Anda di halaman 1dari 60

Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL

A. Definisi
Pemeriksaan sistem yang berhubungan dengan sistem neurologi
B. Tujuan
Mengetahui ciri – ciri normal fungsi neurologi yang berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari.

C. Persiapan klien dan lingkungan


1. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
2. Atur posisi klien
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Atur pencahayaan
D. Persiapan Alat
1. Garpu talla
2. Buku isichara
3. Cotton bud
4. Minyak kayu putih
5. Bros/pin
6. Hammer reflek
7. Senter
8. Tounge spatel
9. Kapas
10. Garam, gula,jeruk,kopi
11. Baki
12. Bak instrumen
13. Bengkok
14. Kom
15. Snelen chart
16. Buku
17. Pulpen

i
Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

18. Kasa
E. Prosedur kerja
a. Nervus Olfaktorius

Cara Pemeriksaan :

 Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau adanya polip atau sekret.
Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman sehingga mempengaruhi
hasil pemeriksaan. (bersihkan sekret kemudian kalau perlu gunakan
dekongestan hidung).
 Zat pengetes yang digunakan adalah zat yang sudah dikenal klien seperti
kopi, teh, tembakau, atau cengkeh. Hindarkan zat yang dapat mengiritasi
hidung seperti mentol, amoniak, alkohol atau cuka.
 Lakukan pemeriksaan terhadap hidung satu persatu.
 Klien tutup mata, dan minta klien atau pemeriksa menutup salah satu lubang
hidung klien,kemudian klien disuruh mencium salah satu zat pengetes dan
ditanya apakah klien mencium bau sesuatu dan apa yang diciumnya.
 Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.

Penilaian :
normosmi jika klien dapat mengenal semua zat pengetes dengan baik, bila

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 1


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

daya penciuman berkurang disebut hiposmi, jika tidak dapat mencium


sama sekali disebut anosmi.

b. Nervus Optikus
a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan
tangan.
Cara pemeriksaan:

 Klien dianjurkan duduk pada jarak 5 atau 6 meter menghadap table


 Mata kanan dan kiri diperiksa bergantian dengan menutup sebelah mata
dengan tangan klien tanpa menekan bola mata
 Klien disuruh membaca huruf yang ditunjuk oleh pemeriksa pada tabel snellen
mulai dari atas ke bawah.
 Bila klien dapat membaca sampai baris paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya normal (6/6). Jika tidak maka visusnya tidak normal, dan hal
ini di nyatakan dengan menggunakan pecahan, misalnya 6/20, ini berarti
bahwa huruf yang seharusnya dapat dibaca dari jarak 20 m, ia hanya dapat
membaca dari jarak 6 m.

Cara pemeriksaan:

 Untuk klien dengan ketajaman penglihatan yang agak buruk atau tidak dapat
diperiksa dengan huruf snellen,dapat dipakai cara menghitung jari sampai
berapa jauh klien dapat menghitung jari pemeriksa.
 Gerakan tangan Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi
bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/300.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 2


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Untuk ketajaman penglihatan yang lebih buruk lagi dapat diperiksa


dengan melihat gerakan tangan dan penilaiannya adalah …/300. misalnya
klien hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 3m, maka
klien tersebut memiliki ketajaman penglihatannya adalah 3/300. Jika
klien hanya dapat membedakan antara gelap dan terang (cahaya), maka
visusnya ialah 1/~.

b. Pemeriksaan Penglihatan Perifer(visual field)


Pemeriksaan penglihatan perifer dikenal dengan pemeriksan lapang pandang

Cara pemeriksaan:

 Kien di suruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 60
- 100 cm. Jelaskan prosedur pemeriksaan
 Jika mata kanan yang akan di periksa, maka mata kiri klien harus
di tutup, misalnya dengan tangan klien atau kertas, sementara
pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian klien di suruh
melihat terus ( memfiksasi matanya) pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan klien.
 Kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pemeriksa dengan klien. Gerakan di lakukan dari arah
luar ke dalam.
 Jika klien melihat jari pemeriksa klien akan memberitahu pemeriksa,
dan akan di bandingkan apakah pemeriksa juga melihatya. Bila ada
gangguan penglihatan maka pemeriksa akan melihat terlebih dahulu.
 Lakukan pemeriksaan ini dengan gerakan jari tangan dari semua
jurusan dan kedua mata diperiksa secara bergantian.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 3


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

c. Refleks Pupil
a) Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping ( sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil
untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi
prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang di sinari akan
mengecil.

b) Respon cahaya konsensual


Jika pada pupil yang satu di sinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil
dengan ukuran yang sama

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 4


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

c. Nervus Okulomotorius
a. Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupila
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak
mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis
dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada
mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang / ke atas
(untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.

b. Gerakan bola mata


Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke
arah medial, atas, dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan
ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus serta adanya strabismus
(juling).

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 5


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

c. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
• Bentuk dan ukuran pupil;
• Perbandingan pupil kanan dan kiri.
Perbedaan : pupil sebesar 1mm masih dianggap normal

Refleks pupil Meliputi pemeriksaan :

 Refleks cahaya langsung (bersama N. II)


 Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)
 Refleks pupil akomodatif atau konvergens
 Bila seseorang melihat benda didekat mata ( melihat hidungnya sendiri)
kedua otot rektus medialis akan berkontraksi.

d. Nervus Troklearis
Pemeriksaan meliputi Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata
ke lateral bawah, strabismus konvergen, diplopia.
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil.
Yang diperiksa adalah ukuran pupil ( miosis bila ukuran pupil < 2
mm, normal dengan ukuran 4 - 5 mm, pin point pupil bila ukuran
pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran > 5 mm), bentuk pupil,
kesamaan ukuran antara kedua pupil ( isikor / sama, anisokor / tidak
sama ), dan reaksi pupil terhadap cahaya ( positif bila tampak
kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah
terdapat perdarahan pupil ( diperiksa dengan funduskopi ).

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 6


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

e. Nervus Trigeminus
Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah.
Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan reflex.

a.Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.
Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan
membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain.
Cara pemeriksaan:

 Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada
kulit
 Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan
pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah
yang terasa tajam.
 Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati
puncak kepala.
 Pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus
dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh
mengatakan “ ya ” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

b. Motorik
Cara pemeriksaan:

 Pemeriksaan di mulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot – otot


temporalis dan masseter.
 Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya
kontraksi masseter diatas mandibula.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 7


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya dan pertahankan tetap


terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari
cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi ke arah sisi yang lemah
(yang terkena)

c. Refleks

Pemeriksaan Refleks meliputi


• Refleks kornea, terdiri dari:

 Langsung
Pasien diminta melirik ke arah latero superior, kemudian dari arah
lain kapas di sentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik
ke arah kanan atas maka kapas di sentuhkan pada kornea mata kiri dan
lakukan sebaliknya pada mata yang lain.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 8


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Tak langsung (konsensual)


Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan reflex menutup
mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks
kornea konsensual ini sama dengan reflex cahaya konsensual,
yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).

• Refleksmasseter
Penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu
diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks.
Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif
lemah yaitu penutupan mulut ringan.

6. Nervus Abdusens (N. VI)


Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral
atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien
di suruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan
keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik.
Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot
mata, nistagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.

Cara pemeriksaan:

 Posisi klien duduk atau berdiri


 Klien di intruksikan untuk mengikuti jari - jari pemeriksa yang di gerakkan
kearah lateral, medial atas, medial bawah, dan kearah yg miring yaitu atas lateral,
bawah medial atas-medial dan bawah lateral.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 9


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Inspeksi apakah mata klien dapat mengikutinya,dan bagaimana gerakan bola


mata,apakah lancar dan mulus atau kaku.
 Inspeksi juga jika ada diplopia, tanyakan kepada pasien pada posisi mana (dari
mata) yang timbul diplopia.
a. Nervus fasialis (N. VII)
Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah
( tes kekuatan otot ) saat pasien diam diperhatikan simetri atau asimetri
wajah. Pemeriksaan saraf facialis meliputi:

a. Tes kekuatan otot(motorik)

 Klien mengangkat alis,kemudian bandingkan kanan dan kiri.


 Klien menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudian pemeriksa
mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri
atau sebaliknya, catat apakah ada parese
 Memperlihatkan gigi (asimetri)
 Instruksikan klien bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)
 Anjurkan klien meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi masing
-masing.

b. Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)


Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang di sentuhkan pada
salah satu sisi lidah.
Cara pemeriksaaN

 Siapkan gula,garam,dan kopi


 Klien diminta untuk menjulurkan lidahnya dengan kedua mata tertutup

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 10


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Beri sedikit gula,garam,kopi secara bergantian pada 2/3 lidah bagian depan
(dengan tetap menjulurkan lidahnya)
 Tanyakan rasa apa yg tadi dirasakan apakah manis,asin atau pahit.

b. Nervus Vestibulokokhlearis (N. VIII)


Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan
fungsi vestibuler

a. Pemeriksaan pendengaran untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya


dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi
kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli
saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber dengan , menggunakan
GARPUTALA.

b. Ketajaman pendengaran
Cara pemeriksaan :

 Telinga klien diuji berganti-ganti dengan mendengar detik arloji diruangan yang
sunyi
 Bandingkan dengan telinga pemeriksa (telinga pemeriksa harus normal)

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 11


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 penilaian: Jika pemeriksa mendengar detik arloji pada jarak 1 meter dan
pasien hanya 0,5 mtr, maka pasien dinyatakan dengan 50/100 dalam cm

a) Tes rinne ( Garpu Tala 256 Hz )

Cara pemeriksaan :

 Getarkan garputala, tekankan pangkal garputala pada tulang mastoid


(dibelakang telinga ) klien.
 Instruksikan klien utk mendengarkan bunyi sampai tidak terdengar
 Jika klien mengatakan tidak terdengar lagi, segera pindahkan garputala ke
depan liang telinga luar klien.
 Jika klien mengatakan masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih
baik dari konduksi tulang (rinne +)
 Penilaian jika rinne (+ ) pada saat didepan telinga klien masih
mendengar bunyi garputala tersebut.

Tes Rinne

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 12


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

b) Tes webber ( Garpu Tala 512 Hz )


Cara pemeriksaan :

 Alat yg digunakan masih garputala


 Getarkan garputala, tekankan dipuncak kepala atau dahi klien dipertengahan
 Instruksikan klien untuk mendengar bunyinya serta menentukan pada telinga
mana bunyi lebih keras terdengar
 Pada telinga normal,kerasnya bunyi sama pada kedua telinga
 Jika bunyi lebih keras pada telinga yang sehat maka disebut tuli saraf
 Jika bunyi lebih keras pd telinga yg sakit maka disebut tuli konduktif

c) Tes Schwabach ( Garpu tala 512 Hz)

Maksud pemeriksaan ini adalah membandingkan hantaran suara melalui tulang


tengkorak ke cochlea antara pemeriksa dengan pasien. Syarat pemeriksa
pendengarannya normal. Setelah garpu tala digetarkan, ditempelkan pada proc
mastoideus pasien, segera saat tidak terdengar suara, pasien memberi tanda. Lalu
dengan segera pula dipindahkan ke proc mastoideus pemeriksa. Bila ternyata masih

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 13


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

terdengar, dikatakan scwabach pasien memendek ( lebih pendek dari pendengaran


pemeriksa). Bila urutan pemeriksaan dibalik, hasinya tetap memendek, berarti ada
gangguan pada sistem cochlea pasien (tuli perseptif). Normal test schwabach
memberi hasil : sama dengan pemeriksa.

d) Tes keseimbangan dgn tes Romberg


Cara pemeriksaan:

 Klien di instruksikan berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata ditutup, lakukan selama 30 menit
 pada orang yang normal mampu berdiri dengan sikap tersebut selama 30 detik.

e) Tes keseimbangan dengan stepping test


Cara pemeriksaan:

 Beritahu klien agar saat test untuk tetap mempertahankan posisinya ditempat
 Klien diinstruksikan untuk berjalan ditempat dengan mata tertutup
selama 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa.
 hasil tes abnormal jika kedudukan akhir klien beranjak lebih dari 1 meter
dari tempat semula atau badan terputar lebih dari 30 derajat.

9. Nervus glosofaringeus (N. IX) dan Nervus vagus (N. X)


Pemeriksaan Nervus. IX dan Nervus X, karena secara klinis sulit dipisahkan
maka biasanya dibicarakan bersama - sama, kecuali pada bagian yang perifer
sekali. Banyak fungsi saraf ini yang tidak di periksa secara rutin karena
sangat kompleks, namun ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan secara
rutin.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 14


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

a. Fungsi motorik
Cara pemeriksaan:

 Observasi kualitas suara klien, apakah normal,disfonia, atau afonia.


 Instruksikan klien untuk menyebutkan” aaaaaaaaaa ”, pada orang normal
ovula akan terangkat lurus dan tetap berada di median
 Klien diinstruksikan untuk menelan air dan memakan makanan
padat, lunak, perhatikan adakah disfagia (sukar menelan)

b. Refleks faring
Cara pemeriksaan:

 Instruksikan klien untuk membuka mulut


 Rangsang (tekan - enteng) dinding faring atau pangkal lidah dengan spatel lidah
 Bila terlihat faring terangkat dan lidah ditarik,dikatakan refleks faring positif

10.Nervus Asesorius (N. XI)


Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat
bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk
menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya
dengan melawan tahanan ( tangan pemeriksa ) dan juga raba massa otot
sternokleido mastoideus.
a. Otot sternokleidomastoideus
Cara pemeriksaan:

 Inspeksi otot dalam keadaan istirahat dan bergerak


 Palapasi otot tersebut adakah nyeri tekan dan adanya atonia (tanpa tonus,lemak)

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 15


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Tentukan dan ukur kekuatan otot dengan cara, yaitu: klien disuruh menoleh,
misalnya ke kanan kemudian pemeriksa menahan dengan tangan pada bagian
dagu klien. Bandingkan kekuatan otot antara kiri dan kanan.

b. Otot Trapezius
Cara pemeriksaan:

 Inspeksi keadaan otot pada


saat istirahat dan bergerak, apakah ada fasikulasi atau atrofi, bagaimana
kontur otot.
 Inspeksi posisi bahu apakah lebih rendah atau simetris
 Palpasi otot ini untuk mengetahui konsistensi,nyeri tekan serta adanya hipotomi

Ukur kekuatan otot dengan cara:

 Tempatkan tangan pemeriksa diatas bahu klien


 Instruksikan klien untuk mengangkat bahu dan pemeriksa menahannya
 Bandingkan tenaga otot kiri dan kanan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 16


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

11. Nervus Hiplogosus (N.XII)


Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara : Inspeksi lidah dalam keadaan
diam di dasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi ( kontraksi
otot yang halus iregular dan tidak ritmik )
Cara pemeriksaan:
a. Inspeksi

 Instruksikan klien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan


istirahat dan bergerak
 Dalam keadaan istirahat perhatikan besarnya lidah , kesamaan bagian kiri
dan kanan, lihat apakah ada atrofi, apakah lidah berkerut, apakah sikap
lidah tidak simetris. Bila lidah dijulurkan perhatikan apakah tampak simetris.
 Ukur kekuatan lidah, dengan cara:

a) Instruksikan klien untuk menjulurkan lidahnya lurus kemudian


menarik dan menjulurkannya kembali dengan cepat.

b) Perhatikan kekuatan gerakannya.

c) Palpasi
Cara pemeriksaan:

 Instruksikan pada pasien untuk menggerakkan lidah ke kiri dan kanan


dengan cepat, kemudian menekankan pada pipi kiri dan kanan, pemeriksa
merasakan kekuatan lidah.

F. Evaluasi
1. Kaji respon pasien

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 17


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan
2. Respon klien
3. Hasil pemeriksaan
4. Nama dan tanda tangan perawat

Jenis Keterampilan : PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL

Nama Mahasiswa : .................................................................................

NPM : ..................................................................................

Lahan Praktek : …………………………………………………......

Tanggal : ……..........................................................................

Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik
2. Kaji keadaan umum klien 1
3. Kaji TTV pada medikal rekord
klien

B. PERENCANAAN
a. Persiapan Alat

1. Garpu talla
2. Buku isichara
3. Cotton bud
4. Minyak kayu putih 1

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 18


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

5. Bros/pin
6. Hammer reflek
7. Senter
8. Tounge spatel
9. Kapas
10. Garam, gula,jeruk,kopi
11. Baki
12. Bak instrumen
13. Bengkok
14. Kom
15. Snelen chart
16. Buku
17. Pulpen
18. Kasa
b. Persiapan Klien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. 1
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga
tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika
diinginkan.
.
C. PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien :
a. Nervus Olfaktorius

Cara Pemeriksaan :
5
 Periksa lubang hidung, apakah ada
sumbatan atau adanya polip atau
sekret. Hal ini dapat mengurangi
ketajaman penciuman sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
(bersihkan sekret kemudian kalau
perlu gunakan dekongestan hidung).
 Zat pengetes yang digunakan
adalah zat yang sudah dikenal
klien seperti kopi, teh, tembakau,

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 19


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

atau cengkeh. Hindarkan zat yang


dapat mengiritasi hidung seperti
mentol, amoniak, alkohol atau
cuka.
 Lakukan pemeriksaan terhadap
hidung satu persatu.
 Klien tutup mata, dan minta klien
atau pemeriksa menutup salah satu
lubang hidung klien,kemudian
klien disuruh mencium salah satu
zat pengetes dan ditanya apakah
klien mencium bau sesuatu dan
apa yang diciumnya.
 Ulangi untuk lubang hidung yang
lainnya.

b. Nervus Optikus
a) Pemeriksaan penglihatan sentral
(visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa
dengan kartu snellen, jari tangan, dan
gerakan tangan.
Cara pemeriksaan:

 Klien dianjurkan duduk pada jarak 5


atau 6 meter menghadap table
 Mata kanan dan kiri diperiksa
bergantian dengan menutup sebelah
mata dengan tangan klien tanpa
menekan bola mata
 Klien disuruh membaca huruf yang
ditunjuk oleh pemeriksa pada tabel
snellen mulai dari atas ke bawah.
 Bila klien dapat membaca sampai baris
paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya normal (6/6). Jika
tidak maka visusnya tidak normal,
dan hal ini di nyatakan dengan
menggunakan pecahan, misalnya
6/20, ini berarti bahwa huruf yang

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 20


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

seharusnya dapat dibaca dari jarak 20


m, ia hanya dapat membaca dari jarak
6 m.

Cara pemeriksaan:

 Untuk klien dengan ketajaman


penglihatan yang agak buruk atau tidak
dapat diperiksa dengan huruf
snellen,dapat dipakai cara menghitung
jari sampai berapa jauh klien dapat
menghitung jari pemeriksa.
 Gerakan tangan Normal gerakan tangan
bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi
bisa melihat pada jarak 1 meter berarti
visusnya kurang lebih 1/300.
 Untuk ketajaman penglihatan yang
lebih buruk lagi dapat diperiksa
dengan melihat gerakan tangan dan
penilaiannya adalah …/300. misalnya
klien hanya dapat melihat gerakan
tangan pemeriksa pada jarak 3m,
maka klien tersebut memiliki
ketajaman penglihatannya adalah
3/300. Jika klien hanya dapat
membedakan antara gelap dan terang
(cahaya), maka visusnya ialah 1/~.

b) Pemeriksaan Penglihatan
Perifer(visual field)
Pemeriksaan penglihatan perifer
dikenal dengan pemeriksan lapang
pandang.

Cara pemeriksaan:

 Kien di suruh duduk atau berdiri


berhadapan dengan pemeriksa
pada jarak 60 - 100 cm. Jelaskan
prosedur pemeriksaan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 21


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Jika mata kanan yang akan di


periksa, maka mata kiri klien
harus di tutup, misalnya dengan
tangan klien atau kertas,
sementara pemeriksa harus
menutup mata kanannya.
Kemudian klien di suruh melihat
terus ( memfiksasi matanya)
pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat ke
mata kanan klien.
 Kemudian pemeriksa
menggerakkan jari tangannya
di bidang pertengahan antara
pemeriksa dengan klien.
Gerakan di lakukan dari arah
luar ke dalam.
 Jika klien melihat jari
pemeriksa klien akan
memberitahu pemeriksa, dan
akan di bandingkan apakah
pemeriksa juga melihatya. Bila
ada gangguan penglihatan maka
pemeriksa akan melihat terlebih
dahulu.
 Lakukan pemeriksaan ini
dengan gerakan jari tangan
dari semua jurusan dan kedua
mata diperiksa secara bergantian.

Refleks Pupil
a) Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan
sinar dari samping (sehingga
pasientidak memfokus pada
cahaya dan tidak berakomodasi)
ke arah salah satu pupil untuk
melihat reaksinya terhadap
cahaya. Inspeksi kedua pupil dan
ulangi prosedur ini pada sisi

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 22


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

lainnya. Pada keadaan normal


pupil yang di sinari akan
mengecil.
b) Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu di
sinari maka secara serentak pupil
lainnya mengecil dengan ukuran
yang sama.

c. Nervus Okulomotorius
a) Ptosis, Gerakan bola mata dan
Pupila
Pada keadaan normal bila
seseorang melihat ke depan maka
batas kelopak mata atas akan
memotong iris pada titik yang sama
secara bilateral. Ptosis dicurigai bila
salah satu kelopak mata memotong
iris lebih rendah dari pada mata yang
lain, atau bila pasien mendongakkan
kepala ke belakang / ke atas (untuk
kompensasi) secara kronik atau
mengangkat alis mata secara kronik
pula.
b) Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan
mengikuti gerakan jari atau ballpoint
ke arah medial, atas, dan bawah,
sekaligus ditanyakan adanya
penglihatan ganda (diplopia) dan
dilihat ada tidaknya nistagmus
serta adanya strabismus (juling).
Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
• Bentuk dan ukuran pupil;
• Perbandingan pupil kanan dan
kiri.
Perbedaan : pupil sebesar 1mm
masih dianggap normal
Refleks pupil Meliputi
pemeriksaan :

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 23


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Refleks cahaya langsung


(bersama N. II)
 Refleks cahaya tidak langsung
(bersama N. II)
 Refleks pupil akomodatif atau
konvergens
 Bila seseorang melihat benda
didekat mata (melihat
hidungnya sendiri) kedua otot
rektus medialis akan
berkontraksi.

d. Nervus Troklearis
Pemeriksaan meliputi Pergerakan
bola mata ke bawah dalam, gerak
mata ke lateral bawah, strabismus
konvergen, diplopia.
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil dengan
menggunakan penerangan senter
kecil. Yang diperiksa adalah
ukuran pupil (miosis bila ukuran
pupil < 2 mm, normal dengan
ukuran 4 - 5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil
dan midiriasis dengan ukuran > 5
mm), bentuk pupil, kesamaan
ukuran antara kedua pupil
(isikor / sama, anisokor / tidak
sama ), dan reaksi pupil
terhadap cahaya positif bila
tampak kontraksi pupil, negative
bila tidak ada kontraksi pupil.
Dilihat juga apakah terdapat
perdarahan pupil ( diperiksa
dengan funduskopi ).

e. Nervus Trigeminus
Merupakan syaraf yang

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 24


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

mempersarafi sensoris wajah dan otot


pengunyah. Pemeriksaan meliputi;
sensibilitas, motorik dan reflex.

a) Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu
oftalmik, maksila, mandibula.
Pemeriksaan dilakukan pada ketiga
cabang saraf tersebut dengan
membandingkan sisi yang satu dengan
sisi yang lain.
Cara pemeriksaan:

 Pasien menutup kedua matanya dan


jarum ditusukkan dengan lembut pada
kulit
 Daerah yang menunjukkan sensasi yang
tumpul harus digambar dan
pemeriksaan harus di lakukan dari
daerah yang terasa tumpul menuju
daerah yang terasa tajam.
 Juga lakukan tes pada daerah di atas
dahi menuju belakang melewati
puncak kepala.
 Pasien tetap menutup kedua matanya
dan lakukan tes untuk raba halus
dengan kapas yang baru dengan cara
yang sama. Pasien disuruh
mengatakan “ ya ” setiap kali dia
merasakan sentuhan kapas pada
kulitnya.

b) Motorik
Cara pemeriksaan:

 Pemeriksaan di mulai dengan


menginspeksi adanya atrofi otot – otot
temporalis dan masseter.
 Kemudian pasien disuruh mengatupkan
giginya dan lakukan palpasi adanya

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 25


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

kontraksi masseter diatas mandibula.


 Kemudian pasien disuruh membuka
mulutnya dan pertahankan tetap
terbuka sedangkan pemeriksa
berusaha menutupnya. Lesi unilateral
dari cabang motorik menyebabkan
rahang berdeviasi ke arah sisi yang
lemah (yang terkena).

c) Refleks
Pemeriksaan Refleks meliputi
• Refleks kornea, terdiri dari:

 Langsung
Pasien diminta melirik ke
arah latero superior, kemudian
dari arah lain kapas di
sentuhkan pada kornea mata,
misal pasien diminta melirik ke
arah kanan atas maka kapas di
sentuhkan pada kornea mata
kiri dan lakukan sebaliknya
pada mata yang lain.

 Tak langsung (konsensual)


Sentuhan kapas pada kornea
atas akan menimbulkan reflex
menutup mata pada mata kiri
dan sebaliknya kegunaan
pemeriksaan refleks kornea
konsensual ini sama dengan
reflex cahaya konsensual,
yaitu untuk melihat lintasan
mana yang rusak (aferen atau
eferen).
• Refleks masseter
Penderita membuka mulut
secukupnya (jangan terlalu lebar)
kemudian dagu diberi alas jari
tangan pemeriksa diketuk
mendadak dengan palu refleks.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 26


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Respon normal akan negatif yaitu


tidak ada penutupan mulut atau
positif lemah yaitu penutupan
mulut ringan.

f. Nervus Abdusens (N. VI)


Fungsi otot bola mata dinilai
dengan keenam arah utama yaitu
lateral. Lateral atas, medial atas,
medial bawah, lateral bawah,
keatas dan kebawah. Pasien di
suruh mengikuti arah pemeriksaan
yang dilakukan pemeriksa sesuai
dengan keenam arah tersebut.
Normal bila pasien dapat
mengikuti arah dengan baik.
Terbatas bila pasien tidak dapat
mengikuti dengan baik karena
kelemahan otot mata, nistagmus
bila gerakan bola mata pasien
bolak balik involunter.

Cara pemeriksaan:

 Posisi klien duduk atau berdiri


 Klien di intruksikan untuk mengikuti
jari - jari pemeriksa yang di
gerakkan kearah lateral, medial atas,
medial bawah, dan kearah yg miring
yaitu atas lateral, bawah medial atas-
medial dan bawah lateral.
 Inspeksi apakah mata klien dapat
mengikutinya,dan bagaimana gerakan
bola mata,apakah lancar dan mulus atau
kaku.
 Inspeksi juga jika ada diplopia,
tanyakan kepada pasien pada posisi
mana(dari mata)yang timbul diplopia.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 27


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

g. Nervus fasialis (N. VII)


Pemeriksaan saraf fasialis
dilakukan saat pasien diam dan atas
perintah ( tes kekuatan otot ) saat
pasien diam diperhatikan simetri
atau asimetri wajah. Pemeriksaan
saraf facialis meliputi:

a) Tes kekuatan otot(motorik)

 Klien mengangkat alis,kemudian


bandingkan kanan dan kiri.
 Klien menutup mata sekuatnya
(perhatikan asimetri) kemudian
pemeriksa mencoba membuka kedua
mata tersebut bandingkan kekuatan
kanan dan kiri atau sebaliknya, catat
apakah ada parese
 Memperlihatkan gigi (asimetri)
 Instruksikan klien bersiul dan menculu
(asimetri / deviasi ujung bibir)
 Anjurkan klien meniup sekuatnya,
bandingkan kekuatan udara dari pipi
masing -masing.

b) Tes sensorik khusus (pengecapan)


2/3 depan lidah)
Pemeriksaan dengan rasa manis,
pahit, asam, asin yang di sentuhkan
pada salah satu sisi lidah.
Cara pemeriksaaN

 Siapkan gula,garam,dan kopi


 Klien diminta untuk menjulurkan
lidahnya dengan kedua mata tertutup
 Beri sedikit gula,garam,kopi secara
bergantian pada 2/3 lidah bagian depan
(dengan tetap menjulurkan lidahnya)
 Tanyakan rasa apa yg tadi dirasakan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 28


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

apakah manis,asin atau pahit.

h. Nervus Vestibulokokhlearis (N.


VIII)
Ada dua macam pemeriksaan yaitu
pemeriksaan pendengaran dan
pemeriksaan fungsi vestibuler
a) Pemeriksaan pendengaran untuk
mencari adanya serumen atau
obstruksi lainnya dan membrana
timpani untuk menentukan adanya
inflamasi atau perforasi kemudian
lakukan tes pendengaran dengan
menggunakan gesekan jari, detik
arloji, dan audiogram. Audiogram
digunakan untuk membedakan tuli
saraf dengan tuli konduksi dipakai tes
Rinne dan tes Weber dengan ,
menggunakan GARPUTALA.

b) Ketajaman pendengaran
Cara pemeriksaan :

 Telinga klien diuji berganti-ganti


dengan mendengar detik arloji
diruangan yang sunyi
 Bandingkan dengan telinga pemeriksa
(telinga pemeriksa harus normal)
 penilaian: Jika pemeriksa mendengar
detik arloji pada jarak 1 meter dan
pasien hanya 0,5 mtr, maka pasien
dinyatakan dengan 50/100 dalam cm

Tes rinne ( Garpu Tala 256 Hz )


Cara pemeriksaan :

 Getarkan garputala, tekankan pangkal


garputala pada tulang mastoid
( dibelakang telinga ) klien.
 Instruksikan klien utk mendengarkan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 29


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

bunyi sampai tidak terdengar


 Jika klien mengatakan tidak
terdengar lagi, segera pindahkan
garputala ke depan liang telinga luar
klien.
 Jika klien mengatakan masih
terdengar bunyi, maka konduksi udara
lebih baik dari konduksi tulang (rinne
+)
 Penilaian jika rinne (+ ) pada saat
didepan telinga klien masih
mendengar bunyi garputala tersebut.

Tes webber ( Garpu Tala 512 Hz )


Cara pemeriksaan :

 Alat yg digunakan masih garputala


 Getarkan garputala, tekankan dipuncak
kepala atau dahi klien dipertengahan
 Instruksikan klien untuk mendengar
bunyinya serta menentukan pada
telinga mana bunyi lebih keras
terdengar
 Pada telinga normal,kerasnya bunyi
sama pada kedua telinga
 Jika bunyi lebih keras pada telinga yang
sehat maka disebut tuli saraf
 Jika bunyi lebih keras pd telinga yg
sakit maka disebut tuli konduktif

Tes Schwabach ( Garpu tala 512 Hz)

Maksud pemeriksaan ini adalah


membandingkan hantaran suara melalui
tulang tengkorak ke cochlea antara
pemeriksa dengan pasien. Syarat
pemeriksa pendengarannya normal.
Setelah garpu tala digetarkan,
ditempelkan pada proc mastoideus

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 30


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

pasien, segera saat tidak terdengar


suara, pasien memberi tanda. Lalu
dengan segera pula dipindahkan ke proc
mastoideus pemeriksa. Bila ternyata
masih terdengar, dikatakan scwabach
pasien memendek ( lebih pendek dari
pendengaran pemeriksa). Bila urutan
pemeriksaan dibalik, hasinya tetap
memendek, berarti ada gangguan pada
sistem cochlea pasien (tuli perseptif).
Normal test schwabach memberi hasil :
sama dengan pemeriksa.

Tes keseimbangan dgn tes Romberg


Cara pemeriksaan:

 Klien di instruksikan berdiri


dengan kaki yang satu di depan kaki
yang lainnya, lengan dilipat pada
dada dan mata ditutup, lakukan
selama 30 menit
 pada orang yang normal mampu berdiri
dengan sikap tersebut selama 30 detik.

Tes keseimbangan dengan stepping test


Cara pemeriksaan:

 Beritahu klien agar saat test untuk tetap


mempertahankan posisinya ditempat
 Klien diinstruksikan untuk berjalan
ditempat dengan mata tertutup
selama 50 langkah dengan kecepatan
seperti berjalan biasa.
 hasil tes abnormal jika kedudukan
akhir klien beranjak lebih dari 1
meter dari tempat semula atau badan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 31


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

terputar lebih dari 30 derajat.

h. Nervus glosofaringeus (N. IX) dan


Nervus vagus (N. X)
Pemeriksaan Nervus. IX dan
Nervus X, karena secara klinis sulit
dipisahkan maka biasanya
dibicarakan bersama - sama, kecuali
pada bagian yang perifer sekali.
Banyak fungsi saraf ini yang tidak
di periksa secara rutin karena sangat
kompleks, namun ada beberapa
pemeriksaan yang perlu dilakukan
secara rutin.

a). Fungsi motorik


Cara pemeriksaan:

 Observasi kualitas suara klien, apakah


normal,disfonia, atau afonia.
 Instruksikan klien untuk
menyebutkan” aaaaaaaaaa”, pada orang
normal ovula akan terangkat lurus dan
tetap berada di median
 Klien diinstruksikan untuk menelan
air dan memakan makanan padat,
lunak, perhatikan adakah disfagia
(sukar menelan)

Refleks faring
Cara pemeriksaan:

 Instruksikan klien untuk membuka


mulut
 Rangsang (tekan - enteng) dinding
faring atau pangkal lidah dengan spatel

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 32


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

lidah
 Bila terlihat faring terangkat dan lidah
ditarik,dikatakan refleks faring positif

i.Nervus Asesorius (N. XI)


Pemeriksaan saraf asesorius
dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian
rabalah massa otot trapezius dan
usahakan untuk menekan bahunya ke
bawah, kemudian pasien disuruh
memutar kepalanya dengan melawan
tahanan ( tangan pemeriksa ) dan
juga raba massa otot sternokleido
mastoideus.
a) Otot sternokleidomastoideus
Cara pemeriksaan:

 Inspeksi otot dalam keadaan istirahat


dan bergerak
 Palapasi otot tersebut adakah nyeri
tekan dan adanya atonia (tanpa
tonus,lemak)
 Tentukan dan ukur kekuatan otot
dengan cara, yaitu: klien disuruh
menoleh, misalnya ke kanan kemudian
pemeriksa menahan dengan tangan
pada bagian dagu klien. Bandingkan
kekuatan otot antara kiri dan kanan.

Otot Trapezius
Cara pemeriksaan:

 Inspeksi keadaan otot pada saat


istirahat dan bergerak, apakah ada
fasikulasi atau atrofi, bagaimana
kontur otot.
 Inspeksi posisi bahu apakah lebih

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 33


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

rendah atau simetris


 Palpasi otot ini untuk mengetahui
konsistensi,nyeri tekan serta adanya
hipotomi

Ukur kekuatan otot dengan cara:

 Tempatkan tangan pemeriksa diatas


bahu klien
 Instruksikan klien untuk mengangkat
bahu dan pemeriksa menahannya
 Bandingkan tenaga otot kiri dan kanan

j. Nervus Hiplogosus (N.XII)


Pemeriksaan saraf Hipoglosus
dengan cara : Inspeksi lidah dalam
keadaan diam di dasar mulut, tentukan
adanya atrofi dan fasikulasi ( kontraksi
otot yang halus iregular dan tidak
ritmik )
Cara pemeriksaan:
a) Inspeksi

 Instruksikan klien membuka mulut


dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak
 Dalam keadaan istirahat perhatikan
besarnya lidah , kesamaan bagian
kiri dan kanan, lihat apakah ada
atrofi, apakah lidah berkerut, apakah
sikap lidah tidak simetris. Bila lidah
dijulurkan perhatikan apakah tampak
simetris.
 Ukur kekuatan lidah, dengan cara:

a) Instruksikan klien untuk


menjulurkan lidahnya lurus
kemudian menarik dan
menjulurkannya kembali dengan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 34


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

cepat.
b) Perhatikan kekuatan gerakannya.
c) Palpasi
Cara pemeriksaan:

 Instruksikan pada pasien untuk


menggerakkan lidah ke kiri dan
kanan dengan cepat, kemudian
menekankan pada pipi kiri dan
kanan, pemeriksa merasakan
kekuatan lidah.

D. EVALUASI
1
1. Kaji respon klien selama tindakan
2. Dokumentasi tindakan yang dilakukan

E. DOKUMENTASI

1. Catat waktu dilakukan tindakan 1


2. Hasil yang didapat selama tindakan
dilakukan
3. Tulis nama perawat yang melakukan
tindakan

TOTAL NILAI 10

Rekomendasi Penguji :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Keterangan nilai :

1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 35


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal

3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal

4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

Nilai rata – rata : Tarakan, ……..…………………………

Penguji

(……………………………………….)

REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

A. Definisi

Reflek patologis adalah reflek yang tidak dapat dibangkitkan pada orang yang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil, sedangkan reflek fisiologis adalah reflek yang dapat
dibangkitkan pada orang yang sehat.

B. Tujuan
1. Salah satu cara untuk mendiagnosa suatu penyakit
2. Untuk mengetahui adanya kelainan yang diakibatkan oleh suatu penyakit.
C. Persiapan Pasien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika diinginkan.
5. Menciptakan lingkungan/ruangan yang aman dan nyaman.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 36


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

6. Atur pencahayaan lingkungan yang cukup.


7. Tutup pintu ruangan/pasang sampiran
D. Persiapan Alat
1.Refleks hammer
E. Prosedur Kerja
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien :

a. Refleks Fisiologis

a) Refleks Glabela
 Berikan pukulan singkat pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis.

Hasil :

Tampak kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli.


Pada lesi perifer nervus fasialis, reflex ini berkurang atau negative, sedangkan pada
sindrom Parkinson reflex ini sering meninggi.
b) Refleks Rahang Bawah ( Jaw Refleks )
 Suruh Klien untuk membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa di
tempatkan melintang di dagu.
 Telunjuk diketok dengan ketok-refleks.
Hasil :
Normal : bila tidak ada reaksi atau reaksi melemah. Yang ditandai dengan
merapatnya mulut akibat dari kontraksi otot maseter.
Bila meningkat : lesi UMN.
c) Refleks Biceps
 Pegang lengan Klien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari di atas
tendo otot biceps.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 37


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Ibu jari kemudian diketok.


Hasil :
Tampak gerakan fleksi lengan bawah.
d) Refleks Triceps
 Pegang lengan bawah Klieen yang difleksikan setengah/semifleksi.
 Ketok pada tendo insersi m.triceps yang berada sedikit diatas olecranon.
e) Refleks Brakhioradialis
 Fleksikan lengan bawah Klien serta pronasikan.
 Ketok pada prosessus stiloideus radius.
Hasil :
Lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi.
f) Refleks Ulna
 Lengan bawah Klien di semifleksi dan di semipronasi.
 Ketok pada prosessus stilodes dari ulna.
Hasil :
Tampak gerakan pronasi pada lengan bawah dan kadang-kadang juga gerakan
aduksi pada pergelangan tangan.
g) Refleks Kuadriceps femoris ( reflex tendon lutut,reflex patella ).
 Tungkai difleksikan dan digantungkan pada tepi tempat tidur.
 Ketok tendo m.kuadriceps femoris, di atas atau di bawah patella.
Hasil :
Kuadriceps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi
tungkai bawah.
h) Refleks tendon Achilles
 Tungkai bawah difleksikan sedikit.
 Pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki.
 Ketok tendon Achilles.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 38


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Hasil :
M.triceps sure akan berkontraksi dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki.
b. Refleks Patologis
a) Babinski
 Baringkan dan istirahatkan Klien dengan tungkai diluruskan.
 Pegangan pergelangan kaki Klien agar tetap pada tempatnya.
 Goreskan ujung reflex hammer dengan perlahan-lahan pada telapak kaki Klien
bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari.
Hasil :
Reaksi positif, bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari yang dapat disertai gerak
mekarnya jari-jari lainnya.
b) Oppenheim
 Baringkan Klien dan luruskan kedua tungkai.
 Urut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, dari arah bawah/distal.
c) Gordon
 Baringkan dan luruskan kedua tungkai Klien.
 Pencet/cubit otot betis.
d) Scaefer
 Baringkan dan luruskan kedua tungkai Klien.
 Pencet/cubit tendon Achilles
e) Gonda
 Baringkan dan luruskan kedua tungkai kaki Klien.
 Pencet dan tekan satu jari kaki, kemudian lepaskan sekonyong-konyong.
f) Chaddock
 Baringkan dan luruskan kedua tungkai kaki Klien.
 Gores daerah lateral maleolus dengan menggunakan ujung hammer yang lancip.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 39


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

F. Evaluasi
1. Respon klien selama tindakan
2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat respon klien selama tindakan
2. Catat hasil pemeriksaan
3. Waktu pelaksanaan
4. Nama dan tanda tangan perawat

Jenis Keterampilan : REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


Nama Mahasiswa : ..................................................................................
NPM : ..................................................................................
Lahan Praktek : …………………………………………………......
Tanggal : ……..........................................................................

Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik 1
2. Kaji keadaan umum klien
3. Kaji TTV pada Medikal Record klien

B. PERENCANAAN
1. Persiapan Pasien dan lingkungan
a. Menjelaskan pada Klien jenis 1
pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan
dari tindakan yang akan dilakukan.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 40


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

c. Mengatur posisi Klien.


d. Menghadirkan keluarga Klien jika
diinginkan.
e. Menciptakan lingkungan/ruangan yang
aman dan nyaman.
f. Atur pencahayaan lingkungan yang
cukup.
g. Tutup pintu ruangan/pasang sampiran
2. Persiapan Alat
Refleks hammer
1
C. PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien : 5
a. Refleks Fisiologis
a) Refleks Glabela
 Berikan pukulan singkat pada
glabela atau sekitar daerah
supraorbitalis.
Hasil :
Tampak kontraksi singkat pada
kedua otot orbikularis
okuli.
Pada lesi perifer nervus
fasialis, reflex ini berkurang
atau negative, sedangkan
pada sindrom Parkinson
reflex ini sering meninggi.

b) Refleks Rahang Bawah ( Jaw


Refleks )
 Suruh Klien untuk
membuka mulutnya sedikit
dan telunjuk pemeriksa di
tempatkan melintang di
dagu.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 41


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

 Telunjuk diketok dengan


ketok-refleks.
Hasil :
Normal : bila tidak ada
reaksi atau reaksi melemah.
Yang ditandai dengan
merapatnya mulut akibat
dari kontraksi otot maseter.
Bila meningkat : lesi UMN.

c) Refleks Biceps
 Pegang lengan Klien yang
disemifleksikan sambil
menempatkan ibu jari di
atas tendo otot biceps.
 Ibu jari kemudian diketok.
Hasil :
Tampak gerakan fleksi
lengan bawah.

d) Refleks Triceps
 Pegang lengan bawah
Klieen yang difleksikan
setengah/semifleksi.
 Ketok pada tendo insersi
m.triceps yang berada
sedikit diatas olecranon.
Hasil :
Lengan bawah mengadakan
gerakan ekstensi.
e) Refleks Brakhioradialis

 Fleksikan lengan bawah


Klien serta pronasikan.
 Ketok pada prosessus
stiloideus radius.
Hasil :
Lengan bawah akan
berfleksi dan bersupinasi.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 42


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

f) Refleks Ulna
 Lengan bawah Klien di
semifleksi dan di
semipronasi.
 Ketok pada prosessus
stilodes dari ulna.
Hasil :
Tampak gerakan pronasi
pada lengan bawah dan
kadang-kadang juga
gerakan aduksi pada
pergelangan tangan.

g) Refleks Kuadriceps femoris


( reflex tendon lutut,reflex
patella ).
 Tungkai difleksikan dan
digantungkan pada tepi
tempat tidur.
 Ketok tendo m.kuadriceps
femoris, di atas atau di
bawah patella.
Hasil :
Kuadriceps femoris akan
berkontraksi dan
mengakibatkan gerakan
ekstensi tungkai bawah.

h) Refleks tendon Achilles


 Tungkai bawah difleksikan
sedikit.
 Pegang kaki pada ujungnya
untuk memberikan sikap
dorsofleksi ringan pada
kaki.
 Ketok tendon Achilles.
Hasil :
M.triceps sure akan
berkontraksi dan
memberikan gerak plantar

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 43


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

fleksi pada kaki.

b. Refleks Patologis
a) Babinski
 Baringkan dan istirahatkan
Klien dengan tungkai
diluruskan.
 Pegangan pergelangan kaki
Klien agar tetap pada
tempatnya.
 Goreskan ujung reflex
hammer dengan perlahan-
lahan pada telapak kaki
Klien bagian lateral, mulai
dari tumit menuju pangkal
jari.
Hasil :
Reaksi positif, bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari
yang dapat disertai gerak
mekarnya jari-jari lainnya.
b) Oppenheim
 Baringkan Klien dan
luruskan kedua tungkai.
 Urut dengan kuat tibia dan
otot tibialis anterior, dari
arah bawah/distal.
c) Gordon
 Baringkan dan luruskan
kedua tungkai Klien.
 Pencet/cubit otot betis.
d) Scaefer
 Baringkan dan luruskan
kedua tungkai Klien.
 Pencet/cubit tendon
Achilles.
e) Gonda
 Baringkan dan luruskan
kedua tungkai kaki Klien.
 Pencet dan tekan satu jari

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 44


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

kaki, kemudian lepaskan


sekonyong-konyong.
f) Chaddock
 Baringka dan luruskan
kedua tungkai kaki Klien.
 Gores daerah lateral
maleolus dengan
menggunakan ujung
hammer yang lancip.

D. EVALUASI
1
1. Kaji respon klien selama tindakan
2. Dokumentasi tindakan yang
dilakukan
E. DOKUMENTASI

1. Catat waktu dilakukan tindakan


2. Hasil yang didapat selama tindakan 1
dilakukan
3. Tulis nama perawat yang
melakukan tindakan

TOTAL NILAI 10

Rekomendasi Penguji :

……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Keterangan nilai :

1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan

2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal

3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal

4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

∑ Bobot x skor x 100 =


Nilai rata – rata : 40

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 45


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Tarakan, ……..…………………………

penguji

(……………………………………….)

TEST KOORDINASI DAN IRITASI MENINGEAL

A. Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk merangsang selaput otak yang meradang atau
dirongga subarakhnoid yang terdapat benda asing
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya kelainan pada selaput otak
C. Persiapan Pasien dan lingkungan
1. Menjelaskan pada Klien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan pada Klien/keluarga tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi Klien.
4. Menghadirkan keluarga Klien jika diinginkan
5. Menciptakan lingkungan/ruangan yang aman dan nyaman.
6. Atur pencahayaan lingkungan yang cukup.
7. Tutup pintu ruangan/pasang sampiran.
D. Persiapan Alat
1. Buku catatan
2. Pulpen

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 46


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

E. Prosedur Kerja
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien :
a. Test Koordinasi Gerak

a) Disdiadokokinesia

 Suruh Klien merentangkan kedua lengannya kedepan.


 Suruh Klien untuk mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya secara
bergantian dengan cepat.

Hasil :
Pada sesi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.

b) Tes tunjuk jari


 Suruh Klien menutup mata dan meluruskan lengannya kesamping.
 Suruh Klien menunjuk telunjuk pemeriksa, kemudian menunjuk
Hidungnya berulang-ulang.
Hasil :
Pada lesi serebral telunjuk tidak sampai dihidung tetapi melewatinya
dan sampai di pipi atau jari tampak tremor pada saat mendekati
hidung.
c) Nistagmus
 Klien disuruh melihat jari pemeriksa dan minta untuk mengikuti
gerakannya yaitu kesamping kiri, kanan, atas dan bawah.
Hasil :
Sikap bolamata yang seharusnya tetap bila ia di fiksasi pada satu
jurusan menjadi berubah-ubah, yaitu bolamata bergerak secara spontan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 47


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

cepat kearah fiksasi, lalu kembali secara spontan lambat ke posisi


semula dan seterusnya bolak-balik.
d) Fenomena rebound
 Klien disuruh meluruskan lengannya.
 Suruh Klien menarik tangannya kea rah bahu atau hidung Klien
sambil kita halangi ( berikan tahanan ).
 Lepas tahanan secara mendadak.
Hasil :
Gerakan fleksi ini tidak segera berhenti dan tangan akan memukul
bahu atau muka Klien dengan keras Jadi tampak ketidakmampuan
menghentikan gerakan dengan segera.

f) Tremor intensi

Percobaan Jari-jari :
 Suruh Klien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil
menutup mata.
 Suruh Klien untuk mempertemukan jari-jarinya di tengah depan.
Hasil :
Lengan di sisi lesi akan ketinggalan dalam gerakan ini, dan
mengakibatkan jari sisi yang sehat melampaui garis tengah.
Percobaan tumit-lutut.
g) Disgrafia
 Suruh Klien untuk menulis huruf.
Hasil :
Huruf yang di tulis akan terlihat besar-besar dan kadang makin
lama makin besar dan hurufnya tidak bagus dan kaku.
b. Iritasi Menigeal

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 48


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

a) Kaku kuduk
 Baringkan Klien.
 Tempatkan tangan pemeriksa dibawah kepala Klien.
 Tekukkan kepala Klien ( fleksi ) dan usahakan agar dagu mencapai
dada. Selama penekukan perhatikan adanya tahanan.
Hasil :
Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada.
b) Lasegue sign
 Baringkan Klien.
 Luruskan /ekstensikan kedua tungkai Klien.
 Angkat lurus salahsatu tungkai, kemudian bengkokkan ( fleksikan )
pada persendian panggul Klien. Sedangkan tungkai yang satu lagi
harus selalu dalam keadaan ekstensi ( lurus ).
Hasil :
Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum kita mencapai 70
derajat, maka di sebut lesegue positif.
c) Brudzinski I sign
 Baringkan Klien.
 Letakkan tangan perawat di bawah kepala Klien sedangkan tangan
yang satu lagi ditempatkan di dada Klien .
 Tekukkan kepala Klien sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
Hasil :

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 49


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Tanda Brudzinski I positif bila, tindakan ini mengakibatkan fleksi


kedua tungkai.
d) Brudzinski II sign
 Baringkan Klien.
 Fleksikan satu tungkai pada persendian Klien, sedangkan tungkai
yang satu berada dalam keadaan ekstensi/lurus.
Hasil :
Brudzinski II positif bila tungkai yang satu ini ikut pula terfleksi.

e) Kernig sign
 Baringkan Klien.
 Fleksikan paha Klien pada persendian panggul sampai membuat
sudut 90 derajat.
 Ekstensikan tungkai bawah pada persendian lutut ( pada orang
normal biasanya dapat melakukan ekstensi sampai sudut 135
derajat antara tungkai bawah dan atas ).
 Perhatikan apakah terdapat tahanan dan nyeri.
Hasil :
Kernig sign positif bila, terdapat tahana dan nyeri sebelum
mencapai 135 derajat.
F. Evaluasi
1. Respon klien selama tindakan
2. Hasil pemeriksaan
G. Dokumentasi
1. Catat respon klien selama tindakan
2. Catat hasil pemeriksaan
3. Waktu pelaksanaan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 50


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

4. Nama dan tanda tangan perawat

Jenis Keterampilan : TEST KOORDINASI DAN IRITASI MENINGEAL


Nama Mahasiswa : ..................................................................................
NPM : ..................................................................................
Lahan Praktek : …………………………………………………......
Tanggal : ……..........................................................................

Bobot
No. Komponen Bobot Nilai X Ket
Nilai
A. PENGKAJIAN
.
1. Cek kembali program medik 1
2. Kaji keadaan umum klien
3. Kaji TTV pada medikal rekord
klien

B. PERENCANAAN

1. Persiapan Klien dan lingkungan


a. Menjelaskan pada Klien jenis 1
pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan pada Klien/keluarga
tujuan dari tindakan yang akan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 51


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

dilakukan.
c. Mengatur posisi Klien.
d. Menghadirkan keluarga Klien jika
diinginkan.
2. Persiapan Alat
1
a. Buku catatan
b. Pulpen.
C. PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan.
2. Menilai respon Klien : 5
a. Test Koordinasi Gerak
a) Disdiadokokinesia
 Suruh Klien merentangkan
kedua lengannya kedepan.
 Suruh Klien untuk mensupinasi
dan pronasi lengan bawahnya
secara bergantian dengan cepat.
Hasil :
Pada sesi lesi, gerakan ini
dilakukan lamban dan tidak
tangkas.
b) Tes tunjuk hidung
 Suruh Klien menutup mata dan
meluruskan lengannya
kesamping.
 Suruh Klien menunjuk telunjuk
pemeriksa, kemudian menunjuk
Hidungnya berulang-ulang.
Hasil :
Pada lesi serebral telunjuk tidak
sampai dihidung tetapi
melewatinya dan sampai di pipi
atau jari tampak tremor pada
saat mendekati hidung.
c) Nistagmus
 Klien disuruh melihat jari
pemeriksa dan minta untuk
mengikuti gerakannya yaitu
kesamping kiri, kanan, atas dan
bawah.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 52


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Hasil :
Sikap bolamata yang seharusnya
tetap bila ia di fiksasi pada satu
jurusan menjadi berubah-ubah,
yaitu bolamata bergerak secara
spontan cepat kearah fiksasi, lalu
kembali secara spontan lambat
ke posisi semula dan seterusnya
bolak-balik.
d) Fenomena rebound
 Klien disuruh meluruskan
lengannya.
 Suruh Klien menarik tangannya
kea rah bahu atau hidung Klien
sambil kita halangi ( berikan
tahanan ).
 Lepas tahanan secara mendadak.
Hasil :
Gerakan fleksi ini tidak segera
berhenti dan tangan akan
memukul bahu atau muka Klien
dengan keras Jadi tampak
ketidakmampuan menghentikan
gerakan dengan segera.
e) Tremor intensi
Percobaan Jari-jari :
 Suruh Klien merentangkan
kedua lengannya ke samping
sambil menutup mata.
 Suruh Klien untuk
mempertemukan jari-jarinya di
tengah depan.
Hasil :
Lengan di sisi lesi akan
ketinggalan dalam gerakan ini,
dan mengakibatkan jari sisi yang
sehat melampaui garis tengah.
Percobaan tumit-lutut.
f) Disgrafia
 Suruh Klien untuk menulis

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 53


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

huruf.
Hasil :
Huruf yang di tulis akan terlihat
besar-besar dan kadang makin
lama makin besar dan hurufnya
tidak bagus dan kaku.

b. Iritasi Menigeal
a) Kaku kuduk
 Baringkan Klien.
 Tempatkan tangan pemeriksa
dibawah kepala Klien.
 Tekukkan kepala Klien ( fleksi )
dan usahakan agar dagu
mencapai dada. Selama
penekukan perhatikan adanya
tahanan.
Hasil :
Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada.
b) Lasegue sign
 Baringkan Klien.
 Luruskan /ekstensikan kedua
tungkai Klien.
 Angkat lurus salahsatu tungkai,
kemudian bengkokkan
( fleksikan ) pada persendian
panggul Klien. Sedangkan
tungkai yang satu lagi harus
selalu dalam keadaan ekstensi
( lurus ).
Hasil :
Pada keadaan normal, kita dapat
mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit dan
tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan
tahanan sebelum kita mencapai
70 derajat, maka di sebut

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 54


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

lesegue positif.
c) Brudzinski I sign
 Baringkan Klien.
 Letakkan tangan perawat di
bawah kepala Klien sedangkan
tangan yang satu lagi
ditempatkan di dada Klien .
 Tekukkan kepala Klien sejauh
mungkin sampai dagu mencapai
dada.
Hasil :
Tanda Brudzinski I positif bila,
tindakan ini mengakibatkan
fleksi kedua tungkai.
d) Brudzinski II sign
 Baringkan Klien.
 Fleksikan satu tungkai pada
persendian Klien, sedangkan
tungkai yang satu berada dalam
keadaan ekstensi/lurus.
Hasil :
Brudzinski II positif bila tungkai
yang satu ini ikut pula terfleksi.
e) Kernig sign
 Baringkan Klien.
 Fleksikan paha Klien pada
persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat.
 Ekstensikan tungkai bawah pada
persendian lutut ( pada orang
normal biasanya dapat
melakukan ekstensi sampai
sudut 135 derajat antara tungkai
bawah dan atas ).
 Perhatikan apakah terdapat
tahanan dan nyeri.
Hasil :
Kernig sign positif bila, terdapat
tahana dan nyeri sebelum
mencapai 135 derajat.

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 55


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

D. EVALUASI

1. Kaji respon klien selama tindakan 1


2. Dokumentasi tindakan yang
dilakukan

E. DOKUMENTASI

1. Catat waktu dilakukan tindakan


2. Hasil yang didapat selama tindakan 1
dilakukan
3. Tulis nama perawat yang
melakukan tindakan
TOTAL NILAI 10
Rekomendasi Penguji :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Keterangan nilai :

1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan

2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal

3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal

4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

∑ Bobot x skor x 100 =


Nilai rata – rata : 40

Tarakan, ……..…………………………

Penguji

(……………………………………)

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 56


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 57


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Priguna Sidharta, M.D,Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. PT


Dian Rakyat ( Cetakan Pertama )

2. Prof. DR.dr. S.M. Lumbantobing. 2004. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Cetakan ke 6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

3 Hidayat, Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Kusyati, Eni. 2006. Prosedur dan keterampilan prosedur laboratorium keperawatan


dasar. Jakarta : EGC.

5. Suparmi, Yulia. 2008. Panduan praktik keperawatan : Kebutuhan dasar manusia.


Yogyakarta : PT Citra Aji Parama.

6. Ratna Hidayat, dkk. 2014. Praktik Laboratorium KEPERAWATAN Jilid 2. Jakarta :


Erlangga

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 58


Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Keperawatan Medikal Bedah IV Page 59

Anda mungkin juga menyukai