Anda di halaman 1dari 11

Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

Nama : ____________________________________
NIM : ____________________________________
Semester : ____________________________________
Nama Keterampilan : Pemeriksaan Fisik pada sistem persepsi sensori

Berikan Nilai :
1 : Tidak dilakukan/ dikerjakan sama sekali
2 : Dikerjakan dengan keraguan, uraian langkah belum tepat dan waktu
belum efektif
3 : Dikerjakan dengan baik sesuai langkah-langkahnya, waktu belum
efektif
4 : Dikerjakan dengan baik dan benar, sesuai langkah-langkahnya. Waktu
efektif

Skor
No Langkah Kegiatan Bobot Nilai
1 2 3 4
1 Tahap Pra Interaksi : 20
a. Baca catatan keperawatan/ catatan medis
b. Kaji kebutuhan pasien
c. Hand hygiene

Persiapan Alat :
a. Dokumen hasil pemeriksaan
b. Sarung tangan
c. Penligth
d. Kartu snelen
e. Garpu tala
f. Kartu tes ishihara
g. Kapas/kertas/ kain
h. Air dingin dan panas
i. Otoskop, speculum hidung, cermin kecil.
j. Kasa
k. tongspatel
l. Masker jika diperlukan
2 Tahap Orientasi : 10
1. Ucapkan Assalamu’alaikum Wr. Wb.
2. Perkenalkan Diri
3. Jelaskan Prosedur Tindakan Yang Akan
Dilakukan
4. Menjaga Privasi Klien
5. Doa Bersama
3 Tahap Kerja : 30
1. Lakukan Hand hygiene
2. Memasang sarung tangan dan masker (jika
diperlukan)
3. Pemeriksaan Fisik pada mata
a) Inspeksi
1) Amati bola mata terhadap adanya
protrusi, gerakan mata, lapang
pandang, dan visus.
2) Amati kelopak mata, perhatikan
bentuk dan setiap kelainan dengan
cara sebagai berikut :
 Anjurkan pasien melihat ke
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

depan.
 Bandingkan mata kanan dan
kiri.
 Anjurkan pasien menutup
kedua mata.
 Amati bentuk dan keadaan
kulit pada kelopak mata, serta
pada bagian piggir kelopak
mata, catat setiap ada
kelainan, mis: kemerahan.
 Amati pertumbuhan rambut
pada kelopak mata terkait
dengan ada tidaknya bulu
mata, sertaamati posisi bulu
mata.
 Perhatikan keluasan mata
dalam membuka dan catat ila
ada dropping kelopak mata
atas atau sewaktu mata
membuka (ptosis).
3) Amati konjungtiva dan sclera
 Anjurkan pasien untuk
melihat lurus ke depan.
 Amati konjungtiva untuk
mengetahui ada atau tidaknya
kemerahan, keadaan
vaskularisasi, serta lokasinya.
 Tarik kelopak mata bagian
bawah ke bawah dengan
menggunakan ibu jari.
 Amati keadaan konjungtiva
dan kantong konjungtiva
bagian bawah, catat bila
didapatkan infeksi atau pus
atau bila warnanya tidak
normal, misalnya anemic.
 Bila diperlukan, amati
konjungtiva bagian atas, yaitu
dengan cara membuka atau
membalik kelopak mata atas
dengan prawat berdiri di
belakang pasien.
 Amati warna sclera saat
memeriksa konjungtiva yang
paa keadaan tertentu
warnanya dapat menjadi
ikterik.
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

4) Amati warna iris serta ukuran dan


bentuk pupil. Kemudian lanjutkan
dengan mengevaluasi reaksi pupil
terhadap cahaya. Normalnya
bentuk pupil adalah sama besar
(isokor). Pupil yang mengecil
disebut pinpoint, sedangkan pupil
yang melebar atau dilatasi isebut
midriasis.
5) Cara inspeksi gerakan mata
 Anjurkan pasien untuk melihat
lurus ke depan
 Amati apakah kedua mata tetap
diam atau bergerak secara
spontan (nistagmus) yaitu
gerakan ritmis bola mata, mula
– mula lambat bergerak ke satu
arah, kemudian dengan cepat
kembali ke posisi semula.
 Bila ditemukan adanya
nistagmus, amati bentuk,
frekuensi (cepat atau lambat),
amplitudo (luas/sempit), dan
durasinya (hari/minggu).
 Amati apakah kedua mata
memandang lurus ke depan atau
salah satu mengalami deviasi.
 Luruskan jari telunjuk Anda
dan dekatkan dengan jarak
sekitar 15 – 30 cm.
 Beri tahu pasien utnuk
mengikuti gerakan jari Anda
dan pertahankan posisi kepala
pasien. Gerakkan jari Anda ke
delapan arah untuk mengetahui
fungsi 6 otot mata.

b) Tajam penglihatan (Visus)


 pasien harus berdiri sejauh 6
meter dari kartu tersebut.
 Pasien diminta untuk menutum
mata dengan telapak tangan dan
membaca baris terkecil yang
mungkin.
 Jika yang dapat terbaca ialah
baris 6/60, maka visus mata
pasien adalah 6/60. Ini berarti
bahwa pada jarak 6 meter pasien
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

dpat membaca apa yag dapat


dibaca orang normal pada jarak
60 meter. Jika pada jarak 6 m
pasie tidak dapatmembaca baris
6/60, maka ia didekatkan pada
kartu sampai baris itu terbaca.
Jika pasien baru dapat membaca
pada jarak 1 m, maka tajam
penglihatan pasien adalah 1/60.

c) Uji Lapang Pandang


1) Berdiri di depan pasien.
2) Kaji kedua mata secara terpisah
yaitu dengan cara menutup mata
yang tidak diperiksa.
3) Beri tahu pasien untuk melihat
lurus ke depan dan memfokuskan
pada satu titik pandang, misalnya
hidung anda.
4) Gerakkan jari Anda pada suatu
garis vertikal / dari samping
dekatan ke mata pasien secara
perlahan – lahan.
5) Anjurkan pasien untuk memberi
tahu sewaktu mulai melihat jari
anda.
6) Kaji mata sebelahnya

d) Reflek cahaya pupil


 Pemeriksa meminta pasien melihat
jauh, sementara ia menyinari mata
pasien dengan baerkas cahaya
terang.
 Sumber cahaya harus dating dari
sisi, memanfaatkan hidung sebagai
penghalang mata mengenai mata
sebelah.
 Pemriksa harus mengamati respon
pupil langsung dan konsensual.
 Pemeriksa kemudian melakukan uji
pada mata yang sebelah.

e) Pengenalan warna
Pasien diminta untuk menjawab angka
yang ada di Ishihara Color Test

f) Palpasi
 Beri tahu pasien untuk duduk.
 Anjurkan pasien untuk
memejamkan mata.
 Lakukan palpasi pada kedua bola
mata. Bila tekanan bola mata
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

meninggi, mata terasa keras

4. Pemeriksaan Fisik pada Telinga


a) Test bisik
1) Atur posisi pasien berdiri
membelakangi Anda pada jarak
sekitar 4,5-6 meter.
2) Anjurkan pasien untuk menutup
salah satu telinga yang tidak
diperiksa.
3) Bisikkan suatu bilangan (misalnya.,
tujuh enam).
4) Beri tahu pasien untuk mengulangi
bilangan yang didengar.
5) Periksa telinga sebelahnya dengan
cara yang sama.
6) Bandingkan kemampuan
mendengar pada telingan kanan
dan kiri pasien.

b) Test bisik modifikasi


1) Lakukan dalam ruangan kedap
suara.
2) Bisikkan 10 kata dengan intensitas
suara lebih kecil dari tes bisik
konvensional karena jaraknya juga
lebih dekat dari jarak pada tes bisik
konvensional.
3) Perlebar jarak dengan penderita
yaitu dengan menolehkan kepala
kita atau pemeriksa berada di
belakang penderita sambil
melakukan masking (menutup
telinga penderita yang tidak
diperiksa dengan menekan tragus
penderita ke arah meatus akustikus
eksternus).
4) Pendengaran penderita normal
bilamana penderita masih bisa
mendengar 80% dari semua kata
yang kita bisikkan.
c) Tes garputala
1) tes rinne
 Garputala 512 Hz dibunyikan
secara lunak lalu
menempatkan tangkainya
tegak lurus pada planum
mastoid pasien (belakang
meatus akustikus eksternus).
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

 Setelah pasien tidak


mendengar bunyinya, segera
garputala dipindahkan ke
depan meatus akustikus
eksternus pasien.
 Tes Rinne positif jika pasien
masih dapat mendengarnya.
Sebaliknya tes rinne negatif
jika pasien tidak dapat
mendengarnya
atau
 Garputala 512 Hz di bunyikan
secara lunak lalu
menempatkan tangkainya
secara tegak lurus pada
planum mastoid pasien.
 Segera pindahkan garputala
didepan meatus akustikus
eksternus.
 Kita menanyakan kepada
pasien apakah bunyi garputala
didepan meatus akustikus
eksternus lebih keras dari
pada dibelakang meatus
skustikus eksternus (planum
mastoid).
 Tes rinne positif jika pasien
mendengar didepan maetus
akustikus eksternus lebih
keras. Sebaliknya tes rinne
negatif jika pasien mendengar
didepan meatus akusti

2) tes weber
membunyikan garputala 512 Hz
lalu tangkainya di letakkan tegak
lurus pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang
mendengar atau mendengar lebih
keras. Jika telinga pasien
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

mendengar atau mendengar lebih


keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
Jika kedua pasien sama-sama tidak
mendengar atau sam-sama
mendengaar maka berarti tidak ada
lateralisasi.

3) Tes Swabach
Penguji meletakkan pangkal
garputala yang sudah digetarkan
pada puncak kepala probandus.
Probandus akan mendengar suara
garputala itu makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak
mendengar suara garputala lagi.
Pada saat tidak mendengar suara
garputala, maka penguji akan
segera memindahkan garputala itu,
ke puncak kepala orang yang
diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding).
Bagi pembanding dua
kemungkinan dapat terjadi: akan
mendengar suara, atau tidak
mendengar suara.

5. Pemeriksaan Fisik pada Kulit


a) Inspeksi dan palpasi
 Warna
 Suhu
 Kelembaban
 kekeringan tekstur kulit (kasar atau
halus)
 lesi
 vaskularisasi
 mobilitas
 kondisi rambut
 kuku
 Turgor kulit
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

 edema
b) pemeriksaan sensitibilitas
 Rasa raba : sebagai perangsang
dapat digunakan sepotong kapas,
kertas atau kain dan ujungnya
diusahakan sekecil mungkin.
Hindarkan adanya tekanan atau
pembangkitan rasa nyeri. Periksa
seluruh tubuh dan bandingkan
bagian-bagian yang simetris.
Thigmentesia berarti rasa raba
halus. Bila rasa raba hilang disebut
thigmanesthrsia.
 Rasa nyeri dilakukan dengan
menggunakan jarum atau peniti.
Tusukan hendaknya cukup keras
sehingga betul-betul dirasakan rasa-
nyeri dan bukan rasa-disemtuh atau
rasa-raba. Kita periksa seluruh
tubuh, dan bagian-bagian yang
simetris dibandingkan. Bila bagian
yang simetris dibandingkan,
tusukan harus sama kuat.
 Rasa suhu : pemeriksaan rasa-suhu
diperiksa seluruh tubuh dan
dibandingkan bagian-bagian yang
simetris. Bagian yang simetris ini
harus diusahakan agar berada dalam
kondisi yang sama

6. Pemeriksaan Fisik pada Hidung


a) Inspeksi dan palpasi
inspeksi dan palpasi hidung bagian
luar serta palpasi sinus-sinus :
1) Duduk menghadap pasien.
2) Atur penerangan dan amati
hidung bagian luar dari sisi
depan, samping, dan sisi atas.
Perhatikan bentuk atau tulang
hidung dari ketiga sisi ini.
3) Amati warna dan pembengkakan
pada kulit hidung.
4) Amati kesimetrisan lubang
hidung.
5) Lanjutkan dengan melakukan
palpasi hidung luar dan catat bila
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

ditemukan ketidaknormalan kulit


atau tulang hidung.
6) Kaji mobilitas septum nasi.
7) Palpasi sinus maksilaris ,
frontalis, dan etmoidalis.
Perhatikan adanya nyeri tekan.
inspeksi hidung bagian dalam :
1) Duduk menghadap pasien.
2) Pasang lampu kepala.
3) Atur lampu sehingga tepat
menerangi lubang hidung.
4) Elevasikan ujung hidung pasien
dengan cara menekan hidung
secara lembut dengan ibu jari
anda, kemudian amati bagian
anterior lubang hidung.
5) Amati posisi septum nasi dan
kemungkinan adanya perfusi.
6) Amati bagian konka nasalis
inferior.
7) Pasang ujung speculum hidung
pada lubang hidung sehingga
rongga hidung dapat diamati.
8) Untuk memudahkan pengamatan
pada dasar hidung, atur posisi
kepala sedikit menengadah.
9) Dorong kepala menengadah
sehingga bagian atas rongga
hidung mudah diamati.
10) Amati bentuk dan posisi septum,
kartilago, dan dinding-dinding
rongga hidung serta selaput lendir
pada rongga hidung (warna ,
sekresi, dan bengkak).
11) Bila sudah selesai, lepas
speculum secara perlahan-lahan.

7. Pemeriksaan Fisik pada lidah


a) Inspeksi
1) Warna lidah
2) Bentuk lidah
 Periksa mukosa apakah ada
massa?
 Apakah lidahnya lembab?
 Apakah ada lesi berbentuk
massa pada sisi atau
permukaan bawah lidah?

b) Pemeriksaan Saraf Kranialis XII


Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

Minta pada pasien untuk menjulurkan


lidahnya. Apakah lidah tersebut
berdeviasi ke satu sisi? Kelumpuhan
nervus hipoglosus atau saraf kranialis
kedua belas membuat otot-otot lidah
pada sisi yang terkena tidak dapat
berkontraksi dengan normal.

c) Palpasi
 Palpapsi lidah dilakukan dengan
meminta pasien untuk
menjulurkan lidahnya ke dalam
sepotong kasa.
 Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan
kiri pemeriksa ketika sisi-sisi lidah diinspeksi
dan dipalpasi dengan tangan kanan

8. Memastikan dokumentasi sudah lengkap


9. Lakukan Hand hygiene
4 Tahap Terminasi : 20
1. Tanyakan respon klien
2. Beri reinforcement positif
3. Kontrak tindakan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
5 Dokumentasi : 20
1. Respon Klien (SOAP)
2. Tanggal, Jam.
3. Tanda Tangan Perawat
Total Bobot 100 ∑ Nilai

Catatan :
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

Keterangan :
1. Nilai = Skor x Bobot

2.

Penilaian :
Nilai Huruf Nilai Huruf Nilai Huruf
≥ 90 : A+ 70 - <75 : B 40 - < 60 : D
80 - < 90 : A 65 - <70 : C+ < 40 : E
75 - < 80 : B+ 60 - < 65 : C

Total Nilai :

Probolinggo, ______________________
Dosen Penguji
Format Penilaian Objective Structure Clinical Examination
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid

_________________________________

Anda mungkin juga menyukai