Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM NEUROLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1


Dosen pengampu : Widya Sepalanita, Ners, M.Kep, Sp. MB

Disusun oleh :
Nama : M. Nafis Azminas
NIM : P2790412206

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGI 12 SARAF CRANIAL

A. Definisi
Pemeriksaan fisik sistem neurologi khususnya pada pemeriksaan saraf
kranial merupakan salah satu jenis pemeriksaan neorogis yang digunakan
untuk mengidentifikasi seluruh fungsi luhur 12 saraf kranial.
B. Tujuan
Tujuan dilaksankan nya pemeriksaan 12 saraf kranial yakni untuk :
a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan kesehatan yang
muncul atau dikeluhkan serta tanda-tanda perubahan status sistem
saraf.
b. Mengidentifikasi secara dini status sistem saraf.
c. Mampu melakukan rujukan dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya jika ditemukan permasalahan kesehatan atau
perubahan status sistem saraf.
C. Persiapan alat
Persiapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik sistem
saraf yakni diantaranya:
 Handscoon
 Refleks hammer
 Penlight
 Bahan dengan aroma tajam seperti kopi, teh dan jeruk.
 Arloji
 kapas
 Snellen chart
 Buku ishihara
 Kapas dan lidi
 Zat perasa manis, asam manis
 Garpu tala
 Depresor lidah
 Segelas air putih
 Oftalmoskop
D. Persiapan pasien
Pasien diberikan informasi terkait pemeriksaan sistem persarafan
khususnya 12 saraf kranial. Kemudian pada saat dilakukan pemeriksaan
posisikan pasien dalam posisi duduk di kursi atau bad. Jarak ideal antara
pasien dengan pemeriksa adalah sekitar 1 lengan. Masing-masing
pemeriksaan mungkin dilakukan dengan jarak yang berbeda-beda.
E. Prosedul pemeriksaan
Pemeriksaan nervus kranial terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan
spesifik untuk masing-masing nervus kranial, berikut prosedur
pemeriksaan 12 nervus tersebut :
1. Kranial I : Nervus Olfaktori
Nervus olfaktori merupakan saraf yang terkait dengan fungsi sensorik,
berhubungan dengan penciuman.Merupakan satu dari dua saraf yang
berasal dari cerebrum. Saat adanya bau tertentu, hidung akan
menyampaikan informasi sensorik melalui saraf olfaktori ke bulbus
olfaktorius, lalu ke limbik, hingga akhirnya dapat mencium bau tersebut.
Prosedur pemeriksaan :
 Pasien diminta untuk menutup mata
 Pasien menutup lubang yang tidak diperiksa dengan cara menekan
menggunakan jari.
 Pemeriksa meletakkan bahan beraroma tajam pada jarak 30 cm dari
hidung secara bergantian.
 Pemeriksa menanyakan apakah pasien mencium aroma tersebut
atau tidak.

2. Kranial II : Nervus Optikus


Nervus optikus merupakan nervus kranial dengan fungsi sensorik yang
berhubungan dengan penglihatan. Saraf ini menyampaikan informasi dari
retina mata ke otak, terutama pada bagian korteks cerebral yang berperan
dalam penglihatan, sehingga menyebabkan mata bisa melihat.
Pemeriksaan nervus optikus terdiri dari beberapa komponen yakni
pemeriksaan pupil, tajam penglihatan atau visus, lapang pandang dan
pemeriksaan buta warna.
a. Pemeriksaan pupil
Prosedur pemeriksaan :
 Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi ukuran, bentuk, dan
simetrisitas kedua pupil.
 Minta pasien untuk memfiksasi pandangan pada objek yang
cukup jauh, kemudian diukur dengan penggaris dengan
satuan panjang milimeter. Pemeriksaan dilakukan dua kali
yakni pada kondisi gelap dan terang.
 Kemudian, periksa refleks pupil langsung dan konsensual
dengan penlight dalam cahaya redup.
 Periksa reflek pupil dengan menyinari mata menggunakan
penlight.
 Pemeriksa mengamati konstriksi pupil mata ipsilateral.
Refleks pupil langsung yang normal adalah kontriksi pupil
pada sisi yang disinari cahaya.
 Refleks pupil konsensual diperiksa dengan cara mengamati
kontriksi pupil pada sisi kontalateral dari pupil yang
disinari dengan penlight.
 Refleks pupil konsensual dikatakan normal bila pupil
kontraateral dari mata yang disinari mengalami konstriksi.
b. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Prosedur pemeriksaan :
 Pasien di posisikan pada jarak 6 meter dari snellen chart.
 Pemeriksaan dilakukan secara bergantian pada masing-
masing mata dan pasien diinstruksikan untuk menutup mata
dengan telapak tangan.
 Pasien diminta untuk membaca snellen chart mulai baris
paling atas sampai baris terbawah yang bisa dibaca. Untuk
menghemat waktu, pasien juga dapat diminta membaca
mulai baris paling bawah. Satu baris bisa dikatakan terbaca
bila pasien bisa membaca minimal 2 huruf dengan benar
padda baris tersebut.
 Pasien dapat diminta untuk membaca dengan pinhole untuk
meningkatkan tajam penglihatan.
 Catat jarak sebagai numerator dan catat nomor baris
terbawah yang bisa dibaca sebagai denumerator.
 Jika pada jarak 1 meter pasien tetap tidak bisa membaca
snellen chart baris paling atas, lakukan pemeriksaan hitung
jari da catat jarak dimana pasien bisa menghitung jari
dengan benar.
 Pada pasien yang tidak bisa menghitung jari, lakukan
pemeriksaan gerakan tangan dan catat jarak dimana pasien
dapat mendeteksi gerakan tanagn dengan benar.
 Langkah terakhir adalah pemeriksaan persepsi cahaya
padda pasien yang tidak dapat mendeteksi gerakan tangan.
Pencatatan dilakukan dengan menuliskan persepsi cahaya
positif atau tidak ada persepsi cahaya.
 Langkah-langkah pemeriksaan diatas diulang padda sisi
mata yang lain.
 Dokumentasi apakah pasien menggunakan pinhole atau
kacamata.
c. Pemeriksaan lapang pandang
Prosedur pemeriksaan:
 Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1
meter.
 Pasien menutup mata yang tidak diperiksa dengan telapak
tangan.
 Jika pemeriksa menutup mata sebelah kiri, maka pasien
menutup mata sebelah kanan seperti sedang bercermin.
 Pasien diminta untuk melihat lurus atau memfiksasi
pandangan pada hidung pemeriksa, sedangkan pemeriksa
memfiksasi pandangan pada hidung pasien. Baik pemeriksa
maupun pasien tidak diperbolehkan menggerakkan kepala
atau merubah pandangan mata selama pemeriksaan.
 Gunakan jari atau objek lain seperti jarum atau pulpen dan
letakkan pada jarak yang sama diantara pemeriksa dan
pasien. Pada permulaan, objek diletakkan di luar radius 180
derajat bidang horizontal.
 Pemeriksa menggerakan objek secara perlahan dari perifer
ke sentral.
 Pasien diminta untuk melaporkan apabila sudah dapat
melihat objek tersebut
 Pemeriksa dapat membentuk angka dengan jari dan
meminta pasien untuk menyebutkan angka tersebut.
 Jika pemeriksa dapat melihat objek sebelum pasien dapat
melihatnya, pasien mungkin mengalami penurunan tajam
penglihatan.
 Ulang proses tersebut pada masing-masing kuadran lapang
pandang dan pada kedua mata secara bergantian.
 Lapang pandang yang normal adalah 180 derajat pada
bidang horizontal dan 135 derajat pada bidang vertikal.
d. Pemeriksaan buta warna
Prosedur pemeriksaan :
 Pemeriksaan buta warna dapat dilakukan menggunakan
buku ishihara. Pasien diminta untuk mengidentifikasi
angkaa-angka yang muncul serta mengikuti pola buku
ishihara.

3. Kranial III :Nervus Okulomotor, Kranial IV : Troklear dan Kranial VI :


Abdusen
Ketiga nervus ini masih berhubungan dengan bagian mata. Nervus
Okulomotor menginervasi beberapa otot yakni levator palpebra superior,
rektus superior, rektus media, rektus inferior, oblikus inferior, otot siliaris
padda sfingter pupil. Nervus Troklear menginervasi otot oblikus superior
yang berfungsi mengarahkan pandangan ke nasal. Sementara nervus
abdusen menginervasi otot rektus lateralis yang menggerakan bola mata ke
lateral. Untuk pemeriksaan 3 nervus ini bisa dilakukan dengan
pemeriksaan pupil, gerakan mata, serta gerakan kelopak mata.
a. pemeriksaan pupil
b. pemeriksaan gerak bola mata
prosedur pemeriksaan:
 Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak min
2 meter
 Pada kondisi netral, inspeksi kedua bola mata apakah
simetris dan perhatikan deviasi bola mata atau gerakan
abnormal.
 Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa
dengan pandangan mata tanpa merubah posisi kepala.
 Pemeriksa menggunakan jari atau objek lain dan
melakukan gerakan ke sisi kanan,kiri, atas, dan bawah
seperti huruf H. pastikan gerakan pelan dan berikan pasien
waktu untuk tetap fokus.
 Pasien diminta melaporkan jika ada pandangan ganda
selama pemeriksaan.
 Dalam kondisi normal, kedua bola mata bergerak dan
melihat ke arah yang sama. Jika ada diskojugasi dimana
salah satu mata bergerak ke arah berbeda dan tidak
bergerak mengikuti objek, catat sebagai suatu kelainan.
 Perhatikan adanya nystagmus selama pemeriksaan.
 Perhatikan apakah pasien berusaha menyesuaikan kepala
seperti menunduk untuk mengompensasi pandangan ganda
yang dialaminya.
c. Pemeriksaan kelopak mata
Prosedur pemeriksaan :
 Meminta pasien membuka kedua mata dan menatap ke
depan selama satu menit ke depan
 Meminta pasien melirik ke atas selama satu menit
 Meminta pasien melirik ke bawah selama satu menit
 Melakukkan pengamatan terhadap celah mata dan
membandingkan lebar celah mata kanan dan kiri.
 Mengidentifikasi ada atau tidaknya kelopak mata yang
menutup.

4. Kranial V : Nervus Trigeminal


Saraf trigeminal merupakan saraf kranila terbesar dan terbagi menjadi tiga
bagian yakni oftamilk, maksila, dan mandibula. Adapun pemeriksaannya
addalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fungsi motorik
Prosedur pemeriksaan :
 Meminta pasien merapatkan gigi sekuat-kuatnya
 Amati muskulus masseter dan muskulus temporalis yang ketika
normal maka kekuatan kontraksi kiri dan kanan nya akan
sama.
 Meminta pasien untuk membuka mulut.
 Amati dagu apakah tampak simetris dengan acuan gigi seri atas
dan bawah.
b. Pemeriksaan fungsi sensorik
Prosedur pemeriksaan :
 Lakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan menggunakan
jarum ke dalam dahi, pipi dan rahang bawah.
 Lakukan pemeriksaan sensahi suhu dengan kapas yang sudah
dibasahi air hangat pada daerah dahi, pipi dan rahang bawah.
c. Pemeriksaan refleks kornea
Prosedur pemeriksaan :
 Sentuh kornea dengan ujung kapas, pada keadaan normal maka
mata akan refleks menutup.
 Tanyakan kepadda pasien apakah dapat merasakan sensasi
tersebut.
d. Pemeriksaan refleks masseter
Prosedur pemeriksaan :
 Minta pasien untuk membuka mulut
 Letakkan jari kiri pemeriksa ditengah dagu pasien.
 Mengetuk jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah kanan
pemeriksa atau dengan refleks hammer
 Mengamati respon yang muncuk, kontraksi masseter ditandai
dengan menutup nya mulut.

5. Kranial VII : Nervus Fasialis


Merupakan saraaf terkait dengan wajah yang berfungsi untuk
mengirimkan informasi sensorik dari lidah untuk merasakan makanan.
Menyampaikan informasi motorik untuk mengendalikan gerakan otot
terkait ekspresi wajah. Memasok kelenjar yang menghasilkan air liur dan
mengeluarkan air mata. Adapun pemeriksaan nya adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan motorik
Prosedur Pemeriksaan:
 Minta pasien untuk duduk rileks
 Amati wajah pasien simetris atau tidak
 Minta pasien menggerakkan muka dengan cara mengerutkan
dahi, mengangkat alis, menutup mata dengan rapat,
mencondongkan bibir ke depan atau ditarik dua sudut ke
samping hingga memperlihatkan gigi dan mengembungkan
pipi.
b. Pemeriksaan viseromotik
Prosedur Pemeriksaan
 Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis apakah kering atau
basah
 Memeriksa kelenjar sublingual
 Memeriksa mukosa hidung dan mulut
c. Pemeriksaan sensorik
Prosedur pemeriksaan :
 Minta pasien untuk menjulurkan lidah
 Letakkan gula, garam dan apapun yang pahit dibagian 2/3
kanan dan kiri lidah depan.
 Minta pasien untuk menyebutkan rasanya.

6. Kranial VIII: Nervus Vestibulocochlear


Merupakan saraf yang berfungsi terkait fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Vestibular untuk keseimbangan, koklea untuk
pendengaran. Adapun pemeriksaan yakni sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pendengaran Weber
Prosedur pemeriksaan :
 Getarkan garpu tala
 Letakkan garpu tala di dahi pasien
 Pada kondisi normal akan terdengar pada telinga kanan dan kiri
suara yang sama keras.
b. Pemeriksaan pendengeran Swabach
Prosedur pemeriksaan :
 Getarkan garpu tala
 Tempatkan garpu tala pada proseus mastoideus pasien. Apabila
suara sudah tidak terdengar maka pindahkan ke prosseus
mastoideus pemeriksa.
 Apabila pasien tidk mendengar suara mendenging lagi maka
dikatakan schwabach normal. Namun, apabila masih
mendengar suara getaran maka pasien kurang baik.
c. Pemeriksaan pendengaran Rinne
d. Prosedur pemeriksaan :
 Getarkan garputala dan tempatkan pada planum mastoid
sampai pasien tidak merasa mendengar, kemudian pindahkan
ke area masteus eksternus. Pada pasien tuli persepsi, maka tes
rinne positif sedangkan pada pasien tuli konduksi tes rinne
akan negatif.
e. pemeriksaan fungsi keseimbangan
Prosedur pemeriksaan :
 tes kalori, apabila telinga dimasukkan air dingin maka akan
timbul nistagmus ke kanan.
 Past pointing test, pasien diminta menyentuh ujung jari
pemeriksa dengan telunjuknya kemudian dengan mata tertutup
harus mampu mengulanginya.

7. Kranial IX: Nervus Glossofaringeal


Merupakan saraf yang berkaitan dengan kemampuan merasakan dan
menelan. Adapun pemeriksaan nya yakni sebagai berikut :
Prosedur pemeriksaan :
 Minta pasien untuk membuka mulut
 Tekan lidah menggunakan alat ke bawah, dan anjurkan pasien
mengucapkan huruf “a” dengan notasi panjang.
 Ketika mengucapkan “a” langit langit yang normal akan tergerak
ke atas
 Kemudian amati respon yang terjadi
 Gores bagian belakang lidah dan amati responnya.

8. Kranial IX : Nervus Vagus


Nervus vagus merupakan saraf kranial terpanjang karena menjalar dari
otak ke lidah, tenggorokan, jantung, dan sistem pencernaan. Saraf ini
memiliki banyak cabang yang terdiri dari sensorik, motorik dan otonom.
Adapun pemeriksaan nya adalah sebagai berikut :
Prosedur pemeriksaan:
 Anjurkan pasien membuka mulut, amati kondisi yang ada. Apabila
dalam keadaan sehat maka letakkan uvulla di tengah.
 Lakukan pemeriksaan refleks muntah.
 Amati dan laporkan ada tidaknya kelumpuhan nervus. Apabila
terdapat kelumpuhan satu sisi, maka suara pasien akan parau.
Sedangkan apabila kelumpuhan dari dua sisi maka suara penderita
adalah stridor infiratorik.

9. Kranial XI : Nervus Aksesori


Merupakan syaraf yang berhubungan dengan fungsi motorik otot dan
gerakan kepala, leher serta bahu. Saraf ini juga membantu merangsang
otot-otot laring dan faring terkait fungsi menelan. Adapun pemeriksaan
nya sebagai berikut :
Prosedur pemeriksaan :
 Minta pasien untuk menolehkan kepala ke arah sisi yang sehat,
kemudian raba sternokleidomastoideus.
 Lakukan inspeksi, bahu yang sakit akan terlihat lebih rendah. Dan
masrgo vertebralis skapula pasien yang sakit akan lebih
menyamping.

10. Kranial XII : Nervus Hipoglosus


Nervus hipoglosus merupakan nervus yang memiliki fungsi motorik yang
berperan untuk menggerakkan lidah. Jenis saraf ini berasal dari medulla
oblongata yang kemudian menjalar ke bagian rahang dan mencapai lidah.
Adapun untuk pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
Prosedur pemeriksaan :
 Minta pasien membuka mulut dan inspeksi posisi lidah dalam
kondisi istirahat. Perhatikan apakah terdapat fasikula atau
peningkatan garis kerutan pada lidah yang menandakan adanya lesi
lower motor neuron.
 Minta pasien menjulurkan lidah keluar dan perhatikan apakah
terdapat deviasi ke salah satu sisi yang menandakan adanya lesi
pada sisi tersebut.
 Letakkan jari pada pipi pasien dan minta pasien menekan jari
tangan pemeriksa menggunakan lidah. Lakukan pada masing-
masing sisi dan bandingkan kekuatan antara kedua sisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai