Latar Belakang : Artikel ini berfokus pada etika di kalangan dokter gigi. Etika gigi berarti
kewajiban moral dan kewajiban dokter gigi terhadap pasiennya, rekan profesional dan
masyarakat. Ada empat prinsip dasar yang bertindak sebagai pedoman untuk pengambilan
keputusan.
Hasil Penyelidikan : Etika merupakan bagian penting dari sebuah profesi. Kode etik yang
ditentukan oleh peraturan badan serta asosiasi profesional yang bertindak sebagai penuntun
dalam membedakan antara yang benar dan salah, juga dalam menjalankan tugas dan menjaga
hubungan kerja yang baik.
PENDAHULUAN
Kata etika berasal dari Yunani ethos awalnya berarti karakter atau perilaku. Etika
biasanya digunakan secara bergantian dengan kata moral yang berasal dari kata Latin mores,
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Kedua istilah ini mengacu pada perilaku, karakter,
dan motivasi yang terlibat dalam tindakan moral. Etika adalah sebuah kode tidak tertulis yang
meliputi perilaku profesional maupun penilaian. Oleh karena itu etika tidak ditentukan oleh
profesi tetapi ini adalah kewajiban moral. Pemahaman tentang etika juga mendefinisikan
beberapa hal bahwa sebenarnya etika itu : bukan seperangkat aturan atau batasan, etika itu
bukan agama, dan etika itu bukan relatif atau subyektif.1
Etika adalah cabang filsafat dan teologi yang mempelajari secara sistematis apa yang
benar dan baik sehubungan dengan karakter dan perilaku. Kedokteran gigi menjadi
spesialisasi kedokteran yang diakui dari perdagangan virtual, sehingga prinsip-prinsip etika
kedokteran gigi harus dihormati dan dipraktikkan. Selain itu, tumbuhnya kesadaran dan
hubungan intrinsik antara kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan memunculkan
konsepsi kedokteran gigi yang lebih sosial. Dalam masyarakat saat ini, masalah etika yang
dihadapi oleh dokter gigi semakin meningkat dan juga menjadi lebih rumit daripada yang
dihadapi oleh para profesional gigi di masa lalu.2
Dental Ethics berarti moral tugas dan kewajiban dokter gigi terhadap pasiennya, rekan
kerja dan kepada masyarakat. Etika membantu mendukung pembuatan keputusan, penentuan
nasib, melindungi hal yang rentan, meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan manusia.
Prinsip-prinsip ini dapat disebut prinsip mikro-etika dimana prinsip-prinsip ini memandu
pelaksanaan penelitian berbasis populasi dan praktek. Etika makro dapat didefinisikan
sebagai seperangkat prinsip yang dirancang untuk melindungi martabat manusia, integritas,
penentuan nasib, kerahasiaan, hak dan kesehatan penduduk dan orang-orang yang
menyusunnya.2
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan tanggung jawab etika, mempromosikan
perilaku etis dalam kedokteran gigi, memajukan dialog tentang masalah etika, dan
mendorong refleksi lebih lanjut tentang masalah etika umum dalam praktik kedokteran gigi.
Ini tidak dimaksudkan untuk memecahkan dilemma etik tertentu. Jadi setelah menyimpulkan
keadaan diatas, Dokter Gigi sangat didorong untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang etika. Dokter gigi harus membiasakan diri dengan hukum yang berlaku, peraturan,
dan standar operasional kesehatan dalam pengambilan keputusan.3
Otonomi Pasien ("self goverment"): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa para
profesional memiliki kewajiban untuk memperlakukan pasien sesuai dengan keinginannya,
dalam batas-batas yang diterima dan untuk melindungi kerahasiaan pasien tersebut. Pasien
berhak mengambil keputusan mengenai pengobatan yang akan diterimanya. Jadi otonomi
pasien dan informed consent menjadi sangat penting saat ini. Dokter gigi harus
menginformasikan kepada pasien tentang semua pilihan pengobatan yang tersedia,
keuntungan, kerugian dan juga mempertimbangkan rujukan ke spesialis. Kemudian pasien
membuat keputusan akhir tentang pilihan pengobatan. Seringkali, ada perbedaan antara
kebutuhan pasien dan minatnya. Oleh karena itu, memperoleh informed consent diperlukan
sebelum memberikan perawatan gigi apa pun kepada pasien.
JUSTICE (“fairness”): Merupakan tanggung jawab profesional gigi untuk bersikap adil
dalam berurusan dengan pasien, kolega, dan masyarakat. Menurut Ozar dan Sokol,
masyarakat memutuskan apa yang adil dan tidak adil, sehingga penting bagi dokter gigi untuk
bergantung pada saran dari masyarakat untuk memastikan kepatuhan etis. Prinsip ini
menyatakan bahwa dokter gigi harus merawat pasien tanpa diskriminasi terhadap ras,
keyakinan, warna kulit, jenis kelamin atau asal negara. Seharusnya tidak ada diskriminasi
ketika membuat rujukan ke profesional gigi lainnya. Ozar dan Sokol menyatakan bahwa
pertimbangan utama ketika membuat rujukan harus diberikan pada keterampilan teknis dan
spesialis bidang ilmu terkait, komunikasi klinis dan filosofi praktik gigi. Dokter gigi
konsultan harus memberikan perawatan gigi kepada pasien tanpa mengganggu pengobatan
yang diberikan oleh dokter gigi sebelumnya. Tetapi jika dia melihat ada perawatan yang salah
besar dari profesional gigi lainnya, adalah tanggung jawabnya uuntuk memperbaikinya, tanpa
merendahkan kolega lain.
Persetujuan memiliki dua tujuan yaitu tujuan klinis dan tujuan hukum. Persetujuan yang sah
terdiri dari tiga aspek:
a) Kesukarelaan berarti pasien harus memberikan persetujuan secara sukarela tanpa ada
tekanan dari dokter gigi atau orang lain.
b) Kapasitas untuk menyetujui dimana Pasien harus dalam kondisi sadar dan memahami
tujuan, implikasi dan konsekuensi dari pengobatan.
c) Usia persetujuan: Usia persetujuan ditentukan oleh hukum hukum; ada dua cabang
pemikiran. Yang pertama, persetujuan oleh orang yang mabuk, orang dengan pikiran
yang tidak sehat (gila atau mabuk) atau seorang anak di bawah usia 12 tahun, adalah
tidak sah. Pemikiran yang kedua, orang yang cakap dan berakal yang telah mencapai
usia 18 tahun dapat secara sah mengikatkan diri dalam suatu kontrak. Untuk pasien di
bawah usia minoritas atau orang dewasa dengan gangguan mental, persetujuan
diperoleh dari orang tua atau wali yang sah yang menemani pasien saat melaksanakan
perawatan.9,10
Orang-orang terkadang bingung antara masalah etika dan hukum. Baik etika maupun
hukum melibatkan evaluasi. Namun evaluasi etika merujuk pada apa yang diyakini sebagai
standar tertinggi tentang benar dan salah. Evaluasi hukum merujuk pada evaluasi ke
masyarakat tertentu. Mungkin bisa jadi legal untuk dokter gigi umum untuk memberikan
perawatan komprehensif ortodontik tanpa pelatihan khusus yang memadai tetapi tidak etis
dokter gigi umum untuk melakukannya.
Masalah etika yang dihadapi oleh dokter gigi: situasi etika klinis yang dirangkum
melalui penelitian yang dilakukan oleh Bebeau dan Spiedal dengan sekelompok dokter gigi
yang bekerja aktif dari Minnesota, yaitu :
Kehidupan pasien dan kesehatan umum: Hal utama yang harus diperhatikan terlebih dahulu
adalah mempertahankan kehidupan dan memperhatikan kesehatan umum secara keseluruhan.
Dalam kondisi normal, dokter gigi tidak boleh melakukan pengobatan yang akan
membahayakan kehidupan pasien. Misalnya, seorang pria dengan hipertermia maligna yang
memiliki trauma wajah serius akan memiliki risiko kematian jika diberikan anestesi umum
untuk operasi korektif wajah.
Kesehatan mulut pasien: Kesehatan mulut untuk tujuan diskusi ini mencakup
mempertahankan fungsi gigi dan mulut yang tepat dan bebas rasa sakit. Fungsi yang tepat
dipengaruhi faktor-faktor seperti usia, tahap perkembangan, kesehatan umum dan kebutuhan
pasien. Dalam kasus pasien dengan penyakit periodontal yang parah dan kebersihan mulut
yang buruk memiliki prognosis yang buruk. Penting untuk menekankan standar perawatan
kebersihan gigi dan mulut di rumah yang lebih ketat sebelum melakukan serangkaian
perawatan gigi lanjutan.
Otonomi pasien: Konsep ketiga adalah pasien dan dokter gigi saling menghargai otonomi
atau kebebasan masing-masing. Dalam konteks pelayanan kesehatan, otonomi tersebut
mengacu pada kemampuan pasien untuk membuat keputusan perawatan kesehatan mereka
sendiri. Misalnya, “jika pasien meminta perawatan yang dapat membahayakan kesehatanya,
dimana pasien tetap menginginkan giginya untuk dicabut sementara kondisi pasien memiliki
hipertensi, pada keadaan ini jika dokter gigi tetap bertindak atas permintaan pasien untuk
menghormati otonomi pasien, artinya dokter gigi tersebut bertindak tidak profesional”.
Nilai-nilai praktik pilihan dokter gigi: Selama pendidikan formal mereka, dokter gigi
menerima pesan yang kuat, mengenai pilihan perawatan yang menjadi bagian dari nilai-nilai
praktik pilihan mereka. Contohnya dokter gigi lebih memilih restorasi resin komposit
daripada restorasi amalgam pada gigi yang sudar dirawat, ataupun penggunaan mahkota pada
gigi yang sudah restorasi amalgam sebelumnya dengan mempertimbangkan hal-hal terkait
dan persetujuan pasien.
Nilai Estetik: Dokter gigi menyadari bahwa penampilan gigi dan wajah sangat penting bagi
pasien saat ini, dan mereka lebih sering mempertimbangkan faktor estetika sebagai hal utama
pada perawatan ke dokter gigi, namun dokter gigi juga harus professional dalam
merekomendasikan perawatan yang tepat sesuai dengan ilmu terapan dan indikasi perawatan
yang paling sesuai untuk kasus tertentu.
Efisiensi dalam penggunaan sumber daya: Efisiensi adalah sesuatu yang hampir semua
dokter gigi menganggap hal ini penting untuk tindakan praktik yang sukses. Profesional
untuk seorang dokter gigi yang bekerja dinilai dari mempertimbangkan pengendalian biaya,
waktu kerja, tenaga serta bahan medis habis pakai dengan efisien dan efektif, terstruktur dan
memenuhi standar haknya. Dimana Kelola managemen klinik sepenuhnya adalah di bawah
pengendalian dokter gigi. Jadi tidak ada istilah menyalahkan siapaun dalam kerugian materi
yang dialami dokter gigi karena tidak fahamnya mengenai hal-hal kualitatif perhitungan
anggaran biaya yang tepat.
Siswa yang memilih profesi kedokteran gigi memberikan bermacarm alasan untuk pilihan
mereka. Diantaranya adalah kemampuan untuk memperoleh penghasilan yang baik, prospek
pekerjaan yang mandiri dan kesempatan untuk melayani masyarakat.
MODEL AGEN:
MODEL KOMERSIAL:
• Dokter gigi memiliki sesuatu untuk dijual; pasien mungkin atau mungkin tidak ingin
membelinya
• Prinsip standar "pasar" berlaku
• Kebutuhan pasien akan perawatan bukanlah penentu langsung tindakan dokter gigi
• Dokter gigi dan pasien pada dasar yang sama
MODEL INTERAKTIF:
DISKUSI
Etika adalah subjek yang dipertimbangkan dalam setiap dan semua lapisan kehidupan
baik secara sadar maupun tidak sadar. Etika dapat diubah oleh lingkungan dan segala sesuatu
yang membentuknya di lingkungan tersebut.
Menurut Thompson HE, dalam sebuah profesi ada sesuatu, baik berwujud atau tidak
berwujud, yang menempatkan layanan di atas keuntungan materi, melawan semua kekuatan
yang membuat disintegrasi atau demoralisasi cita-cita tertinggi, cahaya dalam membela
kehormatan profesi dan perlindungan materi serta kesejahteraan moral masyarakat.13
Johnson, pada tahun 1946, menyatakan bahwa pendekatan filosofis lebih baik
daripada pendekatan dualistik terhadap etika klinis, yang dapat memberikan pemahaman
kepada para profesional gigi untuk membentuk pendekatan yang lebih eklektik terhadap etika
pribadi yang profesional.13
Brinton, pada tahun 1950, menyatakan bahwa etika hanyalah masalah dua jalan yang
harus lalui dan hal ini diperkuat oleh fakta bahwa tidak ada ketentuan pasti untuk
pengampunan dosa dan kesalahan fatal yang merugikan manusia.13
Durant, pada tahun 1954, menyatakan dalam bukunya "Kisah Filsafat", bahwa filsuf
Yunani kuno Plato dan Aristoteles memandang etika sebagai nilai yang harus diperjuangkan,
yang menjadi dasar harmoni dalam hidup dan kebahagiaan pribadi.13
Menurut B.F. Skinner, pada tahun 1971, Etika adalah hanya terpaut pada masalah
kinerja, tanpa terlibat nilai-nilai pribadi, dan terutama terdiri dari kegiatan yang harus
dipelajari oleh manajemen kontinjensi perusahaan.14
Nash, pada tahun 1984, menyatakan bahwa etika adalah kunci untuk mengekspresikan
rasa saling menghormati dan empati di antara orang-orang.14
Warnick BR dkk mengusulkan untuk mempelajari ilmu pendekatan etika profesional
yang menggunakan kerangka analisis kasus yang dirancang khusus.14
Kebutuhan untuk mengajarkan etika profesional dalam kedokteran gigi dan tujuan
yang tepat untuk mengajarkan etika profesional adalah sebagai berikut:
Untuk membuat mahasiswa dokter gigi peka terhadap dimensi moral kehidupan dan
praktik profesional
Untuk mengembangkan dalam diri mahasiswa kedokteran gigi, keterampilan analisis
etika praktik profesional
Membina mahasiswa kedokteran gigi untuk menghargai perbedaan pendapat dan
toleransi terhadap ambiguitas
Membantu mahasiswa kedokteran gigi dalam menjelaskan tanggung jawab moral
yang timbul dalam menjadi anggota profesi kedokteran gigi
Memotivasi mahasiswa kedokteran gigi untuk terus belajar di bidang etika profesi.
Pengaturan keuangan
Biaya perawatan gigi harus konsisten dan adil untuk semua pasien. Biaya tidak boleh
bervariasi berdasarkan status keuangan pasien, termasuk paket asuransi. Dalam kondisi non-
darurat, biaya dan opsi pembayaran harus dijelaskan kepada pasien sebelum memulai
prosedur gigi apa pun. Biaya yang ditetapkan oleh dokter gigi harus bersifat rasional dengan
memeprhitungkan secara efisien antara bahan yang dipakai, waktu kerja, tenaga dan tingkat
kesulitan kasus tertentu.
KESIMPULAN
Etika dalam praktik klinis sangat penting saat ini. Nilai-nilai etika harus selalu ditanamkan
pada setiap mahasiswa kedokteran gigi. Sebagai seorang profesional, kita harus:
1. Menyadari tanggung jawab yang kita terima saat memasuki profesi kedokteran gigi
2. Memenuhi standar kompetensi, kepedulian diri dan perilaku beretika saat memberikan
pelayanan.
3. Di atas segalanya, perawatan pasien harus menjadi perhatian utama.
Etika telah menjadi bagian integral dari praktik selama ribuan tahun yang lalu. Dokter
gigi, sebagai salah satu profesi penyembuhan, memiliki kewajiban kepada masyarakat bahwa
profesional gigi akan mematuhi standar etika perilaku yang tinggi. Kode etik mengajarkan
semua dokter gigi untuk mengutamakan pasiennya, melibatkan pasien dalam keputusan
perawatan dan mempertimbangkan harapan pasien selama perencanaan perawatan dan
menjaga kerahasiaan pasien. Etika sangat penting untuk menjadi seorang profesional. Tanpa
landasan etika yang kuat, seseorang tidak dapat menjadi profesional sejati.
REFERENSI
1. Bruscino T. Basic Ethics in Dentistry. The Academy of Dental Learning & OSHA
Training.2012;16-25.
2. Peter S. Essentials Of Public Health Dentistry. 5th ed. Arya Publications; 2013. p.131-
143.
3. Mathur S, Chopra R. Ethical issues in modern day dental practice. Online Journal of Oral
Health Ethics.2013;8(2):1- 12. http://dx.doi.org/10.18785/ojhe.0802.03.
4. ADA Principles of Ethics and Code of Professional Conduct. Available from
www.ada.org/about-the-ada/principles-of-ethics-code-of-professional-conduct.
(accessed: 27 May 2017).
5. Jenson LE. Why Our Ethics Curricula Do Work. J Dent Educ 2005;69(2):225-8.
6. Maryam J, Ahmad S. Implication of ethical principles in chair-side dentistry. Iranian
Journal of Allergy, Asthma and Immunology. 2007 Feb; 6(suppl5):53-9.
7. Ozar, David T, Sokol, David J. Dental ethics at chairside: Professional principles and
practice applications. St. Louis, Mosby,1994.
8. American College of Dentists. Ethics handbook for dentists: An introduction to ethics,
Professionalism, and Ethical Decision Making. Uince Orchard Boulevard Gaithersburg,
Maryland.USA,2002 (Revised 2012);3.
9. right to decide. Oral Hygiene and Health 2014;2(1):2-5.
10. Kumar V, Yashoda R, Puranik MP. Ethical and legal issues in dental practice.Int J Health
Sci Res.2017;7(3):332-40.
11. Yadwad BS, Gouda H. Consent-its medico legal aspects. J Assoc Physicians India.
2005; 53:891-4. 21. Prasad S, Menon I, Dhingra C, Anand R. Awareness of consumer
protection act among dental health professionals in dental schools of Ghaziabad, India.
Oral Health Dent Mang.2013;12(4):262-8
12. Rule JT, Veatch RM. Ethical Questions in Dentistry. 2nd ed. Quintessence Publishing
Co, Inc; 2004. p.3-55.
13. Thompson HE. Ethics in Dentistry. The Dentoscope. 1947;21:(2). Monika Prasad et.al.
Ethics in Dentistry - A Review International Journal of Health Sciences & Research
(www.ijhsr.org) 244 Vol.9; Issue: 3; March 2019.
14. Ethics Handbook for Dentists-American College of Dentist. Available from
https://acd.org/PDF/Ethics_Handbook_for_Dentists_(s).pdf. (accessed : 27March 2017).
15. Warnick BR, Silverman SK. A Framework for Professional Ethics Courses in Teacher
Education. Journal of Teacher Education. 2011;62:(3).
JURNAL :
ETHIC IN DENTISTRY – A REVIEW
(International Journal of Health Sciences & Research (www.ijhsr.org)
Vol.9; Issue: 3; March 2019)
HASIL Etika merupakan bagian penting dari sebuah profesi. Kode etik
yang ditentukan oleh peraturan badan serta asosiasi profesional yang
bertindak sebagai penuntun dalam membedakan antara keputusan yang
benar dan keputusan salah, juga dalam menjalankan tugas dan menjaga
hubungan dengan masyarakat.
PEMBAHASAN Ada lima prinsip dasar yang membentuk dasar dari ADA code : otonomi
(COMPARATIVE) pasien, non maleficence, kebaikan, keadilan dan kejujuran.
Masalah etika yang dihadapi oleh dokter gigi: situasi etika klinis
yang dirangkum melalui penelitian yang dilakukan oleh Bebeau
dan Spiedal dengan sekelompok dokter gigi yang bekerja aktif dari
Minnesota, yaitu :
Proposal OZAR dan SOKOL berisi terdapat enam nilai etika dalam
kedokteran gigi. Nilai-nilai tersebut tersusun sesuai dengan urutan
hierarkis adalah sebagai berikut: (1) kehidupan pasien dan kesehatan
umum, (2) kesehatan mulut pasien, (3) otonomi pasien, (4) nilai-nilai
praktik yang disukai dokter gigi, (5) nilai estetika dan (6) efisiensi.
HUBUNGAN DENGAN PASIEN:
Model Hubungan Dokter-Pasien:
1. Model panduan
2. Model agen
3. Model komersial
4. Model interaktif
MODEL PANDUAN:
• Hubungan berdasarkan keahlian dokter gigi dan kekurangan pasien
• Pasien tidak memberikan kontribusi untuk keputusan gigi mereka
• Dokter gigi akan memberikan kebutuhan-kebutuhan pasien
MODEL AGEN:
• Semua keputusan untuk gigi dibuat oleh pasien
• Dokter gigi memberikan pelayanan untuk pilihan pasien
• Tidak banyak kerjadian seperti ini yang terjadi di kehidupan nyata
MODEL KOMERSIAL:
• Dokter gigi memiliki sesuatu untuk dijual; pasien mungkin atau
mungkin tidak ingin membelinya
• Prinsip standar "pasar" berlaku
• Kebutuhan pasien akan perawatan bukanlah penentu langsung tindakan
dokter gigi
• Dokter gigi dan pasien pada dasar yang sama
MODEL INTERAKTIF:
• Dokter gigi dan pasien adalah mitra setara
• Pelestarian dan maksimalisasi otonomi pasien
• Dokter gigi meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan pasien
• Dokter gigi menyumbangkan keahlian ke dalam proses pengambilan
keputusan.
Tujuan yang tepat untuk mengajarkan etika profesional adalah
sebagai berikut:
Untuk membuat mahasiswa dokter gigi peka terhadap
dimensi moral kehidupan dan praktik profesional
Untuk mengembangkan dalam diri mahasiswa kedokteran
gigi, keterampilan analisis etika praktik profesional
Membina mahasiswa kedokteran gigi untuk menghargai
perbedaan pendapat dan toleransi terhadap ambiguitas
Membantu mahasiswa kedokteran gigi dalam menjelaskan
tanggung jawab moral yang timbul dalam menjadi anggota
profesi kedokteran gigi
Memotivasi mahasiswa kedokteran gigi untuk terus belajar
di bidang etika profesi.
Etika dalam praktik klinis sangat penting saat ini. Nilai-nilai etika
harus selalu ditanamkan pada setiap mahasiswa kedokteran gigi. Sebagai
seorang profesional, kita harus:
1. Menyadari tanggung jawab yang kita terima saat memasuki
profesi kedokteran gigi
2. Memenuhi standar kompetensi, kepedulian diri dan perilaku
beretika saat memberikan pelayanan.
3. Di atas segalanya, perawatan pasien harus menjadi
perhatian utama.