Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ENZIM, SALIVA, EMPEDU


KELOMPOK 1.5

Disusun oleh :

PRISKA GIAN GAVRILA (41170205)


FERNANDA AGUSTIAN RYNALDHI (41190323)
PINKAN BERNIKA PUTRI (41190329)
VICO CEZARIO PIRANDA (41190331)
MAHENDRA BAGUS DWI ATMOKO (41190343)
KARIN JESSICA DIMARA (41190351)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang terjadi di dalam sel.


Metabolisme bertujuan agar sel mampu bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan
reproduksi. Metabolisme dibedakan menjadi anabolisme (reaksi penyusunan energi)
dan katabolisme (reaksi penggunaan energi). Untuk memperlancar berlangsungnya
proses metabolisme, dalam sel makhluk hidup diperlukan komponen-komponen
penting sebagai penunjangnya. Komponen-komponen tersebut yaitu enzim dan
Adenosin Trifosfat (ATP). Enzim berperan sebagai katalisator (biokatalisator) yang
artinya enzim dapat mempercepat reaksi tapi tidak ikut bereaksi. Secara sederhana,
kerja enzim dapat digambarkan dengan kunci dan gembok. Enzim dimisalkan sebagai
gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat.
Bagian tersebut disebut sisi aktif. Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat
berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim (gembok). Ada empat faktor yang
mempengaruhi kerja enzim yaitu temperatur, pH, konsentrasi enzim dan substrat, serta
inhibitor.

Saliva adalah cairan kompleks yang disekresikan oleh glandula parotis,


submandibular, sublingual, dan glandula-glandula minor (Thaweboon dkk, 2008).
Saliva berfungsi untuk membantu pencernaan, penelanan makanan, dan juga untuk
optimalisasi fungsi indera pengecap. Menurut Amerongen (1992), saliva dapat
melindungi jaringan di rongga mulut dengan berbagai cara, yaitu dengan pembersihan
mekanis, melubrikasi elemen gigi yang akan mengurangi keausan oklusi karena
pengunyahan, pengaruh buffer untuk menghambat dekalsifikasi elemen gigi, agregasi
bakteri, dan aktivitas anti-bakterial untuk mengurangi kolonisasi mikroorganisme.
Saliva memiliki pH normal di rongga mulut berkisar 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7.

Empedu adalah suatu campuran zat-zat yang disimpan dalam kantung empedu
sampai diperlukan dan diproduksi oleh hati. Empedu tidak mengandung enzim
pencernaan, tetapi garam empedu yang berperan sebagai deterjen dan membantu dalam
pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu juga mengandung pigmen yang merupakan
hasil sampingan perusakan sel darah merah dalam hati. Pigmen tersebut adalah
bilirubin, urobilin, dan biliverdin. Pigmen empedu ini dikeluarkan dari tubuh bersama-
sama dengan feses.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja klasifikasi enzim?

2. Apa fungsi empedu?

3. Bagaimana cara empedu dapat disekresikan oleh hati?

4. Apa fungsi saliva?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami aktivitas enzim

1.3.2 Mengetahui komponen dan sifat saliva

1.3.3 Mengetahui komponen dan sifat empedu


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

1. Enzim

Enzim merupakan protein yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia


(katalisator). Selama reaksi berlangsung, molekul-molekul enzim tidak akan berubah
yang berarti enzim merupakan katalisator/biokatalisator. Enzim hanya membantu
mempercepat suatu reaksi dengan cara menurunkan energi aktifasi (EA). Energi
aktivasi adalah energi awal untuk memulai suatu reaksi. Mula-mula enzim berikatan
dengan substratnya dan membentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat enzim dan
substrat berikatan, kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi
produk.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja enzim. Faktor-faktor


tersebut antara lain pH dan suhu. Setiap enzim mempunyai pH optimum yang spesifik.
Contoh, enzim ptialin di mulut hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di
lambung bekerja pada pH asam. Sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
Perubahan pH dapat mengakibatkan sisi aktif enzim berubah sehingga dapat
menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim. Selain itu, perubahan pH yang
mencolok dapat menyebabkan protein enzim mengalami denaturasi denaturasi yang
irreversibel sehingga aktivitas enzim menjadi nol.

Tiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat
bekerja dengan baik. Suhu untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh manusia
yaitu 36oC-40oC. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim itu sendiri menjadi
tidak baik. Enzim dapat menjadi inaktif dan dapat mengalami denaturasi (kerusakan)
sehingga enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Menurut Victor W. Rodwell dalam Biokimia Harper, enzim diklasifikasikan


berdasarkan tipe reaksinya, yaitu :

a. Oksidoreduktase, enzim yang mengkatalis oksidasi dan reduksi.

b. Transferase, enzim yang mengatalis pemindahan gugus, seperti gugus glikosil,


metil, atau fosforil.
c. Hidrolase, enzim yang mengatalis pemutusan hidrolitik C-C, C-N, C-O, dan ikatan
kovalen lain.

d. Liase, enzim yang mengatalis pemutusan C-C, C-N, C-O, dan ikatan kovalen lain
dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap dua.

e. Isomerase, enzim yang mengatalis perubahan geometrik atau struktural di dalam


satu molekul.

f. Ligase, enzim yang mengatalis penyatuan (ligasi) dua molekul pada reaksi yang
dkaitkan dengan hidrolisis ATP.

2. Saliva

Saliva merupakan produk sekresi dari kelenjar saliva mayoris dan kelenjar
saliva minoris ke mulut melalui duktus-duktus yang pendek. Kelenjar saliva mayoris
meliputi kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar
parotis berjumlah sepasang dan merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di
anterior dan inferior dari telinga luar. Kelenjar submandibularis berjumlah sepasang
tetapi lebih kecil dan terletak di bawah mandibular di dasar mulut. Sedangkan kelenjar
sublingualis adalah kelenjar liur terkecil dari kelenjar saliva mayoris yang merupakan
agregat kelenjar-kelenjar kecil di bawah lidah. (Difiore, 2013)

Saliva menyekresikan dua jenis protein utama : sekresi serosa yang


mengandung ptialin (enzim α-amilase) yang merupakan enzim untuk mencerna
karbohidrat dan sekresi mukus yang mengandung musin umtuk tujuan pelunasan dan
perlndungan permukaan. (Guyton and Hall, 2014)

3. Empedu

Salah satu fungsi hati adalah menyekresikan empedu yang normalnya berkisar
antara 600-1000 mili/hari. Empedu disekresikan oleh hati dalam dua tahap, yaitu :

a. Sekresi awal oleh sel-sel fungsional utama hati, yaitu sel hepatosit. Sekresi awal
ini mengandung sejumlah besar asam empedu, kolestrol, dan zat organik lainnya.
Empedu ini disekresikan ke dalam kanalikulus bilaris kecil yang terletak di antara
sel-sel hati.

b. Sekresi kedua mengalir di dalam kanalikulus menuju septa interlonularis, tempat


kanalikulus mengosongkan empedu ke dalam ductus yang lebih besar. Akhirnya
mencapai ductus hepaticus dan ductus bilaris komunis. Dalam perjalanannya
sekresi hati ini ditambahkan ke dalam sekresi pertama. Sekresi tambahan ini berupa
larutan encer ion-ion natrium dan bikarbonat yang disekresikan oleh sel epitel
sekretoris yang mengelilingi duktulis dan ductus. Dari sini, empedu empedu
langsung dikeluarkan ke dalam duodenum, atau dalam beberapa menit atau jam,
akan dialihkan ke kantung empedu melalui ductus sistikus. (Guyton and Hall,
2014)
BAB III

CARA KERJA

A. Enzim

1. Percobaan Amilase

I. 1 2 3 4
Tabung 1&2
A +3mL
amilum 1%
matang

B Tabung 3&4
+3mL
amilum 1%
C segar

II. 1 2 3 4
Tabung 1&3
A +3mL
amylase dan
1mL HCL
3N
B
Tabung 2&4
+3mL
C akuades
III. 1 2 3 4

A A taruh
dimeja
B taruh di
icebox
B C taruh di
waterbath
370
C

Pada menit 0 dan setiap 10


menit sekali, ambil tetes setiap
tabung lalu taruh di droplet dan
ditambahkan lagi dengan 1 tetes
iodium
2. Percobaan urease

+1 tetes fenol merah


dan +1 tetes asam
cuka

+2mL +2mL
larutan akuades
ureum B
A B A

+1 sendok kecil
tepung kedelai

Suhu 600
Diamkan

A B Panaskan 5
menit
B. Saliva (pH normal= 7)

saliva

 Dibagi jadi 3 tabung :

+5 tetes
larutan
A biuret
A

2mL saliva

+5 tetes +2mL
larutan H2SO4
molisch
B B B
A

2mL saliva

+2 tetes C
asam
asetat C
C
encer Vortex

2mL saliva Amati endapan


C. Empedu
1. Uji Gmelin

+3mL +3mL larutan


HNO3 empedu encer
(melalui
dinding tabung)

2. Uji Pettenkofer

+5mL +Tetes +3mL H2SO4


larutan larutan pelan-pelan
empedu sukrosa
encer

3. Uji emulsifikasi

+1 +3mL
tetes akuades
minyak
A
Amati

+3mL +1
larutan tetes
empedu minyak
B
encer Amati
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Percobaan Enzim
1.1. Uji Amilase
Menit
Taruh di meja Taruh di icebox Taruh di waterbath
ke-
A1 : Kekuningan, endapan B1 : Kecoklatan, endapan C1 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru
A2 : Biru B2 : Biru C2 : Biru
0 A3 : Kekuningan, endapan B3 : Kekuningan, endapan C3 : Kekuningan, endapan
biru biru biru
A4 : Kecoklatan, endapan B4 : Kecoklatan, endapan C4 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru
A1 : Kuning, endapan biru B1 : Kecokelatan C1 : Kecokelatan, endapan
(kecokelatan) biru
A2 : Biru B2 : Biru C2 : Biru
10 A3 : Kecokelatan, endapan B3 : Kekuningan, endapan C3 : Kekuningan, endapan
biru biru biru
A4 : Kecokelatan, endapan B4 : Kecokelatan, endapan C4 : Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A1: Kecokelatan B1: Kecokelatan C1: Kecoklatan, endapan
biru
A2: Biru B2: Biru C2: Biru
20 A3: Kecokelatan, endapan B3: Kekuningan, endapan C3: Kekuningan, endapan
biru biru biru sedikit
A4: Kecokelatan, endapan B4: Kecokelatan, endapan C4: Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A1 : Kekuningan, endapan B1 : Keunguan, endapan C1 : Kecokelatan, endapan
biru biru biru
A2 : Biru B2 : Kecokelatan, endapan C2 : Kekuningan, endapan
biru biru sedikit
30
A3 : Kekuningan, endapan B3 : Kekuningan C3 : Kekuningan
biru
A4 : Kecoklatan, endapan B4 : Kecoklatan, endapan C4 : Kecoklatan, endapan
biru biru biru sedikit

Pada percobaan amilum, dibutuhkan 12 tabung reaksi, 6 tabung diisi amilum matang
dan 6 tabung lain diisi amilum segar. Pada penambahan amilum matang, 3 tabung dari
penambahan amilum matang masing-masing diberi kode “1” dan 3 tabung sisanya diberi
kode “2”. Pada penambahan amilum segar, 3 tabung dari penambahan amilum segar diberi
kode “3” dan 3 sisanya diberi kode “4”. Setelah itu, tabung dengan kode “1” dan “3” diberi
penambahan amilase + 1mL HCl untuk membuat suasana asam pada larutan. Sedangkan,
pada tabung kedang kode “2” dan “4” diberi penambahan 3mL aquades. Setelah itu, 3
tabung dengan kode “1” diberi perlakuan berbeda, 1 ditaruh di meja, 1 ditaruh di icebox
dan 1 ditaruh pada waterbath dengan suhu 37o. Perlakuan dalam waterbath dengan suhu
37O bertujuan agar enzim bekerja optimal seperti suhu tubuh.
Berdasarkan hasil percobaan, tabung dengan label B3 dan C3 mengalami perubahan
yang cukup signifikan. Pada menit ke 30, tabung B3 lah yang residu empedunya cepat
hilang diikuti dengan tabung C3 dan diikuti juga dengan tabung berlabel “1” dan “3”
terutama pada tabung C karena mendapat perlakuan suhu yang optimal untuk kerja enzim
yaitu 37O.
Dalam percobaannya, pada menit ke 20 tabung yang mengalami banyak perubahan
adalah tabung C3, tetapi pada menit ke 30, pada tabung B3 juga mengalami perubahan
yang signifikan. Dimungkinkan pada saat penetesan menggunakan pipet tetes yang kurang
bersih seperti masih adanya larutan sisa pada menit ke 20, disisi lain dimungkinkan pada
saat pembersihan drop plate yang kurang bersih juga. Sehingga tabung reaksi B3 yang
seharusnya enzim mengalami perlambatan kerja pada suhu dingin, malah bekerja seperti
pada suhu optimal.

1.2. Uji Urease

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan enzim urease pada tepung
kedelai. Percobaan ini diawali dengan menuangkan 2mL larutan ureum pada tabung A dan
2mL akuades pada tabung B. Kemudian pada masing-masing tabung ditambah larutan
fenol merah. Pada tabung A larutan berubah warna menjadi merah, perubahan warna
tersebut mengindikasikan larutan bersifat basa. Sedangkan pada tabung B, larutan berubah
warna menjadi kuning yang mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam. Setelah
penambahan fenol merah, kedua tabung ditetesi asam cuka 2%, kedua larutan berubah
warna menjadi kuning yang berarti kedua larutan bersifat asam. Selanjutnya, kedua tabung
dipanaskan pada waterbath selama 5 menit. Setelah 5 menit, kedua tabung langsung
ditambah tepung kedelai.
Penambahan tepung kedelai pada tabung A merubah warna larutan dari kuning menjadi
merah muda dengan endapan putih. Hal tersebut menunjukkan reaksi positif adanya enzim
urease, karena terjadi penguraian ureum oleh enzim urease menjadi ammonia dan CO2.
Sedangkan pada tabung B tidak ada penguraian enzim urease karena tidak terjadi
perubahan warna saat ditambah tepung kedelai. Akuades hanya melarutkan sampel tepung
kedelai tanpa memicu reaksi penguraian oleh enzim urease.

2. Percobaan Saliva

Pada percobaan saliva dibedakan dalam 3 tahap yang terdir dari uji biuret, uji molisch, dan
uji asam asetat encer.

1.) Uji Biuret


Pada uji ini, dibuktikan adanya kandungan protein dalam saliva. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah tambahkan 2 mL saliva yang sudah disaring ke dalam tabung
reaksi pertama. Kemudian, berikan 5 tetes larutan biuret lalu dicampur. Larutan akan
berubah warna menjadi ungu karena enzim amilase pada saliva bereaksi dengan biuret.

2.) Uji Molisch


Uji molisch membuktikan adanya karbohidrat dalam saliva. Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah tambahkan 2 mL saliva yang sudah disaring ke dalam tabung kedua
dan tambahkan 5 tetes larutan molisch lalu campur perlahan. Kemudian, tambahkan 2 mL
H2SO4 melalui dinding tabung. Larutan H2SO4 ditambahkan untuk menghidrolisis
karbohidrat dan kemudian mendehidrasi menjadi furfural. Setelah itu akan terbentuk 3
lapisan dalam larutan tersebut yaitu lapisan warna kuning, cincin ungu yang sedikit terlihat
karena tampak tercampur dengan lapisan berwarna kuning, lapisan hijau, dan larutan
berwarna putih bening pada lapisan paling bawah.

3.) Uji Asam Asetat Encer


Percobaan ini membuktikan adanya musin pada saliva. Langkah pertama yang harus
dilakukan pada percobaan ini adalah menambahkan 2 mL saliva yang telah disaring ke
dalam tabung ketiga. Kemudian, tambahkan 2 tetes asam asetat encer dan dicampur
menggunakan vortex. Setelah itu, larutan akan menjadi agak keruh dengan busa di atasnya.
Pada percobaan ini, seharusnya dapat menghasilkan larutan yang lebih keruh lagi. Warna
keruh menunjukkan adanya koagulasi molekul-molekul protein pada saliva, sedangkan
busa pada bagian atas menunjukkan adanya musin dalam saliva.

3. Percobaan Empedu

Uji Gmelin

Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pigmen dalam
empedu. Percobaan ini diawali dengan menuangkan 3mL HNO3 dan 3mL larutan
empedu encer (melalui dinding tabung). Pada tabung, akan tercipta larutan berwarna
hijau, setelah itu akan ada cincin ungu dan larutan bening dan kuning.

Pada percobaan didapatkan adanyan larutan berwarna hijau. Larutan ini


menunjukkan adanya biliverdin dan pada cincin ungu menandakan adanya bilirubin.
Larutan bening menunjukkan adanya larutan empedu. Terbentuknya cincin dan lapisan
tersebut terjadi karena HNO3 mengoksidasi pigmen empedu. Dalam penambahan
HNO3 kerja HNO3 dalam reaksi adalah untuk menghidrolisis pigmen empedu supaya
menghasilkan warna. Hal ini menunjukan bahwa empedu memiliki pigmen yang dapat
mempengaruhi warna larutan (memberikan perubahan warna).

Uji Pettenkofer

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari keberadaan asam empedu.
Percobaan ini diawali dengan penambahan 5 mL larutan empedu encer dan 5 tetes
larutan sukrosa. Setelah itu kocok larutan dan tambah dengan 3mL H2SO4. Pada tabung
terbentuk larutan hijau dan bening yang dipisahkan oleh cincin ungu dan cincin kuning.
Larutan hijau dan cincin ungu menunjukkan adanya biliverdin, cincin kuning
menunjukkan adanya asam empedu, dan larutan bening merupakan larutan empedu.
Fungsi dari sukrosa sendiri adalah untuk meningkatkan tegangan pada permukaan.
Asam empedu (merupakan senyawa aromatik kompleks) akan bereaksi dengan hidroksi
metil furfural (terbentuk dari penambahan H2SO4 pekat dan heksosa dari sukrosa)
membentuk turunan berwarna.

Uji Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Uji ini bertujuan untuk membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator atau
bahan yang menstabilkan emulsi. Percobaan ini membutuhkan 2 tabung reaksi yang
akan diisi dengan larutan yang berbeda. Tabung pertama akan diisi dengan 3 mL
akuades dan 1 tetes minyak goreng. Sedangkan tabung kedua diisi dengan 3 mL larutan
empedu encer dan 1 tetes minyak goreng. Kemudian, masing-masing tabung tersebut
dikocok menggunakan vortex. Setelah itu, amati hasil akhir dari kedua tabung.

Pada tabung 1 akan terlihat minyak tidak tercampur dengan larutan akuades
sehingga tidak membentuk emulsi. Lapisan minyak di atas akuades dengan partikel
lemak yang lebih besar daripada campuran empedu encer dan minyak goreng. Hal ini
terjadi karena lipid hanya dapat larut dalam senyawa organik atau non polar, sedangkan
akuades merupakan senyawa polar.

Sedangkan pada tabung 2 terbentuk larutan hijau kekuningan dengan butiran-


butiran kecil berwarna putih. Hal ini menandakan bahwa minyak diemulsikan oleh
garam empedu yang terkandung dalam larutan empedu. Garam empedu akan memecah
lemak yang berantai panjang menjadi lemak yang berantai lebih pendek. Setelah lemak
menjadi molekul yang lebih kecil, garam empedu bergabung bersama lemak
membentuk micelles, dan nantinya micelles akan larut dalam air sehingga lemak akan
lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan.
BAB V
KESIMPULAN
Percobaan Amilase
Cara kerja enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, dan kofaktor.

Percobaan Urease
Pada percobaan Urease tepung kedelai mengandung enzim urease sehingga
terjadi perubahan warna pada larutan ureum yang awalnya kuning menjadi
merah muda.

Percobaan Saliva
Pada saliva terkandung adanya enzim amilase, karbohidrat, protein, dan musin.

Percobaan Gmelin
Pada larutan empedu terdapat pigmen empedu biliverdin ditunjukkan melalui
larutan bewarna hijau dan bilirubin yang ditunjukkan dengan adanya cincin
ungu.

Percobaan Pettenkofer
Pada larutan empedu cincin kuning diantara lapisan larutan menjadi penunjuk
adanya asam empedu.

Percobaan Empedu sebagai Emulgator


Larutnya lemak dalam larutan empedu menjadi penanda larutan empedu yang
bekerja sebagai emulgtor dengan bantuan garam empedu.
DAFTAR PUSTAKA

Amerongen AVN, Michels LFE, Roukema PA, Veerman ECI. 1986. Ludah dan Kelenjar
Ludah Arti bagi Kesehatan Gigi. Rafiah Arbyono dan Sutatmi Suryo. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pr; 1992.

Thaweboon S, Thaweboon B, Nakomchai S, Jitmaitree S. Salivary Secretory IgA, pH, flow


rates, mutans streptococci and Candida in children with rampant caries. Southeast Asian
J Trop Med Public Health 2008.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hall, J. (n.d.). Guyton and Hall textbook of medical physiology. 13th ed.

Eroschenko, V. (2017). DiFiore's atlas of histology with functional correlations.


Philadelphia, Pa: Wolters Kluwer.
LAMPIRAN

PERCOBAAN ENZIM, TES AMILUM PERCOBAAN ENZIM, TES UREASE TABUNG A DAN
TABUNG B

PERCOBAAN SALIVA, TABUNG A, TABUNG B, DAN TABUNG C


PERCOBAAN EMPEDU, TES GMELIN PERCOBAAN EMPEDU, TES PETTENKOFER

PERCOBAAN EMPEDU, EMPEDU SEBAGAI


EMULGATOR

Anda mungkin juga menyukai