Anda di halaman 1dari 125

Patogenesis Penyakit

Periodontal
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
PEMBENTUKAN PLAK
1. Pembentukan Pelikel
Pelikel adalah lapisan tipis yang melapisi seluruh permukaan gigi. Pelikel
terbentuk beberapa detik setelah menyikat gigi.
Komposisi : Glikoprotein (musin), protein yang kaya akan prolin dan
histidine, fosfoprotein, enzim amilase, debris, saliva, GCF.
Fungsi pelikel : Sebagai perlekatan bakteri, pelindung gigi dari asam,
pelumas permukaan gigi, pencegah pengeringan jaringan, menyediakan substrat
untuk bakteri.
2. Kolonisasi Awal Bakteri
Bakteri akan menempel pada permukaan gigi yang dilapisi oleh pelikel. Bakteri
yang mendominasi perlekatan awal adalah bakteri Gram (+). Bakteri Gram (+)
memiliki reseptor yang memungkinkan bakteri Gram (-) untuk melakukan
koagregasi dengan bakteri Gram (+).
• Fase 1 (Transport)
Transport awal bakteri pada permukaan gigi dengan gerakan Brownian dengan
rata-rata perpindahan 40 mikrometer/jam melalui sedimentasi mikroorganisme.
• Fase 2 (Inisial Adhesion)
Perlekatan reversible antara bakteri dengan pelikel pada permukaan gigi yang
di fasilitasi oleh gaya Van Der Waals.
• Fase 3 (Attachment of bacteria)
Terbentuk perlekatan bakteri secara irreversible dengan pelikel difasilitasi oleh
molekul adhesin pada bakteri.
3. Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
Pada fase ini terjadi interaksi antara koloni bakteri primer dan koloni bakteri
sekunder kemudian setelah 24 jam terbentuk plak mature yang berisi bakteri
Gram (-).
MEKANISME KERADANGAN
GINGIVA
• Bakteri Gram (-) akan mengeluarkan produk : endotoksin dan eksotoksin.
• Endotoksin adalah toksin yang terdapat pada membran sel bakteri berupa
lipopolisakarida (LPS). Endotoksin akan menstimulasi makrofag untuk
mengaktifkan respon inflamasi dari host dengan menghasilkan mediator-
mediator inflamasi seperti sitokin, prostaglandin, matrix metalloproteinases
(MMPs).
1. Sitokin : Menstimulasi sel progenitor tulang untuk
berdiferensiasi menjadi osteoklas.
2. Prostaglandin (PG) : Menyebabkan vasodilatasi.
3. Matrix Metalloproteinases (MMPs) : Mendegradasi kolagen.
• Eksotosin adalah tooksin yang diproduksi oleh bakteri yang masih hidup.
Eksotoksin berupa berbagai macam enzim, seperti:
a. Hyaluronidase : Mendegradasi asam hyaluronat (komponen
penyusun jembatan antar sel untuk transport nutrisi).
b. Chondroitin sulfatase : Mendegradasi kondroitin sulfat (komponen
penyusun matrix antar sel).
c. Protease : Mendegradasi protein penyusun jaringan ikat.
d. Kolagenase : Mendegradasi kolagen yang merupakan komponen
utama penyusun jaringan ikat.
e. Trypsin like enzyme : Mendegradasi kolagen dan fibronectin.
f. Fibronectin degradation enzyme : Mendegradasi fibronectin.
Pada jaringan ikat,
Bakteri dan produk- bakteri dan produk-
produknya kemudian produknya menyebabkan
Sehingga terjadi
mulai merusak membran sel saraf pada jaringan
vasodilatasi.
pertahanan host pertama ikat menghantarkan
yaitu membran epitel. impuls gerak refleks dari
akson ke arteriol.

Enzim-enzim yang Sehingga terjadi


berperan dalam destruksi vasokonstriksi sementara
membrane epitel antara sebagai respon pertahanan
lain enzim hyaluronidase host dari bakteri dan
dan kondroitin sulfatase. produk-produknya.

Sebagai respon
Permeabilitas dari pertahanan tubuh, sel
membran epitel meningkat, mast dalam pembuluh
dan bakteri dan produk- darah akan mengeluarkan
produknya dapat masuk ke vasodilatator (histamin,
jaringan yang lebih dalam. bradykinin, dan
prostaglandin).
INITIAL LESION
• Terjadi 2-4 hari setelah Terjadi vasodilatasi dan proliferasi pembuluh darah baru
terjadi maturasi plak.
• Tidak ditemukan Mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah meningkat
perubahan secara klinis.
• Hanya terlihat secara Terjadi migrasi dari sel-sel leukosit yang didominasi oleh sel PMN
mikroskopis saja pada
sulkus gingiva. Migrasi dari PMN keluar dari pembuluh darah difasilitasi oleh
E-selectin dan ICAM-1

Karena permeabilitas pembuluh darah meningkat mengakibatkan


terjadinya kebocoran plasma sehingga tekanan hidrostatik pada jaringan
meningkat

Aliran gingival crevicular fluid (GCF) meningkat


EARLY LESION
• Terjadi kurang lebih 1 Terjadi vasodilatasi dan proliferasi pembuluh darah kapiler baru
minggu setelah terjadi
maturasi plak. Sel yang paling berperan adalah sel limfosit dan leukosit (neutrofil)
• Ditemukan perubahan
secara klinis yaitu eritema. Invasi bakteri lebih dalam ke jaringan ikat

Terjadi degradasi fibroblast terutama dengan proses apoptosis atau


kematian sel terprogram

Destruksi kolagen ini menyebabkan terjadinya penipisan kolagen di


bagian lateral dan apikal dari junctional epithelium dan epitel sulkus
karena adanya aktivasi enzim kolagenase

Terjadi Bleedin on Probing, BOP (+) disebabkan oleh karena rangsangan


mekanis dari probe karena terjadi penurunan keratinisasi dan kapiler
pecah sehingga timbul perdarahan di daerah rangsangan mekanis
ESTABLISHED LESION
• Terjadi 2-3 minggu setelah Sel yang paling berperan yaitu sel plasma dan limfosit B
terjadi maturasi plak.
• Ditemukan perubahan Degradasi kolagen semakin meningkat menyebabkan terbentuknya ruang
secara klinis. antar jaringan

Cairan plasma mengisi ruangan kosong tersebut sehingga terjadi


penumpukan eksudat

Terjadi perubahan tekstur, kontur, konsistensi, warna dari gingiva normal


PERUBAHAN KLINIS
1. Tekstur
• Tekstur gingiva normal
Stippling : Secara mikroskopis, stippling dihasilkan oleh adanya bentukan tonjolan dan cekungan
berbentuk lingkaran pada permukaan gingiva. Papilla layer jaringan ikat memproyeksikan ketinggian, dan
area yang menonjol dan cekung di tutupi oleh stratified squamous epithelium. Terdapat hubungan antara
stippling yang terlihat dengan derajat keratinisasi.
• Tekstur gingiva terinflamasi
Halus : karena sel epitel retepeg dirusak oleh produk bakteri  bentuk retepeg hilang.
Padat atau keras (nodular) : karena fibrosis (proliferasi fibroblast).

2. Kontur
• Kontur gingiva normal
Berbentuk seperti mata pisau/knife’s edge pada margin gingiva dan bentukan seperti piramida pada papila
interdental.
• Kontur gingiva terinflamasi
Bulbous (membulat seperti bawang) karena terdapat peningkatan jaringan ikat yang terdiri dari kolagen
yang tersusun rapat dan banyak terdapat fibroblast, Blunted (tumpul), Cratered (kawah) yang khas pada
necrotizing ulseratif gingivitis, Still man cleft (bentukan segitiga karena adanya resesi gingiva), McCall
festoons (bergulung dan menebal).
PERUBAHAN KLINIS
3. Konsistensi
• Konsistensi gingiva normal : kenyal.
• Konsistensi gingiva terinflamasi : lunak atau keras (space terisi oleh fibroblast yang mensintesis kolagen).
• Konsistensi lunak atau keras bergantung pada respon imun host.
 Apabila destruksi jaringan lebih besar dari respon host dalam memperbaiki jaringan, maka konsistensi menjadi
lunak karena adanya edema pada jaringan.
 Apabila destruksi jaringan seimbang dengan respon host dalam memperbaiki jaringan, maka konsistensi
normal (kenyal).
 Apabila destruksi jaringan lebih kecil daripada respon host dalam memperbaiki jaringan, maka konsistensi
menjadi keras/fibrotic.

4. Warna
• Warna gingiva normal
Coral pink : vaskularisasi jaringan dan modifikasi lapisan epitel,
• Warna gingiva terinflamasi
Merah: vaskularisasi meningkat, vasodilatasi (terdapat destruksi kolagen yang menyebabkan adanya ruang kosong antar
jaringan ikat sehingga vaskularisasi atau pembentukan pembulu darah baru akan meningkat).
Pucat: vaskularisasi menurun (terjadi fibrosis, menyebabkan serabut kolagen pada matriks jaringan ikat berlebih
sehingga pembentukan pembulu darah baru menurun karena tidak ada ruang antara jaringan ikat).
Merah kebiruan: dinding pembulu darah memadat & menebal  aliran pembuluh darah balik (vena) terganggu 
aliran darah lambat  migrasi eritrosit ke jaringan ikat dan terjadi pemecahan hemoglobin di jaringan ikat  warna jadi
lebih gelap (gingiva merah kebiruan).
ADVANCED LESION (TANDA
AWAL TERJADI PERIODONTITIS)
• Terjadi >21 hari setelah akumulasi plak.
• Jaringan ikat didominasi oleh sel plasma dan junctional epithelium didominasi oleh neutrofil.
• Terjadi kehilangan kolagen secara terus menerus dan berlanjut semakin parah.
• Enzim matriks metalloproteinase (MMPs) yang disekresi oleh sel fibroblast, makrofag, dan PMN
mendegradasi kolagen dan matriks makromolekul menjadi protein kecil sehingga terjadi kehilangan
kolagen.
• Pada bagian koronal dari junctional epithelium terjadi peningkatan infiltrasi PMN > 60%, hal ini akan
menyebabkan junctional epithelium kehilangan sifat kohesifnya (daya ikat jaringan ikat dan gigi) dan
terlepas dari permukaan akar kemudian bermigrasi ke apikal.
• Epitel sulkuler secara bertahap mulai berproliferasi dan menyesuaikan dengan dinding sulkus sehingga
terjadi pembentukan poket periodontal.
• Apabila inflamasi berlanjut dan meluas ke tulang, maka akan terjadi resorpsi tulang alveolar.
Jalur Kerusakan dan Mekanisme
Kerusakan Tulang Alveolar
Jalur Kerusakan Tulang Alveolar Mekanisme Kerusakan Tulang Alveolar
1. Interproksimal • Produk-produk bakteri akan menstimulasi sel progenitor tulang agar
Inflamasi gingiva, meluas ke jaringan ikat di dekitar puncak tulang berdiferensiasi menjadi osteoklas. Sel progenitor sendiri merupakan
alveolar melalui pembuluh darah yang perforasi pada puncak tulang sel yang masih memiliki kemampuan untuk bermitosis dan
septum interdental, menuju ke samping dari puncak septum atau
berdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu dengan fungsi tertentu.
pada sudut septum.
2. Fasial atau Lingual • Produk-produk bakteri akan menstimulasi sel gingiva dan melepaskan
Inflamasi gingiva meluas ke permukaan luar periosteum dan mediator-mediator inflamasi yang kemudian akan menstimulasi sel
menembus sumsum tulang melalui pembuluh darah pada permukaan progenitor tulang untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas.
luar korteks periosteum. • Produk-produk bakteri dan mediator-mediator inflamasi bekerja secara
langsung pada osteoblas dengan menekan/menurunkan kerja
osteoblas, dan menurunkan jumlah osteoblas sehingga jumlah
osteoblas menjadi lebih sedikit dari osteoklas (terjadi
ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang) sehingga terjadi
peningkatan resorpsi tulang, dan penurunan pembentukan tulang, yang
kemudian akan terjadi kehilanga atau destruksi tulang.
Pola Destruksi Tulang
1.Horizontal
Pada pola horizontal, terjadi penurunan tinggi tulang, namun margin dari tulang
tetap tegak lurus dengan permukaan gigi. Biasanya ditandai dengan adanya poket
suprabony.
2. Vertikal atau Oblique
Pada pola vertikal terjadi penurunan terhadap lebar tulang. Bentuk tulang pada
pola vertikal biasanya menampilkan angulasi miring. Ditandai dengan adanya
poket infrabony.
Klasifikasi Poket
1.Poket Gingiva (Pseudo Pocket)
Peningkatan kedalaman sulkus dengan
perbesaran gingiva ke arah koronal, dan
tidak terjadi kehilangan perlekatan.
2. Poket Periodontal (True Pocket)
Peningkatkan kedalaman sulkus karena
migrasi junctional epithelium ke apikal
atau terjadi kehilangan perlekatan.
Disertai dengan kerusakan jaringan
periodontal lainnya atau bone loss.
Klasifikasi Poket Periodontal
Suprabony (supracrestal atau supraalveolar):
• Terjadi ketika dasar poket terletak ke koronal dari puncak tulang alveolar.
• Pola destruksi tulang horizontal.
• Pada permukaan interproksimal, serabut transeptal tersusun dengan arah horizontal pada space
antara dasar poket dengan tulang alveolar.
• Pada permukaan fasial atau lingual, serabut ligamen periodontal dibawah poket tersusun dengan
arah horizontal-oblique pada space antara gigi dan tulang.
Infrabony (subcrestal atau intraalveolar):
• Terjadi ketika dasar poket terletak lebih apikal dari puncak tulang alveolar.
• Pola destruksi tulang vertikal.
• Pada permukaan interpoksimal, serabut transeptal tersusun dengan arah oblique.
• Pada permukaan fasial atau lingual, serabut ligamen periodontal mengikuti kemiringan tulang
didekatnya dari sementum di bawah dasar poket, hingga melintasi puncak tulang dan bersambung
dengan permukaan luar periosteum.
PROGNOSIS
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
• Prognosis merupakan prediksi tentang perjalanan, durasi, dan
akibat dari suatu penyakit serta respon jaringan terhadap
rencana perawatan yang akan dilakukan berdasarkan
pengetahuan umum mengenai patogenesis suatu penyakit dan
faktor risiko.
• Untuk menentukan prognosis, maka harus mengetahui
faktor etiologi dan faktor risiko terlebih dahulu.
• Faktor Etiologi : Faktor etiologi merupakan penyebab
timbulnya suatu penyakit.
• Faktor Risiko : Faktor risiko adalah karakteristik yang ada
pada seorang individu yang dapat meningkatkan perkembangan
suatu penyakit.
Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Menentukan Prognosis
1. FAKTOR KLINIS
• Usia Pasien : proses penyembuhan pada usia muda lebih cepat
dibandingkan usia tua.
• Keparahan penyakit : penyakit yang semakin parah, semakin banyak juga
jaringan yang tidak adekuat untuk menerima perawatan sehingga
menurunkan tingkat kesembuhan pasien.
• Kekooperatifan pasien : pasien dengan kesadarannya sendiri mau untuk
merawat giginya ke dokter gigi akan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien yang terpaksa atau dipaksa untuk ke dokter gigi.
• Kontrol plak : kontrol plak yang baik seperti menyikat gigi 2 kali sehari,
penggunaan dental floss dan obat kumur dapat mengurangi etiologi utama,
sehingga dapat meningkatkan prognosis.
Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Menentukan Prognosis
2. FAKTOR SISTEMIK DAN LINGKUNGAN
• Merokok : pasien merokok memiliki tingkat kesembuhan lebih lama dan
tidak sebagus pada pasien tidak merokok. Berhenti merokok dapat
mempengaruhi hasil pengobatan dan juga prognosisnya.
• Penyakit sistemik : penyakit sistemik mempengaruhi progres dari penyakit
peridontal. Apabila penyakit sistemik terkontrol, maka prognosis pasien juga
meningkat. Sebaliknya apabila penyakit sistemik tidak terkontrol maka
dapat menurunkan tingkat prognosis.
• Genetik : mempengaruhi respon host saat terdapat jejas.
• Stress : dapat mengubah kemampuan pasien untuk merespon perawatan
periodontal yang dilakukan.
Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Menentukan Prognosis
3. FAKTOR LOKAL
• Plak dan kalkulus : mempengaruhi prognosis, tergantung dari kemampuan
pasien dalam menghilangkan faktor-faktor etiologi tersebut.
• Kegoyangan gigi : mempengaruhi prognosis karena kegoyangan gigi yang
disebabkan trauma from occlusion dapat lebih mudah dikoreksi dan
meningkatkan prognosis dibandingkan kegoyangan yang disebabkan karena
kehilangan tulang alveolar.
• Restorasi subgingiva : gigi yang memiliki restorasi subgingiva yang tidak
sesuai akan memperburuk prognosis, karena dapat menjadi tempat retensi
plak ataupun melukai gingiva.
Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Menentukan Prognosis
4. FAKTOR ANATOMI
• Akar pendek dan tappered : menyebabkan rasio mahkota-akar tidak
seimbang sehingga akan memperburuk prognosis.
• Enamel pearl : terbentuknya enamel di lokasi yang tidak seharusnya,
berbentuk bulat dan biasanya ditemukan pada daerah furkasi yang dapat
menyebabkan retensi plak dan sulit dibersihkan
• Cervical enamel projections : enamel yang pembentukannya melampaui
kontur normal dari CEJ, menyebabkan perlekatan yang buruk, sehingga
membentuk ruang yang sulit dibersihkan.
Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Menentukan Prognosis
5. FAKTOR PROSTETIK
Berhubungan dengan pemilihan gigi abutment untuk pembuatan gigi tiruan
dan berpengaruh dengan beban kunyah yang diteruskan ke jaringan
periodontal.
Klasifikasi Prognosis
1. Klasifikasi Prognosis Berdasarkan Mortalitas Gigi dan Kerusakan
Periodontal
• Good Prognosis : kontrol faktor • Questionable Prognosis : terjadi
etiologi bagus, dukungan jaringan kehilangan perlekatan lebih dari 50%,
periodontal adekuat, gigi mudah keterlibatan furkasi grade II atau grade
dilakukan perawatan oleh pasien dan III, terdapat kegoyangan gigi derajat 2
dokter. atau 3.
• Fair Prognosis : terjadi kehilangan • Hopeless Prognosis : terjadi
perlekatan mencapai 25%, keterlibatan kehilangan perlekatan yang inadekuat
furkasi grade I, pasien kooperatif. untuk menjaga kesehatan, kenyamanan
• Poor Prognosis : terjadi kehilangan dan fungsi dari gigi yang terkait.
perlekatan mencapai 50%, keterlibatan
furkasi grade II.
Klasifikasi Prognosis
1. Klasifikasi Prognosis Berdasarkan Mortalitas Gigi dan Kerusakan
Periodontal
• Good Prognosis : kontrol faktor • Questionable Prognosis : terjadi
etiologi bagus, dukungan jaringan kehilangan perlekatan lebih dari 50%,
periodontal adekuat, gigi mudah keterlibatan furkasi grade II atau grade
dilakukan perawatan oleh pasien dan III, terdapat kegoyangan gigi derajat 2
dokter. atau 3.
• Fair Prognosis : terjadi kehilangan • Hopeless Prognosis : terjadi
perlekatan mencapai 25%, keterlibatan kehilangan perlekatan yang inadekuat
furkasi grade I, pasien kooperatif. untuk menjaga kesehatan, kenyamanan
• Poor Prognosis : terjadi kehilangan dan fungsi dari gigi yang terkait.
perlekatan mencapai 50%, keterlibatan
furkasi grade II.
Keterlibatan Furkasi Menurut Glickman
• Grade 1 : pembentukan poket mencapai cekungan furkasi tapi tulang
interradicular masih utuh.
• Grade 2 : tulang interradikular hilang & pembentukan poket dengan
kedalaman yang berfariasi, tidak sampai sisi berlawanan gigi (tidak
menembus furkasi).
• Grade 3 : menembus furkasi.
‐ Pada molar mandibular : probe bisa masuk di antara akar mesial dan
akar distal.
‐ Pada molar maksila : probe bisa masuk di antara akar mesio bukal,
disto bukal, dan menyentuh akar palatal.
• Grade 4 : menembus furkasi.
‐ Resesi gingiva dengan furkasi terlihat secara klinis.
Klasifikasi Prognosis
1. Klasifikasi Prognosis Berdasarkan Probalilitas Perkembangan
Penyakit
• Favorable prognosis : dapat ‐ Jika tidak dapat dikontrol 
dilakukan perawatan dan akan menyebabkan penyakit
pemeliharaan yang komprehensif periodontal di masa mendatang.
dan menstabilkan gigi. • Unfavorable prognosis : terdapat
• Questionable prognosis : terdapat faktor lokal dan sistemik yang tidak
faktor lokal dan sistemik yang dapat dikontrol.
dapat atau tidak dapat dikontrol. • Hopeless prognosis : gigi tidak
‐ Jika dapat dikontrol  status dapat dipertahankan dan perlu
periodontal akan stabil. dilakukan ekstraksi gigi.
Prognosis pada Kasus
• Klasifikasi prognosis berdasarkan mortalitas gigi dan kerusakan
periodontal pada skenario saya termasuk dalam good prognosis.
• Klasifikasi prognosis berdasarkan probabilitas perkembangan penyakit
pada skenario saya termasuk dalam fovarable prognosis.
Rencana
Perawatan
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
• Rencana perawatan adalah blueprint dari penatalaksanaan
kasus, meliputi seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kesehatan rongga mulut.
• Dasar Pertimbangan Rencana Perawatan
1. Diagnosa
2. Prognosis
3. Faktor etiologi utama
4. Faktor predisposisi
5. Faktor resiko
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
1. Preliminary Phase / Emergency Phase / Fase Pendahuluan
Terapi pendahuluan merupakan tahapan untuk merawat penyakit pada
kondisi emergensi seperti :
a.Penyakit gingiva akut
b.Abses periodontal
c.Lesi endodontik-periodontik
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
2. Fase I / Non-Surgical Phase / Fase Etiotropik / Initial Therapy / Non
Surgical Periodontal Therapy / Cause Related Therapy
Terapi periodontal fase I bertujuan untuk mengeliminasi etiologi mikrobial dan faktor-
faktor yang berkontribusi dalam penyakit gingiva dan periodontal. Fase ini bertujuan
untuk menghentikan perkembangan penyakit dan mengembalikan gigi dan rongga
mulut ke keadaan sehat.
Terapi-terapi yang dilakukan pada fase I mencakup :
a. Dental Health Education (DHE) : suatu proses pendidikan yang didasari atas
kebutuhan kesehatan gigi dan mulut untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut
yang baik.
b. Menghilangkan infeksi dengan cara Scaling dan Root Planing (SRP).
c. Menghilangkan faktor-faktor lokal seperti tindakan occlusal adjustment, splinting
sementara, koreksi prostetik dan restorasi, menghilangkan karies dan restorasi.
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Reevaluasi Setelah Fase 1
1. Melakukan pemeriksaan subyektif dengan menanyakan apakah masih
terdapat keluhan atau timbul keluhan baru.
2. Bertanya kepada pasien mengenai status perubahan kesehatan rongga
mulutnya setelah perawatan.
3. Menilai kontrol plak dari pasien
4. Melakukan pemeriksaan periodontal komprehensif.
5. Melihat hasil perawatan yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Menentukan apakah pasien membutuhkan terapi non surgical tambahan.
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
3. Fase II / Surgical Phase / Fase Bedah / Surgical Therapy / Fase
Terapi Korektif
Terapi periodontal fase II bertujuan untuk mengontrol dan mengeliminasi penyakit
periodontal, mengkoreksi kondisi anatomis yang menyebabkan penyakit periodontal,
menempatkan implant untuk menggantikan gigi yang hilang, dan memperbaiki
lingkungan rongga mulut sebagai tempat pengganti gigi yang hilang dan
mengembalikan fungsi gigi, meningkatkan prognosis gigi dan pengganti gigi,
memperbaiki estetis.
Fase bedah terdiri dari 3 yaitu :
1. Pocket reduction surgery (bedah pengurangan poket)
• Gingivektomi
• Kuretase gingiva
• Flap periodontal
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
2. Periodontal plastic surgery
• Aesthetic crown lengthening
• Mucogingival surgery
3. Prosthetic surgery
• Implant placement surgery

a. Implant placement surgery


Dasar Pemikiran Dilakukannya Teknik
Pembedahan
1. Meningkatkan akses ke permukaan akar gigi yang bertujuan untuk
menghilangkan segala jenis iritan.
2. Mengurangi atau mengeliminasi kedalaman pocket sehingga pasien bisa
mempertahankan permukaan gigi yang bersih dan bebas dari plak.
3. Membentuk ulang jaringan lunak dan jaringan keras untuk menghasilkan
topografi yang harmonis.
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
3. Fase III / Restorative Phase / Reconstructive Phase
Terapi periodontal fase III dilakukan perawatan-perawatan yang berhubungan dengan
restorasi pada rongga mulut pasien. Perawatan-perawatan yang dilakukan adalah :
1. Preprosthetic surgery
• Manajemen permasalahan mukogingiva
• Preservasi alveolar ridge setelah ekstraksi
• Prosedur crown lengthening
• Konstruksi alveolar ridge
2. Prostetik cekat dan lepasan
3. Restorasi akhir
4. Evaluasi pasca perawatan restoratif
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
5. Fase IV / Fase Pemeliharaan / Maintenance Phase / Supportive
Periodontal Therapy / Recall Phase / Preventive Therapy
Terapi periodontal fase IV bertujuan untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut
dan jaringan periodontal setelah terapi sebelumnya dan mencegah terjadinya rekurensi.
Hal-hal yang harus dilakukan pada fase ini adalah:
a. Menanyakan apakah terdapat keluhan baru.
b. Menanyakan pada pasien perubahan status kesehatan rongga mulutnya
c. Penilaian Oral Hygiene pasien dan edukasi pasien mengenai Oral Hygiene
d. Pemeriksaan periodontal yang komprehensif
e. Perawatan pemeliharaan profesional
f. Penghilangan plak dan kalkulus supragingiva dan subgingiva
g. Menentukan kontrol periodik dan kontrol selanjutnya
Rencana Perawatan Model Trimerik
Rencana Perawatan Model Trimerik
perencanaan perawatan periodontal
dimana perawatan periodontal
dilakukan secara bertahap (fase)
dengan dipusatkan, dan diarahkan ke
perawatan fase IV. Dimana Setiap fase
diikuti dengan fase evaluasi ulang
untuk langkah perawatan selanjutnya.
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Fase I (Initial Therapy-Disease Control Phase)
• Fase ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi inflamasi
gingiva. Hal ini dapat dicapai dengan menghilangkan faktor penyebab
inflamasi gingiva seperti plak, kalkulus, koreksi restorasi lesi karies, dan
lain-lain.
• Terapi periodontal fase I hanya sebagai terapi nonsurgical (scaling dan
root planing) saja. Prosedur initial therapy meliputi:
1. Perawatan keadaan darurat
2. Terapi antimikroba
3. Kontrol diet
4. Pendidikan dan motivasi pasien
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Fase I (Initial Therapy-Disease Control Phase)
5. Koreksi faktor latrogenik Restorasi kasar, ortodontik lepas atau cekat,
overhanging
6. Karies yang dalam
7. Hopeless teeth
8. Preliminary scalling
9. Temporary splinting, occlusal adjustment, dan minor orthodontic tooth
movement
10. Scalling dan root planing
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Fase Evaluasi Ulang
Pada model trimerik, evaulasi ulang merupakan tahapan transisi yang perlu
dilakukan pada setiap tahapan dari rencana perawatan dan tahapan lainnya.
Biasanya dilakukan setelah 3-6 minggu sejak terapi awal.
1. Evaluasi ulang hasil terapi awal (tingkat peningkatan kedalaman poket dan
tingkat perlekatan untuk keseluruhan periodonsium).
2. Evaluasi ulang untuk status kebersihan rongga mulut dan memperkuat
instruksi kebersihan rongga mulut.
3. Mengukur skor pendarahan dan plak serta memeriksa peningkatannya
4. Mengkaji ulang diagnosis dan prognosis serta memodifikasi dari seluruh
rencana perawatan apabila diperlukan.
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Fase II (Surgical Therapy)
Pembedahan yang diindikasikan yaitu:
1. Adanya poket ≥5mm
2. Kontur tulang tidak beraturan
3. Area eliminasi deposit lokal yang tidak sempurna
4. Keterlibatan furkasi derajat II dan III
5. Area distal molar terakhir dengan masalah pada mukogingiva
6. Peradangan yang persisten
7. Root coverage
8. Penghilangan pembesaran gingiva
Fase-Fase dalam Rencana Perawatan
Fase III (Restorative Therapy)
Dilakukan koreksi prostodontik cekat atau lepasan, prostesis periodontal,
jenis restorasi lainnya.
Fase IV (Maintenance Phase-Supportive Periodontal Therapy)
Fase pemeliharaan, pasien dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ulang
berkala yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan penyakit.
Kontrol Periodik
• Kontrol periodik adalah kunjungan berulang yang dilakukan dalam interval
waktu tertentu.
• Prosedur yang dilakukan saat kontrol periodik antara lain :
1. Pemeriksaan dan Evaluasi
‐ Pemeriksaan kebersihan rongga mulut pasien atau status oral hygiene
pasien
‐ Pemeriksaan inflamasi gingiva
‐ Pemeriksaan kedalaman poket
‐ Pemeriksaan oklusi
‐ Pemeriksaan restorasi, prostetik, dan implant
‐ Pemeriksaan karies gigi
‐ Pemeriksaan mobilitas gigi
2. Perawatan dan Reinforcement Oral Hygiene
‐ Reinforcement Oral Hygiene
‐ Scaling
‐ Polishing
‐ Irigasi antimikroba
3. Report, Clean Up, dan Reschedule
‐ Mencatan laporan hasil pemeriksaan
‐ Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan pasien
‐ Membuat jadwal untuk perawatan periodontal tambahan ataupun
restorasi
‐ Membuat jadwal untuk kontrol berikutnya
• Interval Kontrol periodic
1. Pasien dalam 1 tahun pertama setelah perawatan
‐ Interval 3 bulan : pasien tahun pertama yang mau terapi rutin, penyembuhan
baik, pasien kooperatif.
‐ Interval 1-2 bulan : pasien tahun pertama dengan kasus sulit, terdapat
komplikasi protesa, keterlibatan furkasi, rasio mahkota – akar buruk,
kekooperatifan pasien dipertanyakan.
2. Pasien setelah 1 tahun perawatan
‐ Kelas A (Interval 6 bulan-1 tahun) : hasil perawatan sangat baik (excellent)
dan dapat dipertahankan selama 1 tahun atau lebih. Karakteristik pasien:
• Oral Hygiene pasien baik
• Kalkulus dan plak minimal
• Tidak ada komplikasi protesa
• Tidak ada masalah oklusi
• Tidak ada poket yang tersisa
• Tidak ada gigi dengan sisa tulang alveolar kurang dari 50%
‐ Kelas B (Interval 3-4 bulan) : hasil perawatan baik (good) dan dapat
dipertahankan dengan baik selama 1 tahun atau lebih. Karakteristik
pasien:
• Oral hygiene buruk/inkonsisten
• Kalkulus dan plak banyak
• Terdapat komplikasi protesa
• Terdapat masalah oklusi
• Masih terdapat poket yang tersisa
• Beberapa gigi dengan sisa tulang alveolar kurang dari 50%
• Memiliki penyakit sistemik
• Sedang menjalani perawatan ortodonti
• Memiliki kebiasaan merokok
• Bleeding on probing lebih dari 20% gigi di rongga mulut.
‐ Kelas C (Interval 1-3 bulan) : Hasil perawatan buruk (Poor) dari terapi
yang telah dilakukan, memiliki faktor negatif seperti:
• Pembentukan kalkulus dan plak sangat banyak
• Memiliki penyakit sistemik
• Masih ada poket yang tersisa
• Terdapat komplikasi protesa
• Terdapat masalah oklusi
• Sedang menjalani perawatan ortodonti
• Banyak gigi dengan support tulang alveolar kurang dari 50%
• Diindikasikan bedah periodontal tetapi tidak bisa dilakukan karena
alasan-alasan medis, psikologis ataupun masalah finansial
• Kondisi terlalu sulit diperbaiki dengan bedah periodontal
• Pasien merokok
• Bleeding on probing lebih dari 20% gigi pada rongga mulutnya
Indikasi dan
Kontraindikasi
Gingivektomi
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
Indikasi Gingivektomi
1. Mengeliminasi poket suprabony dengan dinding poket fibrous.
2. Mengeliminasi gingival enlargement.
3. Mengeleminasi abses.
4. Menghilangkan fibrous atau edematouse enlargement pada gingiva.
5. Mengembalikan gingiva dengan margin yang membulat ke bentuk fisiologisnya.
6. Menciptakan bentukan yang estetik dalam kasus dimana kerusakan pada mahkota anatomi belum
sepenuhnya terjadi.
7. Menciptakan semi bilateral (apabila pada salah satu insisi margin gingivanya lebih turun dari gigi
disampingnya).
8. Membuka mahkota klinis tambahan margin untuk menambah retensi untuk prosedur restoratif
(akses area subgingival, dll).
9. Memperbaiki gingival cratered.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 615.
Reddy, S. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Jaypee: Jaypee Brothers Medical Publisher. Hal. 318.
Kontraindikasi Gingivektomi
1. Diperlukan akses ke tulang.
2. Pasien dengan resiko perdarahan.
3. Terdapat poket infrabony.
4. Pertimbangan estetika terutama pada bagian regio anterior rahang atas.
5. Dasar poket meluas sampai atau di apikal dari mukogingival junction.
6. Pemeliharaan kebersihan mulut pasien yang tidak memadai.
7. Pasien yang tidak kooperatif.
8. Pasien dengan kompomis medis.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 615.
Reddy, S. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Jaypee: Jaypee Brothers Medical Publisher. Hal. 319.
Indikasi dan
Kontraindikasi Kuretase
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
Indikasi Kuretase
1. Sebagai prosedur untuk mendapatkan perlekatan baru pada poket infrabony
dengan kedalaman sedang yang masih bisa dijangkau dengan alat kuret tanpa
perlu prosedur bedah flap periodontal.
2. Sebagai perawatan untuk mengurangi inflamasi sebelum menghilangkan
poket dengan teknik bedah lainnya.
3. Untuk pasien yang karena alasan- alasan medis, usia, psikologis tidak
mungkin diindikasikan teknik bedah flap periodontal.
4. Sebagai metode pemeliharaan pada daerah-daerah yang mengalami
kekambuhan inflamasi dan kedalaman poket periodontal, khususnya untuk
pasien yang sebelumnya telah dilakukan bedah pengurangan poket.
Reddy, S. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Jaypee: Jaypee Brothers Medical Publisher. Hal. 315.
Kontraindikasi Kuretase
1. Terdapat poket periodontal dengan dinding fibrotik.
2. Terdapat poket periodontal yang dalam.
3. Terdapat keterlibatan furkasi (furcation involvements).
Cohen, E. 2007. Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal Surgery. Third Edition. USA: PMPH. Hal. 29.
EVALUASI SEBELUM BEDAH
1. Pemeriksaan subyektif
a. Bagaimana keadaan pasien saat ini? Apakah masih ada
keluhan atau tidak ?
b. Apakah terdapat keluhan lain setelah dilakukan perawatan?
c. Apakah pasien sudah melakukan control plak sesuai intruksi?
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Untuk memastikan kondisi tubuh pasien benar-benar dalam kondisi yang
baik untuk dilakukan perawatan periodontik .
a. Tekanan Darah
• Systole = 90-119 mmHg dan Diastole = 60-79 mmHg (Sphygmomanometer pada
arteri brakhialis )
b. Nadi =60-100 x/menit (pada arteri radialis bisa juga di arteri karotis)
c. Respirasi = 16-20 x/menit
2. Pemeriksaan Klinis
1. Kedalaman poket (PD)
2. Keradangan gingiva yang persisten
3. Plak dan kalkulus
4. Clinical attachment loss
Intruksi Sebelum Bedah
1. Istirahat yang cukup
Pasien diinstruksikan untuk tidak begadang atau tidur tidak larut malam.
Pasien di instruksikan untuk tidur sesuai dengan jam biasanya pasien tidur
dan bangun sesuai jam kebiasaan pasien bangun tanpa mengurangi jam
tidur pasien biasanya.
2. Sarapan
Jika tidak sarapan akan menyebabkan kondisi lemah yang menyebabkan
pingsan.
3. Tidak merokok
a. Merokok dapat menyebabkan terjadinya akumulasi plak, akumulasi plak
cenderung meningkat karena kandungan tar dalam rokok.
b. Memperlambat proses penyembhan luka dan dapat mengurangi asupan
aliran darah ke gingiva.
4. Tidak minum alkohol
Jika kadar alcohol dalam darah tinggi  ikatan antara reseptor nyeri dengan
neurotransmitter meningkat sehingga dibutuhkan dosis anastesi lebih dari
normal
5. Tidak mengkonsumsi obat
• Aspirin (analgesic, anti-inflamasi): dapat mengganggu
pembekuan darah.
Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan A2
yang merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan darah
yaitu menginduksi agregasi platelet.
Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan
pembekuan darah, sehingga apabila pasien mengonsumsi aspirin
sebelum tindakan bedah pasien berisiko tinggi mengalami perdarahan
berat baik selama bedah maupun setelah bedah.
• Steroid : mengganggu sistem penyembuhan dengan
menghambat sintesis asam arakhidonat
6. Tidak melakukan aktivitas yang berat
Aktivitas berat dapat meningkatkan kadar katekolamin dalam
tubuh  meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah.
Prosedur
Gingivektomi
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
Persiapan Operator
Pemakaian APD Level 3 (Donning)
1. Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO.
2. Memakai topi bedah.
3. Memakai masker N95.
4. Memakai sarung tangan dalam.
5. Memakai googles/faceshield.
6. Memakai sarung tangan luar.
7. Memakai hazmat.
8. Memakai sepatu boots.
9. Pemakaian APD selesai.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 43.
Persiapan Pasien
1. Saat datang harus menggunakan masker dan diinstruksikan untuk membersihkan tangan
dengan menggunakan alcohol-based hand rub atau mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sesuai dengan 6 langkah standar WHO.
2. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, dan
respirasi.
• Tekanan darah menggunakan sphygmomanometer pada arteri brakhialis.
- Systole normal : 100-120 mmHg
- Diastole normal : 70-80 mmHg
• Nadi pada arteri radialis atau arteri karotis.
- Nadi normal : 60-100 x/menit
• Respirasi
- Respirasi normal: 12-20 x/menit
Persiapan Pasien
3. Menyiapkan informed consent.
• Menjelaskan kepada pasien tentang diagnosis, prognosis, perawatan dan prosedur
yang akan dilakukan.
• Menjelaskan kepada pasien tentang hasil perawatan dan komplikasi yang mungkin
terjadi saat prosedur berlangsung.
• Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum jelas dan yang ingin ditanyakan.
• Apabila pasien telah menyetujui tentang rencana perawatan dan prosedur yang
akan dilakukan, pasien diminta untuk tanda tangan di lembar informed consent.
4. Memberikan instruksi kepada pasien untuk memakai APD : gown, topi bedah,
sarung tangan, cover shoes.
5. Pasien masuk ke dalam ruangan operasi dan diinstruksikan duduk pada dental chair.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 599-600.e1
Menyiapkan Alat dan Bahan
Menyiapkan alat dasar diagnostic yang telah disterilkan berupa: kaca
mulut nomer 3 dan 4, pinset kedokteran gigi, sonde halfmoon, eskavator,
probe periodontal UNC 15.
Pocket Marking Forcep, periodontal pack, surgical blade 11, 12D, 15, 15C,
kirkland knife, orban knife
a. Surgical blade 12D : berbentuk paruh dengan ujung tajam di
kedua sisi, biasanya digunakan pada area yang sempit dan terbatas
dengan gerakan pemotongan mendorong dan menarik.
b. Surgical blade 15 : digunakan untuk insisi di area
mukogingiva dan area lain di rongga mulut (umum digunakan).
c. Surgical blade 15C : merupakan versi lebih kecil dari blade 15.
d. Kirkland knife : insisi bagian fasial dan lingual/palatal dan
beberapa bagian distal dari gigi terakhir dalam lengkung rahang.
e. Orban knife : insisi interdental.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 605-606.
Menyiapkan Alat dan Bahan
• Tempat kasa, tempat bahan pulas, tempat sampah stainless steel, deepen glass,
petridish bersekat, spatula agate, glass plate, alas meja bersih atau disposable, alas
dada bersih atau disposable, bristle brush, rubber cup, low speed contra angle
• Povidone iodine 10%, alkohol 70%, kasa tampon, cotton pellet, cotton roll, tisu.
• Menata alat-alat secara berjajar searah dengan ujung kerja atau blade menghadap
operator dengan dialasi alas meja. Menyiapkan juga alas dada pasien dan tempat
kumur pasien yang sudah diberi antiseptic.
Pengaturan Posisi
POSISI PASIEN POSISI OPERATOR
• Duduk atau berbaring sesuai dengan • Duduk dengan nyaman dengan
lokasi daerah kerja dengan rongga telapak kaki rata di lantai dan paha
mulut sejajar dengan siku istirahat sejajar dengan lantai, menjaga
operator. punggung tetap lurus dan kepala
• Rahang atas : berbaring dengan dagu tegak
sedikit diangkat. • Berdiri dengan nyaman dengan
• Rahang bawah: duduk dengan dagu telapak kaki rata menapak di lantai,
diturunkan sampai mandibula sejajar tetap menjaga punggung tetap lurus
dengan lantai untuk permukaan lingual dan kepala tegak.
anterior.
Pengaturan Pandangan, Penerangan, dan
Retraksi
• Penerangan : langsung menggunakan lampu dental unit dan tidak
langsung menggunakan cahaya yang dipantulkan melalui kaca mulut.
• Pandangan : langsung atau tidak langsung menggunakan kaca mulut
• Retraksi
‐ Menggunakan jari telunjuk untuk meretraksi bibir atau pipi.
‐ Menggunakan kaca mulut untuk meretraksi pipi atau lidah.
Isolasi dan Asepsis Daerah Kerja
• Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll pada vestibulum.
• Asepsis daerah kerja menggunakan tampon yang sudah ditetesi
dengan povidone iodine 10%.
Teknik Memasukan Larutan Anastesi ke
Syringe
• Mengambil 1 ampul pehacain.
• Menurunkan cairan anastesi ke dasar ampul dengan gerakan sentrifuge.
• Ampul dipatahkan pada bagian leher ampul.
• Mengambil syringe yang sebelumnya sudah dirapatkan jarumnya.
• Memasukkan cairan anastetikum dengan cara memiringkan ampul.
• Memasukkan jarum syringe dimana bevel jarum syringe menempel pada dinding
ampul.
• Tarik syringe sehingga cairan anastetikum masuk ke dalam syringe.
• Pastikan tidak ada gelembung udara pada syringe, dilakukan dengan mengetuk
syringe. Dorong syringe untuk megeluarkan sedikit cairan anastesi.
Teknik Anastesi Infiltrasi
• Melakukan asepsis daerah kerja. Cek Tanda-tanda Reaksi Obat Anastesi
• Bevel jarum syringe dihadapkan tulang
1. Menggunakan sonde, ditusuk pada daerah
pada mukobukal fold atau mukolabial
kerja apakah pasien merasakan sakit/tidak.
fold atau lingual fold bagian distal
setingggi apeks gigi dengan sudut 2. Cek apakah pasien sudah merasakan kebas
sekitar 45° sampai menyentuh tulang. pada daerah kerja.

• Aspirasi, apabila saat dilakukan 3. Melihat warna gingiva apakah pucat/tidak.


aspirasi tidak terlihat darah yang keluar 4. Cek kondisi pasien apakah wajahnya
maka lakukan deponir sebanyak 0,5 pucat/tidak.
ml/cc. 5. Pasien ada keluhan mual/pusing atau tidak.
• Menarik jarum di daerah kerja secara 6. Pasien keluar keringat dingin atau tidak.
perlahan dan bertahap. 7. Apakah didapatkan ruam pada wajah
pasien atau tidak.
Prosedur Gingivektomi
• Kedalaman poket dicek menggunakan probe periodontal, kemudian ditandai dengan PMF
untuk membuat bleeding point sebagai tanda dasar poket.
‐ PMF diletakkan sejajar sumbu panjang gigi, dengan beak menempel pada permukaan gigi
agar didapatkan letak bleeding point yang benar. Ujung yang tumpul di dalam poket,
dimasukkan sampai ujung menyentuh dasar poket. Sedangkan ujung yang tajam berada di
luar poket, kemudian ditekan sehingga didapatkan titik perdarahan atau bleeding point.
Bleeding point menunjukkan letak dasar poket.
• Membuat eksternal bevel incision dimulai 1-2 mm apikal dari bleeding point secara continue
atau discontinue dalam arah 45° terhadap sumbu gigi menggunakan surgical blade atau
periodontal knife.
• Melakukan eksisi sesuai insisi yang telah dibuat.
• Mengambil jaringan yang dieksisi menggunakan kuret.
• Mengukur probing depth untuk memastikan false pocket sudah hilang atau belum dengan
diukur kedalaman sulkus yang normal yaitu 2-3mm.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 615.
• Membersihkan jaringan granulasi dan sementum yang nekrotik (root planing).
• Melakukan gingivoplasty untuk memperbaiki kontur gingiva.
• Melakukan irigasi dengan aquadest steril dan melakukan pengeringan menggunakan
tampon dan sulkus gingiva menggunakan air spray.
• Aplikasi periodontal pack pada daerah luka. Tahap pembuatan:
‐ Dibuat dengan mencampur dengan panjang yang sama dari tube yang sudah
disediakan, yaitu katalis dan basis hingga warna homogen diatas paper pad. Paper
pad diletakkan diatas tempat dengan permukaan yang rata (Contohnya: glass
plate).
‐ Mengaduk dan mencampur menggunakan spatula agate dengan gerakan memutar
dan melipat.
‐ Agar tidak melekat ke tangan maka basahi tangan menggunakan air atau vaseline.
‐ Periodontal pack yang sudah diaduk dibentuk menjadi batangan (digulung)
sepanjang luka bedah yang akan dibalut.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 602-603.
‐ Daerah luka dikeringkan terlebih dahulu, periodontal pack batangan ditempatkan
pada daerah luka bedah dan ditekan sepanjang gingiva dan interproximal.
‐ Pada permukaan vestibular penekanan dapat dilakukan dengan menekan bibir atau
pipi atau lidah pasien sehingga periodontal pack tidak melekat ke jari.
‐ Periodontal pack harus menutupi sebagian gigi dan gingiva tapi tidak boleh
melebihi 2/3 tinggi serviko insisal, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, dan
frenulum.
‐ Pack ditekan ke interdental menggunakan ekskavator untuk menambah retensi.
‐ Cek oklusi untuk memastikan tidak ada yang mengganggu.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 599-600.e1
Pemeriksaan Vital Sign
Dilakukan kembali pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi pasca bedah untuk
mengevaluasi kondisi tubuh pasien.
Penulisan Resep
Pasien dapat diberi resep analgesik,
antibiotik, dan obat kumur.
Analgesik : asam mefenamat (500mg)
bila perlu.
Antibiotik : amoxicillin (500mg) 3 kali
sehari selama 1 minggu.
R/ Amoxicilin tabs 500 mg No XV
Obat kumur : 0,12% chlorhexidine ʃ 3 dd 1
gluconat 2 kali sehari.
R/ Asam Mefenamat tabs 500 mg No VII
ʃ p.r.n 1
R/ Chlorhexidin 0,12% 50 ml fls No I
ʃ 2 dd 1 5ml garg
Instruksi Pasca Bedah
1. Pasien diberi inforrmasi tentang periodontal pack beserta fungsinya. Fungsinya yaitu:
• Meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme.
• Melindungi gusi dari iritasi.
• Memfasilitasi penyembuhan dengan mencegah trauma permukaan selama pengunyahan.
• Mencegah rasa sakit yang disebabkan oleh karena kontak luka dengan makanan atau dengan lidah
selama pengunyahan sehingga dapat melakukan aktivitas dengan nyaman.
2. Menginstruksikan kepada pasien agar mempertahankan periodontal pack sampai waktu kontrol.
3. Memberi informasi kepada pasien hal-hal yang dapat menyebabkan periodontal pack dapat terlepas.
• Mengunyah di sisi periodontal pack.
• Menyikat di sisi periodontal pack.
• Makan dan minum yang panas.
• Makan makanan yang keras.
• Memainkan periodontal pack baik dengan tangan atau lidah.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
4. Jangan makan dan minum yang panas setelah 24 jam untuk membiarkan periodontal pack agar bisa
mengeras dan tidak longgar.
5. Meminum obat sesuai dengan anjuran
• Untuk antibiotik harus diminum 3 x sehari 1 tablet. Obat diminum sampai habis meskipun keluhan
sudah tidak ada.
• Untuk asam mefenamat diminum ketika merasa sakit dan setiap kali minum hanya 1 tablet.
• Untuk obat kumur digunakan setelah menyikat gigi 2 x sehari dengan cara berkumur yang baik dan
benar yaitu gigi di oklusikan kemudian menutup mulut, obat kumur digerakkan ke kanan ke kiri
dengan mengembungkan pipi. Setelah itu, mendongak supaya bagian orofaring terkena namun
jangan sampai di telan dan obat kumur dibuang langsung.
6. Tidak merokok karena dapat karena dapat menurunkan aktifitas PMNs, IgG, limfosit T, limfosit B
sehingga terjadi gangguan sistem pertahanan tubuh (imun host menurun) dan mudah terpapar oleh
berbagai macam mikroorganisme sehingga mudah terjadi infeksi.
7. Tidak makan buah jeruk dan jus buah, makanan yang sangat berbumbu, dan alkohol karena dapat
menimbulkan nyeri.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
8. Memberi informasi kepada pasien, apabila periodontal pack terlepas tetapi tidak berdarah dan
tidak sakit maka jangan panik dan jangan memegang menggunakan tangan atau lidah. Apabila
periodontal pack lepas dan terasa tidak nyaman, hendaknya segera menghubungi dokter gigi untuk
dilakukan re dressing.
9. Memberi informasi kepada pasien, apabila periodontal pack terlepas dan berdarah maka
hendaknya menekan dengan tampon selama 20 menit, apabila tetap tidak berhenti maka
hendaknya menghubungi dokter gigi. Pasien tidak boleh berkumur untuk menghentikan bleeding.
10. Memberi informasi kepada pasien bahwa bengkak bisa berlangsung 1-2 hari tetapi akan mereda
pada hari ke 3 atau 4. Untuk mengurangi bengkak, bisa melakukan kompres menggunakan air
hangat. Apabila bertambah parah maka hendaknya segera menghubungi dokter gigi.
11. Pada hari pertama, gunakan es ke area wajah di atas area yang dibedah guna mengurangi
peradangan dan pembengkakan.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
12. Pasien mungkin mengalami perasaan lemah atau menggigil selama 24 jam pertama pasca operasi.
Sebaiknya hal ini dilaporkan pada saat kontrol.
13. Pasien disarankan untuk menghindari aktivitas berlebih. Misalnya terlalu kerja dengan berat.
14. Pasien diberi informasi jika terkadang darah dapat terlihat pada saliva selama 4 atau 5 jam pasca
operasi. Ini merupakan hal yang wajar dan perdarahan bisa berhenti dengan sendirinya. Apabila
perdarahan berlebih, ambil kain kasa, bentuk menjadi huruf U, pegang dengan ibu jari dan jari telunjuk
dan aplikasikan pada kedua sisi dari dressing. Tahan selama 20 menit. Apabila perdarahan tidak
berhenti setelah 20 menit, maka hubungi dokter gigi. Jangan menghentikan perdarahan dengan
berkumur menggunakan air.
15. Setelah dressing dilepas, gusi kemungkinan akan mengeluarkan darah lebih banyak daripada sebelum
dilakukan pembedahan. Hal ini normal selama tahap awal penyembuhan dan akan mereda secara
bertahap.
16. Memberikan intruksi kepada pasien untuk melakukan kontrol pada 7 hari setelah dilakukan
pembedahan.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Pelepasan Alat Pelindung Diri Level 3
(Doffing)
• Menggantikan sarung tangan luar dengan • Melepas googles/faceshield.
sarung tangan baru. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. WHO.
• Melepas sepatu boots. • Melepas masker N95.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
• Melepas hazmat. WHO.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. • Melepas topi bedah.
• Melepas sarung tangan luar. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
WHO.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO.
• Melepas sarung tangan bagian dalam.
• Pelepasan APD selesai.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 45.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 45.
Proses Penyembuhan Gingivektomi
• Respon awal setelah dilakukan gingivektomi : pembentukan bekuan darah / blood
clot. Gumpalan tersebut kemudian digantikan oleh jaringan granulasi.
• Pada 24 jam : peningkatan pada sel-sel jaringan ikat baru terutama angioblast (sel
embrio yg berkembang menjadi sel sel darah dan pembuluh darah endothelium) di
bawah lapisan permukaan jaringan inflamasi dan jaringan nekrotik.
• Pada 12-24 jam : sel epitel pada margin luka mulai bermigrasi ke atas jaringan
granulasi, sehingga memisahkannya dari lapisan permukaan blood clot.
• Pada 24-36 jam: Aktivitas epitel pada margin mencapai puncaknya.
• Pada hari ke-3 : terdapat banyak fibroblast muda berada di daerah tersebut. Kemudian
jaringan granulasi dengan vaskularisasi tinggi bertumbuh ke arah koronal dan
membentuk margin gingiva dan sulkus yang baru.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 616.
• Sel epitel baru akan muncul dari lapisan basal dan lapisan spinosum yang lebih
dalam dari epitel tepi luka dan bermigrasi ke atas luka di atas lapisan fibrin
yang nantinnya akan digantikan oleh jaringan ikat. Sel-sel epitel tumbuh,
sehingga sel menjadi terikat ke substrat dan basement lamina baru.
• Setelah 5 – 14 hari, epitelisasi permukaan umumnya sudah komplit.
• 2 Minggu : kapiler yang berasal dari pembuluh darah dari ligament periodontal
bermigrasi ke jaringan granulasi dan terhubung dengan pembuluh darah
gingiva
• Selama 4 minggu pertama setelah gingivektomi, keratinisasi jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan keratinisasi sebelum pembedahan. Perbaikan
epitel seutuhnya membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan.
• Perbaikan sempurna dari jaringan ikat membutuhkan waktu sekitar 7 minggu.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 616.
Kontrol
KONTROL BEDAH 7 HARI SETELAH TINDAKAN
GINGIVEKTOMI
• Dilakukan anamnesis pada pasien apakah terdapat keluhan setelah dilakukan
perawatan seperti bengkak, perdarahan, dan periodontal pack terlepas atau
tidak. Diperikasa kondisi klinis area perawatan.
• Melepas balutan periodontal pack dengan menggunakan kuret disepanjang
margin gingiva, kemudian melakukan tekananan lateral dengan perlahan,
potongan dari pack dan partikel yang menempel pada permukaan gigi
dihilangkan dengan kuret. Kemudian dilanjutkan irigasi dengan aquadest
steril untuk menghilangkan debris.
Instruksi Kontrol Post Bedah
• Pasien diinstruksikan untuk mengontrol oral hygiene dengan cara menyikat gigi dengan
hati-hati pada daerah post bedah.
• Apabila pasien dilakukan repacking maka pasien kembali diberikan informasi mengenai
fungsi periodontal pack dan hal-hal yang dapat menyebabkan periodontal pack lepas.
• Setelah periodontal pack dilepas, pasien diberikan informasi bahwa gusi akan mengalami
perdarahan lebih banyak dibandingkan sebelum dilakukan tindakan bedah, hal ini
merupakan kondisi normal dan berperan dalam fase penyembuhan dan lama kelamaan
akan berkurang perdarahannya.
• Apabila obat antibiotik masi ada, maka pasien diinstruksikan untuk tetap minum
antibiotik sampai habis walaupun keluhan sudah tidak ada.
• Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol periodik agar tidak terjadi kekambuhan.
Prosedur Kuretase
DHILAN PURNA AJI - 201611101077
Persiapan Operator
Pemakaian APD Level 3 (Donning)
1. Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO.
2. Memakai topi bedah.
3. Memakai masker N95.
4. Memakai sarung tangan dalam.
5. Memakai googles/faceshield.
6. Memakai sarung tangan luar.
7. Memakai hazmat.
8. Memakai sepatu boots.
9. Pemakaian APD selesai.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 43.
Persiapan Pasien
1. Saat datang harus menggunakan masker dan diinsruksikan untuk membersihkan tangan
dengan menggunakan alcohol-based hand rub atau mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sesuai dengan 6 langkah standar WHO.
2. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, dan
respirasi.
• Tekanan darah menggunakan sphygmomanometer pada arteri brakhialis.
- Systole normal : 100-120 mmHg
- Diastole normal : 70-80 mmHg
• Nadi pada arteri radialis atau arteri karotis.
- Nadi normal : 60-100 x/menit
• Respirasi
- Respirasi normal: 12-20 x/menit
Persiapan Pasien
3. Menyiapkan informed consent.
• Menjelaskan kepada pasien tentang diagnosis, prognosis, perawatan dan prosedur
yang akan dilakukan.
• Menjelaskan kepada pasien tentang hasil perawatan dan komplikasi yang mungkin
terjadi saat prosedur berlangsung.
• Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum jelas dan yang ingin ditanyakan.
• Apabila pasien telah menyetujui tentang rencana perawatan dan prosedur yang
akan dilakukan, pasien diminta untuk tanda tangan di lembar informed consent.
4. Memberikan instruksi kepada pasien untuk memakai APD : gown, topi bedah,
sarung tangan, cover shoes.
5. Pasien masuk ke dalam ruangan operasi dan diinstruksikan duduk pada dental chair.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 599-600.e1
Menyiapkan Alat dan Bahan
• Menyiapkan alat dasar diagnostic yang telah disterilkan (kaca mulut nomer 3 dan
4, pinset kedokteran gigi, sonde halfmoon, eskavator, probe periodontal UNC 15).
• Alat scalling, alat kuret dan periodontal pack.
• Tempat kasa, tempat bahan pulas, tempat sampah stainless steel, deepen glass,
petridish bersekat, spatula agate, glass plate, alas meja bersih/disposable, alas dada
bersih/disposable, bristle brush, rubber cup, low speed contra angle.
• Povidone iodine 10%, alkohol 70%, kasa tampon, cotton pellet, cotton roll, tisu,
pumice, cryeth, bahan anastesi lokal lidocain+epinefrin.
• Menata alat-alat secara berjajar searah dengan ujung kerja/blade menghadap
operator dengan dialasi alas meja. Menyiapkan juga alas dada pasien dan tempat
kumur pasien yang sudah diberi antiseptic.
KURET GRACEY
• Satu set kuret yang terdiri dari banyak kuret yang
dirancang untuk area dan permukaan tertentu.
• Blade melengkung dari shank kearah bawah dan
juga kearah samping.
• Blade membentuk sudut 60⁰ terhadap shank.
• Hanya mempunyai 1 cutting edge.

Setiap regio memiliki nomer yang berbeda, yaitu


sebagai berikut:
1-2 dan 3-4 untuk gigi anterior.
5-6 untuk gigi anterior dan premolar.
7-8 dan 9-10 untuk gigi posterior, fasial dan
lingual.
11-12 untuk gigi posterior, mesial.
13-14 untuk gigi posterior, distal.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 534-536.
KURET UNIVERSAL
• Satu kuret yang dirancang untuk semua area
dan permukaan.
• Blade hanya melengkung dari shank ke arah
bawah, bukan ke samping.
• Blade membentuk sudut 90⁰ terhadap shank.
• Mempunyai 2 cutting edge.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 534-536.
Pengaturan Posisi
POSISI PASIEN POSISI OPERATOR
• Duduk atau berbaring sesuai dengan • Duduk dengan nyaman dengan
lokasi daerah kerja dengan rongga telapak kaki rata di lantai dan paha
mulut sejajar dengan siku istirahat sejajar dengan lantai, menjaga
operator. punggung tetap lurus dan kepala
• Rahang atas : berbaring dengan dagu tegak
sedikit diangkat. • Berdiri dengan nyaman dengan
• Rahang bawah: duduk dengan dagu telapak kaki rata menapak di lantai,
diturunkan sampai mandibula sejajar tetap menjaga punggung tetap lurus
dengan lantai untuk permukaan lingual dan kepala tegak.
anterior.
Pengaturan Pandangan, Penerangan, dan
Retraksi
• Penerangan : langsung menggunakan lampu dental unit dan tidak
langsung menggunakan cahaya yang dipantulkan melalui kaca mulut.
• Pandangan : langsung atau tidak langsung menggunakan kaca mulut
• Retraksi
‐ Menggunakan jari telunjuk untuk meretraksi bibir atau pipi.
‐ Menggunakan kaca mulut untuk meretraksi pipi atau lidah.
Isolasi dan Asepsis Daerah Kerja
• Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll pada vestibulum.
• Asepsis daerah kerja menggunakan tampon yang sudah ditetesi
dengan povidone iodine 10%.
Teknik Memasukan Larutan Anastesi ke
syringe
• Mengambil 1 ampul pehacain.
• Menurunkan cairan anastesi ke dasar ampul dengan gerakan sentrifuge.
• Ampul dipatahkan pada bagian leher ampul.
• Mengambil syringe yang sebelumnya sudah dirapatkan jarumnya.
• Memasukkan cairan anastetikum dengan cara memiringkan ampul.
• Memasukkan jarum syringe dimana bevel jarum syringe menempel pada dinding
ampul.
• Tarik syringe sehingga cairan anastetikum masuk ke dalam syringe.
• Pastikan tidak ada gelembung udara pada syringe, dilakukan dengan mengetuk
syringe. Dorong syringe untuk megeluarkan sedikit cairan anastesi.
Teknik Anastesi Infiltrasi
• Melakukan asepsis daerah kerja. Cek Tanda-tanda Reaksi Obat Anastesi
• Bevel jarum syringe dihadapkan tulang
1. Menggunakan sonde, ditusuk pada daerah
pada mukobukal fold atau mukolabial
kerja apakah pasien merasakan sakit/tidak.
fold atau lingual fold bagian distal
setingggi apeks gigi dengan sudut 2. Cek apakah pasien sudah merasakan kebas
sekitar 45° sampai menyentuh tulang. pada daerah kerja.

• Aspirasi, apabila saat dilakukan 3. Melihat warna gingiva apakah pucat/tidak.


aspirasi tidak terlihat darah yang keluar 4. Cek kondisi pasien apakah wajahnya
maka lakukan deponir sebanyak 0,5 pucat/tidak.
ml/cc. 5. Pasien ada keluhan mual/pusing atau tidak.
• Menarik jarum di daerah kerja secara 6. Pasien keluar keringat dingin atau tidak.
perlahan. 7. Apakah didapatkan ruam pada wajah
pasien atau tidak.
Scalling dan Root Planning
Scaling yaitu membersihkan plak dan kalkulus pada supragingiva dan subgingiva
yang menempel pada permukaan gigi.
• Adaptasi cutting edge ke apikal kalkulus menghadap ke permukaan gigi 
lower shank sejajar dengan sumbu gigi. Angulasi kuret 45 sampai < 90 derajat
terhadap permukaaan gigi
‐ Supragingiva : Tekanan sedang sampai kuat dari apikal
kalkulus ke koronal.
‐ Subgingiva :Tekanan lateral sedang sampai kuat dengan
gerakan horizontal dari distal ke mesial.
• Memastikan kehalusan permukaan gigi dengan menggunakan sonde half moon,
‐ Pada supra gingiva : secara vertical dari insisal atau oklusal ke servikal gigi.
‐ Pada
Newman, M. G.,subgingiva : secara
Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman horizontal dari Peiorontology.
and Carranza’s Clinical mesial ke13th
distal.
Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 545.e5-545.e20
Scalling dan Root Planning
Root Planing yaitu membersihkan sementum nikrotik, dentin, dan iritan lokal.
• Adaptasi cutting edge menghadap ke sementum  lower shank sejajar dengan
sumbu gigi. Angulasi kuret 45 sampai < 90 derajat terhadap sementum 
Tekanan lateral ringan sampai sedang dengan gerakan horizontal dari distal ke
mesial  di cek permukaan sementum sudah halus dan tidak ada hambatan
(jaringan nekrotik sudah bersih).
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 545.e5-545.e20
Prosedur Kuretase
Kuretase adalah mengerok (scraping) dinding lateral poket (lining epithelium) dan
dasar poket (junctional epithelium) dengan alat kuret dan menahan bagian luar dinding
poket dengan jari agar tidak terkoyak.
• Adaptasi kuret dengan cutting edge menghadap dinding lateral poket dan dasar
poket, dan lower shank sejajar dengan sumbu gigi.
• Mengerok (scraping) dinding lateral poket (lining epitelium) dengan gerakan
horizontal, dan dasar poket (junctional epitelium) dengan gerakan menyendok
(scoping) dengan alat kuret dan menahan bagian luar dinding poket menggunakan
jari non operating hand agar tidak terkoyak.
• Untuk melihat apakah sudah bersih jaringan lunak yang mengalami iritan yaitu
dengan munculnya darah segar ketika dilakukan kuret.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 615.e1
Reddy, S. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Jaypee: Jaypee Brothers Medical Publisher. Hal. 315.
Prosedur Kuretase
• Melakukan irigasi dengan menggunakan aquadest steril dan pengeringan pada
permukaan gingiva dengan tampon steril dan pada sulkus gingiva dengan airspray.
• Aplikasi antibiotik ke sulkus gingiva : aplikasi Tetracyclin gel (0,7% / 100 mg)
secara lokal ke sulkus gingiva menggunakan probe periodontal. Tetracyclin
merupakan antibiotik spektrum luas. Bersifat bakterisid, antikolagenase dan
antiinflamasi.
• Menekan gingiva pada permukaan gigi dengan tekanan yang ringan.
• Aplikasi periodontal dressing pada daerah luka. Tahap pembuatan:
‐ Dibuat dengan mencampur dengan panjang yang sama dari tube yang sudah
disediakan, yaitu katalis dan basis hingga warna homogen diatas paper pad.
Paper pad diletakkan diatas tempat dengan permukaan yang rata
Newman,(Contohnya:
M. G., Takei, H. H., glass plate).
Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 602-603.
‐ Mengaduk dan mencampur menggunakan spatula agate dengan gerakan memutar
dan melipat.
‐ Agar tidak melekat ke tangan maka basahi tangan menggunakan air atau Vaseline.
‐ Periodontal pack yang sudah diaduk dibentuk menjadi batangan (digulung)
sepanjang luka bedah yang akan dibalut.
‐ Daerah luka dikeringkan terlebih dahulu, periodontal pack batangan ditempatkan
pada daerah luka bedah dan ditekan sepanjang gingiva dan interproximal.
‐ Pada permukaan vestibular penekanan dapat dilakukan dengan menekan bibir atau
pipi atau lidah pasien sehingga periodontal pack tidak melekat ke jari.
‐ Periodontal pack harus menutupi sebagian gigi dan gingiva tapi tidak boleh
melebihi 2/3 tinggi serviko insisal, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, dan
frenulum.
‐ Pack ditekan ke interdental menggunakan ekskavator untuk menambah retensi.
‐ Cek oklusi untuk memastikan tidak ada yang mengganggu.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 602-603.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 602-603.
Pemeriksaan Vital Sign
Dilakukan kembali pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi pasca bedah untuk
mengevaluasi kondisi tubuh pasien.
Penulisan Resep
Pasien dapat diberi resep analgesik,
antibiotik, dan obat kumur.
Analgesik : asam mefenamat (500mg)
bila perlu.
Antibiotik : amoxicillin (500mg) 3 kali
sehari selama 1 minggu.
R/ Amoxicilin tabs 500 mg No XV
Obat kumur : 0,12% cholrhexidine ʃ 3 dd 1
gluconat 2 kali sehari.
R/ Asam Mefenamat tabs 500 mg No VII
ʃ p.r.n 1
R/ Chlorhexidin 0,12% 50 ml fls No I
ʃ 2 dd 1 5ml garg
Instruksi Pasca Bedah
1. Pasien diberi inforrmasi tentang periodontal pack beserta fungsinya. Fungsinya yaitu:
• Meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme.
• Melindungi gusi dari iritasi.
• Memfasilitasi penyembuhan dengan mencegah trauma permukaan selama pengunyahan.
• Mencegah rasa sakit yang disebabkan oleh karena kontak luka dengan makanan atau dengan lidah
selama pengunyahan sehingga dapat melakukan aktivitas dengan nyaman.
2. Menginstruksikan kepada pasien agar mempertahankan periodontal pack sampai waktu kontrol.
3. Memberi informasi kepada pasien hal-hal yang dapat menyebabkan periodontal pack dapat terlepas.
• Mengunyah di sisi periodontal pack.
• Menyikat di sisi periodontal pack.
• Makan dan minum yang panas.
• Makan makanan yang keras.
• Memainkan periodontal pack baik dengan tangan atau lidah.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
4. Jangan makan dan minum yang panas setelah 24 jam untuk membiarkan periodontal pack agar bisa
mengeras dan tidak longgar.
5. Meminum obat sesuai dengan anjuran
• Untuk antibiotik harus diminum 3 x sehari 1 tablet. Obat diminum sampai habis meskipun keluhan
sudah tidak ada.
• Untuk asam mefenamat diminum ketika merasa sakit dan setiap kali minum hanya 1 tablet.
• Untuk obat kumur digunakan setelah menyikat gigi 2 x sehari dengan cara berkumur yang baik dan
benar yaitu gigi di oklusikan kemudian menutup mulut, obat kumur digerakkan ke kanan ke kiri
dengan mengembungkan pipi. Setelah itu, mendongak supaya bagian orofaring terkena namun
jangan sampai di telan dan obat kumur dibuang langsung.
6. Tidak merokok karena dapat karena dapat menurunkan aktifitas PMNs, IgG, limfosit T, limfosit B
sehingga terjadi gangguan sistem pertahanan tubuh (imun host menurun) dan mudah terpapar oleh
berbagai macam mikroorganisme sehingga mudah terjadi infeksi.
7. Tidak makan buah jeruk dan jus buah, makanan yang sangat berbumbu, dan alkohol karena dapat
menimbulkan nyeri.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
8. Memberi informasi kepada pasien, apabila periodontal pack terlepas tetapi tidak berdarah dan
tidak sakit maka jangan panik dan jangan memegang menggunakan tangan atau lidah. Apabila
periodontal pack lepas dan terasa tidak nyaman, hendaknya segera menghubungi dokter gigi untuk
dilakukan re dressing.
9. Memberi informasi kepada pasien, apabila periodontal pack terlepas dan berdarah maka
hendaknya menekan dengan tampon selama 20 menit, apabila tetap tidak berhenti maka
hendaknya menghubungi dokter gigi. Pasien tidak boleh berkumur untuk menghentikan bleeding.
10. Memberi informasi kepada pasien bahwa bengkak bisa berlangsung 1-2 hari tetapi akan mereda
pada hari ke 3 atau 4. Untuk mengurangi bengkak, bisa melakukan kompres menggunakan air
hangat. Apabila bertambah parah maka hendaknya segera menghubungi dokter gigi.
11. Pada hari pertama, gunakan es ke area wajah di atas area yang dibedah guna mengurangi
peradangan dan pembengkakan.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Instruksi Pasca Bedah
12. Pasien mungkin mengalami perasaan lemah atau menggigil selama 24 jam pertama pasca operasi.
Sebaiknya hal ini dilaporkan pada saat kontrol.
13. Pasien disarankan untuk menghindari aktivitas berlebih. Misalnya terlalu kerja dengan berat.
14. Pasien diberi informasi jika terkadang darah dapat terlihat pada saliva selama 4 atau 5 jam pasca
operasi. Ini merupakan hal yang wajar dan perdarahan bisa berhenti dengan sendirinya. Apabila
perdarahan berlebih, ambil kain kasa, bentuk menjadi huruf U, pegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk dan aplikasikan pada kedua sisi dari dressing. Tahan selama 20 menit. Apabila perdarahan
tidak berhenti setelah 20 menit, maka hubungi dokter gigi. Jangan menghentikan perdarahan dengan
berkumur menggunakan air.
15. Setelah dressing dilepas, gusi kemungkinan akan mengeluarkan darah lebih banyak daripada sebelum
dilakukan operasi. Hal ini normal selama tahap awal penyembuhan dan akan mereda secara bertahap.
16. Memberikan intruksi kepada pasien untuk melakukan kontrol pada 7 hari setelah dilakukan
pembedahan.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1
Pelepasan Alat Pelindung Diri Level 3
(Doffing)
• Menggantikan sarung tangan luar dengan • Melepas googles/faceshield.
sarung tangan baru. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. WHO.
• Melepas sepatu boots. • Melepas masker N95.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
• Melepas hazmat. WHO.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO. • Melepas topi bedah.
• Melepas sarung tangan luar. • Cuci tangan 6 langkah sesuai standar
WHO.
• Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO.
• Melepas sarung tangan bagian dalam.
• Pelepasan APD selesai.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 45.
Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Hal. 45.
Proses Penyembuhan Kuretase
1. Setelah kuretase, gumpalan darah akan mengisi daerah poket.
2. Kemudian terjadi proliferasi dari jaringan granulasi dan penurunan jumlah pembuluh
darah kecil.
3. Restorasi dan epitelisasi sulkus terjadi dalam waktu 2-7 hari.
4. Restorasi junctional epithelium terjadi paling cepat 5 hari setelah prosedur pembedahan.
5. Serat kolagen immature muncul dalam 21 hari
6. Serabut gingiva yang terputus dari permukaan gigi, dan robekan pada epitel mulai
mengalami penyembuhan.
7. Terbentuk junctional epithelium baru yang panjang dan tipis, tanpa perlekatan jaringan
ikat baru. Pada beberapa kasus, pada epitel yang Panjang ini diselingi dengan titik
perlekatan baru jaringan ikat.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 11th Edition. 2012.
Philadelphia: Elseiver. Hal. 1355.
Kontrol Pasca Bedah
1. Pemeriksaan Subjektif
• Ada keluhan atau tidak ?
• Packnya lepas atau tidak?
• Kalau packnya lepas mulai kapan lepasnya ?
• Apakah setelah packnya lepas itu ada perdarahan, sakit, bengkak ?
• Penyebab packnya lepas karena apa ?
• Apakah pasien nya bisa menjaga OH nya ?
Kontrol Pasca Bedah
2. Pemeriksaan Obyektif
• Pemeriksaan jaringan yang sudah dibedah : masih ada tanda inflamasi/tidak, adakah
infeksi sekunder (abses), apakah ada sisa plak dan kalkulkus.
• Jika pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, pelepasan periodontal pack dilakukan
dengan menggunakan kuret di sepanjang margin gingiva kemudian melakukan
tekanan lateral dengan ringan. Irigasi dengan aquadest steril untuk menghilangkan
debris.
• Umumnya setelah pack dilepas tidak diperlukan untuk penggantian pack. Namun,
repacking disarankan untuk pasien dengan keadaan tertentu.
• Ambang nyeri rendah menyebabkan ketidaknyamanan pasien ketika pack akan
dibuang.
• Permukaan akar menjadi sensitive setelah bedah.
• Luka terbuka dimana jaringan mengalami nekrosis.
• Setelah pack dilepas pasien diberikan instruksi kembali.
Instruksi Kontrol Post Bedah
1. Pasien diinstruksikan untuk mengontrol oral hygiene dengan cara menyikat gigi dengan bulu lembut dan hati-
hati pada daerah post bedah dan instruksi cara berkumur yang benar.
2. Apabila pasien dilakukan repacking maka pasien kembali diberi informasi mengenai fungsi periodontal pack
dan hal-hal yang dapat menyebabkan periodontal pack lepas serta instruksi kontrol periodik.
3. Pasien diinstruksikan untuk kontrol lagi 5-7 hari setelah repacking kemudian packing dilepas lagi dan dilihat
kembali jaringan serta respon penyembuhannya
4. Setelah periodontal pack dilepas. Pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga kebersihan area disekitar post
bedah secara hati-hati. Pasien diberikan informasi bahwa area sekitar bedah mudah rusak sehingga mudah
terjadi perdarahan apabila terkena trauma. Apabila ada keluhan lainnya segera menghubungi dokter
5. Apabila obat antibiotik masih ada diinstruksikan pasien meminum antibiotik sampai habis meskipun keluhan
tidak ada.
6. Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol periodik (Terapi periodontal fase IV) untuk memelihara
jaringan yang sudah dilakukan tindakan bedah agar tidak terjadi kekambuhan.
7. Interval waktu kontrol periodik disesuaikan dengan kriteria-kriteria penentu waktu kontrol.
PR
1. Alasan mengapa ketika pemakaian periodontal pack tidak boleh makan dan minum panas?
Karena, terjadi perluasan bahan karena adanya suhu panas. Ketika suhu tinggi lebih dari suhu
ruang maka ikatan molekul di dalam ZnO maupun fatty acid akan mengalami ekspansi/memuai
(memperluas ikatannya—> merenggang ikatannya—> lama kelamaan akan putus) ketika ikatan
bahan itu terputus maka akan mengakibatkan retensi dari bahan tersebut tehadap gingiva
menurun dan dapat menyebabkan mudah lepas.
2. Apabila masih terdapat tanda inflamasi (kemerahan) apa yang perlu dilakukan? Diberi/ diulasi
dengan antiseptik.
3. Apabila masih terdapat bengkak apa yang perlu dilakukan? Selama 2 hari pertama pasca operasi
sebagian pasien mungkin akan mengalami pembengkakan tetapi tidak ada nyeri pada pipi di area
yang dilakukan pembedahan. Terjadi pembesaran kelenjar limfe dan suhu akan meningkat. Area
pembedahan biasanya terbebas dari gejala. Dihasilkan dari reaksi inflamasi terhadap prosedur
pembedahan. Biasanya mereda pada hari ke-4 pasca operasi tanpa perlu pelepasan dressing. Jika
pembengkakan berlanjut dan membesar atau berhubungan dengan peningkatan nyeri, amoksisiln
dengan dosis 500 mg harus diminum setiap 8 jam selama 1 minggu. Pasien juga diinstruksikan
untuk mengompres air hangat di daerah yang bengkak. (Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R.,
Carranza, F.A. Newman and Carranza’s Clinical Peiorontology. 13th Edition. 2019. Philadelphia: Elseiver. Hal. 604.e1)
Penatalaksanaan Abses Periodontal
Terdapat 4 jenis perawatan yang direkomendasikan yakni: pencabutan gigi, drainase dan
debridemen, penggunaan antibiotik sistemik atau lokal, dan prosedur bedah.
1. Apabila gigi rusak parah dan prognosisnya tidak ada harapan setelah kerusakan yang
disebabkan oleh abses, maka perawatan yang lebih direkomendasi adalah pencabutan gigi.
2. Drainase dan debridement merupakan perawatan yang paling sering dilakukan pada kasus
abses periodontal. Penggunaan antiseptik topikal disarankan setelah prosedur drainase abses.
3. Antibiotik sistemik dapat dipakai sebagai terapi utama atau terapi tambahan setelah
drainase.
4. Prosedur bedah disarankan pada abses dengan defek vertikal yang dalam dan sulit
dijangkau atau kasus yang terjadi setelah debridemen periodontal dimana kalkulus masih
tersisa di subgingiva setelah pengobatan.
Penatalaksanaan Abses Periodontal
Dari keempat jenis perawatan tersebut, drainase abses dengan terapi suportif antibiotik
merupakan yang paling sering dilakukan dengan tingkat penyembuhan yang baik.
Setelah abses dilakukan drainase dan debridemen, pasien harus diinstruksikan untuk kontrol
dalam 24-48 jam setelah pengobatan untuk mengevaluasi kondisi jaringan dari abses. Apabila
inflamasi akut telah mereda, pasien harus diinstruksikan untuk mengikuti fase terapi berikutnya.
Antibiotik yang efektif digunakan untuk penatalaksanaan abses periodontal antara lain,
Metronidazole 250mg 3 kali sehari, Azithromycin 500mg 1 kali sehari, Amoxicillin + clavulanate
625mg 3 kali sehari. Durasi terapi suportif antibiotik sebaiknya dibatasi hanya 2-3 hari karena
fase inflamasi akut normal hanya berlangsung selama 2-3 hari.
Penatalaksanaan Abses Periodontal
Manajemen lesi residual terutama pada pasien dengan periodontitis.
Karena pada banyak kasus abses periodontal terjadi pada kondisi yang sebelumnya sudah
terdapat poket periodontal, kemudian terapi periodontal harus dievaluasi setelah
penyembuhan fase akut.
- Apabila pasien sebelumnya belum pernah dirawat, maka perawatan periodontal yang tepat
harus disediakan.
- Jika pasien sudah dalam fase aktif terapi periodontal, terapi tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu setelah lesi akut telah diobati. Pasien yang menerima terapi periodontal
suportif, harus dievaluasi dengan cermat terhadap kekambuhan abses, serta dinilai jaringan
kerusakan dan prognosisnya. (Herrera, D., Alonso, B., de Arriba, L., Santa Cruz, I., Serrano, C., & Sanz, M. 2014. Acute
periodontal lesions. Periodontology 2000, 65(1), 149–177. doi:10.1111/prd.12022)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai