Disusun oleh :
Nama : M. Nafis Azminas
NIM : P2790412206
A. Definisi
Pemeriksaan fisik sistem neurologi khususnya pada pemeriksaan saraf
kranial merupakan salah satu jenis pemeriksaan neorogis yang digunakan
untuk mengidentifikasi seluruh fungsi luhur 12 saraf kranial.
B. Tujuan
Tujuan dilaksankan nya pemeriksaan 12 saraf kranial yakni untuk :
a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan kesehatan yang
muncul atau dikeluhkan serta tanda-tanda perubahan status sistem
saraf.
b. Mengidentifikasi secara dini status sistem saraf.
c. Mampu melakukan rujukan dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya jika ditemukan permasalahan kesehatan atau
perubahan status sistem saraf.
C. Persiapan alat
Persiapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik sistem
saraf yakni diantaranya:
Handscoon
Refleks hammer
Penlight
Bahan dengan aroma tajam seperti kopi, teh dan jeruk.
Arloji
kapas
Snellen chart
Buku ishihara
Kapas dan lidi
Zat perasa manis, asam manis
Garpu tala
Depresor lidah
Segelas air putih
Oftalmoskop
D. Persiapan pasien
Pasien diberikan informasi terkait pemeriksaan sistem persarafan
khususnya 12 saraf kranial. Kemudian pada saat dilakukan pemeriksaan
posisikan pasien dalam posisi duduk di kursi atau bad. Jarak ideal antara
pasien dengan pemeriksa adalah sekitar 1 lengan. Masing-masing
pemeriksaan mungkin dilakukan dengan jarak yang berbeda-beda.
E. Prosedul pemeriksaan
Pemeriksaan nervus kranial terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan
spesifik untuk masing-masing nervus kranial, berikut prosedur
pemeriksaan 12 nervus tersebut :
1. Kranial I : Nervus Olfaktori
Nervus olfaktori merupakan saraf yang terkait dengan fungsi sensorik,
berhubungan dengan penciuman.Merupakan satu dari dua saraf yang
berasal dari cerebrum. Saat adanya bau tertentu, hidung akan
menyampaikan informasi sensorik melalui saraf olfaktori ke bulbus
olfaktorius, lalu ke limbik, hingga akhirnya dapat mencium bau tersebut.
Prosedur pemeriksaan :
Pasien diminta untuk menutup mata
Pasien menutup lubang yang tidak diperiksa dengan cara menekan
menggunakan jari.
Pemeriksa meletakkan bahan beraroma tajam pada jarak 30 cm dari
hidung secara bergantian.
Pemeriksa menanyakan apakah pasien mencium aroma tersebut
atau tidak.