Anda di halaman 1dari 21

Pre-test ortodonsia 1 kelompok 1 C

Nama Anggota:
1. Julia Eka Putri Ayuningtyas (201611101094)
2. Thariq Ibnu Tarmizi (201611101095)
3. Bangun Febrianto (201611101096)
4. Farina Nur Amala (201611101097)
5. Yumnaina Nurhadi (201611101098)
6. Mahadiani Dwi Astanti (201611101099)
7. Rafi Ihya Insani Tahir (201611101100)
8. Nindita Cahya Mumpuni (201611101101)
9. Dina Zakiyatul Ummah (201611101102)
10. Lisa Wahyu Zelda Federika (201611101103)
11. Rinda Puspa Safitri (20161110101104)

1. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang anamnesis!


Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik secara
langsung pada pasien (Auto-anamnesis) maupun dari orang tua/ wali maupun yang
mendampingi pasien (Allo-anamnesis) yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
masalah kesehatan pasien dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga bisa
mengarahkan ke diagnosis pasien.

a. Tentang Apa saja yang harus ditanyakakan pada anamnesa, apa tujuan dari
pertanyaan tsb.

Jawab :

i. Keluhan utama pasien, tujuannya ialah untuk mengetahui keluhan yang


menjadi alas an pasien dating dan ingin dirawat

ii. Riwayat penderita mulai dari prenatal (adakah kelainan kongenital?),


postnatal (gangguan tumbuh kembang), kondisi gigi geligi, dan premature loss.
Tujuannya untuk mengetahui etiologi maloklusi

iii. Riwayat kesehatan umum seperti TB(tinggi badan), BB(berat badan),


penyakit yang sedang diderita atau riwayat penyakit yang pernah diderita.
Tujuannya untuk mengetahui apakah pertumbuhan pasein normal dan apakah
akan berpengaruh pada rencana perawatan.

iv. Riwayat alergi. Tujuannya supaya tidak salah dalam memberikan bahan
piranti ortodonti dan bahan anastesi.
v. Riwayat penyakit sistemik seperti asma, kelainan jantung, diabetes,
epilepsy, dan kelinan endokron. Tujuannya untuk mengetahui respon jaringan
(cepat atau lambat) sesuai riwayat penyait sistemik.

vi. Kebiasaan buruk seperti menghisap jempol, menjulurkan lidah, bruxism,


menggigit kuku, dan menggigit bibir. Tujuannya adalah untuk mengetahui
etiologi kelainan gigi geligi

vii. Riwayat kesehatan keluarga. Tujuannya untuk mengetahui kelainan yang


mungkin diturunkan dari keluarganya

b. Mengapa perlu ditanyakan riwayat penyakit, alergi, kebiasaan buruk, dsb?


Riwayat penyakit perlu ditanyakan sebagai pendukung informasi dalam
menegakkan diagnosa dan mengetahui proses perjalanan penyakit yang diderita
pasien.

Alergi perlu ditanyakan agar saat dilakukan perawatan pada rongga mulut, dokter
gigi menjadi lebih berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan agar tidak
menimbulkan reaksi anafilaksis serta apakah reaksi tersebut ada hubungannya
dengan lesi yang di derita pasien.

Kebiasaan, perlu ditanyakan untuk mengetahui etiologi penyakit, yang diderita


pasien. Sehingga memudahkan dokter menentukan rencana perawatan yang tepat
dan untuk meramalkan keberhasilan perawatan (prognosis).

c. Jenis anamnesis apa yang tepat dilakukan pada pasien anak? Mengapa?

Jenis anamnesis yang tepat adalah alloanamnesis, karena dibutuhkan penjelasan


dari orang tua/wali tentang penyakit riwayat, riwayat kelahiran, perkembangan
penyakit dari lahir hingga sekarang, karena orang tua lebih tau perkembangan
pasien dan pasien masih di bawah tanggung jawab orang tua/wali.

2. Jelaskan tentang bagaimana cara pemeriksaan ekstra oral berikut


a. Cara menentukan profil wajah, tipe wajah, tinggi wajah, lebar muka, tipe kepala
- Cara menentukan profil wajah

➢ Pemeriksaan profil wajah dapat memperlihatkan proporsi skeletal


antero-posterior secara vertikal.

➢ Cara menentukan profil wajah:

• Pasien didudukan dalam tegak atau berdiri tegak.

• Kemudian dilihat dari arah samping pasien,


• Ditarik garis imajiner yang menghubungkan antara:

- Jaringan Lunak (Glabella, Lip Kontur, Symhisis)

* Apabila berdasarkan jaringan keras (Nasion, Subspinalis, Pogonion)

- ➢ Jenis profil wajah:

1. Cekung: apabila symphisis lebih ke anterior dibandingkan glabella dan


lip kontur

2. Cembung: apabila symphisis lebih ke posterior di bandingkan glabella


dan lip kontur

3. Lurus: apabila glabella- lip Kontur- symphisis berada dalam satu garis
lurus

- Pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menentukan pola dimensi,


sudut, dan topografi muka seseorang.

➢ Cara pemeriksaan:

• Pasien didudukkan pada dental chair dalam kondisi rileks,

• Dilihat dari depan pasien

• Mengukur perbandingan antara panjang (nasion-menton) dan lebar


wajah (bizigomaticum)

➢ Cara mengukur :

Indeks muka = ( Lebar muka)/(Panjang Muka) x 100

➢ Ada 3 tipe wajah :

1. Leptoprosop: muka sempit, panjang, protusif = 88,0-92,9


2. Mesoprosop: muka tipe sedang = 84,0-87,9

3. Euriprosop : muka lebar, datar, kurang protusif = 79,0 – 83,9

- Menentukan tinggi wajah diukur dari nasion sampai menton


- Lebar wajah diukur dari bizigomatikum
- Cara pemeriksaan tipe kepala:

• Pasien didudukkan pada posisi palig rendah,

• Kemudian dilihat dari atas dan diukur perbandingan antara panjang


(Jarak titik glabella – occipital) dan lebar kepala (Jarak zigomatik supra
mastoideus)

• Menghitung indeks Cephalic

➢ Indeks Cephalic : lebar kepala maksium x100

➢ Ada 3 tipe kepala :

1. Dolicocephalic: tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang


dan sempit

2. Mesocephalic: tipe muka dan bntuk lengkung gigi yang berbentuk


parabola

3. Brachycepalic: tipe muka lebar dan pendek, lengkung geliginya lebar


dan dangkal
b. Cara pemeriksaan kelenjar parotis, submandibula, subingual, dimana posisi
masing-masing kelenjar tersebut dan dimana muaranya?

Cara pemeriksaan kelenjar-kelenjar tersebut yaitu dengan cara pemeriksaan


inspeksi dan palpasi. Diperiksa dengan mengeringkan papila dengan cotton bud
kemudian melihat ada atau tidaknya aliran saliva pada masing-masing glandula,
jika ada obstruksi akan terjadi pembesaran.

Posisi masing-masing kelenjar

- Posisi kelenjar parotis berada pada bagian bawah telinga terletak antara
prosessus mastoideus dan ramus mandibular meluas ke lengkung
zygomatikum di depan telinga dan bermuara pada vestibulum oris. Posisi
kelenjar saliva submandibular berada di dasar mulut di bawah ramus
mandibular meluas ke leher dan bermuara di ujung lidah. Sedangkan
kelenjar saliva sublingual terletak diantara dasar mulut dan musculus
mylohyoid dan bermuara di ujung dasar mulut.
-
c. Bagaimana cara pemeriksaan tekanan darah?apa yang kamu ketahui tentang bunyi
korokof? Kapan waktu yang tepat untuk menentukan diastolik itu?

Cara pemeriksaan tekanan darah

● Siapkan tensimeter dan stetoskop


● Pemeriksa meminta izin ke pasien/ keluarga pasien untuk diperiksa, dan
menjelaskan apa yang akan dilakukan
● Posisi pasien boleh berbaring , duduk, atau berdiri tergantung tujuan
pemeriksaan
● Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian
● Pasang manset setinggi 2 jari diatas fossa cubiti. Manset dipasang
melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat. Posisikan lengan
sehingga membentuk sedikit sudut fleksi pada siku.
● Pastikan membran stetoskop terdengar suara diketuk dengan jari
● Letakkan membran stetoskop pada fossa cubitti tepat diatas arteri
brachialis
● Naik kan tekanan dalam manset, dengan memompa balon tensimeter
● Pompa balon tensimeter secara perlahan sampai kira-kira 30 mmhg di atas
tekanan ketika pulsasi arteri brachialis menghilang.
● Secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan 2-3 mmhg
perdetik.
● Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi korokof 1
terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik
● Lanjutkan penurunan tekanan manset sampai bunyi korokof V (bunyi
terakhir yang terdengar menghilang). Ini merupakan hasil tekanan darah
diastolik.

Bunyi korokof adalah bunyi aliran darah pertama saat melakukan pompa.
Terdapat 5 fase yaitu :

● Fase 1 : tekanan sistolik bunyi pertama setelah tekanan pompa diturunkan


● Fase 2 : perubahan menjadi mendesir
● Fase 3 : semakin jelas dan keras
● Fase 4 : meredam
● Fase 5 : tekanan diastolik, bunyi melemah dan menghilang
d. Bagaimana cara mengukur tinggi badan dan berat badan serta apa gunanya?

Tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengetahui pola perkembangan
pertumbuhan anak apakah sesuai dengan uaia anak tersebut.

a) Pengukuran Berat Badan


1.) Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak
digital.
2.) Subjek diinstruksikan naik di atas timbangan kemudian diukur dalam
posisi berdiri dengan ketentuan subjek memakai pakaian seminimal
mungkin, tanpa isi kantong dan sepatu/sandal.
3.) Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan ketelitian 0,1 kg.

b) Pengukuran Tinggi Badan


1.) Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah mikrotoa.
2.) Pengukuran tinggi badan subjek diukur dalam posisi tegak pada
permukaan tanah/lantai yang rata (flat surface) tanpa memakai alas kaki.
3.) Ujung tumit dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi tegak
terbuka di bagian depan jari-jari kaki.
4.) Pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepal erat, tulang
belakang dan pantat menempel di dinding, dan bahu dalam posisi relaks.
5.) Tinggi badan diukur dengan menggunakan mikrotoa dengan pengukuran
mulai dari tumit sampai puncak tengkorak yang pembacaannya dilakukan
dengan skala 0,1 cm.
e. Bagaimana cara pemeriksaan fungsional TMJ? Apa gunanya? Apa hubungannya
pemeriksaan TMJ dengan pola atrisi, kontak premature?

Dipalpasi 2 cm dibawah Meatus Akustikus Eksternus posterior ramus mandibular


Pemeriksaan dengan palpasi:

- Pasien didudukkan dengan posisi istirahat


- Letakkan kedua jari telunjuk dan tengah operator di bagian luar Meatus
akustikus eksternus kiri dan kanan pasien
- Pasien diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut.

Ø Perhatikan ada tidaknya bunyi clicking, krepitasi dan popping (Ada:


TMD; tidak ada: normal)
Ø Trismus: keterbatasan pergerakan rahang untuk membuka mulut yang
disebabkan oleh gangguan sendi

- Hubungan kontak prematur dapat menyebabkan displacement mandibula


contohnya mendapat hubungan antar tonjol gigi yang maksimum
- Pola atrisi adalah permukaan oklusal gigi yang datar karena faktor
pemakaian atau oleh karena kebiasaan jelek seperti bruxism sehingga
menyebabkan bentuk wajah yang lebih pendek dan fungsi kunyah yang
terganggu

3. a.
1. Seluruh Penulisan notasi gigi memakai format FDI.

2. Setiap gigi harus ditulis notasinya.

3. Charting dimulai dari rahang atas kanan dari gigi 18 dan di akhiri sampai gigi
48

Permukaan Gigi

Dituliskan dengan Inisial awal memakai huruf besar :

a. M = Mesial

b. D = Distal

c. V = Vestibular (biasa juga disebut Bukal, Labial dan Fasial)

d. L = Lingual

e. O = Oklusal

b. Bagaimana cara menentukan oral higyne

OHI – S adalah salah satu indeks untuk mengukur salah satu kebersihan
gigi dan mulut yang dilihat dari pengukuran debris index (DI-S) dan kalkulus
index (CI-S). Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks
yang dianggap mewakili setiap segmen adalah :

1. Gigi 16 pada permukaan bukal.


2. Gigi 11 pada permukaan labial.
3. Gigi 26 pada permukaan bukal.
4. Gigi 36 pada permukaan lingual.
5. Gigi 31 pada permukaan labial.
6. Gigi 46 pada permukaan lingual.

Adapun kriteria skor debris, yaitu :


0 = Gigi bersih dari debris atau stain.
1 = Debris menutupi permukaan gigi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi. Tidak
ada debris lunak tetapi terdapat stain, baik pada bagian fasial maupun lingual.
2 = Debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 dari luas permukaan gigi.
3 = Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

- Cara menghitung skor debris index, sebagai berikut :


Skor Debris Index (DI) = Jumlah penilaian debris
Jumlah segmen gigi yang diperiksa

Kriteria skor kalkulus, antara lain :


0 = Tidak ada kalkulus.
1 = Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal.
2 = Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada sedikit kalkulus subgingival di sekeliling
servikal gigi.
3 = Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau ada kalkulus
subgingival yang mengelilingi servikal gigi.

- Cara menghitung skor kalkulus indeks, sebagai berikut :

Skor Calulus Index (CI) = Jumlah penilaian kalkulus


Jumlah segmen gigi yang diperiksa
- Cara menghitung skor OHI-S, sebagai berikut :

Skor OHI-S = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)

OHI-S mempunyai kriteria tersendiri sebagai berikut:


Baik : Skor 0,0-1,2
Sedang : Skor 1,3-3,0
Buruk : Skor 3,1-6,0

Penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk


mewakili apabila salah satu dari gigi tersebut tidak ada, antara lain:
1) Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.
2) Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
3) Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
4) Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri rahang
atas.
5) Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
6) Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1 kanan
rahang bawah
7) Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.

c. Mengapa oral hygiene perlu diperiksa?

Oral hygiene berpengaruh pada prognosis dan rencama perawatan pada pasien.
Oral hygiene berperan dalam perawatan ortodonsia, karena pasien ortodonti
sering kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga mulut karena adanya alat
ortodontik. Oral hygiene yang baik mencegah komplikasi penumpukan plak
dan kalkulus pada piranti perawatan orto. Oral hygiene yang buruk dapat
menyebabkan karies, gingivitis dan periodontitis. Sehingga apabila terdapat
komplikasi tersebut maka perawatan ortho menjadi terhambat
D. Bagaimana cara menentukan garis median pada model studi?

1) Dengan menghubungkan titik pertemuan rugae palatina kanan dan kiri


dengan titik tengah pada fovea palatina pada daerah posterior palatum
untuk rahang atas
2) Sedangkan pada rahang bawah dengan membuat titik pada perlekatan
frenulum labial dan lingual. Kemudian titik ini melewati titik kontak
insisiv sentral bawah

4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang pemeriksaan model studi dibawah ini

a. Bagaimana cara menentukan maloklusi menurut Angle secara klinis dan cephalometri

· Jenis-jenis maloklusi menurut angle dan cara menentukannya


Klasifikasi Maloklusi Angle dilihat berdasarkan relasi gigi molar 1 permanent dan
C permanent RA terhadap gigi molar 1 permanent dan C permanent RB
(menjadikan Molar 1 atas sebagai kunci oklusi (fixed anatomical points)

i. Maloklusi kelas I Angle

- Relasi M1 dan C neutroklusi


· Cusp mesiobukal M1 RA terletak pada bukal groove M1 RB
· Caninus RA terletak diantara C dan P1 RB
- Disertai berdesakan malposisi anterior

ii. Maloklusi kelas II Angle


- Relasi M1 dan C distoklusi
· Cusp mesiobukal M1 RA terletak pada sisi distal P2 dan sisi mesial
M1 RB
· Caninus RA terletak diantara I2 dan C RB
a. Kelas II Divisi I Angle
Relasi M1 dan C distoklusi disertai protrusi anterior RA
b. Kelas II Divisi 2 Angle
Relasi M1 dan C distoklusi disertai retrusi anterior RA
c. Kelas II Subdivisi
Relasi salah satu molar sisi distoklusi dan sisi lainnya netroklusi

iii. Maloklusi kelas III Angle

- Relasi M1 dan C mesioklusi


· Cusp mesiobukal M1 RA terletak pada distal M1 RB dan sisi mesial
M2 RB
· Caninus RA terletak diantara P1 dan P2 RB

· Cara menentukan identifikasi maloklusi berdasarkan sefalometri


Foto sefalometri (Sefalogram) merupakan rekam ortodonti yang sangat berguna
untuk menentukan kelainan skeletal, letak gigi, dan profil wajah. Pemakaian
sefalometri yang praktis dan sederhana digunakan untuk mengetahui kelainan letak
gigi (protrusi, retrusi), kelainan letak rahang atas dan rahang bawah terhadap basis
kranium.

Beberapa titik kranial yang sering dipergunakan

S (Sella) : jarak 3,5 mm dari dasar batas garis cekungan fossa pituitary

N (Nasion) : titik paling anterior dari permukaan antara tulang frontak dan
sutura frontalis nasalis

Beberapa titik di maksila yang sering digunakan

A (Subspinale): titik paling dalam pada kontur premaksila di antara spina nasalis
anterior dan gigi insisivi

SNA (Spina Nasalis Anterior) : Ujung spina nasalis anterior

SNP (Spina Nasalis Posterior) : batas posterior palatum

Beberapa titik di mandibula yang sering digunakan

B (Submentale) : titik yang paling dalam pada kontur mandibula di antara insisivi

dan dagu. Merupakan proyeksi alveolaris biasanyaterletak anterior setinggi apeks gigi

insisiv
Po (Pogonion) : titik paling anterior/menonjol pada dagu

Garis (yang menghubungkan dua titik) yang sering digunakan


SN : merupakan garis yang menghubungkan Sella dan Nasion

Letak maksila dan mandibula dapat dilihat pada sudut SNA, SNB, dan ANB.
Sudut SNA adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik A. Sudut ini
menyatakan posisi maksila yang diwakili titik A terhadap basis kranial (SN) dalam
arah antero-posterior Besar sudut SNA untuk populasi surabaya rata – rata adalah 84 0.
Normalnya SNA adalah 82 ±2 (80-84). Besar sudut SNA dipengaruhi letak titik A
dalam arah sagital apakah lebih anterior atau posterior sedangkan garis SN bisa
dianggap stabil letaknya. Bila sudut SNA lebih besar dari normal, berarti maksila
terletak lebih ke anterior (kelas 2 skeletal) atau prognati maksila. Jika SNA lebih kecil
dari normal maka retrognati maksila.

Sudut SNB adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik B. Normalnya
sudut SNB adalah 800 ±2 (78-82). Sudut ini menyatakan posisi mandibula terhadap
basis kranial. Besar sudut dipengaruhi letak titik B dalam arah sagital apakah lebih
anterior atau posterior. Bila sudut SNB lebih besar dari normal, berarti mandibula
terletak lebih ke anterior (kelas 3 skeletal) atau prognati mandibula. Jika SNB lebih
kecil dari normal, berarti retrognati mandibula.
Sudut ANB merupakan perbedaan antara sudut SNA dan SNB yang
menyatakan hungan maksila terhadap mandibula.
Untuk menginterpretasikan sudut ANB, harus diketahui besar sudut SNA dan SNB
karena hanya dengan melihat besar sudut ANB belum dapat diketahui rahang mana
yang tidak normal. ANB di peroleh dari SNA-SNB.

Nilai rata-rata ANB adalah 2 ±2. Bila hanya diketahui besar sudut ANB, hanya
dapat diketahui kecenderungan maloklusi yang terjadi ialah bila besarnya lebih besar
daripada 40 cenderung terdapat maloklusi kelas II skeletal, sedangkan bila besarnya
lebih kecil dari 00 (misalnya -20) berarti terdapat maloklusi kelas III skeletal. Semakin
besar sudut ANB semakin besar perbedaan letak maksila dan mandibula.

Sudut fasial yaitu sudut yang dibentuk oleh bidang FH-N-Pog, menggambarkan
posisi dagu dengan FH. Menggambarkan kedudukan mandibula terhadap profil wajah.

FH merupakan bidang yang melalui porion kanan dan kiri ke orbital kanan dan
kiri.

Porion adalah titik tengah paling superior/kontur akar, paling posterior dari ear
rod

Orbital adalah titik terendah dari orbita.

Pog adalah titik paling anterior/menonjol pada dagu

Nilai rata-ratannya 87 ±3. Apabila lebih dari normal berarti protusif, apabila lebih rendah dari
normal berarti retrusive.

b. Apa guna dilakukan pemeriksaan ro panoramic

Kegunaan Pemeriksaan Panoramic


a. untuk melihat ada atau tidaknya benih gigi
b. untuk melihat posisi benih gigi
c. untuk melihat erupsi benih gigi
d. untuk menghitung lebar mesial dan distal gigi permanen
e. melihat jaringan periodontal

c. Sebutkan urutan erupsi gigi permanen pengganti pada RA dan RB

Urutan Erupsi Gigi Permanen Pengganti RA dan RB

RA: 6, 1, 2, 4, 5, 3, 7, 8

RB: 6, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8

d. Sebutkan macam macam lengkung rahang

 Parabola: Bentuk lengkung normal, devergen ke posterior (dari P2 sampai


M2 kanan dan kiri) dan melengkung parabola ke aterior (dari C samapi C
kanan dan kiri)
 Lyra: lengkung dengan adanya penyempitan di daerah caninus & premolar,
melebar di molar
 Omega: lengkung dengan adanya penyempitan di daerah molar
 Sempit: lengkung dengan adanya penyempitan di daerah anterior & posterior
(palatum yang dalam)

e. Apa yang dimaksud dengan tempat yg dibutuhkan, tempat yang tersedia, dan
bagaimana cara mengukur nya serta apa guna mengukuran deskrepensi model ?

● Tempat yang tersedia (available space) adalah panjang lengkung gigi disebelah
mesial gigi M1 permanen kiri sampai dengan mesial gigi M1 permanen kanan
untuk tumbuhnya gigi permanen pengganti dalam lengkung yang benar.
Tempat yang tersedia: membagi lengkung geligi menjadi empat segmen yang
membentuk garis lurus mulai dari mesial gigi molar pertama permanen kiri
sampai mesial gigi molar pertama permanen kanan melalui titik kontaknya,
kemudian diukur berapa jaraknya tiap segmen dengan menggunakan jangka yang
kedua ujungnya lancip dan dijumlahkan.
• Segmen 1: mesial molar pertama permanen kiri sampai distal insisiv dua kiri
• Segmen 2: distal insisiv dua kiri sampai midine
• Segmen 3: midline sampai distal insisiv dua kanan
• Segmen 4: distal insisiv dua kanan sampai mesial molar pertama permanen
kanan.
● Tempat yang dibutuhkan (requirement space) tempat yang dibutuhkan untuk
gigi pengganti permanen untuk erupsi dalam lengkung yang benar.
Tempat yang dibutuhkan (Moyers): menghitung jumlah lebar mesio-distal gigi
permanen pengganti yang akan erupsi dengan melihat tabel moyers dimana hasil
penjumlahan lebar merio-distal 4 insisiv RB dapat sebagai acuan perkiraan jumlah
lebar gigi pengganti permanen untuk RA dan RB pada tabel moyers.
Cara menghitung: X+2Y
x = lebar mesio-distal pada lengkung terbesar empat gigi insisiv rahang bawah
atau rahang atas
y = nilai perkiraan jumlah lebar mesio-distal gigi pengganti permanen RA/ RB
dari tabel moyers yang dilihat berdasarkan jumlah dari mesio-distal empat gigi
insisiv rahang bawah
Indikasi: jika gigi terdapat di lengkung yang benar dan kehilangan tidak lebih dari
satu pada setiap segmen.
● Diskrepansi model adalah kondisi panjang lengkung rahang kekurangan / kelebihan
tempat saat gigi permanen pengganti telah erupsi. Diskrepansi model dapat diguakan
untuk menentukan macam perawatan, dimana macam perawatan dibidang orthodonti
meliputi ekstraksi dan non ekstraksi
Diskrepansi: Tempat yang tersedia – Tempat yang dibutuhkan
5. Jelaskan

a. Jelaskan apa itu sudut inklinasi, labioversi, protrusi, gigitan dalam, gigitan terbuka,
gigitan terbalik?

● Sudut inklinasi: sudut yang dibentuk oleh sumbu gigi dengan basis maksila
(ANS dan PNS) dan basis mandibula (go-gn).
● Labioversi adalah gigi yang inklinasinya lebih dari normal (1080)
● Protrusi adalah sekelompok gigi anterior RA yang sudut inklinasinya terhadap
maksila lebih dari normal (1100) atau sekelompok gigi anterior RB sudut
inklinasinya terhadap mandibula lebih dari normal (900)
● Gigitan dalam (deep bita)adalah sekelompok gigi yang overbitenya lebih dari
normal (>2mm)
● Gigitan terbuka (open bite) adalah Kondisi gigi atau sekelompok gigi yang
memiliki overbite negatif
● Gigitan terbalik (cross bite)adalah kondisi jika rahang dalam keadaan relasi
sentrik ditemukan kelainan dalam arah transversal pada gigi rahang atas terhadap
gigi rahang bawah yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang,
sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Gigitan terbalik dibedakan menjadi dua,
yaitu gigitan terbalik anterior dan gigitan terbalik posterior

b. Apa yang dimaksud dengan tumpang gigit, jarak gigit dan bagaimana cara
pemeriksaannya

● Tumpang gigit (over bite) adalah jarak vertikal antara tepi insisal insisif rahang
atas terhadap tepi insisal rahang bawah.
Cara mengukurnya dengan menarik garis imajiner insisal insisif rahang atas ke
bidang labial insisiv rahang bawah, kemudian diberi tanda, lalu diukur dari jarak
tanda ke insisal insisif rahang bawah dengan menggunakan ujung jangka yang
lancip, kemudian lebar jangka diinterpretasikan pada penggaris dan catat
hasilnya

● Jarak gigit (over jet) adalah jarak horizontal antara tepi insisal insisif rahang atas
terhadap bidang labial insisif rahang bawah.
Cara mengukurnya dengan meletakkan kedua ujung jangka yang berujung lancip
pada tepi insisal insisif rahang atas terhadap bidang labial insisif rahang bawah
pada model studi. Kemudian hasil lebar jangka di interpretasikan pada
penggaris, dan catat hasilnya.

c. Jelaskan jenis-jenis gigi yang terletak salah

 Gigi gigi yang terletak salah secara individu menurut Lischer :


- Transversi, yaitu posisi gigi berpindah dari kedudukan normal. Macam-macam:

· Mesioversi : gigi lebih ke mesial dari posisi normal gigi.


· Distoversi : gigi lebih ke distal dari posisi normal gigi.
· Bukoversi : gigi lebih ke bukal dari posisi normal gigi.
· Palatoversi : gigi lebih ke palatinal dari posisi normal gigi.
· Linguoversi : gigi lebih ke lingual dari posisi normal gigi.
· Labioversi : gigi lebih ke labial dari posisi normal gigi.
· Torsiversi : gigi berputar menurut sumbu panjang gigi
- Depresi atau intrusi atau infraversi atau infraklusi, yaitu keadaan di mana gigi
lebih rendah atau tidak mencapai bidang oklusi
- Elongasi atau ekstrusi atau supraversi atau supraklusi, yaitu keadaan dimana gigi
lebih tinggi dari garis oklusi.
 Gigi-gigi yang terletak salah secara individu menurut angle (1907), diantaranya:
- Versi: Mahkota gigi miring kearah tertentu tapi akar tidak
- Infraoklusi: Gigi yang tidak mencapai garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain
dalam lengkung gigi
- Supraoklusi: Gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain
dalam lengkung
- Rotasi: Gigi berputar pada sumbu panjang gigi
- Transposisi: 2 gigi yang bertukar tempat
- Eksostem: Gigi terletak diluar lengkung gigi
 Gigi-gigi yang terletak salah secara kelompok, diantaranya:
- Protusi: sekelompok gigi anterior RA yang sudut inklinasinya terhadap maksila
lebih dari normal (1100) atau sekelompok gigi anterior RB sudut inklinasinya
terhadap mandibula lebih dari normal (900)
- Retrusi: sekelompok gigi anterior RA yang sudut inklinasinya terhadap maksila
kurang dari normal (1100) atau sekelompok gigi anterior RB sudut inklinasinya
terhadap mandibula lebih dari normal (900)
- Berdesakan: kondisi gigi yang saling tumpang tindih
- Diastema: Celah patologis diantara 2 gigi permanen yang berurutan

d. Bagaimana cara pemeriksaan pergeseran gigi

Cara pemeriksaan pergeseran gigi yaitu dengan menentukan garis median


pada model studi. Kemudian dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan
ditengah garis median gigi pada model studi dan digerakkan ke arah posterior.
Bandingkan antara gigi senama kiri dan kanan.

e. Kapan dikatakan ada pergeseran garis median dan bagaimana cara menentukannya
a. cara menentukan pergeseran garis median gigi

· pasien diinstruksikan dalam posisi oklusi sentris


· ditarik garis imajiner yang menghubungkan Glabella, Philtrum, Symphisis
kemudian diproyeksikan ke garis median gigi.
· Gambaran yang didapat dari penderita dipindahkan ke model studi pasien dan
dicatat kunci oklusinya.
Apabila garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median muka,
berarti tidak ada pergeseran garis median. Apabila garis median gigi berada tidak
dalam satu garis lurus dengan garis median muka, berarti terjadi pergeseran garis
median.

6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ortodonti

a. Kepandaian dokter gigi

Dalam hal ini adalah kemahiran dokter gigi dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan
serta pengetahuan biomekanik pergerakan gigi.

b. Kerja sama antara dokter dengan pasien

Tingkat kooperatif pasien dalam hal waktu kontrol, menjaga kebersihan rongga mulut dan
pemilihan makanan selama memakai piranti ortodonti mempengaruhi tingkat keberhasilan.
Pemakaian piranti pada awal menimbulkan rasa kurang nyaman karena masih proses adaptasi
dan dokter akan mengatasi dengan penggunaan obat kumur maupun obat-obatan lainnya agar
pasien bersedia memakai piranti sesuai aturan.

c. Susunan gigi dan bentuk rahang

Susunan gigi yang crowded parah dapat menurunkan tingkat keberhasilan ortodonti. Perawatan
pada maloklusi yang parah membutuhkan waktu yang lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai