Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN

SKENARIO 1

ETIKA KEDOKTERAN

Pembimbing:
drg. Dwi Kartika Apriyono M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 2

Wifqi Azlia 151610101011


Mala Hayati 151610101012
Fitria Nur HabibaA 151610101013
Nindya Nur Maghfiroh 151610101014
Wenny Agestin H 151610101015
Aprilya Sakila 151610101016
Elma Farisah 151610101017
Raziqa Khusna H 151610101019

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
SKENARIO 1

ETIKA KEDOKTERAN

Seorang pasien wanita 35 tahun mengeluhkan pelayanan yang dilakukan oleh seorang dokter
gigi bernama Nina. Pasien seminggu yang lalu mencabutkan giginya ditempat praktik dokter
tersebut dan dijanjikan akan dipasangkan gigi baru namun tidak jadi dilakukan. Saya
dijanjikan oleh dokter, bahwa seminggu setelah cabut gigi akan dibuatkan gigi tiruan. Tetapi
setelah seminggu kemudian sang dokter beralasan nanti akan dipasang dua minggu lagi, kata
pasien. Pasien bersikukuh berkeinginan untuk memperoleh gigi tiruan tersebut berdasarkan
kesepakatan lisan bersama sang dokter dengan biaya Rp 3.400.000,- (tiga juta empat ratus
rupiah) untuk pemasangan tiga buah gigi dan sudah dibayar tunai. Tetapi alasan dua minggu
baru akan dipasang maka saya bersama keluarga saya meminta uang tersebut untuk
dikembalikan, tetapi snag dokter justru memotong uang tersebut sejumlah Rp 800.000,-
(delapan ratus ribu rupiah). Pasien juga mengatakan pernah mencari second opinion ke
dokter gigi lain dua hari setelah pencabutan perderita. Sementara itu aksi perbuatan sang
dokter, mendapat kecaman dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menilai kasus
tersebut sebagai pelanggaran. LSM menilai “ itu merupakan pelanggaran etika, moral dan
kurangnya pemahaman kode etik dari seorang dokter gigi terhadap pasien, serta tidak
profesionalnya dokter gigi”. Dia pun mengatakan akan menindak lanjuti kasus tersebut ke
arah yang lebih tinggi. “saya akan melaporkan ke Persatuan Dokter Gigi Indonesia”,
tandasnya. Pada tempat yang terpisah dokter gigi menjelaskan pada saat dikonfirmasikan
terkait kasus ini, bahwa kasus tersebut hanyalah miskomunikasi.“ ini hanya masalah
komunikasi antara pasien dengan dokter”. Dijelaskannya untuk pemasangan gigi tiruan,
secara teknis membutuhkan waktu 2 minggu. Pada saat pasien tersebut datang pada seminggu
kemudian, saya katakan bahwa nanti akan melakukannya (persiapan gigi tiruan yang meliputi
preparasi dan mencetak) pada besok harinya karena banyak pasien, tuturnya. Lanjut dia,
untuk masalah gigi tiruan tidak segampang dan secepat keinginan pasien.Saya sudah
memberikan jalan tengah kalau pasien mau yang cepat bisa dipasang gigi palsu jenis akrilik
yang hanya 1 minggu pengerjaannya.Namun antara saya dan pasien sudah sepakat untuk
menggunakan porselain. Terkait pemotongan uang sejumlah Rp 800.000,- kata dokter
tersebuta adalah sebagai biaya perawatan dan operasional yang telah dilakukan kepada
pasien. “itukan untuk ongkos kerja membuat gigi palsu yang sudah dipesan, preparasi, ilmu
teori hingga praktek saya sebagai dokter gigi,” Tandasnya.
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter gigi akan selalu terkait dengan bioetika,
yang kemudian akan diatur dalam kode etik Kedokteran Gigi. Namun kini tidak sedikit
dokter yang melanggarnya. Segelintir dojkter yang melakukan pelanggaran tersebut
2
akanmengurangi kepercayaan masyarakat terhadap dokter, sehingga menyamaratakan
pandangan itu terhadap semua dokter. Nampaknya, meskipun dokter telah berupaya
melaksanakan tugas profesinya sesui dengan standart profesi dan rambu- rambu
pelaksanaanya sesuai dengan kode etik kedokteran, tetapi masih tetap ada beberapa dokter
yang menjadi sorotan masyarakat dengan berbagai tuduhan.Sebenarnya sorotan masyarakat
terhadap profesi dokter merupakan satu pertanda bahwa saat ini sebagian masyarakat masih
belum puas terhadap pelayanan dan pengabdian para dokter pada masyarakat pada umumnya
atau pada pasien pada khususnya, sebagai pengguna jasa dokter.Sebenarnya ketidakpuasan
tersebut disebabkan karena harapannya tidak dapat dipenuhi oleh dokter, atau dengan kata
lainterdapat kesenjangan antara harapan pasien dan kenyataan yang didapatkan oleh pasien.
Diskusikanlah kasus tersebut di atas, terutama dengan mempertimbangkan masalah etika,
moral dan bioetika.

3
STEP 1

Klarifikasi Istilah

(Clarifying Unfamiliar Terms)

1) Second opinion
Merupakan pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain mengenai diagnosa dan
terapi yang direkomendasikan untuk px tersebut.
2) Bioetika
Studi interdisipliner mencakup masalah yang timbul dari perkembngan di bidang biologi
dan ilmu kedokteran, dan dampaknya terhadap masyarakat kini dan mendatang
3) Standar profesi
Sebuah pedoman yang digunakan untuk menjadi petunjuk dalam menjalankan pekerjaan
dengan baik.
4) Miskomunikasi
Terjadinya perbedaan sudut pandang dari pengirim informasi dan penerima informasi
Suatu kesenjangan, pengirim tidak bisa menyampaikan dengan baik, dan penerima tidak
bisa memahami pesan yang disampaikan.
5) LSM
Suatu organisasi yang didirikan secara sukarela, tujuannya untuk memberikan pelayanan
masyarakat tanpa mendapat keuntungan.
6) Kode etik kedokteran
Suatu landasan hukum yang mengatur kewajiban dokter.
7) Etika
Merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang azas dan akhlak dalam
kehidupan sehari-hari.
8) Moral
Suatu pandangan dari seseorang terhadap orang lain, baik buruknya seseorang dilihat
dari budipekerti yang dimiliki.

4
STEP 2

Menetapkan Permasalahan

(Problem Deffinition)

1. Apa perbedaan dari etika dan moral?


2. Apa tujuan dibentuknya kode etik?
3. Apa saja prinsip dari kode etik kedokteran (bioetika kedokteran)?
4. Bagaimana sikap dokter gigi sebagai second opinion?
5. Apakah tindakan dari dokter nina melanggar etika dan moral? dan apa alasannya?
6. Apa yang harus dilakukan jika dokter gigi melanggar kode etik?

STEP 3

Menganalisis Masalah

(Brainstorming)

1. Apa perbedaan dari etika dan moral?


 Etika: ilmu untuk mengatur dari suatu perbuatan manusia menyangkut norma-
norma dan moral sesuai perbuatan seseorang, etika mengacu dari aturan baik
buruknya seseorang. Etika berorientasi pada sifat manusia dari dulu. Suatu benar
dan salahnya seseorang
 Moral: merupakan ajaran aplikasi yang diatur dalam etika. Moral akan dilnilai
oleh orang lain. Merupakan penilaian individu ke individu lain. Menyangkut
perilaku dari manusia, dan karakter seseorang/kelompok. Merupakan penilaian
individu ke individu lain.
2. Apa tujuan dibentuknya kode etik?
- Agar dokter bisa mentaati peraturan
- Agar dokter tidak semena-mena pada pasien
- Agar tidak melakukan perawatan yang menyimpang
- Agar tidak memberikan kesaksian palsu
- Agar dapat bekerja dengan maksimal kepada pasien, atau bekerja sepenuh hati.
3. Apa saja prinsip dari kode etik kedokteran (bioetika kedokteran)?
Ada 4:

5
- Beneficence: berbuat baik sesuai dengan keinginan pasien. Meliputi menghargai
harkat dan martabat pasien, menghargai hak pasien, menerapkan golden rule
principle, dan mengusahakan agar manfaat yang diterima lebih banyak daripada
keburukannya.
- Non-Maleficence: dokter gigi tidak boleh membuat keadaan pasien semakin buruk.
- Autonomi: pasien diberikan hak untuk memutuskan tindakan yang sesuai kehendak
dirinya. Ada 2 prinsip, setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki autonomi, apabila autonominya hilang maka mendapatkan hak
perlindungan. Sebagai dokter harus menghargai keputusan pasien dan tidak boleh ada
intervensi. Perlu dilakukan informed consent.
- Justice: seorang dokter gigi harus memberikan perawatan secara adil tanpa
membedakan SARA.
Ciri-cirinya: memperlakukan pasien secara universal dan memperhatikan hak pasien.
4. Bagaimana sikap dokter gigi sebagai second opinion?
- Jujur
- Menjelaskan dengan lengkap kepada pasien
- Mengingatkan sejawat, dan tidak menjelek-jelekan sejawat didepan pasien.
- Tidak memberikan perawatan tanpa sepengetahuan dari dokter sebelumnya.
- Kepentingan pasien.
- Sebuah opini harus bersifat ilmiah.
- Menjaga martabat seorang dokter.
5. Apakah tindakan dari dokter Nina melanggar etika dan moral? Dan apa alasannya?
Melanggar prinsip bioetika autonomi, melakukan perjanjian secara lisan dan pasien tidak
mengerti rencana perawatan yang akan dilakukan. Melanggar hukum non-maleficence,
pasien tidak segera dibuatkan gigi tiruan dan penjelasan mengenai rencana
perawatannya. Melanggar prinsip beneficence, mengulur waktu perawatan yang telah di
janjikan sebelumnya.
6. Apa yang harus dilakukan jika dokter gigi melanggar kode etik?
Bisa dilaporkan kepada pihak yang berwenang, atau bisa dibicarakan dan diselesaikan
secara damai. Dibantu oleh LSM secara kekeluargaan, dilaporkan pada organisasi yang
menaungi profesi tersebut, apabila di PDGI tidak mencapai kepuasan dari pasien maka
bisa dilanjutkan ke jalur hukum.

6
STEP 4

Mapping

(Analysing The Problem)

Etika Moral

bioetika

beneficence Justice autonomi


Non-maleficence

Hubungan dokter pasien

tercapai Tidak tercapai

Kepuasan pasien Malpraktek

7
STEP 5

Menentukan Tujuan Belajar

(Learning Objective)

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan:

1. Definisi dan perbedan dari etika, moral dan bioetika.


2. Prinsip bioetika
3. Hukum yang mengatur kode etik kedokteran

STEP 6

Belajar Mandiri

(Self-study)

8
STEP 7

Menarik Kesimpulan dari Seluruh Informasi yang Telah DidapatBerdasarkanLearning


Objective

(Generalisation)

Learning Objective 1: Definisi Dan Perbedan Dari Etika, Moral Dan Bioetika

Definisi Etika

Etik kedokteran merupakan ”terjemahan” dari asas-asas etika menjadi ketentuan-


ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus
dihindari. Etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang artinya kebiasaan atau tingkah
laku.

Etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang artinya kebiasaan atau tingkah
laku.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk (Setiawan, 2012).

Etika kedokteran (medical ethics) adalah etika keprofesian seorang dokter. Pendidikan
etika pada institusi kedokteran berfokus pada pendidikan akhlak, moral, dan etika (Taher,
2003).

Aturan-aturan etika yang disusun oleh asosiasi atau perhimpunan keprofesian sebagai
pedoman perilaku bagi anggota-anggota profesi itu, umumnya dinamakan kode etik (Inggris:
code of ethics). Istilah ”kode” berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau
sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

Dari pengertian seperti inilah Kode Etik Kedokteran dapat diartikan sebagai
seperangkat (tertulis) tentang peraturan-peraturan etika yang memuat amar (apa yang
dibolehkan) dan larangan (apa yang harus dihindari) sebagai pedoman pragmatis bagi dokter
dalam menjalankan profesinya. Dapat juga dikatakan, Kode Etik Kedokteran adalah buku
yang memuat aturan-aturan etika bagi dokter.

Etika kedokteran atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan istilah Bioetika
sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.Bioetika diartikan juga sebagai studi
interdisipliner tentang problem problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang
biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun makro, dan dampaknya terhadap
masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa mendatang (Bertens, 2009).
9
Definisi Moral

Menurut KBBI moral artinya ajarantentang baik buruk yang diterima umum mengenai
akhlak-akhlak, budi pekerti, kondisi mental yang memepengaruhi seseorang menjadi tetap
bersemangat, berani, disiplin dan lain sebagainya.

Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral mempunyai pengertian yang
sama, tetapi tidak persis dengan moralitas. Etika adalah penelaah terhadap aktivitas
kehidupan manusia sehari-hari, sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai
benar atau tidak.

Beberapa perbedaan etika dan moral adalah :

 moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang benar.
 moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau
bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral.
 moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika mentaati rambu-rambu kehidupan.
 moral sumber acuannya adalah norma dan adat istiadat, sedangkan etika bersumber
pada akal manusia

Definisi Bioetika

Berasal dari bahasa Yunani yakni Bios yang berarti hidup atau kehidupan dan Ethos
yang artinya kebiasaan atau tingkah laku.

Bioetika diartikan juga sebagai studi interdisipliner tentang problem problem yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro
maupun makro, dan dampaknya terhadap masyarakat luas (Bertens, 2009).

Etika kedokteran berkaitan erat dengan bioetika (etika biomedis), tetapi kedua hal ini
tidaklah sama. Etika kedokteran membahas permasalahan yang dapat timbul saat praktik
kedokteran sedangkan bioetika membahas permasalahan moral yang ada dalam
perkembangan ilmu pengetahuan biologis secara umum (Sagiran, 2006).

Tabel 1. Perbandingan antara etika kedokteran tradisional dengan bioetika kedokteran:

10
Learning Objective 2: Prinsip Bioetika

Prinsip Dasar Etika Kedokteran


1. Autonomy :
Prinsip ini mewajibkan seorang dokter gigi untuk menghormati martabat dan hak
manusia. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sendiri. Hal ini terkait dengan inform consent yang berisi persetujuan
tindakan yang ada dilakukan dokter gigi terhadap pasiennya.
Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:
O Menghargai hak menentukan nasib sendiri
O Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
O Berterus terang menghargai privasi
O Menjaga rahasia pasien
O Menghargai rasionalitas pasien
O Melaksanakan Informed Consent
O Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
O Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
O Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk
keluarga pasien sendiri
O Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
O Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
O Mejaga hubungan atau kontrak

2. Beneficence (berbuat baik) :


11
Seorang dokter gigi harus berusaha semaksimal mungkin agar pasiennya tetap dalam
kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien lebih dari sekedar memenuhi
kewajiban atau tidak hanya untuk kepentingan dokter gigi adalah poin utama dalam
kaidah ini. Peran dokter dalam kaidah ini adalah untuk menyediakan kemudahan dan
mengambil langkah positif yang menganut prinsip golden role principle .

Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah:

O Mengutamakan Alturisme (berbuat baik tanpa pamrih, rela berkorban untuk


kepentingan orang lain).

O Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

O Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya


menguntungkan seorang dokter

O Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan


suatu keburukannya

O Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

O Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
orang lain inginkan.

3. Non Maleficence (tidak berbuat merugikan) :


Suatu prinsip yang mana seorang dokter gigi tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk keadaan pasien yaitu dengan memilih pengobatan paling kecil
resikonya dan besar manfaatnya.
Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
O Menolong pasien emergensi
O Mengobati pasien yang luka
O Tidak membunuh pasien
O Tidak memandang pasien sebagai objek
O Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
O Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
O Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
O Menghindari misrepresentasi
O Memberikan semangat hidup
O Tidak melakukan white collar crime
12
4. Justice (berlaku adil) :
Prinsip dimana seorang dokter gigi harus memberika perlakuan yang sama rata serta
adil untuk kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat sosio-ekonomi, agama,
kebangsaan, pandangan politik maupun kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap
dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain
kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Justice mempunyai ciri-ciri :
O Memberlakukan segala sesuatu secara universal
O Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
O Menghargai hak sehat pasien
O Menghargai hak hukum pasien
O Menghargai hak orang lain
O Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
O Tidak melakukan penyalahgunaan
O Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

Learning Objective 3: Hukum Yang Mengatur Kode Etik Kedokteran

Kodeki (Kode Etik Kedokteran Indonesia) atau disebut juga etika profesi dokter
adalah merupakan pedoman bagi dokter Indonesia dalam melaksanakan praktik
kedokteran.Dasar dari adanya Kodeki ini dapat kita lihat pada penjelasan Pasal 8 huruf f UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (“UU Praktik Kedokteran”) dan Pasal 24
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU Kesehatan”).
• Dalam Pasal 8 Huruf f UU Praktik Kedokteran
Etika profesi adalah kode etik dokter dan kode etik dokter gigi yang disusun
oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).
• Dalam Pasal 24 UU Kesehatan,
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

13
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

ETIKA KEDOKTERAN GIGI

BAB I. KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menghayati, menaati, dan mengamalkan Lafal
Sumpah/Janji Dokter Gigi Indonesia.
Ayat 1
Dalam mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi dan Etika Kedokteran Gigi Indonesia,Dokter
Gigi wajib menghargai hak pasien dalam menentukan nasib dan menjaga rahasianya ,
mengutamakan kepentingan pasien, melindungi pasien dari kerugian, memperlakukan orang
lain dengan adil, selalu jujur baik terhadap pasien, masyarakat, teman sejawat maupun profesi
lainnya, sesuai dengan martabat luhur profesi Dokter Gigi.

Pasal 2
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-nomra kehidupan yang
luhur dalam menjalankan profesinya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati norma-norma yang hidup di dalam masyarakat.
Ayat 2

14
Dokter Gigi di Indonesia wajib mentaati peraturan atau undang-undang Republik Indonesia
serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

Pasal 3
Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti memuji
diri, mengiklankan alat dan bahan apapun, memberi iming-iming baik langsung maupun tidak
langsung dan lain – lain, dengan tujuan agar pasien datang berobat kepadanya.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia dilarang menggunakan gelar atau sebutan profesional yang tidak
diakui oleh Pemerintah Indonesia.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia boleh mendaftarkan namanya dalam buku telepon atau direktori lain
dengan ketentuan tidak ditulis dengan huruf tebal, warna lain atau dalam kotak.

Ayat 4
Informasi profi l Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat dikeluarkan oleh
Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik melalui media cetak maupun
elektronik.
Ayat 5
Dokter Gigi di Indonesia, apabila membuat blanko resep, kuitansi, amplop, surat keterangan,
cap dan kartu berobat harus sesuai dengan yang tercantum dalam SIP. Seandainya tempat
praktik berlainan dengan rumah dapat ditambahkan alamat dan nomor telepon rumah.
Ayat 6
Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi swasta dapat
melalui beberapa cara ;
praktik perorangan dokter gigi
praktik perorangan dokter gigi spesialis
praktik berkelompok dokter gigi
praktik berkelompok dokter gigi spesialis
6.1 Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang
yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain
sesuai fungsinya.

15
6.2 Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-masing
maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak melanggar Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia
Ayat 7
Papan Nama Praktik
7.1 Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm, maksimal
60 X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang sah sesuai
dengan SIP , hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat Praktik dan
nomor telepon praktik (bila ada).
7.2 Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya tidak boleh
melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/ spesialis
berkelompok (misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor telepon,
Surat Ijin Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan.
7.3 Selain tulisan tersebut di 7.1 dan 7.2 tidak dibenarkan menambahkan tulisan lain atau
gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu, dapat dipasang tanda
panah untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyak-banyaknya dua papan nama
praktik.
7.4 Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama tersebut
boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan.
7.5 Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris.
Contoh papan praktik berkelompok Sesuai buku pedoman praktik berkelompok dokter
spesialis Dirjen Bina YANMED Depkes RI Jakarta 2006 :

16
Pasal 4
Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan memberi jaminan dan/ atau garansi tentang hasil
perawatan.
Ayat 2
Dokter gigi di Indonesia tidak dibenarkan membuat surat/ pernyataan yang tidak sesuai
dengan fakta/ kenyataan.

Pasal 5
Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi, melalui
pasien atau agen

Pasal 6
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi dokter gigi

Pasal 7
Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang
membahayakan pasien, staf dan masyarakat

Pasal 8
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan
lainnya

Pasal 9
Setiap dokter gigi Indonesia wajib berupaya untuk meningkatkan kesehatan gigi
masyarakat dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

17
BAB II

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN

Pasal 10

Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan
perawatan dan rahasianya.

Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia wajib menyampaikan informasi mengenai rencana oerawatan dan
pengobatan beserta alternative yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien dalam
mengambil keputusan.

Ayat 2

Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien bila menolak perawatan dan
pengobatan yang diusulkan dan dapat mempersilahkan pasien untuk mencari pendapat dari
profesional lain (second opinion).

Ayat 3

Dokter Gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia.Rahasia pasien hanya dapat dibuka
berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, diminta oleh Sidang Pengadilan, dan untuk
kepentingan pasien atau masyarakat.

Pasal 11

Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.

Ayat 1

Dalam memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien, efektif, dan
berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien.

Ayat 2

18
Dalam hal ketidakmampuan melakukan pemeriksaan atau pengobatan, dokter gigi wajib
merujuk pasien kepada dokter gigi atau profesional lainnya dengan kompetensi yang sesuai.

Ayat 3

Dokter Gigi di Indonesia yang menerima pasien rujukan wajib mengembalikan kepada
pengirim disertai informasi tindakan yang telah dilakukan berikut pendapat dan saran secara
tertulis dalam amplop tertutup.

Ayat 4

Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan ijin kepada pasien yang ingin melanjutkan
perawatannya ke dokter gigi lain dengan menyertakan surat rujukan berisikan rencana
perawatan, perawatan atau pengobatan yang telah dilakukan dilengkapi dengan data lainnya
sesuai kebutuhan.

Pasal 12

Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien.

Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia dalam melayani pasien harus selalu mengedepankan ibadah dan
tidak semata mata mencari materi

Ayat 2

Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-bats


kemampuannya sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin adad orang lain yang
lebih mampu melakukannya.

Ayat 3

Dokter Gigi di Indonesia wajib mendahulukan pasien bagaimana cara memperoleh


pertolongan bila terjadi situasi darurat.

Ayat 4

Dokter Gigi di Indonesia wajib memberitahukan pasien bagaimana cara memperoleh


pertolongan bila terjadi situasi darurat.

Pasal 13

Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil.


19
Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat praktiknya
berdasarkan pertimbangan status social-ekonomi, ras, agama, warna kulit, jenis kelamin,
kebangsaan, penyakit dan kelainan tertentu.

Ayat 2

Dokter Gigi di Indonesia tidak membenarkan menuntut imbalan jasa atas


kecelakaan/kelalaian perawatan yang dilakukannya.

Pasal 14

Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan Rekam Medik
Pasien

BAB III

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 15

Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimanaia


sendiri ingin diperlakukan.

Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia wajib memelihara hubungan baik dengan teman sejawat, baik
dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesi. Pengalaman atau
pengetahuan yang diperoleh hendaknya diinformasikan kepada teman sejawat yang lain.

Ayat 2

Sopan santun dan saling menghargai sesama teman sejawat harus selalu
diutamakan.Pembicaraan mengenai teman sejawat yang menyangkut pribadi atau dalam
memberi perawatan harus disikapi secara benar, informatif dan dapat dipertanggung
jawabkan tanpa menyalahkan pihak lain

Ayat 3

20
Dalam menghormati azas hidup berdampingan dan kerjasama antar sejawat, jasa
perawatan tidak selayaknya dibebankan pada teman sejawat maupun
keluarganya.Perawatan yang membutuhkan biaya bahan dan pekerjaan laboratorium
hendaknya dipungut tidak lebih dari biaya bahan dan pekerjaan laboratorium yang
dikeluarkan.

Ayat 4

Dalam melaksanakan kerjasama,segala bentuk perbedaan pendapat mengenai cara perawatan,


pembagian honorarium hendaknya tidak perlu terjadi dan apabila terjadi, hendaknya dapat
diselesaikan secara

21
musyawarah, apabila musyawarah tidak tercapai, maka dapat meminta pertolongan
kepada Organisasi Profesi tanpa melibatkan pihak lain.

Ayat 5

Apabila akan membuka praktik disuatu tempat sebaiknya memberitahukan terlebih dahulu
kepada teman sejawat yang praktiknya berdekatan.

Ayat 6

Dalam menulis surat rujukan seyogianya memperhatikan tata krama dengan isi meliputi :
Teman sejawat yang dituju, identitas pasien, kondisi / masalah pasien dan bantuan yang
diharapkan serta ucapan terima kasih.

Ayat 7

Apabila merujuk atau menerima rujukan pasien, para pihak tidak dibenarkan meminta
atau memberi imbalan (komisi).

Pasal 16

Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain
tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain
tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 17

Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan
kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 18

Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat


pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pasal 19

Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap
perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi

1
BAB IV

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20

Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya

Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia harus menyadari bahwa kehidupan pribadinya terkait pada status
profesi.

Ayat 2

Dokter Gigi di Indonesia harus memelihara kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat
profesi.

Ayat 3

Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari perilaku yang tidak profesional.

Ayat 4

Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari penggunaan sertifikat, tanda penghargaan dan
tanda keanggotaan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang diakui oleh pemerintah.

Pasal 21

Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang kedokteran gigi, baik secara mandiri
maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi

Pasal 22

Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan


pelatihan kedokteran gigi tanpa Izin dari Organisasi Profesi

Pasal 23

1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan
optimal

BAB V

PENUTUP

Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap Dokter Gigi di
Indonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan keerugian baik bagi masyarakat
maupun bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki adalah rusaknya
martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga bersama.Oleh karena itu
semua dokter gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi yang melanggar Kodekgi wajib
ditindak dan diberi hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Beauchamp TL dan Childress J. 1994.Principles of Biomedical Ethics. Inggris: Oxford


University Press.

Bertens K. 2009. Bioetika: Asal Usul Tujuan dan Cakupannya. Jakarta: Pusat
Pengembangan Etika.

Sagiran. 2006. Panduan Etika Medis. Yogyakarta: PSKI FK UMY

Suryadi, Taufik. 2009. Prinsip-Prinsip Etika dan Hukum Dalam Profesi Kedokteran. Tim
Bioetika dan Humaniora: FK Unsyiah Banda Aceh.

Taher T. 2003. Medical Ethics: Manual Praktis Etika Kedokteran Untuk Mahasiswa,
Dokter dan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai