A. Definisi
Pemeriksaan sistem yang berhubungan dengan sistem neurologi
B. Tujuan
Mengetahui ciri – ciri normal fungsi neurologi yang berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari.
i
Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan
18. Kasa
E. Prosedur kerja
a. Nervus Olfaktorius
Cara Pemeriksaan :
Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau adanya polip atau sekret.
Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman sehingga mempengaruhi
hasil pemeriksaan. (bersihkan sekret kemudian kalau perlu gunakan
dekongestan hidung).
Zat pengetes yang digunakan adalah zat yang sudah dikenal klien seperti
kopi, teh, tembakau, atau cengkeh. Hindarkan zat yang dapat mengiritasi
hidung seperti mentol, amoniak, alkohol atau cuka.
Lakukan pemeriksaan terhadap hidung satu persatu.
Klien tutup mata, dan minta klien atau pemeriksa menutup salah satu lubang
hidung klien,kemudian klien disuruh mencium salah satu zat pengetes dan
ditanya apakah klien mencium bau sesuatu dan apa yang diciumnya.
Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.
Penilaian :
normosmi jika klien dapat mengenal semua zat pengetes dengan baik, bila
b. Nervus Optikus
a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan
tangan.
Cara pemeriksaan:
Cara pemeriksaan:
Untuk klien dengan ketajaman penglihatan yang agak buruk atau tidak dapat
diperiksa dengan huruf snellen,dapat dipakai cara menghitung jari sampai
berapa jauh klien dapat menghitung jari pemeriksa.
Gerakan tangan Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi
bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/300.
Cara pemeriksaan:
Kien di suruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 60
- 100 cm. Jelaskan prosedur pemeriksaan
Jika mata kanan yang akan di periksa, maka mata kiri klien harus
di tutup, misalnya dengan tangan klien atau kertas, sementara
pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian klien di suruh
melihat terus ( memfiksasi matanya) pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan klien.
Kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pemeriksa dengan klien. Gerakan di lakukan dari arah
luar ke dalam.
Jika klien melihat jari pemeriksa klien akan memberitahu pemeriksa,
dan akan di bandingkan apakah pemeriksa juga melihatya. Bila ada
gangguan penglihatan maka pemeriksa akan melihat terlebih dahulu.
Lakukan pemeriksaan ini dengan gerakan jari tangan dari semua
jurusan dan kedua mata diperiksa secara bergantian.
c. Refleks Pupil
a) Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping ( sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil
untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi
prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang di sinari akan
mengecil.
c. Nervus Okulomotorius
a. Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupila
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak
mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis
dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada
mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang / ke atas
(untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
c. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
• Bentuk dan ukuran pupil;
• Perbandingan pupil kanan dan kiri.
Perbedaan : pupil sebesar 1mm masih dianggap normal
d. Nervus Troklearis
Pemeriksaan meliputi Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata
ke lateral bawah, strabismus konvergen, diplopia.
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil.
Yang diperiksa adalah ukuran pupil ( miosis bila ukuran pupil < 2
mm, normal dengan ukuran 4 - 5 mm, pin point pupil bila ukuran
pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran > 5 mm), bentuk pupil,
kesamaan ukuran antara kedua pupil ( isikor / sama, anisokor / tidak
sama ), dan reaksi pupil terhadap cahaya ( positif bila tampak
kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah
terdapat perdarahan pupil ( diperiksa dengan funduskopi ).
e. Nervus Trigeminus
Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah.
Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan reflex.
a.Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.
Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan
membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain.
Cara pemeriksaan:
Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada
kulit
Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan
pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah
yang terasa tajam.
Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati
puncak kepala.
Pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus
dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh
mengatakan “ ya ” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.
b. Motorik
Cara pemeriksaan:
c. Refleks
Langsung
Pasien diminta melirik ke arah latero superior, kemudian dari arah
lain kapas di sentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik
ke arah kanan atas maka kapas di sentuhkan pada kornea mata kiri dan
lakukan sebaliknya pada mata yang lain.
• Refleksmasseter
Penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu
diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks.
Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif
lemah yaitu penutupan mulut ringan.
Cara pemeriksaan:
Beri sedikit gula,garam,kopi secara bergantian pada 2/3 lidah bagian depan
(dengan tetap menjulurkan lidahnya)
Tanyakan rasa apa yg tadi dirasakan apakah manis,asin atau pahit.
b. Ketajaman pendengaran
Cara pemeriksaan :
Telinga klien diuji berganti-ganti dengan mendengar detik arloji diruangan yang
sunyi
Bandingkan dengan telinga pemeriksa (telinga pemeriksa harus normal)
penilaian: Jika pemeriksa mendengar detik arloji pada jarak 1 meter dan
pasien hanya 0,5 mtr, maka pasien dinyatakan dengan 50/100 dalam cm
Cara pemeriksaan :
Tes Rinne
Klien di instruksikan berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata ditutup, lakukan selama 30 menit
pada orang yang normal mampu berdiri dengan sikap tersebut selama 30 detik.
Beritahu klien agar saat test untuk tetap mempertahankan posisinya ditempat
Klien diinstruksikan untuk berjalan ditempat dengan mata tertutup
selama 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa.
hasil tes abnormal jika kedudukan akhir klien beranjak lebih dari 1 meter
dari tempat semula atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
a. Fungsi motorik
Cara pemeriksaan:
b. Refleks faring
Cara pemeriksaan:
Tentukan dan ukur kekuatan otot dengan cara, yaitu: klien disuruh menoleh,
misalnya ke kanan kemudian pemeriksa menahan dengan tangan pada bagian
dagu klien. Bandingkan kekuatan otot antara kiri dan kanan.
b. Otot Trapezius
Cara pemeriksaan:
c) Palpasi
Cara pemeriksaan:
F. Evaluasi
1. Kaji respon pasien
2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan
2. Respon klien
3. Hasil pemeriksaan
4. Nama dan tanda tangan perawat
NPM : ..................................................................................
Tanggal : ……..........................................................................
Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik
2. Kaji keadaan umum klien 1
3. Kaji TTV pada medikal rekord
klien
B. PERENCANAAN
a. Persiapan Alat
1. Garpu talla
2. Buku isichara
3. Cotton bud
4. Minyak kayu putih 1
5. Bros/pin
6. Hammer reflek
7. Senter
8. Tounge spatel
9. Kapas
10. Garam, gula,jeruk,kopi
11. Baki
12. Bak instrumen
13. Bengkok
14. Kom
15. Snelen chart
16. Buku
17. Pulpen
18. Kasa
b. Persiapan Klien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. 1
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga
tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika
diinginkan.
.
C. PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien :
a. Nervus Olfaktorius
Cara Pemeriksaan :
5
Periksa lubang hidung, apakah ada
sumbatan atau adanya polip atau
sekret. Hal ini dapat mengurangi
ketajaman penciuman sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
(bersihkan sekret kemudian kalau
perlu gunakan dekongestan hidung).
Zat pengetes yang digunakan
adalah zat yang sudah dikenal
klien seperti kopi, teh, tembakau,
b. Nervus Optikus
a) Pemeriksaan penglihatan sentral
(visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa
dengan kartu snellen, jari tangan, dan
gerakan tangan.
Cara pemeriksaan:
Cara pemeriksaan:
b) Pemeriksaan Penglihatan
Perifer(visual field)
Pemeriksaan penglihatan perifer
dikenal dengan pemeriksan lapang
pandang.
Cara pemeriksaan:
Refleks Pupil
a) Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan
sinar dari samping (sehingga
pasientidak memfokus pada
cahaya dan tidak berakomodasi)
ke arah salah satu pupil untuk
melihat reaksinya terhadap
cahaya. Inspeksi kedua pupil dan
ulangi prosedur ini pada sisi
c. Nervus Okulomotorius
a) Ptosis, Gerakan bola mata dan
Pupila
Pada keadaan normal bila
seseorang melihat ke depan maka
batas kelopak mata atas akan
memotong iris pada titik yang sama
secara bilateral. Ptosis dicurigai bila
salah satu kelopak mata memotong
iris lebih rendah dari pada mata yang
lain, atau bila pasien mendongakkan
kepala ke belakang / ke atas (untuk
kompensasi) secara kronik atau
mengangkat alis mata secara kronik
pula.
b) Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan
mengikuti gerakan jari atau ballpoint
ke arah medial, atas, dan bawah,
sekaligus ditanyakan adanya
penglihatan ganda (diplopia) dan
dilihat ada tidaknya nistagmus
serta adanya strabismus (juling).
Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
• Bentuk dan ukuran pupil;
• Perbandingan pupil kanan dan
kiri.
Perbedaan : pupil sebesar 1mm
masih dianggap normal
Refleks pupil Meliputi
pemeriksaan :
d. Nervus Troklearis
Pemeriksaan meliputi Pergerakan
bola mata ke bawah dalam, gerak
mata ke lateral bawah, strabismus
konvergen, diplopia.
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil dengan
menggunakan penerangan senter
kecil. Yang diperiksa adalah
ukuran pupil (miosis bila ukuran
pupil < 2 mm, normal dengan
ukuran 4 - 5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil
dan midiriasis dengan ukuran > 5
mm), bentuk pupil, kesamaan
ukuran antara kedua pupil
(isikor / sama, anisokor / tidak
sama ), dan reaksi pupil
terhadap cahaya positif bila
tampak kontraksi pupil, negative
bila tidak ada kontraksi pupil.
Dilihat juga apakah terdapat
perdarahan pupil ( diperiksa
dengan funduskopi ).
e. Nervus Trigeminus
Merupakan syaraf yang
a) Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu
oftalmik, maksila, mandibula.
Pemeriksaan dilakukan pada ketiga
cabang saraf tersebut dengan
membandingkan sisi yang satu dengan
sisi yang lain.
Cara pemeriksaan:
b) Motorik
Cara pemeriksaan:
c) Refleks
Pemeriksaan Refleks meliputi
• Refleks kornea, terdiri dari:
Langsung
Pasien diminta melirik ke
arah latero superior, kemudian
dari arah lain kapas di
sentuhkan pada kornea mata,
misal pasien diminta melirik ke
arah kanan atas maka kapas di
sentuhkan pada kornea mata
kiri dan lakukan sebaliknya
pada mata yang lain.
Cara pemeriksaan:
b) Ketajaman pendengaran
Cara pemeriksaan :
Refleks faring
Cara pemeriksaan:
lidah
Bila terlihat faring terangkat dan lidah
ditarik,dikatakan refleks faring positif
Otot Trapezius
Cara pemeriksaan:
cepat.
b) Perhatikan kekuatan gerakannya.
c) Palpasi
Cara pemeriksaan:
D. EVALUASI
1
1. Kaji respon klien selama tindakan
2. Dokumentasi tindakan yang dilakukan
E. DOKUMENTASI
TOTAL NILAI 10
Rekomendasi Penguji :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Keterangan nilai :
Penguji
(……………………………………….)
A. Definisi
Reflek patologis adalah reflek yang tidak dapat dibangkitkan pada orang yang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil, sedangkan reflek fisiologis adalah reflek yang dapat
dibangkitkan pada orang yang sehat.
B. Tujuan
1. Salah satu cara untuk mendiagnosa suatu penyakit
2. Untuk mengetahui adanya kelainan yang diakibatkan oleh suatu penyakit.
C. Persiapan Pasien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika diinginkan.
5. Menciptakan lingkungan/ruangan yang aman dan nyaman.
a. Refleks Fisiologis
a) Refleks Glabela
Berikan pukulan singkat pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis.
Hasil :
Hasil :
M.triceps sure akan berkontraksi dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki.
b. Refleks Patologis
a) Babinski
Baringkan dan istirahatkan Klien dengan tungkai diluruskan.
Pegangan pergelangan kaki Klien agar tetap pada tempatnya.
Goreskan ujung reflex hammer dengan perlahan-lahan pada telapak kaki Klien
bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari.
Hasil :
Reaksi positif, bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari yang dapat disertai gerak
mekarnya jari-jari lainnya.
b) Oppenheim
Baringkan Klien dan luruskan kedua tungkai.
Urut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, dari arah bawah/distal.
c) Gordon
Baringkan dan luruskan kedua tungkai Klien.
Pencet/cubit otot betis.
d) Scaefer
Baringkan dan luruskan kedua tungkai Klien.
Pencet/cubit tendon Achilles
e) Gonda
Baringkan dan luruskan kedua tungkai kaki Klien.
Pencet dan tekan satu jari kaki, kemudian lepaskan sekonyong-konyong.
f) Chaddock
Baringkan dan luruskan kedua tungkai kaki Klien.
Gores daerah lateral maleolus dengan menggunakan ujung hammer yang lancip.
F. Evaluasi
1. Respon klien selama tindakan
2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat respon klien selama tindakan
2. Catat hasil pemeriksaan
3. Waktu pelaksanaan
4. Nama dan tanda tangan perawat
Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik 1
2. Kaji keadaan umum klien
3. Kaji TTV pada Medikal Record klien
B. PERENCANAAN
1. Persiapan Pasien dan lingkungan
a. Menjelaskan pada Klien jenis 1
pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan
dari tindakan yang akan dilakukan.
c) Refleks Biceps
Pegang lengan Klien yang
disemifleksikan sambil
menempatkan ibu jari di
atas tendo otot biceps.
Ibu jari kemudian diketok.
Hasil :
Tampak gerakan fleksi
lengan bawah.
d) Refleks Triceps
Pegang lengan bawah
Klieen yang difleksikan
setengah/semifleksi.
Ketok pada tendo insersi
m.triceps yang berada
sedikit diatas olecranon.
Hasil :
Lengan bawah mengadakan
gerakan ekstensi.
e) Refleks Brakhioradialis
f) Refleks Ulna
Lengan bawah Klien di
semifleksi dan di
semipronasi.
Ketok pada prosessus
stilodes dari ulna.
Hasil :
Tampak gerakan pronasi
pada lengan bawah dan
kadang-kadang juga
gerakan aduksi pada
pergelangan tangan.
b. Refleks Patologis
a) Babinski
Baringkan dan istirahatkan
Klien dengan tungkai
diluruskan.
Pegangan pergelangan kaki
Klien agar tetap pada
tempatnya.
Goreskan ujung reflex
hammer dengan perlahan-
lahan pada telapak kaki
Klien bagian lateral, mulai
dari tumit menuju pangkal
jari.
Hasil :
Reaksi positif, bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari
yang dapat disertai gerak
mekarnya jari-jari lainnya.
b) Oppenheim
Baringkan Klien dan
luruskan kedua tungkai.
Urut dengan kuat tibia dan
otot tibialis anterior, dari
arah bawah/distal.
c) Gordon
Baringkan dan luruskan
kedua tungkai Klien.
Pencet/cubit otot betis.
d) Scaefer
Baringkan dan luruskan
kedua tungkai Klien.
Pencet/cubit tendon
Achilles.
e) Gonda
Baringkan dan luruskan
kedua tungkai kaki Klien.
Pencet dan tekan satu jari
D. EVALUASI
1
1. Kaji respon klien selama tindakan
2. Dokumentasi tindakan yang
dilakukan
E. DOKUMENTASI
TOTAL NILAI 10
Rekomendasi Penguji :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Keterangan nilai :
Tarakan, ……..…………………………
penguji
(……………………………………….)
A. Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk merangsang selaput otak yang meradang atau
dirongga subarakhnoid yang terdapat benda asing
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya kelainan pada selaput otak
C. Persiapan Pasien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika diinginkan
5. Menciptakan lingkungan/ruangan yang aman dan nyaman.
6. Atur pencahayaan lingkungan yang cukup.
7. Tutup pintu ruangan/pasang sampiran.
D. Persiapan Alat
1. Buku catatan
2. Pulpen
E. Prosedur Kerja
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien :
a. Test Koordinasi Gerak
a) Disdiadokokinesia
Hasil :
Pada sesi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.
f) Tremor intensi
Percobaan Jari-jari :
Suruh Klien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil
menutup mata.
Suruh Klien untuk mempertemukan jari-jarinya di tengah depan.
Hasil :
Lengan di sisi lesi akan ketinggalan dalam gerakan ini, dan
mengakibatkan jari sisi yang sehat melampaui garis tengah.
Percobaan tumit-lutut.
g) Disgrafia
Suruh Klien untuk menulis huruf.
Hasil :
Huruf yang di tulis akan terlihat besar-besar dan kadang makin
lama makin besar dan hurufnya tidak bagus dan kaku.
b. Iritasi Menigeal
a) Kaku kuduk
Baringkan Klien.
Tempatkan tangan pemeriksa dibawah kepala Klien.
Tekukkan kepala Klien ( fleksi ) dan usahakan agar dagu mencapai
dada. Selama penekukan perhatikan adanya tahanan.
Hasil :
Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada.
b) Lasegue sign
Baringkan Klien.
Luruskan /ekstensikan kedua tungkai Klien.
Angkat lurus salahsatu tungkai, kemudian bengkokkan ( fleksikan )
pada persendian panggul Klien. Sedangkan tungkai yang satu lagi
harus selalu dalam keadaan ekstensi ( lurus ).
Hasil :
Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum kita mencapai 70
derajat, maka di sebut lesegue positif.
c) Brudzinski I sign
Baringkan Klien.
Letakkan tangan perawat di bawah kepala Klien sedangkan tangan
yang satu lagi ditempatkan di dada Klien .
Tekukkan kepala Klien sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
Hasil :
e) Kernig sign
Baringkan Klien.
Fleksikan paha Klien pada persendian panggul sampai membuat
sudut 90 derajat.
Ekstensikan tungkai bawah pada persendian lutut ( pada orang
normal biasanya dapat melakukan ekstensi sampai sudut 135
derajat antara tungkai bawah dan atas ).
Perhatikan apakah terdapat tahanan dan nyeri.
Hasil :
Kernig sign positif bila, terdapat tahana dan nyeri sebelum
mencapai 135 derajat.
F. Evaluasi
1. Respon klien selama tindakan
2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat respon klien selama tindakan
2. Catat hasil pemeriksaan
3. Waktu pelaksanaan
Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik 1
2. Kaji keadaan umum klien
3. Kaji TTV pada medikal rekord
klien
B. PERENCANAAN
dilakukan.
c. Mengatur posisi Klien.
d. Menghadirkan keluarga Klien jika
diinginkan.
2. Persiapan Alat
1
a. Buku catatan
b. Pulpen.
C. PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien : 5
a. Test Koordinasi Gerak
a) Disdiadokokinesia
Suruh Klien merentangkan
kedua lengannya kedepan.
Suruh Klien untuk mensupinasi
dan pronasi lengan bawahnya
secara bergantian dengan cepat.
Hasil :
Pada sesi lesi, gerakan ini
dilakukan lamban dan tidak
tangkas.
b) Tes tunjuk hidung
Suruh Klien menutup mata dan
meluruskan lengannya
kesamping.
Suruh Klien menunjuk telunjuk
pemeriksa, kemudian menunjuk
Hidungnya berulang-ulang.
Hasil :
Pada lesi serebral telunjuk tidak
sampai dihidung tetapi
melewatinya dan sampai di pipi
atau jari tampak tremor pada
saat mendekati hidung.
c) Nistagmus
Klien disuruh melihat jari
pemeriksa dan minta untuk
mengikuti gerakannya yaitu
kesamping kiri, kanan, atas dan
bawah.
Hasil :
Sikap bolamata yang seharusnya
tetap bila ia di fiksasi pada satu
jurusan menjadi berubah-ubah,
yaitu bolamata bergerak secara
spontan cepat kearah fiksasi, lalu
kembali secara spontan lambat
ke posisi semula dan seterusnya
bolak-balik.
d) Fenomena rebound
Klien disuruh meluruskan
lengannya.
Suruh Klien menarik tangannya
kea rah bahu atau hidung Klien
sambil kita halangi ( berikan
tahanan ).
Lepas tahanan secara mendadak.
Hasil :
Gerakan fleksi ini tidak segera
berhenti dan tangan akan
memukul bahu atau muka Klien
dengan keras Jadi tampak
ketidakmampuan menghentikan
gerakan dengan segera.
e) Tremor intensi
Percobaan Jari-jari :
Suruh Klien merentangkan
kedua lengannya ke samping
sambil menutup mata.
Suruh Klien untuk
mempertemukan jari-jarinya di
tengah depan.
Hasil :
Lengan di sisi lesi akan
ketinggalan dalam gerakan ini,
dan mengakibatkan jari sisi yang
sehat melampaui garis tengah.
Percobaan tumit-lutut.
f) Disgrafia
Suruh Klien untuk menulis
huruf.
Hasil :
Huruf yang di tulis akan terlihat
besar-besar dan kadang makin
lama makin besar dan hurufnya
tidak bagus dan kaku.
b. Iritasi Menigeal
a) Kaku kuduk
Baringkan Klien.
Tempatkan tangan pemeriksa
dibawah kepala Klien.
Tekukkan kepala Klien ( fleksi )
dan usahakan agar dagu
mencapai dada. Selama
penekukan perhatikan adanya
tahanan.
Hasil :
Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada.
b) Lasegue sign
Baringkan Klien.
Luruskan /ekstensikan kedua
tungkai Klien.
Angkat lurus salahsatu tungkai,
kemudian bengkokkan
( fleksikan ) pada persendian
panggul Klien. Sedangkan
tungkai yang satu lagi harus
selalu dalam keadaan ekstensi
( lurus ).
Hasil :
Pada keadaan normal, kita dapat
mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit dan
tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan
tahanan sebelum kita mencapai
70 derajat, maka di sebut
lesegue positif.
c) Brudzinski I sign
Baringkan Klien.
Letakkan tangan perawat di
bawah kepala Klien sedangkan
tangan yang satu lagi
ditempatkan di dada Klien .
Tekukkan kepala Klien sejauh
mungkin sampai dagu mencapai
dada.
Hasil :
Tanda Brudzinski I positif bila,
tindakan ini mengakibatkan
fleksi kedua tungkai.
d) Brudzinski II sign
Baringkan Klien.
Fleksikan satu tungkai pada
persendian Klien, sedangkan
tungkai yang satu berada dalam
keadaan ekstensi/lurus.
Hasil :
Brudzinski II positif bila tungkai
yang satu ini ikut pula terfleksi.
e) Kernig sign
Baringkan Klien.
Fleksikan paha Klien pada
persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat.
Ekstensikan tungkai bawah pada
persendian lutut ( pada orang
normal biasanya dapat
melakukan ekstensi sampai
sudut 135 derajat antara tungkai
bawah dan atas ).
Perhatikan apakah terdapat
tahanan dan nyeri.
Hasil :
Kernig sign positif bila, terdapat
tahana dan nyeri sebelum
mencapai 135 derajat.
D. EVALUASI
E. DOKUMENTASI
Keterangan nilai :
Tarakan, ……..…………………………
Penguji
(……………………………………)
DAFTAR PUSTAKA
2. Prof. DR.dr. S.M. Lumbantobing. 2004. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Cetakan ke 6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
3 Hidayat, Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.