Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM, SALIVA DAN EMPEDU

Disusun Oleh : Kelompok 2.5

MARCHEEL ALOYSIUS RUDISTRO AR (41180277)

RIDA AYU KUSUMA CAHYANI (41190355)

SARLOTA N.W RADJAH (41190360)

FRANS IQLESIAS HUTAGAOL (41190364)

ELVITARIA ZALUKHU (41190370)

SINTA ULI HAPSARI PASARIBU (41190386)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

TAHUN AJARAN 2019/2020


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Biokimia adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana proses dan
kerja reaksi kimia dalam tubuh suatu individu. Tidak semua senyawa dalam tubuh
melakukan reaksi kimia, dalam artian hanya beberapa senyawa saja yang berperan dalam
kerja reaksi kimia ini. Secara garis besar, komponen kimiawi yang menjalakan proses reaksi
kimia terbagi menjadi dua kelompok yaitu komponen organik(karbohidrat, lemak, protein,
asam nukleat) dan komponen anorganik (air, vitamin dan mineral). Komponen-komponen
inilah yang akan menghasilkan energi bagi tubuh. Namun, dalam melaksanakan proses
reaksi kimia dibutuhkan peran suatu molekul yang membantu mempercepat kerja reaksi
kimia yang disebut enzim. Enzim adalah suatu molekul protein yang akan mempercepat
suatu reaksi kimia, jika tidak demikian maka proses kimiawi akan berlangsung lambat. Enzim
hanya berkerja dalam komponen organik. Disisi lain terdapat saliva yang berperan
menghasilkan dua jenis protein utama yaitu serosa yang terdapat ptyalin (enzim alfa
amilase) ini adalah enzim untuk membantu proses kimiawi karbohidrat dan saliva juga
menghasilkan mucus yang mengandung musin. Dan ada juga empedu yang dihasilkan oleh
hati dimana empedu dengan fungsinya menyerap lemak, empedu akan membantu kerja
enzim lipase yaitu merombak lemak menjadi dua molekul asam lemak dan gliserol.

Enzim, Saliva dan Empedu berkerja dalam proses reaksi kimia untuk komponen
organik agar energi yang dihasilkan optimal. Proses kerja ketiga hal ini tidak hanya kita
ketahui melalui membaca materi-materinya tetapi perlu adanya uji coba yang membantu
kita membuktikan apa saja reaksi yang akan terjadi. Sehingga saat ini kita akan membahas
berbagai hasil coba melalui percobaan enzim, saliva dan empedu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa fungsi masing-masing larutan yang bereaksi?

2. Bagaimana membuktikan adanya kerja enzim, saliva dan empedu dalam suatu
larutan?

1.3 Tujuan Praktikum

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui keberadaan dan mekanisme kerja enzim


2. Untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
3. Untuk mempelajari pengaruh pH terhadap aktivitas kerja enzim
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Enzim

1. Percobaan Amilase
Mengetahui aktivasi enzim amilase serta mekanisme percepatan reaksi
2. Percobaan Urease
Mengidentifikasi mekanisme kerja enzim urease

2. Saliva

Mengetahui sifat fisik air liur dan mengetahui komponen biomolekul dalam
air liur.

3. Empedu

1. Uji Gmelin

Mempelajari keadaan pigmen empedu

2. Uji Pettenkofer

Mempelajari keberadaan asam empedu

3. Empedu sebagai emulgator

Membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator


2. TINJAUAN PUSTAKA
ENZIM

Enzim adalah protein yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Selama reaksi
berlangsung, molekul-molekul ezim tidak berubah, yang berarti ezim adalah katalis
biologis/biokatalisator. Tanpa adanya enzim maka suatu reaksi kimia akan berjalan sangat
lamabat. Enzim mempercepat suatu reaksi denan cara menurunkan energy aktivasi (EA).
Energy aktivasi adalah energy awal untuk memulai reaksi. Mula-mula enzim berikatan
dengan substratnya, membentuk kompleks enzim-subtrat. Pada saat enzim dan subtract
berikatn, kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk. (sumber:
buku BLOK 1B, hal 50).

Enzim yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau
lebih senyawa lain (produk) biasanya meningkatkan laju reaksi yang bersesuaian dan tidak di
katalis sampai factor 106 kali lipat ayau lebih. Seperti hampir semua katalis, enzm tidak dapat
berubah secara permanen ataupun habis karena terlibat dalam reaksi. Selain sangat efisien,
enzim juga sangat selektif. Enzim bersifat sangat spesifik baik bagi tipe reaksi yang di
katalisisi, maupun bagi sutu sbustrat atau kelompok substrat yang berhubungan erat. Di
antara sejumlah enzim yang berpartisipasi dalam metabolism, terdapat sekelompok yang di
kenal sebagai enzim pengatur. Enzim pengatur dapat di gunakan sebagai isyarat metabolic
dan dapat mengubah kecepatan kataliknya sesuai isyarat yang di terima. Melalui aktivitasnya
system enzim akan terkoordinasi dengan baik dan menghasilkan hubungan yang harmonis di
antara sejumlah aktivitas metabolic yang berbda yang di gunakan unyuk menunjang
kehidupan mahkluk hidup (Murray, Robert K. 2009).

SALIVA

Saliva adalah campuran sekret semua kelenjar saliva yang membasahi rongga mulut dan
membantu membersihkan mulut dari sisa makanan (Leeson,dkk.,1996). Saliva terdiri dari air,
garam mineral, enzim amylase, mucus lisozim dan imunoglobulin . Sekret kelenjar saliva
yang dikenal sebagai whole saliva atau total saliva yang berpengaruh sangat penting terhadap
cairan dalam rongga mulut. Cairan mulut terdiri dari sekret kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor, bakteri, sel epitel mati, cairan sulkus gusi dan sisa makanan.

EMPEDU

Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada pencernaan makanan
terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen intestinal lebih dahulu disimpan
dikandung empedu. Kandung empedu akan mengosongkan isinya selama proses pencernaan
berlangsung di dalam intestin. Empedu dan kelenjar pancreas bermuara ditempat yang sama
di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin, salah satu
komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu, empedu
akan mengalami proses pemekatan melalui cara absorpsi air (Hardjasasmita, 1992).
Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu (misalnya bilirubin),
kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu
(terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan
kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin
(pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang
memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Cairan
empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan mempunyai rasa pahit.
Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL sampai 700 mL dan mempunyai
pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon
kolesistokinin yang dibentuk dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu
mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu
asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).
3. METODE DAN LANGKAH KERJA
3.1 Alat dan Bahan

 Enzim
- Amilum 1% - Iodium
- Tepung Kedelai - Fenol Merah
- Saliva yang disaring - Larutan HCL
- Tabung reaksi - Asam Cuka
- Waterbath - Larutan Ureum
- Kertas Saring - Akuades
- Bongkahan es - Pengaduk Kaca

 Saliva
- Saliva 6 mL
- Larutan Biuret
- Larutan Molisch
- H2SO4 pekat
- Tabung Reaksi
- pH meter

 Empedu
1. Uji Gmelin
- Larutan empedu encer - Tabung Reaksi
- Larutan Asam Nitrat (HNO3) pekat - Pipet Volumetrik

2. Uji Pettenkofer
- Larutan Asam Empedu Encer - Pipet Volumetrik
- Larutan Sukrosa 5% - Tabung Reaksi
- Asam Sulfat dalam Biuret - Pipet Tetes

3. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator


- Larutan Empedu Encer - Tabung Reaksi
- Minyak Goreng - Air Suling

3.2 Langkah Kerja

Enzim
1. Percobaan Amilase

(1 1 2 3 4
)
A
1 dan 2 masukkan 3 mL
Amilum 1% matang

3 dan 4 masukkan Amilum


C
1% segar

(2 1 2 3 4
)
A
1 dan 3
masukkan 3
mL Amilase
+ 1 mL HCL
B
Campur
Menggunakan
Vortex
2 dan 4
C
masukkan 3
mL Aquades

(3 1 2 3 4
)
A
A taruh di meja saja

B taruh di ice box

C taruh di Waterbath 370

(4)

Amati dan catat perubahan warna pada semua


tabung. Pada menit ke 0 dan setiap 10 menit
sekali, ambil tetes setiap tabung lalu taruh di
droplet + 1 tetes iodium

2. Percobaan Urease

2 mL Larutan 2 mL Larutan
Ureum Aquades

Note: 1tetes Fenol


merah dan tambahkan
B B Asan cuka 2%, tetes
A v A demi tetes. Hingga
warna larutan berubah
menjadi kuning.

Panaskan didalam selama 5 menit,


dengan suhu 600 C
SALIVA
A. Langkah Kerja
6 mL Larutan
Saliva

Note: Gunakam Note: Ukur


Saliva yang sudah menggunakan pH
disaring terlebih meter dan catat hasil
v
dahulu. ukur terus

Note: Tanbahkan 5 mL larutan


A B C
biuret, Kemudian campur. Lalu

Amati amati perubahan


A warnanya.

Bagi saliva kedalam 3 tabung


sebanyak 2 mL pertabung.

Note: tambahkan 5 tetes Note: tambahkan 2


molisch lalu campur Asam Asetat encer,
perlahan dan tambahkan lalu campurkan
B 2 mL H2SO4 melalui C menggunakan
dinding tabung. Amati Vortex. Amati
perubahanya. endapan yang
terbentuk.

EMPEDU
a. Uji Gmelin

a. Uji Gmelin

3 mL larutan
3 mL HNO3
empedu encer

Melalui dinding tabung


Note : jangan sehingga tidak
dikocok tercampur

Perhatikan warna
antara kedua cairan

b. Uji pettenkofer

5 tetes larutan 5 mL larutan


3 mL H2SO4 (pelan-pelan),
sukrosa empedu encer
jangan dikocok hingga terbentuk
2 lapisan

Amati cincin yang


Kocok terbentuk

c. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator


1.

3 mL akuades 1 tetes minyak


Amati

2,

1 tetes minyak 3 mL larutan


empedu encer

Amati

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Percobaan Amilase
Tujuan dari percobaan Enzim ini adalah untuk mengetahui keberadaan dan mekanisme kerja
enzim, mempelajari pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, mempelajari pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim. Sedangkan untuk percobaan amilasenya sendiri tujuannya adalah
untuk menguji kandungan maltose dalam enzim. Dalam percobaan ini kami menggunakan 3
mL amilum 1% matang, 3 mL amilum 1% segar, 3 mL amilase, 1 mL HCL, dan 3 mL
aquades. Prinsip dari percobaan ini adalah dari 12 larutan dengan berbagai perlakuan mana
kah yang paling cepat berubah warna menjadi sepert iodin.

Langkah pertama adalah siapkan 12 tabung , dengan urutan dari


A1,A2,A3,A4,B1,B2,B3,B4,C1,C2,C3,C4. Lalu tabung dengan nomor 1 dan2 dimasukkan 3
ml amilum 1% matang sedangkan pada nomor 3 dan 4 dimasukan 3 mL amilum 1% segar.
Langkah ke dua adalah pada tabung ke 1 dan 3 tambahkan 3 L amylase+ 1ml HCL, dan pada
tabung 2 dan 4 dimasukkan 3 ml aquades. Campur keseluruhannnya menggunakan vortex.

Langkah ketiga adalah menaruh masing-masing tabung pada tempat yang berbeda, tabung A
dimeja saja, B di dalam icebox, dan C di waterbath 37°C. Lalu amati perubahan warna dari
masing –masing tabung dengan cara pada menit ke 0-10 menit berikutnya, tetesi 1 tetes
larutan sample dengan 1 tetes iodium. Hasil menunjukan setelah kurang lebih 15 menit,
tabung B.3 kami berubah hasil menjadi kuning seperti iodin dan sedikit terdapat residu. ,

Uji iod yang dilakukan untuk mengetahui bahwa amilum telah terhidrolisis seluruhnya, yaitu
dengan menunjukkan hasil negatif yaitu berwarna kuning. Inkubasi dalam waterbath akan
membuat hidrolisis amilum akan berlangsung lebih cepat, karena semakin tinggi suhu,
aktivitas enzim pada suatu reaksi akan berlangsung lebih cepat.

Dalam amilase yang tidak dipanaskan, dihasilkan warna ungu yang makin lama makin
jernih. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu optimum, enzim amilase dapat menjalankan
fungsinya, mengubah amilum menjadi maltosa. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih
besar dengan iodium memberi warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya
(eritrodekstrin) memberi warna coklat kemerah-merahan. Sedangkan dekstrin-dekstrin yang
molekulnya sudah kecil lagi (akhrodekstrin) dan maltosa tidak memberi warna dengan
iodium. Titik saat campuran tidak memberi warna lagi (jernih) disebut titik akromatik.

Proses perubahan tabung paling cepat terjadi pada tabung B3 yang berisi amilum segar,
ditambahkan HCL, dan ditaruh dalam icebox, hal ini karna amilum segar belum terhidrolisis
sebelumnya, lalu ditambahkan HCL dimana mempercepat laju reaksi akibat pH ekstrim serta
dimasukakkan dalam icebox. sedangkan tabung yang tidak mengalami perubahan warna
adalah pada seluruh tabung C dan seluruh tabung 1dan2 hal tersebut berkaitan dengan
rusaknya enzim akibat suhu tinggi karna dilakukan proses pemanasan, sepertiyang diketahui
tabung C dipanaskan dalam waterbath sedangkan tabung 1 dan 2 adalah amilum matang.
Terjadi perubahan warna lebih cepat pada amilum matang karna semakin tinggi suhu,
aktivitas enzim pada suatu reaksi akan berlangsung lebih cepat. Pengaruh HCL karna bersifat
asam sehingga merusak aktivitas enzim dan mempercepat reaksi. Pada menit ke 20 mengapa
malah terjadi banyak residu setelahnya pada B3 itu karna penetesan yang tidak sesuai, terlalu
banyak dalam meneteskan 1 tetes larutan iodine pada sample. Sehingga terdapat banyak
endapan. Dan juga dalam penghitungan pada penghitungan ke 2 kami sedikit terlambat 5
menit karna mengantri mengambil larutan sample icebox dengan kelompok lain, sehingga
pada menit ke 15 pun sudah terlihat hasilnya.

Menit 0

Menit 15

Menit 25
Menit 35

2. Percobaan Urease
Pada percobaan ini digunakan dua bahan yang berbeda,yaitu 2 ml larutan ureum dan 2 ml
larutan akuades. Kedua bahan tersebut dibuat terpisah menjadi dua tabung dengan isi yang
berbeda. Keduanya lalu ditambahkan 1 tetes fenol merah dan asam cuka 2% tetes demi tetes
hingga larutan berubah menjadi kuning. Pada percobaan ini diperlukan 4 tetes asam cuka 2%
khususnya untuk ureum agar didapati warna kuning yang sama dengan akuades yang hanya
ditetes 2 tetes asam cuka 2%. Lalu keduanya dipanaskan dalam pemanas yang berbentuk
panci pada suhu 60°C selama 5 menit. Ditambahkan juga 1 sendok kecil tepung kedelai. Lalu
keduanya didiamkan sambil mengamati apa yang terjadi.

Hasil yang teramati adalah terjadi perubahan warna, dan struktur pada larutan-larutan
tersebut. Tabung A yang berisi larutan ureum ditemukan perubahan warna menjadi merah
muda dengan konsentrasi yang cukup pekat meskipun tidak seluruh bagian yang warnanya
menjadi merah muda. Warna merah muda yang terbetuk tersebut merupakan endapan-
endapan tepung kacang kedelai yang menjadi pertanda bahwa enzim urease telah berhasil
bereaksi dengan substratnya yaitu ureum. Reaksi yang terjadi adalah penguraian urea oleh
enzim urease menjadi ammonia dan karbondioksida. Ammonia yang diperoleh dari
penguraian ini akan dibiarkan bereaksi dengan indikator fenol sehingga warnanya menjadi
merah muda. Enzim urease dapat bekerja pada suhu > 60°C dan dengan pH optimum 7,4.

Persamaan reaksi : NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3

Pada tabung B yang tidak teramati perubahan warna seperti pada larutan pada tabung A.
Hanya ditemukan endapan tepung kedelai pada dasar tabung. Aquades hanya mengandung
air murni yang bebas mineral, sehingga tidak ditemukan enzim yang bekerja pada percobaan
ini. Indikator fenol tidak menemukan adanya enzim yang bekerja sehingga warnanya tidak
berubah.

3. Percobaan Saliva
Setelah penguji melakukan langkah-langkah percobaan, terdapat 3 tabung dengan hasil yang
berbeda-beda. pH larutan saliva yang disaring adalah 8 (basa). Berikut hasil masing-masing
tabung :

a. 2 ml saliva ditambah 5 tetes biuret

b. 2 ml saliva dan 5 tetes larutan molish ditambah 2 ml H2SO4 pelan-pelan

c. 2 ml saliva dan 2 tetes asam asetat encer


Pembahasan :

Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya gugus amida pada air liur yang diuji. Dalam
biuret ada beberapa reagen yaitu CuSO4 dan NaOH (Suryadinata, 2010). CuSO4berfungsi
sebagai penyedia ion Cu2+. NaOh akan menyediakan basa. Suasana basa (pH 8) akan
membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-. Uji biuret terhadap amilase
bersifat positif ditandai dengan larutan berubah warna menjadi ungu. Artinya dalam saliva
ada ikatan peptida (poedjiadi 1994).

Uji Molish memberikan hasil positif dengan adanya cicin ungu di setiap karbohidrat yang
lebih besar dari tetrosa.

4. Percobaan Gmelin

Uji gmelin di gunakan untuk mengetahui dan menguji keberadaan empedu setelah
di lakukannya penambahan HNO3 yang kemudian akan menampilkan defekasi warna. Uji
gmelin mempunyai tujuan yaitu adanya reaksi bilirubin dengan HNO 3 yang akan
menghasilkan warna yang serupa antara larutan dengan konsentrasi HNO 3. Penambahan
HNO3 akan menyebabkan zat warna empedu akan mengalami oksidasi.
Zat empedu berasal dari pemecahan hemoglobin dan eritrosit. Warna pada
bilirubbin adalah warna kuning dan ungu sedangkan warna pada billiverdin adalah hijau.
Pada percobaan gmelin ini warna yang terbentuk adalah warna hijau di bagian atas dan di
bawahnya terdapat warna biru keunguan lalu dibawahnya terdapat warna orange
kekuningan dan di dasarnya berwarna ptih pucat. Saat di diamkan beberapa lama maka
pigmen warna dalam larurtan tersebut akan rusak karena di sebabkan oleh asam nitrat
(HNO3).

Hasil Pembahasan :
5. Uji Pattenkofer

Tujuan dari percobaan pettenfoker adalah untuk membuktikan adanya kandungan


garam dan asam empedu terdpat di larutan empedu encer. Dari uji pettenkofer ini memiliki
prinsip yaitu untuk mnguji reaksi garam pada empedu yang akan diasamkan dengan H 2SO4
dan kondensasi heksosa dari sukrosa yang akan bereaksi dengan asam empudu yang akan
memunculkan warna ungu atau cincin ungu di antara dua lapisan. Hasil dari percobaan ini
seharusnya adalah warna ungu terdapat di atas permukaan lalu dibawahnya di dapatkan
warna cicin ungu diantara lapisan hijau dan kuning kecoklatan ,dan di bagian dasar tabung
terdapat warna bening. Namun pada bercobaan yang di lakukan dalam praktikum , saat
menuangkan H2SO4 kedalam tabung yang sudah berisi HNO3 dan 3ml larutan empedu
encer kurang memiringkan tabung reaksi sehingga hasil terlalu cepat bereaksi dan tidak
menimbulkan warna yang seharusnya. Warna yang terbentuk pun yaitu bewarna ungu
kehitaman.
Hasil pengamatan :

6. Fungsi Empedu sebagai Emulgator


Maksud dari uji percobaan ini adalah untuk membuktikan bahwa empedu mempuyai sifat
sebagai emulgator yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Hasil uji percobaan Fungsi
Empedu Sebagai Emulgator sebagai berikut

1. Tabung A, setelah melakukan uji coba dengan menggunakan 3 mL aquades dan


ditambahkan 1 tetes minyak baru, didapatkan hasil buih-buih besar dan banyak saat dikocok
dan juga didapatkan beberapa lemak(minyak) diatas permukaan larutan pada saat didiamkan.
Hasil percobaan ini terjadi dikarena Aquades (air) tidak mempuyai sifat sebagai emulgator
yang dapat menstabilkan emulsi.

2. Tabung B, setelah melakukan uji coba dengan menggunakan 3 mL larutan empedu


encer dan ditambahkan 1 tetes minyak baru, didapatkan hasil buih-buih kecil saat dikocok ini
menunjukan bahwa minyak dapat teremulsi dan juga terdapat beberapa sisa-sisa
lemak(minyak) diatas permukaan larutan saat didiamkan. Hasil reaksi mempuyai warna hijau
terang. Hasil ini dapat terjadi dikarenakan empedu mempuyai sifat sebagi emulgator yang
dapat menstabilkan emulsi dan juga karena terdapat garam-garam empedu.

Hasil :

Tabung A

Tabung B

5. KESIMPULAN
Enzim adalah suatu molekul protein yang akan mempercepat suatu reaksi kimia, jika
tidak demikian maka proses kimiawi akan berlangsung lambat. Enzim hanya berkerja dalam
komponen organik. Disisi lain terdapat saliva yang berperan menghasilkan dua jenis protein
utama yaitu serosa yang terdapat ptyalin (enzim alfa amilase) ini adalah enzim untuk
membantu proses kimiawi karbohidrat dan saliva juga menghasilkan mucus yang
mengandung musin. Dan ada juga empedu yang dihasilkan oleh hati dimana empedu
dengan fungsinya menyerap lemak, empedu akan membantu kerja enzim lipase yaitu
merombak lemak menjadi dua molekul asam lemak dan gliserol.

Enzim, Saliva dan Empedu berkerja dalam proses reaksi kimia untuk komponen
organik agar energi yang dihasilkan optimal.

6. DAFTAR PUSTAKA
Triastuti, Ida. 2019. Biomedik 1. Yogyakarta: Medical Education Unit FK UKDW

Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Leeso, Roland. 1996. Buku ajar Histoloi edisi V. Penejema: S.oesparti Siswojo dkk. Jakarta :
EGC

Hardjasasmita, Panjita, Ikhtiar Biokimia Dasar, Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1999.

Poediadi, A. 2009. Dasa-dasar Bikimia. Penerbt Univesitas Indonesia UI-Press : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai