Anda di halaman 1dari 8

Jan 12

SALIVA
1. Tes Musin Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya musin dalam saliva. Pada saat saliva ditambahkan dengan asam asetat diperoleh endapan putih, yang membuktikan di dalam saliva terkandung musin. Asam asetat berfungsi untuk mengendapkan musin. Penambahan asam akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga strukturnya menjadi tidak larut dan mengendap, sedangkan filtratnya merupakan zat lain dalam saliva yang tergolong nonprotein. Untuk membuktikan endapat itu adalah musin, maka endapan dipisahkan dengan filtratnya, kemudian diuji dengan pereaksi millon, benedict, dan molisch. a. Uji dengan pereaksi millon. Pereaksi ini terbuat dari larutan merkuro dan merkuri dalam HNO3. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya protein yang berupa tirosin dalam saliva. Dari hasil percobaan diperoleh endapan putih. Hasil ini menunjukkan uji positif adanya protein dalam saliva dimana menurut teori apabila pereaksi ini ditambahkan dengan protein akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah karena pemanasan, adapun reaksi yang terjadi: R-CH-COOH + 2Hg2+ + 5OH- R (protein) b. Uji dengan pereaksi benedict. Pereaksi ini mengandung larutan kuprisulfat, Na2CO3, dan natrium sitrat. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya gula-gula pereduksi misalnya glukosa. Dari hasil percobaan setelah ditambahkan pereaksi benedict, menghasilkan larutan berwarna biru. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, uji positif menghasilkan endapan berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Terbentuknya endapan disebabkan karena glukosa dapat mereduksi Cu2+ dari kuprisulfatmenjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap menjadi Cu2O. Hasil yang diperoleh menandakan bahwa saliva tersebut tidak mengandung gula pereduksi. Adapun persamaan reaksinya adalah: c. Uji dengan pereaksi molisch. Pereaksi ini terbuat dari alfa naftol dan H2SO4. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam saliva. Dari hasil percobaan diperoleh cincin coklat. Cincin ini terbentuk akibat terjadinya reaksi kondensasi antara fulfural dan alfa naftol. Hasil ini menunjukkan adanya karbohidrat dalam saliva. Adapun persamaan reaksi yang terjadi adalah:

2. Tes Tiosianat Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ion tiosianat (SCN-) dalam saliva. Penambahan FeCl3 berfungsi untuk mengikat SCN- sedangkan HCl pekat berfungsi sebagai katalis. Adapun persamaan reaksinya adalah 3SCN- + Fe3+ HCl Fe(SCN)3

Campuran lalu ditambahkan dengan HgCl yang akan memberikan warna yang spesifik jika dalam larutan terdapat ion tiosianat. Larutan akan berwarna jingga yang disebabkan oleh Hg (II) tiosianat. HgCl akan mereduksi Fe3+ dan mengikat SCN- menjadi senyawa yang berwarna jingga tersebut. Persamaan reaksinya adalah: Pada percobaan ini dihasilkan larutan berwarna kuning yang menandakan dalam larutan terdapat sedikit ion tiosianat. Larutan yang berwarna kuning merupakan warna dasar dari FeCl3. 3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa anorganik dalam saliva. Penambahan asam asetat bertujuan untuk mengendapkan musin. Hal ini karena musin tersebut terdiri dari protein, dimana protein tersebut dapat terkoagulasi oleh asam. Tujuan mengendapkan musin yaitu untuk memisahkan musin dari saliva. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan endapan dengan filtrannya. Setelah itu, dilakukan pengujian terhadap filtratnya. Filtrat dibagi empat dan dilakukan pengujian terhadap ion Cl-, PO43-, SO42-, dan Ca2+. a. Ion ClPenambahan HNO3 encer pada percobaan ini adalah sebagai katalis sedangkan AgNO3 berfungsi mengikat ion Cl- membentuk endapan putih. Dari hasil percobaan diperoleh endapan putih. Endapan ini menunjukkan bahwa dalam saliva terdapat ion Cl-. Adapun persamaan reaksinya yaitu: b. Ion PO43HNO3 berfungsi sebagai katalis. Ammonium molibdat {(NH4)2MoO4} berfungsi mengikat ion PO43- membentuk senyawa berwarna kuning hingga merah bata sesuai kadar PO43- dalam saliva. Dari hasil percobaan diperoleh larutan kuning yang menunjukkan adanya PO43- dalam jumlah yang sedikit dalam saliva. Persamaan reaksinya: c. Ion SO42BaCl2 berfungsi mengikat ion SO42- membentuk endapan putih BaSO4 sedangkan HNO3 berfungsi sebagai katalis. Dari hasil pengamatan diperoleh larutan bening. Hal tersebut menandakan dalam saliva tidak terdapat ion SO42-. Menurut teori, uji positif yaitu terbentuknya endapan putih BaSO4. Persamaan reaksinya: d. Ion Ca2+ H2C2O4 berfungsi mengikat Ca2+ menjadi CaC2O4 yang akan mengendap membentuk endapan berwarna putih. Berdasarkan hasil pengamatan tidak terbentuk endapan tetapi larutan bening. Hal tersebut menandakan dalam saliva tidak terdapat Ion Ca2+. Menurut teori, penambahan asam oksalat akan membentuk endapan putih CaC2O4 yang menandakan dalam larutan terdapat Ion Ca2+ tersebut. Persamaan reaksinya: 4. Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Ptialin Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui suhu optimal sehingga enzim ptialin (amilase) dapat bekerja maksimal. Ada empat perlakuan pada percobaan ini, yaitu pada air dingin, suhu kamar, suhu 39oC, dan suhu panas. Saliva akan bereaksi dengan pati. Saliva akan menghidrolisis pati menjadi maltosa maupun glukosa. Reaksi hidrolisis tersebut akan berlangsung secara optimal pada suhu tertentu. Untuk mengidentifikasi adanya pati yang tidak terhidrolisis, maka

ditambahkan I2 yang akan bereaksi dengan amilum membentuk kompleks berwarna biru tua. I2 berperan sebagai pemberi warna yang akan berubah saat enzim amilase pada saliva teraktivasi yaitu dari biru (kompleks I2 dengan amilum) menjadi bening yang menandakan bahwa amilum telah terhidrolisis oleh enzim tersebut. Menurut teori, enzim amilase bekerja optimal pada suhu 38oC-39oC. Pada suhu tersebut larutan menjadi bening karena pada suhu ini enzim ptialin dapat mengubah amilum menjadi maltosa sehingga pada saat ditambahkan iod maka larutan akan bening. Pada keadaan ini perubahan warnanya harus paling cepat karena suhunya optimum. Suhu yang melewati suhu optimum, enzim tersebut telah pecah atau telah terdegradasi sehingga tidak mampu mengurai pati tersebut akibatnya warna pada larutan tidak berubah yaitu larutan tetap berwarna biru. Pada air dingin, atau suhu rendah sekali enzim tidak dapat bekerja karena enzimnya nonaktif sama halnya dengan suhu diatas suhu optimum sehingga warnanya tetap biru. Dari hasil percobaan diperoleh warna hijau pada suhu dingin dan hijau kekuningan pada suhu kamar dan suhu panas. Sedangkan pada suhu 39oC diperoleh larutan coklat. Hasil pengamatan yang berbeda dengan teori terjadi disebabkan kareana kesalahan pengamatan yang dilakukan hanya sesaat sehingga tidak dapat mngamati perubahan waktu yang terjadi. Adapun persamaan reaksinya yaitu: 5. Tes Estimasi Ptialin Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan enzim ptialin mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva yang akan digunakan dipanaskan hingga mencapai suhu 39oC terlebih dahulu untuk mencapai tingkat optimum kerja enzim tersebut. Selanjutnya dilakukan penambahan NaCl untuk menghambat proses pemecahan pati sehingga menghambat reaksi pati dengan enzim ptialin (amilase). NaCl merupakan inhibitor nonkompetitif terhadap pati. Pengukuran waktu aktivasinya dilakukan dengan menambahkan iod pada sampel dengan interval waktu 30 detik. Hal ini untuk mengetahui aktivasi enzim melalui hasil hidrolisisnya dimana warnanya akan berubah dari biru tua menjadi coklat yang menandakan semakin banyak pati yang terhidrolisis. Berdasarkan hasil pengamatan, pada iod yang ditambahkan iod pada 0 detik perubahan warna yang terjadi adalah biru. Pada 30 detik menjadi coklat muda, dan pada waktu 60-210 detik warnanya semakin pekat. Hal ini berarti semakin banyak waktu yang digunakan maka kerja enzim semakin lambat. Titik akromatik pada percobaan ini terjadi pada waktu 0 detik. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, titik akromatik berada pada 60 detik dimana warna biru tua hilang dan hanya warna coklat yang merupakan iod bebas. 6. Tes Penentuan PH yang Cocok Untuk Kerja Saliva Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pH yang sesuai sehingga amilase bekerja optimal. Pada percobaan ini hanya digunakan buffer 7. Larutan buffer digunakan karena larutan buffer tersebut dapat mempertahankan pHnya walaupun ada penambahan zat lain. Saliva yang ditambahkan larutan buffer 7 kemudian ditambahkan NaCl, dan pati yang merupakan bahan/ pereaksi. Saliva mengandung enzim yang mengkatalis hidrolisis pati dan NaCl sebagai inhibitor. Campuran dipanaskan hingga suhunya 39oC agar amilase dapat bekerja optimal. Penambahan iod berperan sebagai indikator yang akan memberikan warna biru pada senyawa yang mengandung amilum dan larutan bening pada gula pereduksi (amilum yang telah pecah). Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh warna kuning kecoklatan yang menandakan bahwa hanya sedikit amilum tersebut yang pecah. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, pada pH 7 dan suhu 39oC larutan menjadi bening karena pada pH dan suhu tersebut, enzim amilase optimal mampu menghidrolisis amilum menjadi maltosa. Adapun yang menyebabkan hasil yang

diperoleh berbeda dengan teori disebabkan kandungan amilum lebih banyak dibandingkan kandungan enzim dalam saliva sehingga enzim amilase hanya sedikit yang mampu menghidrolisis amilum menjadi maltosa dan menyebabkan larutan yang diperoleh larutan berwarna kuning kecoklatan. 7. Efek Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri Pada Amilase Saliva Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui zat yang dapat menghambat kerja amilase. Saliva ditambahkan zat toluen, fenol, HgCl, dan NaF pada tabung yang berbeda. Selanjutnya saliva tersebut ditambahkan pati sehingga amilase dapat bekerja menghidrolisis pati. Untuk mempercepat reaksinya maka tiap tabung dipanaskan hingga 39oC sebagai suhu optimum kerja amilase. Dari tiap tabung akan diuji iod untuk mengetahui adanya pati dan uji benedict untuk mengetahui adanya gula pereduksi, glukosa. Dari hasil percobaan diperoleh hasil yang sama pada toluen, fenol, dan NaF yaitu warna coklat untuk uji iod yang berarti seluruh pati telah terhidrolisis dan ada endapan merah bata untuk uji benedict yang menandakan adanya gula pereduksi, glukosa. Hal ini berarti toluen, fenol, dan NaF tidak menghambat kerja amilase sedangkan HgCl diperoleh warna biru tua pada uji iod yang berarti pati tidak terhidrolisis dan warna biru pada uji benedict yang berarti tidak ada gula pereduksi/ glukosa sehingga disimpulkan HgCl menghambat kerja amilase. Sebagai kontrol zat lain sebagai tambahan yaitu air. Dari hasil pengujian, diperoleh hasil yang sama dengan toluen, fenol, NaF pada pengujian iod maupun benedict. Artinya air tidak menghambat kerja enzim amilase. Diposkan 12th January 2011 oleh Nurin Bowsom 0

Add a comment

Nurin Bowsom
Produktif dalam masa produktif

Beranda

Terkini Tanggal Label Penulis

Diam Diam Jan 19th PPGT SMK Kolaboratif 2012 PPGT SMK Kolaboratif 2012 Dec 23rd Welcome Welcome Dec 23rd Puisi: Teka-Teki Kehidupan Puisi: Teka-Teki Kehidupan May 2nd Dec 14th kebun strawbery Nov 29th UPAYA MENANGGULANGI NARKOBA UPAYA MENANGGULANGI NARKOBA Nov 10th Kuis Pangan Kuis Pangan Oct 23rd PERKEMBANGAN INTELEK PERKEMBANGAN INTELEK Oct 18th Jenuh Jenuh May 3rd Hilangnya senyuman itu Hilangnya senyuman itu May 3rd Dalam Diam Dalam Diam May 3rd Just Say thanks to U Just Say thanks to U May 3rd cara agar melupakan seseorang cara agar melupakan seseorang Mar 30th cerpen: Renungan Angkot cerpen: Renungan Angkot

Mar 15th cerpen: Halte Merah cerpen: Halte Merah Mar 15th uneg-uneg uneg-uneg Mar 15th semu semu Mar 15th keraguan keraguan Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th Saha Saka 120311 Saha Saka 120311 Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th Saha Saka Saha Saka Mar 15th 130311 130311 Mar 15th Senyum Senyum Mar 15th Belajar dari Semut Belajar dari Semut Mar 8th Lingkungan Lingkungan Mar 5th

RPP Struktur atom RPP Struktur atom Mar 5th Wirausaha hari ini (1) Wirausaha hari ini (1) Mar 5th Keajaiban Jilbab Keajaiban Jilbab Mar 5th mengganti latar blog dengan foto mengganti latar blog dengan foto Feb 18th MANUSIA DAN LINGKUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN Feb 18th Bolehkah Aku Pacaran? Bolehkah Aku Pacaran? Feb 7th KEGUNAAN POLIMER SEBAGAI BAHAN ANTI PELURU KEGUNAAN POLIMER SEBAGAI BAHAN ANTI PELURU Jan 12th Refraktometer Refraktometer Jan 12th SALIVA SALIVA Jan 12th orde reaksi orde reaksi Dec 23rd Jul 12th PEMBUATAN KALIUM NITRAT DAN NATRIUM KLORIDA PEMBUATAN KALIUM NITRAT DAN NATRIUM KLORIDA Jun 27th Kromatografi Lapis Tipis ( Thing Layer Cromatografi, TLC ) Kromatografi Lapis Tipis ( Thing Layer Cromatografi, TLC ) Jun 22nd Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga II Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga II Jun 22nd Ion Kompleks Tetraamin Karbonato Nikel III Ion Kompleks Tetraamin Karbonato Nikel III Jun 22nd PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Jun 22nd 2

ion kompleks tetraamin karbonato nikel (III) ion kompleks tetraamin karbonato nikel (III) Jun 4th materi final biokim materi final biokim Jun 3rd bla bla bla bla bla bla Jun 1st

Memuat Kirim masukan Template Dynamic Views. Gambar template oleh merrymoonmary. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai