Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP)
Program Profesi Ners

Disusun oleh:
Nama : Nissa Solihah Retnawati
NPM : 4120011
Kelas : Profesi Ners Reguler

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RAJAWALI
BANDUNG
2020
A. Pengertian Pemeriksaan Head To Toe

            Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh

pasien baik secara lokal atau  (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari

keadaan pasien secara komprhensif  untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan

maupun kedokteran.

            Tujuan dari pemeriksaan head to toe adalah untuk mencari masalah

keperawatan, untuk menegakkan/merumuskan diagnose keperawatan /kedokteran, dan

untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan.

            Adapun prosedur tindakan dari pemeriksaan fisik secara head to toe yaitu

setiap Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan

dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:

a.Kulit, rambut dan kuku.

b. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut.

c.Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP

d. Dada : jantung dan paru.

e.Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam.

f. Genetalia.

g. Kekuatan otot /musculosekletal.

h. Neurologi.

1. Pemeriksaan Kulit, Rambut Dan Kuku

1) Kulit

        Pemeriksaan kulit bertujuan untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur

kulit, serta untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka. Tindakan yang

dilakukan dalam pemeriksaan kulit yaitu dengan cara:


i. Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna

kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.

ii. Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur :

kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.

2) Rambut

        Pemeriksaan rambut bertujuan untuk mengetahui warna, tekstur dan

percabangan pada rambut serta untuk mengetahui mudah rontok dan kotornya

rambut. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rambut yaitu

dengan :        

i. Inspeksi: disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,

bercabang.

ii. Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus.


3) Kuku

Pemeriksaan kuku bertujuan untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan

panjang dan untuk mengetahui kapiler refill. Tindakan yang dapat dilakukan

dalam pemeriksaan kuku yaiu dengan cara :

i. Inspeksi: catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan

visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s

lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe.

ii. Palpasi: catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill

(pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.

2. Pemeriksaan Kepala

     Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala

serta untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat

dilakukan dalam pemeriksaan kepala yaitu dengan cara:

i. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal

lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada

parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.

ii. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan

menekan kepala sesuai kebutuhan.

1) Pemeriksaan Mata

           Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata

(medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk mengetahui adanya

kelainan atau peradangan pada mata. Tindakan yang dapat dilakukan dalam

pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan cara:


i. Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan dan

kiri, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis,

ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor kanan

atau kiri (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), 

medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal).

ii. Inspeksi Gerakan Mata

a) Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.

b) Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis (cepat/lambat).

c) Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.

d) Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga

posisi kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk

mengetahui fungsi otot-otot mata.

ii. Inspeksi Medan Pengelihatan

1) Berdirilah didepan pasien.

2) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak

di periksa.

3) Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada

satu titik pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung

pemeriksa.

4) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung

pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh

pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak terlihat

(ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).

2) Pemeriksaan Visus Mata

a. Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).


b. Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5

meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).

c. Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.

d. Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.

e. Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang

terbesar sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh

pasien.

f. Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.

i. Palpasi: Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan

intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien

glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.

3) Pemeriksaan Hidung

         Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi

hidung serta untuk mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang

dapat dilkakukan dalam pemeriksaan yaiu dengan cara:

i. Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak

inflamasi, dan secret.

ii. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.

4) Pemeriksaan Telinga

        Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar,

saluran telinga, gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi pendengaran.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:

a. telinga baik luar :

i. Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran, bentuk,

kebresihan, adanya lesy.


ii. Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan

kelenturan kartilago.

b.  telinga dalam:

                       Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat

                        Untuk anak     : daun telinga ditarik kebawah

1. Pemeriksaan Pendengaran

a. Pemeriksaan dengan Bisikan

1) Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6

m.

2) Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang

tidak diperiksa.

3) Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.

4) Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.

5) Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.

6) Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.

b. Pemeriksaan dengan Arloji

1) Mengatur susasana tenang.

2) Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.

3) Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.

4) Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi telinga dan

suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.

5) Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.

c. Pemeriksaan dengan Garpu Tala

1. Tes Rinne
1) Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan

ketelapak tangan.

2) Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.

3) Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu

tidak merasakan getaran.

4) Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan didepan

lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel dengan

daun telinga.

5) Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau

tidak.

6) Mencatat hasil pemeriksaan.

2. Tes weber

1. Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan

atau  jari.

2. Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.

3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara

telinga kanan dan kiri atau hanya jelas pada satu sisi saja.

4. Mencatat hasil pemeriksaan.

3. Tes Swebeck

           Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan

pendengaran pasien dengan pemeriksa, dengan cara mendekatkan gt

pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga

pemeriksa.

i. Pemeriksaan Mulut dan Faring


       Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui bentuk

dan kelainan pada mulut dan untuk mengetahui kebersihan mulut.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:

i. Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan

kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,

pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah dan bentuk gigi, gigi

berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi

Cara inspeksi mulut dalam dan  faring:

a) Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur,

warna, kelembaban, dan adanya lesi.

b) Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.

c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus

kassa steril, kemudian minta klien menjulurkan lidah dan

berkata “ah”  amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap

faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).

ii. Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa

ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri. Lakukkan palpasi

dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan

memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata

“el”  sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan

kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari

menahan dagu. catat apakah ada respon nyeri pada tindakan

tersebut.

3.Pemeriksaan Leher
    Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk

mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem

limfatik. Pemeriksaanya dapat dilakukan dengan cara

i. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan

parut, ada atau tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada

atau tidaknya massa, kesimeterisan leher dari depan, belakang dan

samping kanan dan kiri.

ii. Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien

menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk,

permukaanya.).

4. Pemeriksaan Dada ( Thorax )

     Pemeriksaan  paru/pulmonalis bertujuan untuk mengetahui bentuk,

kesimetrisan, ekspansi paru, frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri tekan,

adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus, batas paru dengan organ

disekitarnya, dan untuk mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran

udara. Pemeriksaan dilakukan dengan cara:

i. Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya retraksi

interkosta, amati gerakkan paru, dan amati klavikula dan scapula simetris

atau tidak

ii. Palpasi Ekspansi Paru:

a) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di

dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan

apakah sama paru kiri dan kanan.


b) Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah

scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari kanan dan kiri di dekatkan jangan

samapai  menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari

ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan

ibu jari ka.ki sama atau tidak.

iii. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:

a) Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex

paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .

b) Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-

sembilan” (nada rendah).

c) Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil

pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai

pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.

d) Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.

e) Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.

f) Ulangi/lakukkan pada dada anterior.             

iv. Perkusi

a) Atur pasien dengan posisi supinasi

b) Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai

intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor

seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)

c) Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.

v. Aus/auskultasi

a) Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak


b) Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk

nafas pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:

vesikuler/wheezing/creckels

4. Pemeriksaan Jantung/Cordis

         Pemeriksaan Jantung/Cordis dapat dilakukan dengan cara:

i. Inspeksi: Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2

cm disamping bawah xifoideus.

ii. Palpasi: Merasakan adanya pulsasi

a) Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta

dan spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.

b) Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area

trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi.

c) Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis

midklavicula kiri dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau

PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini.

d) Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau

dibawah sternum.

ii. Perkusi

a) Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung

bagian kiri.

b) Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas

jantung kanan.

c) Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah

jantung.

d) Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.


iii. Auskultasi

a) Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi

selesai.

b) Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada

interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis.

- Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya

katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.

- Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub

semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic

- Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…”  S4: pada

pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.

5. Pemeriksaann Perut atau Abdomen

      Pemeriksaann perut atau abdomen bertujuan untuk mengetahui bentuk dan

gerak-gerakkan perut, untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan untuk

mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen. Tindakan yang

dapat dilakukan dalam pemeriksaan perut atau abdomen yaitu dengan cara:

i. Inspeksi: Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,

penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.

ii. Palpasi :

a) Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri

tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan

tekan secara merata sesuai kuadran.

b) Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar,

ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.

a. Pemeriksaan Hepar
     Pemeriksaan hepar dilakukan dengan cara:

1) Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada

bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12.

2) Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya

organ hepar. Kaji hepatomegali.

b. Pemeriksaan Limpa

Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar

1) Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah

interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian

tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.

2) Pada orang dewasa normal tidak teraba.

c. Pemeriksaan Renalis

Pemeriksaan renalis dapat dilakukan dengan cara:

1) Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah

perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.

2) Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di

bawah kosta kiri.

3) Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya

ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.

6. Pemeriksaan  Genetalia

       Pemeriksaan  Genetalia bertujuan untuk mengetahui adanya lesi, untuk

mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll), dan untuk mengetahui

kebersihan genetalia. Tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan genetalia

yaitu dengan cara:

a. Genetalia laki-laki
i. Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada

penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis

adanya lesi, amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan

ukuran

ii. Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya

nyeri dan tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari

b. Genetalia wanita:

i. Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak,

amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis

ii. Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan

untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.

c. Pemeriksaan Rektum dan Anal

       Pemeriksaan Rektum dan Anal bertujuan untuk mengetahui kondisi

rectum dan anus, untuk mengetahui adanya massa pada rectal, dan untuk

mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid. tindakan yang

dapat dilakukan dalam pemeriksaan rektum dan anal ini yaitu dengan

memposisi kanpria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan

posisi litotomi/ terlentang kaki di angkat dan di topang.

i. Inspeksi: jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan

ulkus.

ii. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan

rasakan adanya nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.

7.       Pemeriksaan Muskuloskeletal

      Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk memperoleh data dasar

tentang otot, tulang dan persendian serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan
otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu. Tindakkan yang dapat

dilakukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal adalah:

a. Muskuli/otot

i. Inspeksi:  Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi

(ukur dan catat jika ada perbedaan dengan meteran).

ii. Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk

mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.

iii. Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau

mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan kanan dan kiri.

iv. Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota

gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki

sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang

terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

b. Tulang/ostium

1) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang

2) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan

c. Persendiaan/articulasi

i. Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.

ii. Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.

iii. Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-

ekstensi, dll).

8.    Pemeriksaan Sistem Neurologi

             Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk mengetahui integritas

sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek.
Tindakkan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan sistem neurologi yaitu

dengan cara:

a. Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)

a) Olfaktorius/penciuman

        Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium  aroma

kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat. Apakah

pasien dapat mengenali aroma.

b) Opticus/pengelihatan

        Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan

mengenali benda-benda disekitar, jelas atau tidaknya.

c) Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil

        Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi pupil

terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.

d) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah

        Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien melihat ke

atas dan bawah.

e) Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang

        Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan usapan kapas

untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada

gerkkan), mengukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada

wajah, mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan mengkaji

kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot

rahang.

f) Abdusen/gerakkan bola mata menyamping


        Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta pasien melihat

kesamping kiri dan kanan.

g) Facial/ekspresi wajah dan pengecapan

        Yaitu dengan meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah,

mengembungkan pipi, menaikkan dan menurunkan alis mata, dan

melihat kesimetrisannya.

h) Auditorius/pendengaran

        Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang di

bicarakkan, dan menyuruh klien mengulangi kata/kalimat.

i) IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan

lidah

        Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin,

pada bagian pangkal lidah, dan gunakkan penekan lidah untuk

menimbulkan “reflek  gag” serta meminta klien untuk mengerakkan

lidahnya.

j) Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara

        Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”, dan menkaji

gerakkan palatum dan faringeal serta memeriksa kerasnya suara

pasien.

k) Asesorius/gerakan kepala dan bahu

        Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan

memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, kaji

dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.

l) Hipoglosal/posisi lidah
        Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah

garis tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.

b. Pengkajian syaraf sensori

a) Minta klien menutup mata

b) Berikkan rasangan pada klien:

- Nyeri superficial: Gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada

kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien

untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana

- Suhu: Sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien

mengatakkan sensasi yang direasakan.

- Vibrasi: Tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan

tempelkan pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk

mengatakkan adanya getaran.

- Posisi: Tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan

naik-turun kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan

diatas/bawah.

- Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok)

dan berikkan waktu beberapa detik, dan suruh pasien untuk

mengatakkan benda apa itu.

c. Pengkajian Reflex:

1) Refleks Bisep

a) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan

posisi tangan pronasi (menghadap ke bawah).


b) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon

bisep dan jari-jari lain diatas tendon bisep.

c) Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks.

2) Refleks Trisep

a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.

b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi.

c) Meminta pasien untuk merilekkan lengan.

d) Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang.

e) Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.

3) Refleks Patella

a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.

b) Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan

di depan dada.

c) Pukul tendo patella, kaji refleks.

4) Refleks Brakhioradialis

a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.

b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit

pronasi.

c) Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar

harmmer, catat reflex.

5) Reflex Achilles

a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi

seperti pada pemeriksaan patella.

b) Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa.

c) Pukul tendo Achilles, kaji reflek.


6) Reflex Plantar (babinsky)

a) Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint)

atau ujung stick harmmer.

b) Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung

telapak kaki sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok

ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.

7) Refleks Kutaneus

- Gluteal

a) Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka

celana seperlunya.

b) Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas.

c) Reflek positif spingter ani berkontraksi.

- Abdominal

a) Minta klien berdiri/berbaring.

b) Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke

medial, kaji gerakkan reflek otot abdominal.

c) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan

kanan).

- Kremasterik/pada pria

a) Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung

kapas.

b) Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang

diransang.
DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) diakses 6


September  2016.
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta.
EGC
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC
Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler. Diakases tanggal 6
September 2016
Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell
Publishing. Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
EGC.
Read more: PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to
toe.html#ixzz4JRNGEREe

Anda mungkin juga menyukai