Anda di halaman 1dari 18

ETHICS IN DENTISTRY

Monika Prasad1 , Manjunath C2 , Archana Krishnamurthy3 , Shilpashree K. B4 , Aishwarya Sampath1 , Shefali


Jaiswal1 , AnkitMohapatra5
1 Post Graduate Student, 2 Professor, 3 Professor & Head, 4Reader, 5Assistant Professor, Department of Public
Health Dentistry, the Oxford Dental College, India

Latar Belakang : Artikel ini berfokus pada etika di kalangan dokter gigi. Etika gigi berarti
kewajiban moral dan kewajiban dokter gigi terhadap pasiennya, rekan profesional dan
masyarakat. Ada empat prinsip dasar yang bertindak sebagai pedoman untuk pengambilan
keputusan.

Hasil Penyelidikan : Etika merupakan bagian penting dari sebuah profesi. Kode etik yang
ditentukan oleh peraturan badan serta asosiasi profesional yang bertindak sebagai penuntun
dalam membedakan antara yang benar dan salah, juga dalam menjalankan tugas dan menjaga
hubungan kerja yang baik.

PENDAHULUAN

Kata etika berasal dari Yunani ethos awalnya berarti karakter atau perilaku. Etika
biasanya digunakan secara bergantian dengan kata moral yang berasal dari kata Latin mores,
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Kedua istilah ini mengacu pada perilaku, karakter,
dan motivasi yang terlibat dalam tindakan moral. Etika adalah sebuah kode tidak tertulis yang
meliputi perilaku profesional maupun penilaian. Oleh karena itu etika tidak ditentukan oleh
profesi tetapi ini adalah kewajiban moral. Pemahaman tentang etika juga mendefinisikan
beberapa hal bahwa sebenarnya etika itu : bukan seperangkat aturan atau batasan, etika itu
bukan agama, dan etika itu bukan relatif atau subyektif.1
Etika adalah cabang filsafat dan teologi yang mempelajari secara sistematis apa yang
benar dan baik sehubungan dengan karakter dan perilaku. Kedokteran gigi menjadi
spesialisasi kedokteran yang diakui dari perdagangan virtual, sehingga prinsip-prinsip etika
kedokteran gigi harus dihormati dan dipraktikkan. Selain itu, tumbuhnya kesadaran dan
hubungan intrinsik antara kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan memunculkan
konsepsi kedokteran gigi yang lebih sosial. Dalam masyarakat saat ini, masalah etika yang
dihadapi oleh dokter gigi semakin meningkat dan juga menjadi lebih rumit daripada yang
dihadapi oleh para profesional gigi di masa lalu.2
Dental Ethics berarti moral tugas dan kewajiban dokter gigi terhadap pasiennya, rekan
kerja dan kepada masyarakat. Etika membantu mendukung pembuatan keputusan, penentuan
nasib, melindungi hal yang rentan, meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan manusia.
Prinsip-prinsip ini dapat disebut prinsip mikro-etika dimana prinsip-prinsip ini memandu
pelaksanaan penelitian berbasis populasi dan praktek. Etika makro dapat didefinisikan
sebagai seperangkat prinsip yang dirancang untuk melindungi martabat manusia, integritas,
penentuan nasib, kerahasiaan, hak dan kesehatan penduduk dan orang-orang yang
menyusunnya.2
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan tanggung jawab etika, mempromosikan
perilaku etis dalam kedokteran gigi, memajukan dialog tentang masalah etika, dan
mendorong refleksi lebih lanjut tentang masalah etika umum dalam praktik kedokteran gigi.
Ini tidak dimaksudkan untuk memecahkan dilemma etik tertentu. Jadi setelah menyimpulkan
keadaan diatas, Dokter Gigi sangat didorong untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang etika. Dokter gigi harus membiasakan diri dengan hukum yang berlaku, peraturan,
dan standar operasional kesehatan dalam pengambilan keputusan.3

Kenapa Etika Penting dalam Kedokteran Gigi?


Untuk mengajarkan etika kepada dokter gigi, seperti untuk mendapatkan SIM,
seseorang harus lulus tes tentang "Aturan Jalan". Demikian pula, sebelum lulus dan memiliki
izin praktik kedokteran gigi, mahasiswa kedokteran gigi perlu mempelajari dan menguji
aspek teknis prosedur yang dapat mereka lakukan dan diberi tahu tentang kode etik profesi,
yaitu “Code of Ethic.” Etika mempengaruhi setiap keputusan yang dibuat di klinik gigi
termasuk menilai dan memilih. Etika juga mempengaruhi hubungan dokter gigi dengan
pasien, masyarakat, staf kantor dan profesional lainnya. Terkadang keputusan sangat
sederhana dan lurus ke depan dan di lain waktu, hal ini bisa sangat rumit.5
Etika tidak dapat dipisahkan dengan keputusan praktik kedokteran gigi ini. Mengabaikan
etika, membahayakan layanan dokter gigi kepada pasien dan melemahkan kemampuan
mereka untuk berfungsi sebagai seorang profesional. Etika menggambarkan tugas dokter
dengan meminta mereka untuk mempertimbangkan dan mempertimbangkan kembali
tindakan, penilaian, dan pembenaran mereka. Ini adalah penerapan prinsip dan aturan etika
umum untuk menyelesaikan masalah praktik terapeutik, layanan perawatan kesehatan, dan
penelitian.6

ADA Principles of Ethics and Code of Professional Conduct (ADA Code)4,7,8


Hal ini, pada dasarnya, merupakan ekspresi tertulis dari kewajiban yang timbul dari kontrak
tersirat antara profesi dokter gigi dan masyarakat. American Dental Association (ADA)
menetapkan lima prinsip dasar dari etika, diantaranya adalah; otonomi pasien, non-
maleficence (tidak berbahaya), Beneficence (kebaikan), keadilan, dan kejujuran.

Otonomi Pasien ("self goverment"): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa para
profesional memiliki kewajiban untuk memperlakukan pasien sesuai dengan keinginannya,
dalam batas-batas yang diterima dan untuk melindungi kerahasiaan pasien tersebut. Pasien
berhak mengambil keputusan mengenai pengobatan yang akan diterimanya. Jadi otonomi
pasien dan informed consent menjadi sangat penting saat ini. Dokter gigi harus
menginformasikan kepada pasien tentang semua pilihan pengobatan yang tersedia,
keuntungan, kerugian dan juga mempertimbangkan rujukan ke spesialis. Kemudian pasien
membuat keputusan akhir tentang pilihan pengobatan. Seringkali, ada perbedaan antara
kebutuhan pasien dan minatnya. Oleh karena itu, memperoleh informed consent diperlukan
sebelum memberikan perawatan gigi apa pun kepada pasien.

NONMALEFICENCE (“do no harm”): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa


profesional memiliki kewajiban untuk melindungi pasien dari bahaya. Ini berasal dari bahasa
Latin 'maksim primum non nocere' yang berarti 'pertama, jangan membahayakan'. Ini
menyatakan bahwa dokter gigi harus melindungi pasien dari bahaya apapun. Dalam beberapa
prosedur gigi, ada efek ganda yang berarti bahwa suatu prosedur perawatan bisa memperbaiki
satu masalah sementara dan memulai masalah lain. Untuk situasi seperti itu, dokter gigi harus
selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, mengetahui keterbatasannya dan
mengetahui kapan dan dalam kondisi apa yang tidak dibenarkan untuk melakukan prosedur
yang dapat membahayakan pasien. Dokter gigi juga harus tahu kapan harus merujuk pasien
ke spesialis, kapan dan dalam situasi apa pendelegasian perawatan pasien ke fasilitas
penunjang yang lebih tepat. Setelah seorang dokter gigi memulai perawatan gigi untuk
pasien, dia harus menyelesaikan prosedur perawatan sampai akhir. Namun, karena suatu
alasan tertentu dokter gigi tidak dapat menyelesaikan prosedur perawatan, maka dokter gigi
harus bertanggung jawab untuk merujuk pasien ke spesialis atau kolega.

BENEFICENCE (“do good”): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa profesional


memiliki kewajiban untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Berasal dari kata Latin
‘benefactum’ yang berarti 'perbuatan baik'. Menurut konsep ini, dokter gigi harus berlatih
untuk berbuat baik pada pasiennya dan harus menganggap ini sebagai kewajibannya. Sangat
penting bahwa dokter gigi memberikan perawatan yang kompeten dan tepat waktu sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Tujuan utama perawatan gigi adalah
mengembalikan fungsi mulut atau estetika gigi yang optimal bagi pasien. Pencapaian tujuan
ini akan bergantung pada berbagai faktor seperti usia pasien, kesehatan umum pasien,
anatomi gigi, kepatuhan dan pelaksanaan instruksi kebersihan mulut oleh pasien. Prinsip ini
memiliki beberapa komponen: Layanan masyarakat seperti memberikan perawatan gigi gratis
atau diskon kepada pasien yang membutuhkan, melaporkan temuan investigasi serta
mempromosikan pelayanan kesehatan masyarakat.

JUSTICE (“fairness”): Merupakan tanggung jawab profesional gigi untuk bersikap adil
dalam berurusan dengan pasien, kolega, dan masyarakat. Menurut Ozar dan Sokol,
masyarakat memutuskan apa yang adil dan tidak adil, sehingga penting bagi dokter gigi untuk
bergantung pada saran dari masyarakat untuk memastikan kepatuhan etis. Prinsip ini
menyatakan bahwa dokter gigi harus merawat pasien tanpa diskriminasi terhadap ras,
keyakinan, warna kulit, jenis kelamin atau asal negara. Seharusnya tidak ada diskriminasi
ketika membuat rujukan ke profesional gigi lainnya. Ozar dan Sokol menyatakan bahwa
pertimbangan utama ketika membuat rujukan harus diberikan pada keterampilan teknis dan
spesialis bidang ilmu terkait, komunikasi klinis dan filosofi praktik gigi. Dokter gigi
konsultan harus memberikan perawatan gigi kepada pasien tanpa mengganggu pengobatan
yang diberikan oleh dokter gigi sebelumnya. Tetapi jika dia melihat ada perawatan yang salah
besar dari profesional gigi lainnya, adalah tanggung jawabnya uuntuk memperbaikinya, tanpa
merendahkan kolega lain.

VERACITY ("truthfulness") : Ini mengacu pada kejujuran dan menghormati kepercayaan


yang diperlukan dalam hubungan dokter gigi-pasien. Ini melibatkan komunikasi yang jujur
tanpa penipuan dan menjaga integritas intelektual. Konsep ini menjelaskan kebenaran dalam
penagihan dan periklanan. Tidak etis bagi seorang profesional gigi untuk merekomendasikan
perawatan yang tidak perlu dan apabila tidak harus merujuk pasien tersebut ke spesialis atau
merekomendasikan produk apa pun untuk keuntungannya pribadi. Iklan apapun yang bersifat
komersial berdasarkan kebenaran parsial juga tidak dapat diterima. Profesional gigi juga
harus berkomunikasi dengan jujur tentang gelar dan spesialisasi yang mereka miliki, serta
memelihara integritas intelektual dengan melaksanakan apa yang mereka katanya atau
janjikan pada perawatan pasien.

Apakah perilaku etis itu bawaan?


Perilaku etis mungkin bersifat bawaan, seperti halnya kecerdasan dan kepribadian yang
memiliki komponen genetik, sehingga karakteristik tersebut dapat membuat beberapa orang
bertindak secara etis dan tidak etis. Kesediaan untuk mengikuti aturan adalah naluri bawaan
dan moral. Beberapa orang memiliki naluri bawaan ini, yang mungkin merupakan metode
yang lebih andal untuk membedakan antara benar dan salah daripada mengandalkan kode etik
tertulis apa pun.

Persetujuan memiliki dua tujuan yaitu tujuan klinis dan tujuan hukum. Persetujuan yang sah
terdiri dari tiga aspek:
a) Kesukarelaan berarti pasien harus memberikan persetujuan secara sukarela tanpa ada
tekanan dari dokter gigi atau orang lain.
b) Kapasitas untuk menyetujui dimana Pasien harus dalam kondisi sadar dan memahami
tujuan, implikasi dan konsekuensi dari pengobatan.
c) Usia persetujuan: Usia persetujuan ditentukan oleh hukum hukum; ada dua cabang
pemikiran. Yang pertama, persetujuan oleh orang yang mabuk, orang dengan pikiran
yang tidak sehat (gila atau mabuk) atau seorang anak di bawah usia 12 tahun, adalah
tidak sah. Pemikiran yang kedua, orang yang cakap dan berakal yang telah mencapai
usia 18 tahun dapat secara sah mengikatkan diri dalam suatu kontrak. Untuk pasien di
bawah usia minoritas atau orang dewasa dengan gangguan mental, persetujuan
diperoleh dari orang tua atau wali yang sah yang menemani pasien saat melaksanakan
perawatan.9,10

Etika versus Hukum:

Orang-orang terkadang bingung antara masalah etika dan hukum. Baik etika maupun
hukum melibatkan evaluasi. Namun evaluasi etika merujuk pada apa yang diyakini sebagai
standar tertinggi tentang benar dan salah. Evaluasi hukum merujuk pada evaluasi ke
masyarakat tertentu. Mungkin bisa jadi legal untuk dokter gigi umum untuk memberikan
perawatan komprehensif ortodontik tanpa pelatihan khusus yang memadai tetapi tidak etis
dokter gigi umum untuk melakukannya.
Masalah etika yang dihadapi oleh dokter gigi: situasi etika klinis yang dirangkum
melalui penelitian yang dilakukan oleh Bebeau dan Spiedal dengan sekelompok dokter gigi
yang bekerja aktif dari Minnesota, yaitu :

 Kualitas perawatan: Perawatan mungkin dianggap tidak memadai jika melakukan


perawatan di bawah standar tanpa sepengetahuan pasien, tanpa pertimbangan
keinginan pasien, tanpa pembenaran berdasarkan keadaan khusus, dan tidak
dimotivasi oleh nilai-nilai etika klinis.
 Periklanan: Kode etik ADA menyatakan bahwa “tidak ada dokter gigi yang boleh
mengiklankan atau meminta pasien untuk membuat iklan dalam komunikasi apa pun
dengan cara yang salah/ tidak tepat atau menyesatkan, dan tidak boleh membuat iklan
yang hanya didasarkan dalam hal materialistis”.
 Otonomi pasien: Persetujuan tindakan medis dan kebutuhan untuk mengutamakan
kepentingan pasien dianggap sangat penting. Persetujuan tindakan medis (informed
consent) merupakan tantangan dalam hal kedokteran gigi klinis sekarang ini karena
banyaknya bahan bervariasi dengan teknik berbeda yang tersedia untuk permasalahan
yang sama / serupa.
 Konflik dengan pasien: yaitu suatu kategori konflik yang berkaitan dengan pasien
yang dipicu oleh dokter gigi. Misalnya, pertimbangan pasien yang tidak mau
mematuhi perawatan dokter gigi sementara dokter gigi tidak bisa melanjutkan rencana
perawatan lanjutannya. Kategori lain adalah konflik yang dipicu oleh pasien. Yaitu
pasien meminta prosedur yang bertentangan dengan pelatihan dan standar operasinal
ilmu dokter gigi. Contohnya adalah permintaan ekstraksi gigi oleh pasien yang pada
dasarnya gigi tersebut masih dapat dirawat dan dipertahankan.
 Keadilan: Beberapa kekhawatiran mengenai masalah keadilan yaitu kewajiban
tentang pengobatan untuk pasien yang tidak tercatat sedang sakit, atau untuk pasien
AIDS, atau untuk pasien yang pengobatan endodontik yang sebelumnya gagal?
Apakah dokter gigi wajib memberikan pelayanan gratis? Jika iya, untuk siapa
keadilan ini?
 Hubungan intra profesional: Salah satu masalah yang paling sulit adalah masalah di
mana rekan kerja harus dihadapkan dengan ketidakmampuan dalam suatu hal tertentu
dan mereka dibandingkan, atau ketika ketidakmampuan mereka harus dilaporkan
kepada atasan atau pada sejawat yang lain oleh pasien itu sendiri.
 Transaksi keuangan: Masalah etika menyangkut transaksi keuangan yang berkaitan
dengan pasien sering terjadi yang melibatkan transaksi langsung seperti permintaan
pasien untuk memalsukan tagihan dan keputusan tentang siapa yang membayar ketika
pengobatan gagal, pembebanan biaya yang berbeda untuk layanan yang sama di
bawah keadaan yang bervariasi.12

Nilai-nilai dalam etika kedokteran gigi klinis:7


Proposal OZAR dan SOKOL berisi terdapat enam nilai etika dalam kedokteran gigi. Nilai-
nilai tersebut tersusun sesuai dengan urutan hierarkis adalah sebagai berikut: (1) kehidupan
pasien dan kesehatan umum, (2) kesehatan mulut pasien, (3) otonomi pasien, (4) nilai-nilai
praktik yang disukai dokter gigi, (5) nilai estetika dan (6) efisiensi.

Kehidupan pasien dan kesehatan umum: Hal utama yang harus diperhatikan terlebih dahulu
adalah mempertahankan kehidupan dan memperhatikan kesehatan umum secara keseluruhan.
Dalam kondisi normal, dokter gigi tidak boleh melakukan pengobatan yang akan
membahayakan kehidupan pasien. Misalnya, seorang pria dengan hipertermia maligna yang
memiliki trauma wajah serius akan memiliki risiko kematian jika diberikan anestesi umum
untuk operasi korektif wajah.

Kesehatan mulut pasien: Kesehatan mulut untuk tujuan diskusi ini mencakup
mempertahankan fungsi gigi dan mulut yang tepat dan bebas rasa sakit. Fungsi yang tepat
dipengaruhi faktor-faktor seperti usia, tahap perkembangan, kesehatan umum dan kebutuhan
pasien. Dalam kasus pasien dengan penyakit periodontal yang parah dan kebersihan mulut
yang buruk memiliki prognosis yang buruk. Penting untuk menekankan standar perawatan
kebersihan gigi dan mulut di rumah yang lebih ketat sebelum melakukan serangkaian
perawatan gigi lanjutan.

Otonomi pasien: Konsep ketiga adalah pasien dan dokter gigi saling menghargai otonomi
atau kebebasan masing-masing. Dalam konteks pelayanan kesehatan, otonomi tersebut
mengacu pada kemampuan pasien untuk membuat keputusan perawatan kesehatan mereka
sendiri. Misalnya, “jika pasien meminta perawatan yang dapat membahayakan kesehatanya,
dimana pasien tetap menginginkan giginya untuk dicabut sementara kondisi pasien memiliki
hipertensi, pada keadaan ini jika dokter gigi tetap bertindak atas permintaan pasien untuk
menghormati otonomi pasien, artinya dokter gigi tersebut bertindak tidak profesional”.
Nilai-nilai praktik pilihan dokter gigi: Selama pendidikan formal mereka, dokter gigi
menerima pesan yang kuat, mengenai pilihan perawatan yang menjadi bagian dari nilai-nilai
praktik pilihan mereka. Contohnya dokter gigi lebih memilih restorasi resin komposit
daripada restorasi amalgam pada gigi yang sudar dirawat, ataupun penggunaan mahkota pada
gigi yang sudah restorasi amalgam sebelumnya dengan mempertimbangkan hal-hal terkait
dan persetujuan pasien.

Nilai Estetik: Dokter gigi menyadari bahwa penampilan gigi dan wajah sangat penting bagi
pasien saat ini, dan mereka lebih sering mempertimbangkan faktor estetika sebagai hal utama
pada perawatan ke dokter gigi, namun dokter gigi juga harus professional dalam
merekomendasikan perawatan yang tepat sesuai dengan ilmu terapan dan indikasi perawatan
yang paling sesuai untuk kasus tertentu.

Efisiensi dalam penggunaan sumber daya: Efisiensi adalah sesuatu yang hampir semua
dokter gigi menganggap hal ini penting untuk tindakan praktik yang sukses. Profesional
untuk seorang dokter gigi yang bekerja dinilai dari mempertimbangkan pengendalian biaya,
waktu kerja, tenaga serta bahan medis habis pakai dengan efisien dan efektif, terstruktur dan
memenuhi standar haknya. Dimana Kelola managemen klinik sepenuhnya adalah di bawah
pengendalian dokter gigi. Jadi tidak ada istilah menyalahkan siapaun dalam kerugian materi
yang dialami dokter gigi karena tidak fahamnya mengenai hal-hal kualitatif perhitungan
anggaran biaya yang tepat.

Struktur profesi dan tanggung jawab professional

Siswa yang memilih profesi kedokteran gigi memberikan bermacarm alasan untuk pilihan
mereka. Diantaranya adalah kemampuan untuk memperoleh penghasilan yang baik, prospek
pekerjaan yang mandiri dan kesempatan untuk melayani masyarakat.

HUBUNGAN DENGAN PASIEN:1

Model Hubungan Dokter-Pasien:


1. Model panduan
2. Model agen
3. Model komersial
4. Model interaktif
MODEL PANDUAN:

• Hubungan berdasarkan keahlian dokter gigi dan kekurangan pasien


• Pasien tidak memberikan kontribusi apapun untuk keputusan gigi mereka
• Dokter gigi akan memberikan kebutuhan-kebutuhan pasien

MODEL AGEN:

• Semua keputusan untuk gigi dibuat oleh pasien


• Dokter gigi memberikan pelayanan untuk pilihan pasien
• Tidak banyak kerjadian seperti ini yang terjadi di kehidupan nyata

MODEL KOMERSIAL:

• Dokter gigi memiliki sesuatu untuk dijual; pasien mungkin atau mungkin tidak ingin
membelinya
• Prinsip standar "pasar" berlaku
• Kebutuhan pasien akan perawatan bukanlah penentu langsung tindakan dokter gigi
• Dokter gigi dan pasien pada dasar yang sama

MODEL INTERAKTIF:

• Dokter gigi dan pasien adalah mitra setara


• Pelestarian dan maksimalisasi otonomi pasien
• Dokter gigi meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan pasien
• Dokter gigi menyumbangkan keahlian ke dalam proses pengambilan keputusan.

DISKUSI
Etika adalah subjek yang dipertimbangkan dalam setiap dan semua lapisan kehidupan
baik secara sadar maupun tidak sadar. Etika dapat diubah oleh lingkungan dan segala sesuatu
yang membentuknya di lingkungan tersebut.
Menurut Thompson HE, dalam sebuah profesi ada sesuatu, baik berwujud atau tidak
berwujud, yang menempatkan layanan di atas keuntungan materi, melawan semua kekuatan
yang membuat disintegrasi atau demoralisasi cita-cita tertinggi, cahaya dalam membela
kehormatan profesi dan perlindungan materi serta kesejahteraan moral masyarakat.13
Johnson, pada tahun 1946, menyatakan bahwa pendekatan filosofis lebih baik
daripada pendekatan dualistik terhadap etika klinis, yang dapat memberikan pemahaman
kepada para profesional gigi untuk membentuk pendekatan yang lebih eklektik terhadap etika
pribadi yang profesional.13
Brinton, pada tahun 1950, menyatakan bahwa etika hanyalah masalah dua jalan yang
harus lalui dan hal ini diperkuat oleh fakta bahwa tidak ada ketentuan pasti untuk
pengampunan dosa dan kesalahan fatal yang merugikan manusia.13
Durant, pada tahun 1954, menyatakan dalam bukunya "Kisah Filsafat", bahwa filsuf
Yunani kuno Plato dan Aristoteles memandang etika sebagai nilai yang harus diperjuangkan,
yang menjadi dasar harmoni dalam hidup dan kebahagiaan pribadi.13
Menurut B.F. Skinner, pada tahun 1971, Etika adalah hanya terpaut pada masalah
kinerja, tanpa terlibat nilai-nilai pribadi, dan terutama terdiri dari kegiatan yang harus
dipelajari oleh manajemen kontinjensi perusahaan.14
Nash, pada tahun 1984, menyatakan bahwa etika adalah kunci untuk mengekspresikan
rasa saling menghormati dan empati di antara orang-orang.14
Warnick BR dkk mengusulkan untuk mempelajari ilmu pendekatan etika profesional
yang menggunakan kerangka analisis kasus yang dirancang khusus.14
Kebutuhan untuk mengajarkan etika profesional dalam kedokteran gigi dan tujuan
yang tepat untuk mengajarkan etika profesional adalah sebagai berikut:
 Untuk membuat mahasiswa dokter gigi peka terhadap dimensi moral kehidupan dan
praktik profesional
 Untuk mengembangkan dalam diri mahasiswa kedokteran gigi, keterampilan analisis
etika praktik profesional
 Membina mahasiswa kedokteran gigi untuk menghargai perbedaan pendapat dan
toleransi terhadap ambiguitas
 Membantu mahasiswa kedokteran gigi dalam menjelaskan tanggung jawab moral
yang timbul dalam menjadi anggota profesi kedokteran gigi
 Memotivasi mahasiswa kedokteran gigi untuk terus belajar di bidang etika profesi.

Perawatan darurat (Emergency Care)


Seorang dokter gigi harus tersedia untuk menangani kondisi gigi akut. Dalam kondisi darurat,
Pasien harus diperiksa dan kemudian dirawat atau dirujuk untuk perawatan. Kesehatan pasien
harus diprioritaskan dalam situasi seperti itu daripada kompensasi atau kenyamanan. Kondisi
darurat memperbolehkan dokter gigi bekerja diluar aturan tertentu yang tidak melewati batas-
batas hukum dasar Kesehatan.

Pengaturan keuangan
Biaya perawatan gigi harus konsisten dan adil untuk semua pasien. Biaya tidak boleh
bervariasi berdasarkan status keuangan pasien, termasuk paket asuransi. Dalam kondisi non-
darurat, biaya dan opsi pembayaran harus dijelaskan kepada pasien sebelum memulai
prosedur gigi apa pun. Biaya yang ditetapkan oleh dokter gigi harus bersifat rasional dengan
memeprhitungkan secara efisien antara bahan yang dipakai, waktu kerja, tenaga dan tingkat
kesulitan kasus tertentu.

KESIMPULAN
Etika dalam praktik klinis sangat penting saat ini. Nilai-nilai etika harus selalu ditanamkan
pada setiap mahasiswa kedokteran gigi. Sebagai seorang profesional, kita harus:
1. Menyadari tanggung jawab yang kita terima saat memasuki profesi kedokteran gigi
2. Memenuhi standar kompetensi, kepedulian diri dan perilaku beretika saat memberikan
pelayanan.
3. Di atas segalanya, perawatan pasien harus menjadi perhatian utama.

Etika telah menjadi bagian integral dari praktik selama ribuan tahun yang lalu. Dokter
gigi, sebagai salah satu profesi penyembuhan, memiliki kewajiban kepada masyarakat bahwa
profesional gigi akan mematuhi standar etika perilaku yang tinggi. Kode etik mengajarkan
semua dokter gigi untuk mengutamakan pasiennya, melibatkan pasien dalam keputusan
perawatan dan mempertimbangkan harapan pasien selama perencanaan perawatan dan
menjaga kerahasiaan pasien. Etika sangat penting untuk menjadi seorang profesional. Tanpa

landasan etika yang kuat, seseorang tidak dapat menjadi profesional sejati.

REFERENSI
1. Bruscino T. Basic Ethics in Dentistry. The Academy of Dental Learning & OSHA
Training.2012;16-25.
2. Peter S. Essentials Of Public Health Dentistry. 5th ed. Arya Publications; 2013. p.131-
143.
3. Mathur S, Chopra R. Ethical issues in modern day dental practice. Online Journal of Oral
Health Ethics.2013;8(2):1- 12. http://dx.doi.org/10.18785/ojhe.0802.03.
4. ADA Principles of Ethics and Code of Professional Conduct. Available from
www.ada.org/about-the-ada/principles-of-ethics-code-of-professional-conduct.
(accessed: 27 May 2017).
5. Jenson LE. Why Our Ethics Curricula Do Work. J Dent Educ 2005;69(2):225-8.
6. Maryam J, Ahmad S. Implication of ethical principles in chair-side dentistry. Iranian
Journal of Allergy, Asthma and Immunology. 2007 Feb; 6(suppl5):53-9.
7. Ozar, David T, Sokol, David J. Dental ethics at chairside: Professional principles and
practice applications. St. Louis, Mosby,1994.
8. American College of Dentists. Ethics handbook for dentists: An introduction to ethics,
Professionalism, and Ethical Decision Making. Uince Orchard Boulevard Gaithersburg,
Maryland.USA,2002 (Revised 2012);3.
9. right to decide. Oral Hygiene and Health 2014;2(1):2-5.
10. Kumar V, Yashoda R, Puranik MP. Ethical and legal issues in dental practice.Int J Health
Sci Res.2017;7(3):332-40.
11. Yadwad BS, Gouda H. Consent-its medico legal aspects. J Assoc Physicians India.
2005; 53:891-4. 21. Prasad S, Menon I, Dhingra C, Anand R. Awareness of consumer
protection act among dental health professionals in dental schools of Ghaziabad, India.
Oral Health Dent Mang.2013;12(4):262-8
12. Rule JT, Veatch RM. Ethical Questions in Dentistry. 2nd ed. Quintessence Publishing
Co, Inc; 2004. p.3-55.
13. Thompson HE. Ethics in Dentistry. The Dentoscope. 1947;21:(2). Monika Prasad et.al.
Ethics in Dentistry - A Review International Journal of Health Sciences & Research
(www.ijhsr.org) 244 Vol.9; Issue: 3; March 2019.
14. Ethics Handbook for Dentists-American College of Dentist. Available from
https://acd.org/PDF/Ethics_Handbook_for_Dentists_(s).pdf. (accessed : 27March 2017).
15. Warnick BR, Silverman SK. A Framework for Professional Ethics Courses in Teacher
Education. Journal of Teacher Education. 2011;62:(3).

How to cite this article: Prasad M, Manjunath C, Krishnamurthy A et.al. Ethics in


dentistry - a review. Int J Health Sci Res. 2019; 9(3):238-244.

JURNAL :
ETHIC IN DENTISTRY – A REVIEW
(International Journal of Health Sciences & Research (www.ijhsr.org)
Vol.9; Issue: 3; March 2019)

JUDUL ETHICS IN DENTISTRY


LATAR BELAKANG Dental Ethics berarti moral tugas dan kewajiban dokter gigi
(PROBLEM) terhadap pasiennya, rekan kerja dan untuk masyarakat. Etika membantu
mendukung pembuatan keputusan, penentuan nasib, melindungi hal yang
rentan, meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan manusia. Prinsip-
prinsip ini dapat disebut prinsip “mikro-etika” dimana prinsip-prinsip
“makro-etika” memandu pelaksanaan penelitian berbasis populasi dan
praktek. Etika makro dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip
yang dirancang untuk melindungi martabat manusia, integritas,
penentuan nasib, kerahasiaan, hak dan kesehatan penduduk dan orang-
orang yang menyusunnya.
Artikel ini berfokus pada etika di kalangan dokter gigi. Etika
gigi berarti kewajiban moral dan kewajiban dokter gigi terhadap
pasiennya, rekan profesional dan masyarakat. Ada empat prinsip dasar
yang bertindak sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan.

TUJUAN Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan tanggung jawab etika


(INTERVENSION) seorang dokter gigi, mempromosikan perilaku etis dalam kedokteran gigi,
memajukan dialog tentang masalah etika, dan mendorong refleksi lebih
lanjut tentang masalah etika umum dalam praktik kedokteran gigi. Jadi
setelah menyimpulkan keadaan diatas, Dokter Gigi sangat didorong
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang etika. Dokter gigi harus
membiasakan diri dengan hukum yang berlaku, peraturan, dan standar
yang mempengaruhi keputusan klinis mereka.

HASIL Etika merupakan bagian penting dari sebuah profesi. Kode etik
yang ditentukan oleh peraturan badan serta asosiasi profesional yang
bertindak sebagai penuntun dalam membedakan antara keputusan yang
benar dan keputusan salah, juga dalam menjalankan tugas dan menjaga
hubungan dengan masyarakat.

PEMBAHASAN Ada lima prinsip dasar yang membentuk dasar dari ADA code : otonomi
(COMPARATIVE) pasien, non maleficence, kebaikan, keadilan dan kejujuran.

PATIENT AUTONOMY ("self goverment"): Prinsip ini mengungkapkan


konsep bahwa para profesional memiliki kewajiban untuk
memperlakukan pasien sesuai dengan keinginannya, dalam batas-batas
yang diterima dan untuk melindungi kerahasiaan rahasia.
NONMALEFICENCE (“do no harm”): Prinsip ini mengungkapkan
konsep bahwa profesional memiliki kewajiban untuk melindungi pasien
dari bahaya.
BENEFICENCE (“do good”): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa
profesional memiliki kewajiban untuk memberikan manfaat kepada
orang lain dan berkewajiban melakukan pelayanan terbaik kepada pasien.
JUSTICE (“fairness”): Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa profesi
dokter gigi harus secara aktif mencari sekutu/ rekan pada lapisan
masyarakat semisal mengikuti suatu kegiatan tertentu. Hal ini dapat
membantu meningkatkan akses palayanan masyarakat yang lebih luas.
VERACITY ("truthfulness"): Di bawah ini prinsip, kewajiban utama
dokter gigi termasuk menghormati posisi kepercayaan melekat dalam
hubungan dokter gigi - pasien, berkomunikasi dengan jujur dan tanpa ada
penipuan, dan memelihara integritas intelektual.

Masalah etika yang dihadapi oleh dokter gigi: situasi etika klinis
yang dirangkum melalui penelitian yang dilakukan oleh Bebeau
dan Spiedal dengan sekelompok dokter gigi yang bekerja aktif dari
Minnesota, yaitu :

 Kualitas perawatan: Perawatan mungkin dianggap tidak


memadai jika melakukan perawatan di bawah standar tanpa
pertimbangan keinginan pasien, tanpa pembenaran
berdasarkan keadaan khusus, dan tidak dimotivasi oleh
nilai-nilai etika klinis.
 Periklanan: Kode etik ADA menyatakan bahwa “tidak ada
dokter gigi yang boleh mengiklankan atau meminta pasien
untuk membuat iklan dalam komunikasi apa pun dengan
cara yang salah/ tidak tepat atau menyesatkan.
 Otonomi pasien: Persetujuan tindakan medis dan kebutuhan
untuk mengutamakan kepentingan pasien dianggap sangat
penting. Persetujuan tindakan medis (informed consent)
merupakan tantangan dalam hal kedokteran gigi klinis yang
cukup signifikan sekarang ini karena banyaknya bahan
bervariasi dengan teknik berbeda yang tersedia untuk
permasalahan yang sama / serupa.
 Konflik dengan pasien: yaitu suatu kategori konflik yang
berkaitan dengan pasien yang dipicu oleh dokter gigi.
Misalnya, pertimbangan pasien yang tidak mau mematuhi
perawatan dokter gigi sementara dokter gigi tidak bisa
melanjutkan rencana perawatan lanjutannya. Kategori lain
adalah konflik yang dipicu oleh pasien. Yaitu pasien
meminta prosedur yang bertentangan dengan pelatihan dan
standar operasinal ilmu dokter gigi. Contohnya adalah
permintaan ekstraksi gigi oleh pasien yang pada dasarnya
gigi tersebut masih dapat dirawat dan dipertahankan.
 Keadilan: Beberapa kekhawatiran mengenai masalah
keadilan yaitu kewajiban tentang pengobatan untuk pasien
yang tidak tercatat sedang sakit, atau untuk pasien AIDS,
atau untuk pasien yang pengobatan endodontik sebelumnya
gagal? Apakah dokter gigi wajib memberikan pelayanan
gratis? Jika iya, untuk siapa keadilan ini?
 Hubungan intra profesional: Salah satu masalah yang paling
sulit adalah masalah di mana rekan kerja harus dihadapkan
dengan ketidakmampuan dalam suatu hal tertentu dan
mereka dibandingkan, atau ketika ketidakmampuan mereka
harus dilaporkan kepada atasan atau pada sejawat yang lain
oleh pasien itu sendiri.
 Transaksi keuangan: Masalah etika menyangkut transaksi
keuangan yang melibatkan transaksi langsung seperti
permintaan pasien untuk memalsukan tagihan dan
keputusan tentang siapa yang membayar ketika pengobatan
gagal, pembebanan biaya yang berbeda untuk layanan yang
sama di bawah keadaan yang bervariasi.

Proposal OZAR dan SOKOL berisi terdapat enam nilai etika dalam
kedokteran gigi. Nilai-nilai tersebut tersusun sesuai dengan urutan
hierarkis adalah sebagai berikut: (1) kehidupan pasien dan kesehatan
umum, (2) kesehatan mulut pasien, (3) otonomi pasien, (4) nilai-nilai
praktik yang disukai dokter gigi, (5) nilai estetika dan (6) efisiensi.
HUBUNGAN DENGAN PASIEN:
Model Hubungan Dokter-Pasien:
1. Model panduan
2. Model agen
3. Model komersial
4. Model interaktif
MODEL PANDUAN:
• Hubungan berdasarkan keahlian dokter gigi dan kekurangan pasien
• Pasien tidak memberikan kontribusi untuk keputusan gigi mereka
• Dokter gigi akan memberikan kebutuhan-kebutuhan pasien
MODEL AGEN:
• Semua keputusan untuk gigi dibuat oleh pasien
• Dokter gigi memberikan pelayanan untuk pilihan pasien
• Tidak banyak kerjadian seperti ini yang terjadi di kehidupan nyata
MODEL KOMERSIAL:
• Dokter gigi memiliki sesuatu untuk dijual; pasien mungkin atau
mungkin tidak ingin membelinya
• Prinsip standar "pasar" berlaku
• Kebutuhan pasien akan perawatan bukanlah penentu langsung tindakan
dokter gigi
• Dokter gigi dan pasien pada dasar yang sama
MODEL INTERAKTIF:
• Dokter gigi dan pasien adalah mitra setara
• Pelestarian dan maksimalisasi otonomi pasien
• Dokter gigi meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan pasien
• Dokter gigi menyumbangkan keahlian ke dalam proses pengambilan
keputusan.
Tujuan yang tepat untuk mengajarkan etika profesional adalah
sebagai berikut:
 Untuk membuat mahasiswa dokter gigi peka terhadap
dimensi moral kehidupan dan praktik profesional
 Untuk mengembangkan dalam diri mahasiswa kedokteran
gigi, keterampilan analisis etika praktik profesional
 Membina mahasiswa kedokteran gigi untuk menghargai
perbedaan pendapat dan toleransi terhadap ambiguitas
 Membantu mahasiswa kedokteran gigi dalam menjelaskan
tanggung jawab moral yang timbul dalam menjadi anggota
profesi kedokteran gigi
 Memotivasi mahasiswa kedokteran gigi untuk terus belajar
di bidang etika profesi.

KESIMPULAN Studi oleh Sabarinath B dan Acharya AK menyimpulkan bahwa etika


(OUTPUT) tidak selalu diikuti secara ketat oleh praktisi gigi dalam praktik klinis
mereka. Sebuah komite etik yang tepat harus dibentuk oleh pemerintah
untuk memantau para praktisi dan klinisi dokter gigi. Badan pengatur
seperti asosiasi persatuan dokter gigi dan DCI harus memikirkan revisi/
modifikasi kode etik tertentu, terutama yang berkaitan dengan papan
nama, karena peraturan ini telah ditetapkan pada hampir tiga dekade yang
telah lalu.

Etika dalam praktik klinis sangat penting saat ini. Nilai-nilai etika
harus selalu ditanamkan pada setiap mahasiswa kedokteran gigi. Sebagai
seorang profesional, kita harus:
1. Menyadari tanggung jawab yang kita terima saat memasuki
profesi kedokteran gigi
2. Memenuhi standar kompetensi, kepedulian diri dan perilaku
beretika saat memberikan pelayanan.
3. Di atas segalanya, perawatan pasien harus menjadi
perhatian utama.

Oleh karena itu, etika membentuk dimensi penting dari sebuah


profesi. Kode etik yang ditetapkan oleh badan pengatur serta asosiasi
profesional bertindak sebagai cahaya penuntun dalam membedakan
antara yang benar dan yang salah, menjalankan tugas seseorang klinisi
dan menjaga hubungan interpersonal yang baik di lingkungan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai