Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PERILAKU PROFESIONAL DOKTER


BLOK 1A

Disusun Oleh :

CAROLUS BOROMEUS TABUNI (41190342)


MAHENDRA BAGUS DWI ATMOKO (41190343)
CARLA MAURETA KUSNADI (41190345)
FELICIA DARA .P PANDITA (41190346)
KEZIA DARA FERRARA (41190347)
ARYOSOSEBTI YUWONO (41190348)
BARLAAM BAGUS PURWAKA (41190349)
KARINA SEKARJATI (41190350)
KARIN JESSICA DIMARA (41190351)
AGNESIA LITMANTORO MARIA NONO (41190352)
KETUT WISWA WIKRAMA (41190353)
LATAR BELAKANG

Dokter adalah salah satu profesi yang bekerja di bidang medis. Menjadi
seorang dokter tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan seorang dokter harus
menempuh masa pendidikan dan pelatihan khusus yang cukup panjang.
Seorang dokter juga memiliki tanggung jawab yang besar karena ia
memegang kendali penuh pasien yang ia tangani. Oleh karena itu, tuntutan profesi
seorang dokter semakin tinggi. Seorang dokter dituntut tidak hanya memiliki
keterampilan dan kemampuan yang cukup, melainkan juga perilaku yang
profesional.
Perilaku profesional ini tercermin melalui cara berkomunikasi,
berpenampilan, maupun sikap baik dalam menghadapi masalah pasien yang
sedang ia tangani. Dengan demikian, nantinya akan tumbuh rasa saling percaya
antara pasien dengan dokter. Profesionalisme menjadi nilai penting yang harus
tercermin dalam diri seorang dokter.
Perilaku profesional lebih mengarah pada tindakan seorang dokter,
sedangkan profesionalisme lebih mengarah pada sifat atau nilai yang harus
tertanam dalam diri dokter. Ketika rasa percaya antara pasien dengan dokter
tumbuh, pasien tersebut akan merasa nyaman berkomunikasi. Hal ini pula akan
mempermudah tugas dokter dalam mendapatkan informasi dari pasien mengenai
masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
Akan tetapi, saat ini telah terjadi banyak penyimpangan perilakua
profesional dokter. Hal ini terjadi karena berbagai faktor. Beberapa di antaranya
adalah besarnya jumlah pasien yang tidak sebanding dengan jumlah dokter,
berlakunya sistem jaminan kesehatan, serta kepribadian dokter itu sendiri yang
memiliki motivasi akan uang.
Oleh karena itu, tim penulis akan membahas lebih lanjut mengenai perilaku
profesional dokter yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) dan beberapa penyimpangan yang terjadi saat ini.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dokter

Dokter merupakan salah satu pemberi layanan kesehatan yang


bertugas atau memiliki kewajiban untuk melakukan berbagai tindakan dan
perilaku saat menangani pasien. Perilaku yang dimaksud adalah
menyambut pasien dengan memberi sapaan, salam, dan sikap yang ramah,
memperkenalkan diri dengan bahasa yang bersahabat, fokus pada lawan
bicara (pasien) dan menjaga hubungan yang baik pada saat pemeriksaan,
menjelaskan keadaan pasien serta menjawab pertanyaan pasien. Pasien
yang datang ke dokter juga berhak mendapat pelayanan berupa sambutan
dan interaksi yang baik dari dokter tersebut.

B. Perilaku Profesional Dokter


Perilaku profesional merupakan suatu sikap atau perilaku yang
berbasis pengetahuan atau ketrampilan dan mencerminkan standar serta
nilai yang dibuktikan melalui cara bertutur kata, bersikap, maupun
berpenampilan. Unsur-unsur profesionalisme bagi tenaga kesehatan yakni
altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas dan kewajiban, integritas dan
kehormatan, serta dapat menghormati orang lain.
1. Altruisme
Altruisme memiliki maknl,a mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan diri sendiri.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas bermakna menanggapi apa yang dibutuhkan pasien,
mengikuti standar praktik dan prosedur dalam pelaksanaan praktik, dan
berpartisipasi dalam pencapaian kesehatan masyarakat.
3. Keunggulan
Unsur keunggulan dapat dicapai dengan mengikuti berbagai
pelatihan atau seminar demi meningkatkan standar dan memperluas
pengetahuan dengan sumber bacaan.
4. Tugas dan Kewajiban
Unsur tugas dan kewajiban dicapai oleh seorang dokter dengan
tetap memberikan pelayanan meski pasien tidak mampu membayar dan
merujuk apabila tidak mampu menangani.
5. Integritas dan Kehormatan

Integritas serta kehormatan dicapai dengan membaktikan tugas dan


kewajiban serta bersikap adil dan jujur dalam praktik profesi
6. Menghormati Orang Lain
Unsur menghormati orang lain dicapai dengan menghormati pasien
dan keluarga pasien, teman sejawat, dan masyarakat. Hal ini adalah salah
satu unsur yang sangat penting dalam menjaga profesionalisme seorang
dokter.

C. Kode Etik Kedokteran Indonesia tentang Profesionalisme


Kode etik merupakan acuan moralitas dokter Indonesia dalam
menjalankan praktik kedokteran sehari-hari. Kode Etik Kedokteran
Indonesia merupakan kumpulan norma yang menuntun para dokter di
Indonesia selaku kelompok profesi berpraktik di masyarakat. Inti kode etik
ini adalah materi muatannya yang mengandung prinsip umum aturan
profesi berbentuk janji kepada publik agar publik percaya pada profesi
kedokteran. (Refleksi Dokter FK UNRI, 2011)

Dalam KODEKI 2012, perilaku professional dokter dibahas pada


pasal 8. Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat
manusia. Cakupan pasal: (1) Seorang dokter yang akan menjalankan
praktek wajib memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan
yang berlaku sebagai prasyarat sekaligus kesinambungan profesionalisme.
(2) Setiap dokter seharusnya menyadari bahwa penyimpangan etika sudah
dimulai sejak dirinya menjadi dokter bermasalah. (3) Setiap dokter
bermasalah wajib memahami bahwa kekurangan tanggungjawab dirinya
berpeluang menjadi konflik etikolegal dengan teman sejawat sesama
profesional di fasilitas pelayanan kesehatan.

D. Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Terdapat 7 area kompetensi yaitu:
1. Profesionalitas yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Ketrampilan klinis

7. Pengelolaan masalah kesehatan

E. Penyimpangan Kode Etik Dokter

Beberapa penyimpangan terhadap Kode Etik Dokter yang terjadi


antara lain:
1. Motivasi uang
2. Personality
3. Kondisi lingkungan kerja
4. Kerja sama yang tidak solid
5. Keterbatasan tenaga dan sarana
6. Beban kerja berlebihan

Penyebab pelanggaran kode etik profesi:


1. Pengaruh sifat kekeluargaan
Karena yang melakukan pelanggaran adalah keluarga, maka ia akan
cenderung untuk tidak memberi sanksi kepada kerabatnya yang telah
melakukan pelanggaran.
2. Pengaruh jabatan
Karena seseorang memiliki jabatan yang tinggi, maka orang lain yang
memiliki jabatan dibawahnya enggan untuk melaporkan kepada pihak
berwenang atas pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang memiliki
jabatan yang lebih tinggi tersebut..
3. Pengaruh lemahnya tenaga pendukung di Indonesia sehingga
pelanggar kode etik profesi tidak khawatir bila melakukan
pelanggaran.
4. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan masyarakat.
5. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme di
mana masyarakat mampu menyampaikan keluhan.
6. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik
profesi karena buruknya sosialisasi dari pihak profesi tersebut.
7. Belum terbentuknya budaya dan kesadaran dari pada pengemban
profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya.

PEMBAHASAN
Pada hakikatnya seorang dokter harus memiliki perilaku yang
sesuai dengan kode etik seorang dokter. Kode etik ini sendiri dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Mulai dari cara berpakaian, bersikapnya, dan
bertutur kata. Saat pertama kali bertemu dengan seorang dokter, maka hal
yang pertama kali dapat dilihat adalah penampilannya. Hal fundamental
kedua adalah karakter sikap ramah. Dengan adanya sikap ramah ini, maka
cara bertutur kata akan mengikuti sikap yang dicerminkan oleh dokter.
Perilaku ini harus memiliki unsur-unsur profesionalisme seperti altruisme,
akuntabilitas, keunggulan, tugas dan kewajiban, integritas dan
kehormatan, serta dapat menghormati orang lain.
Altruisme sendiri memiliki arti mengutamakan kepentingan umum
terlebih dahulu sebelum kepentingan diri sendiri. Seorang dokter yang
mengikuti kode etik dengan benar harus dapat mengaplikasikan altruisme
ini dalam pekerjaannya. Sebagai contoh penerapan unsur ini adalah sikap
dokter yang menerima panggilan mendadak saat ia sedang tidak bertugas.
Seorang dokter harus dengan sigap datang dan menangani pasien tersebut.
Selanjutnya adalah unsur akuntabilitas. Akuntabilitas adalah
menanggapi apa yang dibutuhkan seorang pasien dan mengikuti standar
praktik atau prosedur yang sudah ditentukan. Akuntabilitas ini juga bisa
berarti seorang dokter juga harus berpartisipasi dalam kesehatan
masyarakat. Contoh penerapan unsur ini adalah ketika dokter menangani
seorang pasien yang sedang sakit dan memberi obat yang sesuai dengan
prosedur.
Unsur berikutnya adalah unsur keunggulan. Pada unsur ini seorang
dokter dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas. Dituntut untuk
dapat memahami pengetahuan yang luas agar juga dapat mengikuti
perkembangan atau kemajuan dibidang kesehatan. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan seorang dokter untuk menambah pengetahuannya.
Contohnya adalah dengan mengikuti berbagai seminar kedokteran,
membaca banyak buku mengenai kesehatan, dan melakukan diskusi
bersama dokter lain. Hal ini dilakukan karena ilmu pengetahuan
kedokteran terus berkembang seiring berjalannya waktu sehingga seorang
dokter harus selalu mengetahui hal-hal baru yang berkaitan mengenai
kesehatan.
Pada beberapa kasus menunjukkan bahwa masih banyak perilaku
dokter yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai harapan pasien.
Pelayanan yang tidak memenuhi harapan dapat berdampak secara umum
pada kepuasan pelayanan oleh dokter. Selain dampak kepuasan, pelayanan
yang kurang menyenangkan bisa berdampak pada medical error.
Tugas dan kewajiban seorang dokter ialah melayani masyarakat
tanpa pandang bulu. Seorang dokter juga tidak boleh memiliki prasangka
awal yang buruk terhadap seorang pasien, terlebih dengan orang atau
pasien yang baru ditemui. Maka menjadikan pasien sebagai partner sangat
memungkinkan dokter bisa melakukan anamnesa terhadap pasien. Saat
menjalankan praktiknya, seorang dokter juga harus lebih memprioritaskan
kesehatan pasien daripada administrasi pasien pada rumah sakit.
Dalam menjadi seorang dokter, tugas dan kewajiban sebisa
mungkin harus dijalankan beriringan. Tugas menjadi seorang dokter
adalah melakukan pelayanan dalam bidang medis. Seperti mendiagnosa
keluhan yang dialami oleh seorang pasien. Memberi konsultasi tentang
penyakit yang dialami seorang pasien. Dalam pemberian konsultasi ini,
seorang dokter tidak hanya menjawab pertanyaan dari sang pasien, tetapi
juga bagaimana menyadarkan pasien tentang pentingya mengetahui literasi
kesehatan. Memberi resep obat, pada poin ini dokter harus membuat sang
pasien paham bagaimana cara kerja obat dan kapan waktu yang tepat
untuk mengonsumsi obat tersebut. Memberi saran atau pola hidup yang
sehat juga merupakan salah satu tugas dokter untuk menyadarkan pasien
untuk lebih mengetahui tentang literasi kesehatan.
Dalam menjalankan tugas menjadi seorang dokter. Nilai pertama
menjadi seorang dokter harus gigih. Dalam masa menjalani edukasinya,
seorang dokter tidak cukup belajar dalam buku yang dicetak. Tetapi dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, juga bisa digunakan sebagai subjek
pembelajaran seorang dokter. Poin professional seorang dokter bisa kita
pelajari dalam kita memandang perilaku setiap orang yang kita amati. Kita
bisa belajar dari lingkungan. Salah satu contohnya ketika kita dalam
kegiatan seminar, kita bisa belajar dari pembicara atau narasumber. Mulai
dari materi apa yang disampaikan atau bagaimana perkembangan ilmu
dalam dunia kedokteran maupun kesehatan saat ini, atau bisa juga
menambah keterampilan dalam poin berbicara atau berkomunikasi di
depan para pendengar. Dari cara ini, bisa diaplikasikan ketika kita
langsung berhadapan dengan seorang pasien.
Sedangkan, dalam poin kewajiban menjadi seorang dokter. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kewajiban itu sendiri adalah
“sesuatu yang diwajibkan; sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan.”
Jadi, kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Contoh kewajiban menjadi seorang dokter yang terutama
tidak hanya sekadar menjadi tempat konsultasi, tetapi juga menjadi tempat
curhat yang nyaman bagi seorang pasien maupun orang lain walaupun
belum pernah bertemu. Perilaku ini menjadi poin tersendiri terhadap
kenyamanan seorang pasien maupun orang lain. Agar bisa
mengaplikasikan poin ini, maka kita perlu melatihnya dari awal. Selain
kewajiban ketika berhadapan dengan pasien, seorang dokter juga
mempunyai kewajiban terhadap sejawat, salah satunya adalah
memperlakukan teman sejawat seperti dia ingin diperlakukan.
Integritas menjadi seorang dokter bisa dikatakan sebagai
konsistensi dalam perilaku profesional dokter yang harus mau melayani
masyarakat. Perasaan puas seorang pasien salah satunya ditentukan oleh
integritas seorang dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Contohnya, seorang pasien berkonsultasi tentang keluhan yang sedang
dialami. Seorang dokter tidak hanya memberi layanan medis, tetapi juga
harus bisa memberi rasa nyaman kepada seorang pasien. Memberi rasa
nyaman terhadap pasien juga harus dilakukan dengan tulus, tidak bisa
dilakukan dengan cara berpura-pura.
Aspek Kehormatan juga sangat melekat dalam diri seorang dokter.
Seorang dokter harus menjaga kehormatan para pasiennya serta
kehormatan dirinya sendiri pula. Kehormatan para pasien dapat dijaga
dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut adalah :

1. Dengan melakukan pemeriksaan dengan persetujuan pasien. Dokter


juga perlu bersikap ramah dan sopan. Apabila dokter tersebut merasa tidak
mampu menangani pasien, maka pasien tersebut dirujuk untuk ke dokter
lain.

2. Dokter berkewajiban menghormati agama dan kepercayaan pasien


termasuk adat istiadat dan tradisi masyarakat. Sebagai contoh, ada seorang
pasien yang tidak ingin ditindak sesuai dengan prosedur kedokteran karena
terhalang oleh adat istiadatnya.

3. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang


pasien bahkan setelah si pasien meninggal. Hal tersebut untuk menjaga
privasi seorang pasien.

4. Seorang dokter harus menjalankan tugasnya dengan mengutamakan


kepentingan masyarakat. Poin ini sesuai dengan unsur altruisme dalam
profesionalisme dokter.

5. Seorang dokter harus menjaga identitas pasien. Dokter yang akan


menjalankan anamnesa, secara tidak langsung tahu tentang identitas sang
pasien. Selain identitas pasien, dokter akan menanyai tentang riwayat
penyakit yang diderita pasien, maupun yang diderita keluarga pasien.
Maka menjaga identitas salah satu aspek yang harus diprioritaskan, karena
terkadang identitas pasien tersebut mempunyai

KESIMPULAN
Pada hakikatnya seorang dokter harus memiliki perilaku yang
sesuai dengan kode etik seorang dokter. Kode etik ini sendiri dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Mulai dari cara berpakaian, bersikapnya, dan
bertutur kata.

Perilaku ini harus memiliki unsur-unsur profesionalisme seperti


altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas dan kewajiban, integritas dan
kehormatan, serta dapat menghormati orang lain.
Tugas dan kewajiban seorang dokter ialah melayani masyarakat
tanpa pandang bulu, tanpa memiliki prasangka awal yang buruk terlebih
dengan orang atau pasien yang baru ditemui. Lebih memprioritaskan
kesehatan pasien daripada administrasi pasien pada rumah sakit.
Pada beberapa kasus menunjukkan bahwa masih banyak perilaku
dokter yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai harapan pasien.
Pelayanan yang tidak memenuhi harapan dapat berdampak secara umum
pada kepuasan pelayanan oleh dokter.
Maka dari itu, kode etik dan profesionalisme seorang dokter perlu
dijunjung tinggi dalam menjalankan profesinya. Kehormatan sebagai
seorang dokter juga dapat dilihat dari perilaku profesionalnya. Hal ini
perlu dilakukan seorang dokter tidak hanya untuk saat ini, melainkan
selama ia menjalankan profesinya sebagai seorang dokter.

Tambahan dari website


https://kki.go.id/index.php/tentangkami/index/1206/1245/majelis-
kehormatan-disiplin-kedokteran-indonesia

Anda mungkin juga menyukai