Anda di halaman 1dari 7

J Ked Gi, Vol. 4, No.

3, Juli 2013: 211-217 ISSN 2086-0218

PERBANDINGAN DIMENSI TULANG BASAL ALVEOLAR


MANDIBULA SEBELUM DAN SETELAH PERAWATAN
DENGAN ALAT CEKAT TEKNIK BEGG PADA KASUS
TUMPANG GIGIT DALAM
Widyawati Purba Trisnasih* Seohardono D**, dan Pinandi Sri Pudyani**
*Program Studi Ortodonsia Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM
** Bagian Ilmu Ortodonsia FKG UGM

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan dimensi tulang basal alveoler mandibula sebelum
dan setelah perawatan dengan alat cekat teknik Begg pada kasus Tumpang Gigit Dalam.
Penelitian dilakukan pada 20 sefalogram dengan kriteria subjek : maloklusi kelas II divisi 1yang dirawat
dengan teknik Begg,Overjet lebih dari 4mm,umur 17-30 tahun.Pengukuran dilakukan dengan membuat penapakan
pada sefalogram lateral dengan menentukan titik tengah meatus alveoler gigi incicivus sentralis mandibula(titik 1)
Titik yang dibuat dari perpotongan antara permukaan symphisis dengan garis dan titik tengah meatus dan ditarik
garis dari titik tengah meatus alveoaler incisivus sentrslis mandibula (titik2).Titik frontal dari garis terpendek diatas
apex gigi insisivus mandibula (titik3).Titik dorsal dari garis terpendek diatas apex gigi sentralis mandibula(titik 4).
Garis yang ditarik dari titik 1 dan titik 2 yaitu garis MdAB dan garis yang ditarik dari titik 3 dan 4 yaitu garis
MdAD.Pengukuran dilakukan 3 kali dan diambil reratanya untuk mendapatkan hasil yang akurat. Penapakan pertama
dilakukan berurutan sesuai dengan urut subjek penelitian,penapakan kedua dan ketiga dilakukan seperti pada
penapakan pertama.Hasilnya dijumlahkan dan diambil reratanya..Penapakan garis tinggi tulang basal mandibula
pada kelompok tumpang gigit dalam dan pada kelompok tumpang gigit normal.
Hasil penelitian tidak ditemukan perbedaan dimensi tulang basal alveoler sebelum dan setelah perawatan
orthodonsi.Ada beberapa penyebab sehingga tidak terjadi perubahan pada dimensi tulang karena secara fisiologis
mengalami remodeling yang terdiri dari proses resorbsi tulang alveoler pada proses perawata

ABSTRACT

The purpose of this study is to compare the dimensions of alveoler mandibular basal bone before and after
treatment with the fixed appliance Begg tehnique in the case of deep over bite.
The study was conducted on 20 sefalogram with the subject criteria: division 1 class II malocclusion which
treated with Begg technique, overjet more than 4 mm, ages 17-30 years old.The measurement which has done by
tracing on lateral sefalogram with determining central/middle meatus alveoler of mandible central incisivus (point
1). The point which made from and intersection between symphisis surface and line and central/middle meatus
and line drawn from central/middle point of meatus alveoler of mandible central incisivus (point 2). Frontal point of
shortest line above mandible central incisivus apex (point 3). Dorsal point of shortest line above mandible central
incisivus apex (point 4).
The line that being drawn from point 1 and point 2 was MdAB line and the line that being drawn from point
3 and point 4 was MdAD line. Measurements were carried out 3 times and were taken the average to get accurate
result. First tracing was carried out sequentially according to the sequence research subjects, second and third
tracing were carried out such as the first tracing. The results were summed and taken the average. High line tracing
of mandible basal/bassal bone in deep over bite and normal over bite groups.
The results of the study did not find any difference in alveolar basal bone dimension before and after orthodontic
treatment. There is several causes, so that no change in the dimension of the bone because physiologically under
go remodeling that consists of alveoler bone resorbtion process in the treatment process.

211
Widyawati P. T., dkk. : Perbandingan Dimensi Tulang Basal Alveolar Mandibula ISSN 2086-0218

PENDAHULUAN D titik pusat dari potongan melintang simfisis


mandibula. Landmark adalah titik-titik yang dapat
Keberhasilan perawatan ortodontik di digunakan sebagai petunjuk dalam pengukuran-
ditentukan oleh diagnosis yang tepat serta rencana pengukuran7.
perawatan yang sesuai. Untuk mendapatkan Morfologi simfisis mandibula berkaitan
diagnosis yang akurat diperlukan ketepatan dengan arah pertumbuhan mandibula. Mandibula
dalam menentukan penyebab kelainan maloklusi. dengan arah pertumbuhan anterior memiliki
Penyebab kelainan ortodontik dapat berpengaruh simfisis yang mempunyai ketinggian kecil,
pada pertumbuhan maksila maupun mandibula kedalaman besar rasio kecil dan sudut simfisis
terhadap wajah, posisi gigi geligi,dan hal tersebut besar, sebaliknya bila arah pertumbuhan ke
sangat besar pengaruhnya terhadap bentuk posterior, maka tinggi simfisis besar, kedalaman
profil dan tinggi wajah anterior. Penampilan yang kecil, rasio besar dan sudut simfisis kecil8.
menarik dan rasa percaya diri, estetik maupun Pengukuran tinggi muka landmark
keharmonisan wajah sangat didambakan oleh sefalometrik skeletal yang digunakan adalah
setiap pasien. Penampilan wajah yang kurang beberapa titik dan garis referensi serta beberapa
menarik karena susunan gigi yang tidak rapi pengukuran yang berhubungan dengan tinggi
dapat menimbulkan masalah psikososial 1 . wajah anterior dan tinggi wajah anterior bawah.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa hubungan Tinggi wajah total anterior merupakan jarak N- Me
yang kurang harmonis pada arah vertikal dapat (Nasion-Menton) terdiri dari tinggi muka anterior
mrnyebabkan hubungan yang tidak normal dalam atas N- ANS (Nasion- Spina Nasalis Anterior)
arah antero posterior, demikian pula sebaliknya. serta tinggi muka anterior bawah ANS- Me
Hal tersebut berpengaruh pula pada estetika (Spina Nasalis Anterior- Menton). Perbandingan
wajah2,3,4. Maloklusi pada dasarnya disebabkan normal antara N- ANS dan ANS-Me adalah 45%
oleh malposisi gigi individual, malrelasi akibat berbanding 55%9.
perkembangan yang salah dari lengkung rahang, Tinggi wajah anterior bawah berkaitan
malposisi mandibula dan malformasi rahang erat dengan tumpang gigit, pada umumnya
serta prosesus alveolaris1. Pertumbuhan maksila kedalaman suatu gigitan berbanding terbalik
dan mandibula menghasilkan bermacam-macam dengan tinggi wajah anterior bawah. Artinya
variasi hubungan rahang atas dan rahang semakin dalam suatu gigitan semakin kecil tinggi
bawah.Sutura-sutura di posterior dan superior muka anterior bawah dan semakin rendah/kecil
maksila menyebabkan pertumbuhan maksila ke suatu gigitan semakin besar tinggi muka anterior
inferior dan ke anterior5. Sumantri menyatakan bawah10.
bahwa pertumbuhan sutura sepanjang tulang Pembentukan tulang alveolaris dipengaruhi
zigomatik dan frontal serta pertumbuhan aposisi oleh erupsi gigi dan atropi apabila gigi tanggal
dari prosesus alveolaris, akan menambah tinggi atau dicabut. Tinggi tulang alveolaris mempunyai
maksila. Pada saat maksila tumbuh ke inferior kecenderungan untuk tetap berada pada
dan anterior, permukaan anterior mengalami ketinggian yang sama sepanjang akar. Gigi
remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior supra posisi mempunyai tulang alveolaris yang
maksila mengalami resorpsi, kecuali daerah kecil tingginya sesuai dengan posisi gigi tersebut,
di sekitar spina nasalis anterior1. sering kali sampai jarak yang cukup panjang1.
Pertumbuhan mandibula merupakan Gigi supra posisi banyak terjadi pada tumpang
pertumbuhan yang komplek dengan pusat gigit dalam sehingga dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan pada kondilus mandibula. tinggi tulang basal regio anterior pada tumpang
Pertumbuhan kondilus dan ramus mandibula gigit dalam lebih besar dari pada tumpang gigit
secara keseluruhan menyebabkan pergeseran yang lainnya.
mandibula ke arah anterior dan inferior 5 . Penggunaan alat cekat merupakan salah
Garis tepi anterior simfisis mandibula terdapat satu alternatif untuk perawatan ortodontik selain
beberapa titik anatomi landmark yang hampir menggunakan alat lepasan. Ada beberapa
selalu digunakan dalam analisis sefalometri macam teknik alat cekat untuk perawatan
termasuk dalam menentukan dan menganalisa ortodontik antara lain teknik Begg, Straight
profil, antara lain titik B (Supramental), pog wire dan teknik Edgwise. Perawatan ortodontik
(pogonion), Gn (Gnation), Me (Menton) dan di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

212
J Ked Gi, Vol. 4, No. 3, Juli 2013: 211-217 ISSN 2086-0218

Gadjah Mada dilakukan dengan alat cekat teknik hasil penelitian diharapkan dapat membantu
Begg termasuk pada pasien dengan maloklusi dalam evaluasi sehingga hasil perawatan lebih
vertikal yaitu tumpang gigit dalam tipe dental baik dan stabil.
maupun tipe skeletal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
Menurut 11 , alat cekat teknik Begg perubahan dimensi yang terjadi pada tulang
berdasarkan teknik gaya deferinsial lebih basal alveoler mandibula anterior pada kasus
menguntungkan daripada alat cekat teknik lain tumpang gigit dalam antara sebelum dan
karena dapat mengoreksi tumpang gigit dengan setelah dilakukan perawatan ortodontik dengan
cepat dan dapat memundurkan gigi insisivus alat cekat dengan teknik Begg sehingga dapat
secara bersama-sama. Mekanika alat pada diketahui perubahan dimensi yang terjadi.
perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik
Begg untuk koreksi tumpang gigit dalam tipe METODE PENELITIAN
dental dan tipe skeletal pada dasarnya sama.
Salah satu tahap perawatan adalah terjadinya Penelitian ini merupakan penelitian
pembukaan gigitan karena adanya anchor band analitik dengan rancangan cross sectional,
pada kawat busur dan gaya vertikal dari elastik pengamatan sebelum dan sesudah perawatan
intermaksiler kelas II yang akan menyebabkan dengan menggunakan data sekunder. Subjek
terjadinya ekstrusi gigi molar mandibula dan penelitian pasien laki laki dan perempuan yang
intrusi gigi insisivus. Akibat pembukaan gigitan dirawat di Klinik Ortodonsi program Pendidikan
terjadi perubahan dimensi vertikal wajah yang Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran
ditandai dengan perubahan pada mandibular Gigi Universitas Gadjah Mada,periode 1995
plane angle (sudut bidang mandibula), occlusal sampai 2007 yang memenuhi kriteria sebagai
plane angle (sudut bidang oklusal), tinggi muka berikut : Tumpang gigit dalam lebih dari 4 mm,
anterior maupun posterior12. tumpang gigit dalam pada maloklusi Angle kelas
Menurut10 tumpang gigit dalam mempunyai II divisi 1, perawatan dengan alat cekat Begg,
dimensi tulang basal alveoler maksila dan pasien yang belum pernah dirawat dengan
mandibula regio anterior yang lebih luas dari tehnik Begg, usia pasien 17 sampai 30 tahun.
pada gigitan terbuka dan mempunyai ketinggian Seleksi sefalogram lateral pasien laki-laki dan
yang lebih rendah dari pada tumpang gigit yang perempuan dengan umur 17-30 tahun sebelum
lain. Terdapat pernyataan mengenai dimensi dan sesudah perawatan dengan tekhnik Begg
tinggi tulang basal alveolar terhadap kedalaman pada kasus maloklusi Angle kls II div 1 dengan
tumpang gigit. Hubungan antara besarnya tumpang gigit > 4mm. Penapakan sefalogram
tumpang gigit dengan dimensi tulang basal lateral sebagai berikut: Penapakan Sefalogram.
alveoler, yaitu perbedaan proyeksi midsagital Penapakan dilakukan oleh operator yang sama
dari tulang alveoler dan tulang basal di daerah pada sefalogram. Lateral sebelum perawatan
frontal pada subyek dengan tumpang gigit dalam. ortodontik. Menggunakan kertas acetat (tracing
Terlihat ada kedalaman alveoler dan basal yang paper) 70 gram dan pensil 4 H kemudian
besar, sedangkan terlihat tinggi tulang alveoler metentukan titik-titik baku yang diperlukan. Titik
yang pendek. Pada subyek dengan gigitan tengah dari meatus alveoler gigi incisivus sentralis
yang normal menunjukkan proyeksi mid sagital mandibula. Perpotongan antara permukaan
yang normal antara kedalaman tulang alveoler simfisis dengan garis dan titik tengah meatus,
dan tulang basal serta tinggi tulang alveoler, sumbu alveolar diperoleh dengan menarik
sedangkan pada subyek dengan gigitan terbuka garis dari titik tengah meatus alveolar incisivus
terlihat kedalaman alveolar dan tulang basal yang sentralis mandibula melalui titik tengah simfisis.
lebih kecil, sedangkan tinggi tulang basal alveolar Titik frontal dari garis terpendek dibawah apeks
lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan dimensi gigi incisivus sentralis mandibula antara bidang
yang kurang memadai. mid sagital tulang kortikal alveolar mandibula
Penelitian yang akan dilakukan diharapkan labial dan lingual. Titik dorsal dari garis terpendek
dapat memberikan informasi tentang perubahan dibawah apeks gigi incisivus sentralis mandibula
yang terjadi pada dimensi tulang basal alveoler antara bidang mid sagital tulang kortikal alveolar
mandibula pada kasus tumpang gigit dalam mandibula labial dan lingual. Md AB : Kedalaman
setelah perawatan dengan alat cekat teknik Begg, alveolaris dan basal mandibula. Jarak titik tengah

213
Widyawati P. T., dkk. : Perbandingan Dimensi Tulang Basal Alveolar Mandibula ISSN 2086-0218

meatus alveolar gigi incisivus sentralis mandibula Tabel 1. Uji Normalitas Rerata dan simpangan
dan titik potong antara permukaan simfisis dan baku dimensi tulang basal alveolar
sumbu alveoler mandibula. Md AD : Kedalaman mandibula sebelum dan setelah
alveoler mandibula adalah jarak terpendek dari perawatan
tulang alveoler mandibula dibawah apex gigi
insisivus centralis mandibula. Pembuatan garis
tinggi tulang basal dan mandibula pada kelompok
tumpang gigit dalam tumpang gigit normal.
Penapakan dan pengukuran dilakukan tiga kali
dan diambil reratanya untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Penapakan pertama dilakukan
berurutan sesuai dengan urut subjek penelitian,
penapakan kedua dan ketiga dilakukan seperti Keterangan:
pada penapakan pertama. Hasilnya dijumlahkan N = jumlah sampel
X = rerata
dan diambil reratanya. Data yang diperoleh dari
SD = simpangan baku
pengukuran sefalogram lateral dinalisis secara
statistik. Untuk menguji perbedaan tinggi tulang
Tidak ada perbedaan sebelum dan setelah
basal antara tumpang gigit dalam (lebih besar
perlakuan. p>0,05
dari 4 mm) dengan tumpang gigit normal (1-4
Tabel 2. Hasil perubahan dimensi tulang basal
mm), digunakan uji beda rata-rata (uji t).
alveolar mandibula sebelum dan
setelah perawatan dengan T test
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian tentang


perbandingan dimensi tulang basal alveolar
mandibula, sebelum dan setelah perawatan
dengan alat cekat teknik Begg pada kasus
p>0,05
tumpang gigit dalam. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Ortodonsia Program Pendidikan
Tidak ada perbedaan sebelum dan
Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran
sesudah perlakuan
Gigi Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada
sefalogram lateral. Didapatkan 20 subjek yang
PEMBAHASAN
memenuhi kriteria dengan 20 sefalogram
sebelum dan setelah perawatan dengan alat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
cekat teknik Begg.selama periode 1995 sampai
mengetahui perubahan yang terjadi pada
2007.
tulang bsasal alveolar mandibula pada kasus
Analisis data menggunakan paired T test
tumpang gigit dalam antara sebelum dan
untuk mengetahui dimensi tulang basal alveolar
sesudah perawatan ortodonsi. Analisis T test
mandibula sebelum dan setelah dilakukan
tidak ditemukan perbedaan antara dimensi
perawatan ortodontik dengan teknik Begg.
sebelum dan setelah dilakukan dengan T test p
Pengukuran dilakukan pada sampel sefalometri
> 0,05 .Terdapat pernyataan bahwa mengenai
sebelum dilakukan perawatan ortodonsi dan
besarnya dimensi tulang basal alveoler maksila
setelah dilakukan perawatan ortodontik.
dan mandibula region anterior pada tumpang
Hasil analisis uji normalitas perubahan
gigit dalam lebih besar dari pada gigitan
dimensi sebelum perlakuan p= 0,994 (>0,05)
terbuka dan mempunyai ketinggian yang lebih
dan dimensi setelah perlakuan p= 0,904 (>0,05)
rendah. Beberapa hal dapat mempengaruhi
berarti keduanya memiliki sebaran data yang
pembentukan tulang alveoler misal adanya erupsi
normal karena p > 0,05. Hasil analisis signifikansi
gigi juga terjadinya atropi apabila gigi tanggal
p= 0,402 . Karena p>0,05 maka tidak ditemukan
atau dicabut. Tinggi tulang alveolaris cenderung
adanya perbedaan sebelum dan sesudah
untuk tetap berada pada posisi ketinggian yang
perlakuan.
sama sepanjang akar. Gigi supra posisi banyak
terjadi pada kasus tumpang gigit dalam sehingga

214
J Ked Gi, Vol. 4, No. 3, Juli 2013: 211-217 ISSN 2086-0218

tinggi tulang basal region anterior pada tumpang oleh osteoblas.Resorbsi tulang alveoler pada
gigit dalam akan lebih besar dari pada tumpang perawatan diperlukan untuk menggerakkan gigi
gigit lainnya1. ke posisi yang diinginkan14.
Hipotesis menyatakan terdapat perbedaan Tu l a n g m e r u p a k a n j a r i n g a n y a n g
dimensi tulang basal mandibula regio anterior dinamis secara teratur mengalami suatu proses
pada tumpang gigit dalam antara sebelum dan remodeling walaupun proses pembentukan
setelah dilakukan perawatan dengan alat cekat tulang telah selesai.Remodeling tulang menjadi
teknik Begg. Dalam perawatan ortodonsi dengan salah satu alasan utama dapat dilakukan
Teknik Begg menggunakan differensial forces perawatan ortodondik15.
gaya ringan dan kontinyu. Perawatan Teknik Secara normal tulang alveolar mengalami
Begg paling sesuai untuk maloklusi kelas II divisi remodeling secara terus menerus dengan cara
1, namun juga untuk koreksi maloklusi kelas aposisi tulang oleh osteoblas pada daerah yang
II dan kelas III. Teknik Begg merupakan alat tertarik dan resorbsi oleh osteoklas pada daerah
ortodonsi yang mempunyai banyak keuntungan yang tertekan sbagai respon terhadap kekuatan
antara lain koreksi tumpang gigit dalam11. yang diterima Resorbsi dan pembentukan tulang
Alat cekat Teknik Begg didesain secara adalah suatu bentuk yang terjadi dari proses
khusus yaitu menggunakan braket dengan slot remodeling. Proses remodeling terkoordinasi dari
vertikal kawat busur berpenampang bulat dan osteoblas dan osteoklas16.
tipe braket ribbon arch. Perlekatan keduanya Tidak terjadi perubahan yang bermakna
menghasilkan titik kontak tunggal sehingga kawat pada tulang basal alveolar mandibula sebelum
busur dapat bergerak bebas dengan friksi rendah perawatan dan setelah perawatan karena pada
dan gigi bergerak tipping13. waktu selesai perawtan proses remodeling
Fletcher menyatakan bahwa pemakaian sedang berjalan.Perubahan akan tampak setelah
elastik intermaksilar II pada perawatan alat cekat proses remodeling selesai selama proses 3
Teknik Begg akan menghasilkan retraksi gigi bulan. Proses perubahan ini juga dimungkinkan
anterior rahang atas, jarak gigit berkurang dan karena masih terjadinya proses remodeling pada
gigi bergeser ke arah posterior daerah bekas tulang basal alveolar17.
pencabutan. Mekanika alat pada perawatan Menurut 18 ligament periodontal akan
ortodontik dengan alat cekat teknik Begg untuk mengalami remodeling dalam 8 -9 minggu
koreksi tumpang gigit dalam tipe dental dan setelah mengalami pergerakan gigi. Pada
tipe skeletal pada dasarnya sama. Mekanisme manusia proses siklus remodeling tulang yang
ini akan menyebabkan gigi anterior tertekan lengkap memerlukan waktu 3 bulan.
kedalam socket dan terjadi intrusi12,13. Osteoblas adalah satu komponen sel tulang
Anchor bend pada kawat busur dan yang terdiri dari reticulum endoplasma,mitokondria
gaya vertikal dan elastik intermaksiler kelas II dan apparatus golgi. Osteoblas memproduksi
menyebabkan ekstrusi gigi molar mandibula kolagen dan ada di dalam matrik tulang yang baru
dan intrusi gigi anterior12. Penambahan elastik terbentuk. Masa aktif osteoblas dalam proses
vertikal diantara gigi molar rahang bawah dan remodeling adalah selama 3 bulan19. Osteoklas
gigi molar rahang atas dapat memudahkan intrusi merupakan sel raksasa yang mempunyai inti
gigi anterior rahang atas, mencegah terjadinya banyak,sel ini banyak dijumpai pada tempat atau
distal tipping dan dapat menyababkan gigi molar daerah yang mengalami resorbsi dan disebut
ekstrusi. juga lacuna howship19. Diperlukan waktu tiga
Hasil penelitian tidak diperoleh perbedaan bulan untuk proses remodeling pada tulang
sehingga hipotesis ditolak, hasil p>0,05 (Tabel manusia 20. Remodeling tulang berlangsung
1). Dimensi yang diperoleh sebelum perlakuan lebih cepat pada usia anak anak daripada orang
dari hasil rerata yaitu 3,768 dan dimensi yang dewasa21.
diperoleh setelah perlakuan dari hasil rerata Tulang alveoler secara normal mengalami
yaitu 3,889. Ada beberapa penyebab sehingga proses remodeling secara terus menerus dengan
tidak terjadi perubahan pada dimensi tulang cara aposisi tulang oleh osteoblas pada daerah
basal alveoler,secara fisiologis selalu mengalami yang tertarik dan resorbsi oleh osteoklas pada
remodeling yang terdiri dari proses resorpsi daerah yang tertekan sebagai respon terhadap
tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang perubahan kekuatan fungsional yang ditrima22.

215
Widyawati P. T., dkk. : Perbandingan Dimensi Tulang Basal Alveolar Mandibula ISSN 2086-0218

Pergerakan gigi dengan alat ortodontik dapat daerah yang terkena resorbsi dan aposisi, perlu
dicapai dengan resorbsi oleh osteoklas di dilakukan penelitian lanjutan setelah selesai
daerah yang tertekan dan aposisi oleh osteoblas perawatan ortodonsi dengan alat cekat tehnik
di daerah yang tertarik diperlukan waktu 3 Begg menunggu proses remodeling selesai 3
bulan untuk proses remodeling tulang pada bulan setelah, apakah akan terjadi perubahan
manusia23. dimensi pada garis MdAB dan Md AD karena
Pada perawatan ortodontik daerah yang proses remodeling baru mulai proses setelah
mengalami resorbsi dan aposisi pada perawatan perawatan gigi selesai dimana sudah tidak ada
ortodontik,sehingga akan tampak daerah yang lagi pergerakan gigi.
menjadi lebih tebal dan daerah yang menjadi
tipis. Apabila gigi digerakkan kearah labial maka DAFTAR PUSTAKA
terjadi tulang baru pada bagian luar dari tulang
alveoler sebelah lingual. Ada kemungkinan 1. Profit, W.R., 1993, Contemporary Orthodontics,
pada perawatan kasus tumpang gigit dimana The C.V Mopsby Co., St Louis.
tidak terjadi adanya perubahan pada dimensi 2. Richardson, A. 1969, Skeletal Factors in Anterior
Open-bite and Deep Overbite, Am. J. Orthodontics,
alveolar karena proses remodeling yang belum
56 : 114-129.
selesai.beberapa pendapat mengatakan bahwa 3. Sassouni, V and Nanda, S.K, 1964, Amalysisi of
masa aktif osteoblas untuk proses remodeling Dentofacial Vertical Proportions, Am.J. Orthod., 50
diperlukan waktu 3 bulan. (11) 801-824.
Tinggi wajah anterior bawah berhubungan 4. Burstone, C.J., James, R.B., Legan, H. Murphy,
dengan kedalaman tumpang gigit .Semakin G.A dan Norton, L.A. 1978, Cephalometrics for
dalam tumpang gigit maka semakin kecil Orthognatic Surgery, J. Oral Surg, 36 (4) : 269-
tinggi muka anterior bawah,demikian pula 277.
sebaliknya. Proses remodeling sekunder 5. Enlow, and Hans., 1996, Essentials of Facial
Growth, W.B. Saunders Company, Philadelphia,
berguna untuk mempertahankan ketebalan
London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo.
tulang dan mempertahankan hubungan antara 6. Sumantri E, S.S, 2000, Tumbuh Kembang
gigi dan tulang alveolus,proses ini mencerminkan Kraniofasial 78-86, Fakultas Kedokteran Gigi
suatu adaptasi fungsional tulang17. Universitas Padjadjaran Bandung.
7. Kusnoto, J., 1977, Penggunan Cephalomatric
KESIMPULAN dalam Bidang Orthodoni, 40-87, Jakarta
8. Aki, T., Nanda, R.S Currier, G.F. and Nanda, S.K.,
Hasil penelitian mengenai perubahan 1994, Assesment of Symphisis Morphology as a
dimensi tulang basal alveolar mandibula setelah Predictor of The Direction of Mandibular Growth,
Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop., 106 (7) : 60-69
dilakukan perawatan ortodonsi dengan alat cekat
9. Rakosi,. T., 1982, An Atlas and Manual of
teknik Begg pada kasus tumpang gigit dapat Cephalomatric Radiography, 43-81, Wolfe Medical
disimpulkan sebagai berikut : Tidak ditemukan Publications Ltd.
perbedaan yang bermakna antara dimensi 10. Beckman, S.H., R.B. Andersen, P., Segner, 1998,
sebelum dan sesudah perlakuan. Skeletal Dimensions Associated with Overbite, Am.
J. Orthod. Dentofac. Orthop., 113 (4) : 443-452.
SARAN 11. Grabber, T.M., 1972, Orthodontics Principles and
Practice, 2nd ed, 219-252, W.B. Saunders Company
Berdasarkan hasil penelitian dimana Philadelphia, London.
12. Fletcher, G.G.T., 1981, The Begg Appliance
proses remodeling dimungkinkan masih
and Technique, John Wright & Sons (print) Ltd,
berlangsung sehingga tidak terjadi perubahan Briston.
dimensi maka disarankan; Dilakukan koreksi 13. Kesling, P.C., 1977, Begg Orthodontics Theory
mengenai adanya daerah yang terkena resorbsi and Tecnique, 3rded., W.B. Saunders Company,
dan aposisi pada pergerakan intrusi dan ektrusi Philadelphia, pp. 91-7.
gigi pada perawatan dengan teknik Begg. Proses 14. Foster, T.D., 1997, Pergerakan Gigi Secara
intrusi tidak menggunakan kekuatan besar dan Ortodonsi dalam Buku Ajar Ortodonsi, Ed III,
proses resorbsi berjalan secara kontinu, perlu Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, h.168-
dilakukan penelitian tentang dimensi perpotongan 83.
titik MdAD (titik 4 dan 3) untuk mengetahui

216
J Ked Gi, Vol. 4, No. 3, Juli 2013: 211-217 ISSN 2086-0218

15. Bakker, L., Wattel, E and Anderson, B.E., 1992, 27. Okeson, J.P., 1985, Fundamentals of Occlusion
Vertical Growth of The Anterior Face : A New and Temporomandibular Disorder, The C.V. Mosby
approach, Am. J. Orthod, 101 (6) : 509-513. Company, St. Lous.
16. Besoeseno, 1986, Kamus Kedokteran Gigi,(12) : 28. Prakash P dan Martgolis, I., 1952, Dentocraniofacial
423, Surabaya. Relations in Varying Degrees of Overbite. Am.J.
17. Gianelly, A.A and Goldman, H.M. Biologic basic Orthod., 38 (9) : 657-673.
of Orthodontic. Lea & Febiger., Philadelphia. 29. Proffit, W.R., 1986, Contemporary Orthodontics,
pp.273-5. The C.V Mopsby Co., St Louis
18. Reitan, K., 2007 Contemporary Orthodontict, 4th 30. Ravosa, M., 1999, Anthoropoid Origins and The
ed., The C.V. Mosby Co., St.Louis Modern Symphysis, Folia Primatol (Basel), 70 (2)
19. Eniow, D.H., 1996, Essentials of Facial Growth, 65-78
W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, 31. Sara-Anindito, 2012, Pengaruh Perubahan
Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo. Inklinasi Insisivus Terhadap Titik A dan B Sesudah
20. Fields, H.W., Proffit, W.R., Nixon., W.L., Phillips, C Perawatan Dengan Alat Cekat Teknik Begg.
and Stanek, Ed., 1984, Facial Pattern Differences 32. Salzman, J. A., 1957, Orthodontocs Practice and
in Long Faced Children and Adults, Am. J. Orthod, Technics, 106-132, 348-467.
85 (3) : 217-223. 33. Sarver, M.D., 1998, Esthetic Orthodontics and
21. Janson, G.R.P., Metaxas A dan Woodside, D.G., Orthognathic Surgery, 2-11, Mosby-Year Book, Inc,
1994, Variation in Maxillary and Mandibular Molar St Louis.
and Incisor Vertical Dimension in 12 Year-old 34. Schudy, F., 1968, The Control of Vrctical Overbite
Subjects with Excess, Norm and Short Lower in Clinical Orthodontics, Angle J. Orthod., 38 () :
Anterior Faces Height, Am. J. Orthod. Dentofac, 19-38
Orthop., 106 (10) 409-418. 35. Schudy, F., 2003, Postreatment Stability of
22. Karzakis, H.C., Lamdakis J, Tsichlakis K. 1997, Excessive Increase in Anterior Facial Height, The
Chephalometric Evaluation of The Change in Schudy Chronicles, 29 (1) 1-7
Mandibular Symphysis after 7 Years of Denture 36. Sperber, G.H., 1976, Craniofacial Embryology,
Wearing. Gerondotology, 14 (2) 101-105 110-119, John Wright & Sons Ltd.Bristol.
23. Kontjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, 37. Thompson and Brodie, 1942, Factors in The
Edisi 8, Rineka Cipta, Jakarta Position of The Mandible in The Journal of The
24. Lowe A.A. Takada. K. 1984. Assocationss Between American Dental Association, June, in Text-book of
Anterior Temporal, Masseter, and Orbocularis Oris Orthodontia, Strang, RHW, 1958, Lea and Fabiger,
Muscle Activity and Craniofacial Morphology in p283-293, London
Children, Am. J. Orthods 86 (10) : 319-330. 38. Tsunori, M., Mashita. M. Kashai, K..1998,
25. Moyers R.E., 1988, Handbook of Orthodontics Relationship Between Facial Types and Tooth and
14th ed., Year Book Medical Plane Therapy : 660- Bone Characteristics of The mandible Obtained by
676. CT Scaning, Angle.J.Orthod.68 (6) : 557-562
26. Mokhtar, M., 1998, Dasar-dasar Ortondi
Perkembangan dan Pertumbuhan
Kranoedentofasial, 4-24 – 4-33, 6-2 – 6-22,
Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia,
Jakarta.

217

Anda mungkin juga menyukai