lipid hanya dapat larut dalam senyawa organik atau non polar, sedangkan
akuades merupakan senyawa polar.
Percobaan Urease
Pada percobaan Urease tepung kedelai mengandung enzim urease sehingga
terjadi perubahan warna pada larutan ureum yang awalnya kuning menjadi
merah muda.
Percobaan Saliva
Pada saliva terkandung adanya enzim amilase, karbohidrat, protein, dan musin.
Percobaan Gmelin
Pada larutan empedu terdapat pigmen empedu biliverdin ditunjukkan melalui
larutan bewarna hijau dan bilirubin yang ditunjukkan dengan adanya cincin
ungu.
Percobaan Pettenkofer
Pada larutan empedu cincin kuning diantara lapisan larutan menjadi penunjuk
adanya asam empedu.
Amerongen AVN, Michels LFE, Roukema PA, Veerman ECI. 1986. Ludah dan Kelenjar
Ludah Arti bagi Kesehatan Gigi. Rafiah Arbyono dan Sutatmi Suryo. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pr; 1992.
Hall, J. (n.d.). Guyton and Hall textbook of medical physiology. 13th ed.
PERCOBAAN ENZIM, TES AMILUM PERCOBAAN ENZIM, TES UREASE TABUNG A DAN
TABUNG B